Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Tahun 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
AMAN DAN NYAMAN
Dyah Shanti Setyawati1, Mellia Silvy Irdianty2
1 Mahasiswa/Fakultas Ilmu Kesehatan/Prodi D3 Keperawatan/Universitas
Kusuma Husada Surakarta
2 Dosen/Fakultas Ilmu Kesehatan/Prodi D3 Keperawatan/Universitas Kusuma
Husada Surakarta
E-mail: diahsantinew28@gmail.com Abstrak
Latar Belakang : Fraktur merupakan cedera traumatik pada tubuh dengan presentasi kejadian yang tinggi, dan menyebabkan perubahan atau gangguan kualitas hidup pada seseorang karena adanya pembatasan aktivitas atau imobilisasi, kecacatan, dan kehilangan pekerjaan. Tujuan: Mengatuhi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien fraktur tertutup dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman: nyeri. Metode : Mengunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil : Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien fraktur tertutup dengan masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan keperawatan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam selama 1 kali di IGD didapatkan hasil pada akhir asuhan keperawatan yaitu skala nyeri menurun dari skala 5 (nyeri sedang) menjadi skala 4 (nyeri sedang). Kesimpulan : Kombinasi relaksasi nafas dalam dan kompres dingin efektif diberikan pada pasien fraktur tertutup dengan nyeri akut.
NURSING STUDY PROGRAM OF DIPLOMA 3 PROGRAM UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2020
NURSING CARE FOR DEXTRA FEMUR FRACTURE PATIENTS IN
FULFILLMENT OF SAFE AND COMFORTABLE NEEDS
Dyah Shanti Setyawati
Abstract
Background: Fracture is a traumatic injury to the body with a high presentation of incidence. It causes changes or disturbances in the quality of life of a person due to activity restrictions or immobilization, disability, and job loss. Purpose: Knowing the implementation of closed fracture patient nursing care in meeting the needs of safe and comfortable: pain. Methods: interviews and observation techniques. Results: The management of nursing care in closed fracture patients with acute pain nursing problems that were performed by a combination of cold compresses and deep breathing relaxation for once in the emergency room obtained decreased in the pain scale from 5 (moderate pain) to 4 (moderate pain). Conclusion: A combination of deep breath relaxation and cold compresses is effective for closed fracture patients with acute pain.
Keywords: Fracture, Acute Pain, a Combination of Cold Compress and Deep Breathing Relaxation.
Translated by:
PENDAHULUAN
Fraktur menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik pada manusia yang dapat menyebabkan kematian nomor tiga dibawah penyakit jantung coroner pada semua kelompok. Menurut WHO angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 1,35 juta orang meninggal dunia disetiap tahunnya. Fraktur merupakan cedera traumatik pada tubuh dengan presentasi kejadian yang tinggi, dan menyebabkan perubahan atau
gangguan kualitas hidup pada seseorang karena adanya pembatasan aktivitas atau imobilisasi, kecacatan, dan kehilangan pekerjaan (Black & Hawks, 2014).
Jika tidak ditangani dengan penanganan yang tepat klien dapat kehilangan fungsi saraf dan otot, infeksi, mioglobinuria, gagal ginjal, dan amputasi, sehingga fraktur menjadi salah satu penyebab gangguan mobilitas pada manusia. Pada fraktur juga bisa terjadi infeksi
dan terdapat gejala yang mencakup yaitu nyeri tekan, kemerahan, pembengkakan, peningkatan suhu tubuh yang bisa mengganggu mobilitas fisik atau ADL seseorang (Smeltzer, S. C., 2018).
Penatalaksanaan nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup di IGD RSUD Salatiga akan diberikan terapi kombinasi relaksasi nafas dalam dengan kompres dingin, karena keduanya diketahui memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan skala atau rasa nyeri. Adapun SOP untuk tindakan terapi kombinasi relaksasi nafas dalam dengan kompres dingin, yaitu pertama pasien diminta untuk duduk atau berbaring dengan posisi yang nyaman, tangan diletakkan di
paha dan pasien dianjurkan untuk menutup mata dilanjutkan dengan menarik nafas dalam melalui hidung sampai hitungan lima detik, pasien diminta untuk menahan nafas selama dua detik, kemudian baru dihembuskan perlahan melalui mulut sampai hitungan lima detik, terapi relaksasi nafas dalam ini dilakukan atau diulangi sebanyak 10-15 siklus.
