• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN 2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN

DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN

2015

DEFORMATION ANALYSIS OF BATUR VOLCANO BASED ON

PERIODIC GPS OBSERVATIONS DATA IN 2008, 2009, 2013, AND 2015

Achmad Faris1, Irwan Meilano1, Dina Anggreni Sarsito1, Estu Kriswati2

1Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,

InstitutTeknologi Bandung, Indonesia

2Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Indonesia

Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia

e-mail: jlbg_geo@yahoo.com

ABSTRAK

Gunung Batur yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali, terakhir meletus pada tahun 2000. Pada 2009 terjadi peningkatan aktivitas vulkanis di Gunug Batur walaupun tidak terjadi letusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola deformasi pada Gunung Batur serta keterkaitannya dengan peningkatan vulkanis pada tahun 2009. Analisis didasarkan pada pola vektor pergeseran dan pola regangan masing-masing titik pengamatan GPS berkala pada area Gunung Batur tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015. Berdasarkan pengamatan GPS Oktober 2008-November 2009 pola deformasi menunjukkan adanya inflasi dengan pola vektor pergeseran titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur, selain itu pola regangan memperlihatkan bahwa pada area bagian utara dan timurlaut Gunung Batur dominan terjadi ekstensi. Pada pengamatan GPS untuk periode November 2009-Februari 2013 pola deformasi menunjukkan adanya deflasi pada Gunung Batur dengan pola vektor pergeseran titik pengamatan GPS berarah menuju Gunung Batur dan pola regangan memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi.

Kata Kunci: Gunung Batur, deflasi, deformasi, pergeseran, GPS, inflasi, regangan.

ABSTRACT

Batur volcano located in Bangli, Bali, last erupted in 2000. Increased in the volcanic activity ocuured in 2009 but did not followed by eruption. This study aims to determine ground deformation pattern in Batur volcano and its association with the increased in volcanic activity in 2009 based on the pattern of displacement vector and strain using 2008-2015 campaign GPS data. During period of October 2008-November 2009, Batur Volcano experience inflation and strain pattern shows that the area of the north and northeast of Batur Volcano experienced extension. During November 2009-February 2013, Batur Volcano experienced deflation with GPS displacement directed towards Batur Volcano and a strain pattern of compression around Batur Volcano.

(2)

PENDAHULUAN

Gunung Batur merupakan salah satu gunung api aktif yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Gunung Batur

terletak di dalam Kaldera dengan

dikelilingi oleh dinding Kaldera I dan Kaldera II dengan tinggi berkisar antara 1.267 m sampai 2.152 m dan di bagian tenggara terdapat sebuah danau yang disebut Danau Batur (Sutawidjaja, 1990). Berdasarkan catatan sejarah, kegiatan letusannya dimulai pada tahun 1804 yang bercirikan letusan strombolian dan aliran lava (PVMBG, 2014). Pada tahun 2000 terjadi letusan yang telah menimbulkan korban jiwa, seorang wisatawan luka-luka dan seorang tewas. Pada bulan September

sampai November 2009 terjadi

peningkatan aktivitas Gunung Batur tanpa disertai adanya letusan, peningkatan ditandai terutama dengan meningkatnya jumlah gempa Volcano-Tectonic (VT). Pada kurun waktu tersebut gempa-gempa VT berada pada kedalaman 1,5 sampai 5,5 km dengan episentrum berarah timurlaut-baratdaya yang berasosiasi dengan zona lemah Kompleks Gunung Batur (Hidayati & Sulaeman, 2013).

Upaya-upaya mitigasi dalam mengurangi kerugian baik korban jiwa maupun materi yang mungkin ditimbulkan akibat letusan Gunung Batur sangat penting dilakukan.

Oleh karena itu, pengamatan dan

pemantauan aktivitas Gunung Batur sangat dibutuhkan yang salah satunya dapat dilakukan dengan metode deformasi melalui pengamatan Global Positioning System (GPS).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola deformasi pada Gunung Batur berdasarkan titik-titik pengamatan GPS

disekitar Gunung Batur dengan

menggunakan data pengamatan GPS berkala/episodik pada tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015 serta keterkaitannya dengan peningkatan vulkanis Gunung Batur pada tahun 2009.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penulisan penelitian ini berfokus pada pemodelan berdasarkan informasi nilai pergeseran dan regangan dari titik-titik pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur.