Penatalaksanaan terapi relaksasi nafas dalam digabungkan atau dilakukan dengan secara bersamaan dengan tindakan kompres dingin, dan dilakukan sebanyak atau lama waktunya sama dengan pelaksanaan relaksasi nafas dalam (Mujahidin, dkk, 2018). Fraktur merupakan salah satu dari sepuluh penyakit terbesar di
IGD RSUD Salatiga. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Fraktur dengan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman di IGD RSUD Salatiga.
METODE
Metode studi kasus ini dengan satu subjek studi yaitu pasien dengan diagnose medis nyeri akut yang mengalami nyeri akut di IGD RSUD
Salatiga. Penelitian dilakukan pada tanggal 18 februari 2020. Dengan pengumpulan data beberapa cara yaitu wawancara, studi dokumentasi, observasi dan pemeriksaan fisik. HASIL
Dari pengkajian A (Airway) didapatkan hasil jalan napas paten, lidah tidak terjatuh, tidak ada benda asing dalam jalan napas, tidak ada edema pada mulut, tidak ada suara napas tambahan baik berupa ronchi, snoring maupun stridor. Dari pengkajian B (Breathing) didapatkan hasil pola napas efektif, respiratory rate 20x/menit, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak terpasang alat bantu
pernapasan. Dari C (Circulation) didapatkan hasil frekuensi nadi 82x/menit, irama nadi teratur, tekanan darah 104/70 mmHg, capillary refile <2 detik, akral teraba hangat, suhu tubuh 37℃. Dari D (Disability) didapatkan hasil GCS 15 dengan uraian E4 V5 M6, pupil positif terhadap cahaya, pupil isokor, diameter 3mm/3mm. Dari E (Exposure) didapatkan hasil kondisi lingkungan aman, pasien berada di IGD RSUD Salatiga untuk dilakukan tindakan.
Pengkajian sekunder atau
secondary survey dari
pengkajian full of vital sign didapatkan hasil tekanan darah 104/70 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 37℃, keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Dari pengkajian five intervention didapatkan hasil pasien tidak terpasang EKG/ Bed Side Monitor, pasien tidak terpasang NGT, pasien tidak terpasang Folley Chateter, pasien dilakukan pengambilan darah untuk cek lab/ pemeriksaan radiologi bila dicurigai fraktur dengan hasil cek lab terdapat fraktur femur dextra, fraktur yang dialami oleh pasien adalah fraktur tertutup dengan tidak ada luka robekan pada area yang mengalami fraktur. Kemudian
dilakukan pemasangan pulse oximetry SPO2 96%. Dari pengkajian give comfort didapatkan hasil klien mengatakan nyeri pada kaki kanan karena kecelakaan lalu lintas, P: klien mengatakan nyeri pada kaki kanan bagian atas (paha) jika digerakkan, tidak terdapat luka pada area kaki kanan Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada kaki kanan bagian atas (paha), S: skala nyeri 5 dengan pengukuran skala nyeri menggunakan NRS (numerical rate scale), T: nyeri terus-menerus, bertambah jika digerakkan. Dari pengkajian history (SAMPLE) subjektif didapatkan hasil klien mengatakan nyeri pada kaki kanan, alergi didapatkan hasil
tidak ada alergi obat atau makanan, medikasi didapatkan hasil klien tidak sedang mengonsumsi obat/ tidak sedang menjalani pengobatan. Dari riwayat penyakit sebelumnya didapatkan hasil klien tidak mempunyai riwayat fraktur. dari pengkajian last meal didapatkan hasil klien terakhir mengonsumsi nasi, sayur, dan air putih. Dari pengkajian even leading didapatkan hasil klien dan suami mengalami kecelakaan lalu lintas menggunakan sepeda motor saat perjalanan menuju Surakarta, klien mengalami nyeri setelah kecelakaan terjadi, klien dibawa ke puskesmas dan dilakukan balut bidai kemudian dirujuk ke RSUD Salatiga, tidak ada gejala lain yang
dirasakan, nyeri terjadi pada kaki kanan.
Diagnosa yang muncul berdasarkan pengkajian atau pengumpulan data yang telah dilakukan pada Ny.S tanggal 18 februari 2020 masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis (D.0077).
Intervensi yang dilakukan yaitu manajemen nyeri (I.08238) dengan melakukan tindakan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri , berikan teknik nonfarmakologi (kombinasi kompres dingin dan relaksasi napas dalam).
dilakukan mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan mengidentifikasi skla nyeri dan memberikan teknik nonfarmakologis (kombinasi kompres dingin dan relaksasi napas dalam).
Setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan melakukan tindakan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam di IGD kemudian dilakukan evaluasi setelah dilakukan tindakan yang digambarkan dengan diagram pre dan post untuk mengetahui efektifitas atau mengetahui penurunan skala nyeri pasien. Hasil setelah dilakukan tindakan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam skala nyeri pasien
menurun menjadi skala 4 (nyeri sedang).
PEMBAHASAN
Pengkajian primer mencakup: airway, breathing, circulation. Pengkajian sekunder (History
Sample), pengkajian ini
mendapatkan hasil klien mengalami nyeri dengan pengkajian nyeri P: klien mengatakan nyeri pada kaki kanan atas ketika digerakkan, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada kaki kanan bagian atas, S: Skala nyeri 5 dengan pengukuran NRS (numerical rate scale), T: nyeri terus-menerus, bertambah jika digerakkan.
Hasil diagnosa didapatkan dari data subjektif dan objektif klien. Data subjektif klien mengatakan nyeri dibagian kaki kanan atas dengan pengkajian
nyeri P: klien mengatakan nyeri pada kaki kanan atas ketika digerakkan, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada kaki kanan bagian atas, S: Skala nyeri 5 dengan pengukuran NRS (numerical rate scale), T: nyeri terus-menerus, bertambah jika digerakkan. Dari data objektif didapatkan hasil klien meringis kesakitan saat kaki digerakkan, tekanan darah 104/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 37℃. Diagnosa nyeri akut merupakan diagnose prioritas pertama, karena mengacu pada teori hirearki maslow bahwa kebutuhan aman dan nyaman merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia.
Intervensi keperawatan merupakan langkah keempat dari
proses keeprawatan dalam membantu klien mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan (Rosmalia & Hariyadi, 2019). Intervensi yang diberikan pada pasien fraktur untuk mengatasi nyeri yangdialami adalah terapi kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam. Berdasarkan jurnal Mujahidin dkk (2018), membuktikan bahwa terapi kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri yang dialami pasien fraktur karena terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
inflamasi(Andarmoyo, S. 2013). Dan relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Implementasi yang dilakukan pada pasien fraktur dengan masalah keperawatan nyeri adalah : mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan mengidentifikasi skala nyeri dengan respon klien Subjektif: klien mengatakan nyeri dibagian kaki kanan atas, nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan P: klien mengatakan nyeri pada kaki kanan bagian atas (paha) jika digerakkan, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada kaki kanan bagian atas (paha), S:
skala nyeri 5 dengan pengukuran skala nyeri menggunakan NRS (numerical rate scale), T: nyeri terus-menerus, bertambah jika digerakkan, Objektif: klien tampak meringis kesakitan. Implementasi yang kedua untuk mengatasi masalah nyeri pada pasien fraktur adalah
memberikan teknik
nonfarmakologis (kombinasi kompres dingin dan relaksasi napas dalam), didapatkan respon klien, Subjektif: klien mengatakan bersedia dilakukan teknik kombinasi kompres dingin dan relaksasi napas dalam, Objektif: klien tampak tenang dan kooperatif saat dilakukan tindakan kombinasi kompres dingin dan relaksasi napas dalam. Implementasi atau tindakan keperawatan ini sesuai dengan
jurnal dari Mujahidin,dkk (2018) yang dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri pada pasien fraktur.
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. (Kozier & Shirlee, 2011). Hari/tanggal/j am Sebelu m Sesud ah Selasa, 18 Februari 2020 17.25 WIB Skala nyeri 5 (nyeri sedang ) Skala nyeri 4 (nyeri sedang )
Evaluasi pada pasien Ny.S yaitu Subjektif: klien mengatakan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 4, Objektif: klien tampak meringis kesakitan,
Assesment: Masalah belum
teratasi, Plan: Lanjutkan itervensi (kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam). Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai jurnal Mujahidin dkk (2018) tentang “Pengaruh Kombinasi Kompres Dingin dan Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Fraktur di Wilayah Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017” membuktikan terapi tersebut dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur.
Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosis, implementasi dan evaluasi tentang pemberian tindakan terapi kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam untuk menurunkan skala nyeri pada pasien fraktur tertutup di IGD RSUD Salatiga, secara metode studi kasus maka dapat di tarik kesimpulan. 1. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian diperoleh data subjektif klien mengeluh nyeri dibagian kaki kanan atas dengan pengkajian nyeri P: klien mengatakan nyeri pada kaki kanan atas ketika digerakkan, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada kaki kanan bagian atas, S: Skala nyeri 5 dengan pengukuran NRS (numerical rate scale), T: nyeri terus-menerus, bertambah jika digerakkan. Dari data objektif didapatkan hasil
klien meringis kesakitan saat kaki digerakkan, gelisah, tekanan darah 104/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 370C. 2. Hasil Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul berdasarkan pengkajian atau pengumpulan data yang telah dilakukan pada Ny.S tanggal 18 februari 2020 masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis (D.0077).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan yaitu manajemen nyeri (I.08238) dengan melakukan tindakan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri , berikan teknik nonfarmakologi (kombinasi
kompres dingin dan relaksasi napas dalam).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan mengidentifikasi skla nyeri dan
memberikan teknik
nonfarmakologis (kombinasi kompres dingin dan relaksasi napas dalam).
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan melakukan tindakan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam di IGD kemudian dilakukan evaluasi setelah dilakukan tindakan yang digambarkan dengan diagram pre dan
post untuk mengetahui efektifitas atau mengetahui penurunan skala nyeri pasien. Hasil setelah dilakukan tindakan kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam skala nyeri pasien menurun menjadi skala 4 (nyeri sedang).
SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosis keperawatan nyeri akut, penulis akan memberikan asuhan dan masukan yang positif kususnya bidang kesehatan antara lain. 1. Bagi Intitusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Salatiga dapat memberikan intervensi mengatasi nyeri pada pasien
fraktur dengan
non farmakologis yaitu kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pasien. 2. Bagi Institusi Pendidikan
Keperawatan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang professional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan berdasarkan kode etik keperawatan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan tindakan non farmakologis kombinasi kompres
dingin dan relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri terutama pada pasien fraktur. 4. Bagi Penulis
Diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kesehatan khusunya pada pasien fraktur yang mengalami nyeri dalam tindakan menurunkan nyeri dengan teknik non farmakologi. 5. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadikan sumber referensi setelah membaca karya tulis ini dalam memberikan intervensi terhadap penanganan nyeri pada pasien fraktur dengan melakukan tindakan non farmakologis yaitu kombinasi kompres dingin dan relaksasi nafas dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. (2014). Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Asikin, M. dkk. (2016). Keperawatan
Medikal Bedah Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta:
Erlangga.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth, (2013) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta: ECG.
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. (2017). Rencana
Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah Diagnosis
NANDA-1 2015-2017
Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: Kedokteran EGC. Hasyim, Masruroh dan Prasetyo,
Joko. (2019). Buku Panduan
Etika Keperawatan.
Temanggung: Desa Pustaka Indonesia.
Hidayat A. Aziz. Alimul. & Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Imron, Moch. (2014). Metodologi
Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Kozier, B,. Berman, A. and Shirlee J. Snyde, alih bahasa Pamilih
Eko Karyuni, dkk. (2011).
Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC Krisanty Paula, et al. (2016). Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Mujahidin, Repiska P., & Sanita R.N.U., (2018). Jurnal Ilmiah
Multi Science Kesehatan.
Pengaruh Kombinasi
Kompres Dingin dan
Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Farktur di Wilayah Kabupaten Provinsi
Sumatera Selatan Tahun
2017. Vol. 8 pp. 37-50. Musliha. (2010). Keperawatan Gawat
Darurat Plus Contoh Askep dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ningsih, Dewi Kartika. (2015). Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Syok
Dengan Pendekatan Proses Keperawatan. Malang: UB Press.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Edisi 10 Volume 2. Jakarta: EGC Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
(2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementrian RI tahun 2018. https://www.depkes.go.id/res ources/download/infoterkini/
materi_rakorpop_2018/Hasil %202018.pdf- Diakses November 2019.
Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. (2010). Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Smeltzer, S. C. (2018). Keperawatan
Medikal-Bedah Handbook
For Brunner & Suddarth’s Textbook of Medikal-Surgical Nursing. Edisi 12. Jakarta: EGC, 2013.
Sujarweni, V. Wiratna. (2014).
Metodologi Penelitian
Keperawatan. Yogyakarta:
Gava Media.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indoikator
Diagnostik, Edisi-1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi-1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi-1. Jakarta: DPP PPNI. WHO. World Health Statistic 2018:
World Health Organization. Diakses tanggal 11 November 2019 pukul 20.00 WIB, http://www.who.int.