(3)

Data pengamatan GPS yang digunakan adalah data pengamatan GPS episodik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015, dengan ketersediaan data titik-titik stasiun GPS

tersebut terdapat penambahan dan

pengurangan pada tiap tahunnya. Titik-titik stasiun GPS tersebut, yaitu Titik-titik DB01, DB02, DB03, DB04, DB05, DB06, DB07, DB09, DB10, DB11, DB12, DB13, DB15, DB17, DB19, DB20, DB21, DB22, DB24, DB25, KW01, KW02, LB02, MUSE, PJ01, PJ05, dan TABU. Selain itu, dibutuhkan data pengamatan dari stasiun IGS sebagai titik ikat pada pengolahan data. Terdapat tujuh stasiun IGS yang digunakan, yaitu BAKO, COCO, DARW, GUAM, HYDE, PIMO, dan XMIS.

Data GPS tersebut diolah menggunakan perangkat lunak ilmiah Bernese GNSS 5.2 untuk memperoleh koordinat geodetik dan geosentrik beserta standar deviasinya yang memiliki standar kualitas dan akurasi yang tinggi untuk keperluan pengukuran geodetik (Dach drr, 2015).

Hasil koordinat yang diperoleh

selanjutnya ditransformasikan menjadi koordinat toposentrik. Untuk mengetahui efek-efek lokal yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanis Gunung Batur sendiri maupun tektonik di sekitarnya, semua titik GPS di Gunung Batur kemudian diikatkan ke titik pengamatan GPS DB01 sebagai titik referensi melalui persamaan berikut (Faris, 2016): NfixNobsNDB01 (1) 2 01 2 DB obs

fix StdevN StdevN

StDevN  

(2) denganNFixadalah komponen utara titik

pengamatan relatif terhadap titik DB01,

Obs

N adalah komponen utara titik

pengamatan,NDB01adalah komponen utara titik DB01, StDevNFix adalah standar

deviasi komponen utara titik pengamatan relatif terhadap titik DB01, StDevNObs

adalah standar deviasi komponen utara titik pengamatan, StDevNDB01adalah standar deviasi komponen utara titik DB01.

Setelah semua titik-titik pengamatan GPS bereferensi terhadap titik pengamatan GPS DB01 maka dilakukan proses

(4)

pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur tersebut dengan membagi menjadi lima kala. Perhitungan pergeseran dapat dilihat pada persamaan (3) dan (4).

awal akhir geser N N N   (3) 2 2 awal akhir

geser StdevN StdevN

StDevN   (4)

denganNgeseradalah pergeseran komponen utara titik pengamatan, Nakhir adalah

pergeseran komponen utara titik

pengamatan pada tahun akhir yang

digunakan, Nawal adalah pergeseran

komponen utara titik pengamatan pada tahun awal yang digunakan, StDevNgeser

adalah pergeseran standar deviasi

komponen utara titik pengamatan,

akhir

StDevN adalah pergeseran standar deviasi komponen utara titik pengamatan pada tahun yang digunakan, StDevNawal

adalah pergeseran standar deviasi

komponen utara titik pengamatan pada tahun awal yang digunakan.

Untuk mengetahui titik-titik yang

mengalami pergeseran yang signifikan maka dilakukan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-distribution atau yang dikenal

sebagai Student’s distribution (t-student). T-student digunakan dalam pengujian hipotesis untuk memeriksa validitas sebuah sampel terhadap populasi dan untuk menurunkan interval kepercayaan dari rata-rata populasi yang mempunyai set sampel yang relatif kecil (Wolf & Ghilani, 1997). Selang kepercayaan yang digunakan adalah 90 % dengan α/2 = 0,05.

Uji statistik yang dilakukan adalah

membandingkan resultan pergeseran

horisontal titik-titik pengamatan dengan standar deviasi resultan pergeseran horisontalnya. Karena data pergeseran titik diturunkan dari data pengamatan beberapa satelit dengan lama pengamatan pada masing-masing titik GPS di area Gunung Batur selama 1-24 jam dengan interval waktu 15 detik maka dapat diasumsikan nilai v adalah tak hingga (∞) maka nilai tv,α/2 adalah 1,645. Pada tes ini,

hipotesis nol (Vr= 0) menunjukkan bahwa

pergeseran tidak signifikan, sedangkan

bila (Vr≠0) menunjukkan bahwa

pergeseran cukup signifikan. Maka

(5)

lebih besar daripada nilai t-condition (T > tv,α/2).

Nilai pergeseran ini dimodelkan atau divisualisasikan dengan menggunakan perangkat lunak Generic Mapping Tools

(GMT) yang berfungsi untuk

memudahkan dalam menganalisis suatu tampilan dari suatu kumpulan data (Wessel & Smith, 1998), kemudian akan diketahui pola vektor pergeseran dari masing-masing titik-titik pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur.

Estimasi nilai regangan ditentukan

menggunakan pendekatan dari nilai

pergeseran yang telah diperoleh.

Komponen-komponen regangan berupa besaran dan arah regangan dihitung berdasarkan pembuatan area segitiga yang dibentuk dari titik-titik pengamatan GPS

dengan menggunakan perhitungan

regangan GPS. Besaran dan arah dari area

regangan ditentukan berdasarkan

komponen-komponen maksimum (ɛ1) dan

minimum (ɛ2) regangan pada tiap area

segitiga yang terbentuk sehingga

diketahui area yang mengalami ekstensi dan area yang mengalami kompresi.

Parameter ɛ1 dan ɛ2 dinyatakan dengan

satuan micro strain (µstrain) dan keduanya didapat melalui persamaan (Ma’ruf, 2001):         2 2 1 sin cos sin 2 cos nn en ee    (13) ) 90 ( sin ) 90 cos( ) 90 sin( 2 cos 2 2 2                  nn ne ee (14) ee nn ne       2 2 tan (15)

dengan ee , nn = parameter regangan normal arah timur-barat dan utara-selatan dan ne = parameter regangan geser.

Informasi pola vektor pergeseran masing-masing titik-titik pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur dan pola regangan digunakan untuk melakukan analisis untuk mengetahui dan memahami pola deformasi yang terjadi pada Gunung Batur. Analisis tersebut didukung adanya data tambahan berupa informasi data kegempaan yang terekam di Gunung Batur selama masa pengamatan.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil vektor pergeseran titik-titik pengamatan yang telah lolos uji statistik dan hasil regangan yang diperoleh kemudian akan di plot menggunakan perangkat lunak GMT berdasarkan lima kala. Berikut akan dijabarkan hasil yang diperoleh pada masing-masing kala:

1. Kala Pertama (Bulan April-Oktober 2008)

Merupakan kala sebelum adanya

peningkatan aktivitas pada Gunung Batur. Oleh karena itu, pada kala survei GPS pertama dan kedua ini, yaitu antara bulan

April dan bulan Oktiber tahun 2008 akan merefleksikan aktivitas awal dari Gunung Batur.

Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 1 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 2 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala pertama.

(7)

Gambar 2 Plotting regangan pada kala pertama Pola vektor pergeseran semua titik

pengamatan dominan ke arah luar dari Gunung Batur. Titik-titik pengamatan GPS yang berada di bagian barat dari Gunung Batur dominan arah vektor pergeserannya berarah ke baratlaut, sedangkan titik-titik pengamatan GPS yang berada di bagian timur dari Gunung Batur arah vektor pergeserannya berarah ke timur. Rentang besar vektor pergeseran semua titik-titik pengamatan GPS antara ± 8 mm sampai ± 9 cm.

Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan dominan terjadi adanya ekstensi. Pada area yang dibentuk oleh titik-titik pengamatan KW01, DB22, dan DB10 atau yang

berada di bagian timur dari Gunung Batur terjadi ekstensi sebesar 50,8 µstrain, begitupun di bagian selatan dan utaranya.

Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut

mengindikasikan adanya tanda-tanda

permulaan peningkatan aktivitas pada Gunung Batur atau adanya inflasi di area yang dekat dengan Gunung Batur pada sisi utara dan timurnya dengan pusat tekanan yang masih relatif dalam.

2. Kala Kedua (Bulan Oktober 2008-November 2009)

Merupakan kala adanya peningkatan aktivitas Gunung Batur, yaitu pada bulan

(8)

mencapai puncaknya pada tanggal 8 November 2009.

Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 3 merupakan hasil plot vektor pergeseran

titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 4 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala kedua

Gambar 3 Plotting vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada kala kedua

(9)

Pola vektor pergeseran semua titik pengamatan dominan ke arah luar dari Gunung Batur dengan arah yang terlihat cenderung melingkar. Rentang besar vektor pergeseran semua titik-titik pengamatan GPS antara ± 1 sampai ± 3 cm.

Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi ekstensi pada bagian utara dan timurlaut dari Gunung Batur sebesar 0,5 µstrain dan 5,6 µstrain.

Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut tampak jelas terjadi inflasi atau

peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Batur pada kala ini yang menunjukkan

terjadinya perpindahan magma dari

bagian yang dalam menuju ke bagian yang dangkal yang menekan permukaan Gunung Batur.

3. Kala Ketiga (Bulan November 2009-Februari 2013)

Merupakan kala sesudah adanya

peningkatan aktivitas pada Gunung Batur.

Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 5 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 6 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala ketiga.

(10)

Gambar 6 Plotting regangan pada kala ketiga Pola vektor pergeseran semua titik

pengamatan menunjukkan cenderung

mengarah ke arah yang sama, yaitu berarah menuju ke Gunung Batur dengan rentang besar vektor pergeseran semua titik-titik pengamatan GPS antara ± 1 cm sampai ± 3 cm.

Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi pada rentang antara -8,95 µstrain.

Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut tampak jelas terjadi deflasi atau penurunan aktivitas vulkanis Gunung Batur, seolah-olah tubuh Gunung Batur kembali pada keadaannya yang semula

yang mengindikasikan terjadinya

perpindahan magma dari bagian yang dangkal menuju ke bagian yang dalam.

4. Kala Keempat (Bulan Februari 2013-Februari 2015)

Merupakan kala dimana Gunung Batur

dalam kondisi tenang atau tidak

memperlihatkan peningkatan aktivitas vulkanis.

Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 7 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 8 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala keempat.

(11)

Gambar 7 Plotting vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada kala keempat

Gambar 8 Plotting Regangan pada kala keempat Pola vektor pergeseran semua titik

pengamatan dominan arah vektor

pergeserannya berarah ke baratlaut. Rentang besar vektor pergeseran untuk semua titik pengamatan antara ± 1 sampai ± 5 cm.

Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada bagian timur dari Gunung Batur terjadi ekstensi sebesar 9,07 µstrain dan 6,9 µstrain, sedangkan pada bagian utara dan selatannya terjadi kompresi dengan

(12)

rentang sebesar -29,2 sampai -40,8 µstrain.

Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut mengindikasikan bahwa dominan terjadi deflasi pada sisi barat dari Gunung Batur dan adanya inflasi dengan sumber tekanan relatif dalam pada bagian timur dari Gunung Batur.

5. Kala Kelima (Bulan Februari 2015-Juni 2015)

Merupakan kala dimana Gunung Batur

dalam kondisi tenang atau tidak

memperlihatkan peningkatan aktivitas vulkanis, sama seperti pada kala keempat.

Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 9 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 10 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala kelima.

(13)

Gambar 10 Plotting Regangan pada kala kelima Pola vektor pergeseran semua titik

pengamatan dominan ke arah luar dari Gunung Batur dengan arah vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS tersebut berarah ke arah yang sama pada masing-masing lokasi, yaitu lokasi yang mencakup bagian selatan sampai barat dan lokasi yang mencakup bagian utara sampai timur dari Gunung Batur. Pada bagian selatan sampai barat dari Gunung

Batur arah vektor pergeserannya

mengarah ke arah barat, namun untuk bagian utara sampai timur dar Gunung Batur vektor pergeserannya mengarah ke arah tenggara. Rentang besar vektor pergeseran untuk semua titik pengamatan antara ± 1 sampai ± 6 cm.

Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada bagian baratlaut terjadi ekstensi sebesar 33,03 µstrain, sedangkan pada bagian timur dan timur laut dari Gunung Batur terjadi kompresi sebesar -13,5 µstrain dan -30,8 µstrain.

Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut mengindikasikan bahwa terdapat inflasi pada sisi barat dari Gunung Batur dengan pusat tekanan yang masih relatif dalam, sedangkan pada sisi timur dari Gunung

Batur mengalami deflasi. Apabila

diperhatikan pada kala keempat dimana pada sisi barat terjadi deflasi dan pada sisi timur terjadi inflasi, sedangkan pada kela

(14)

kelima ini menunjukkan pada sisi barat terjadi inflasi dan pada sisi timur terjadi deflasi maka mengindikasikan terjadi perpidahan magma dari sisi timur menuju sisi barat dari Gunung Batur.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh

berdasarkan penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada area Gunung Batur yang terbagi dalam lima kala tersebut memiliki dominan arah yang cenderung sama pada areanya masing-masing, yaitu di bagian barat dan timur Gunung Batur. Berikut adalah pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada masing-masing kala:

• Pada kala pertama pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari

Gunung Batur. Titik-titik

pengamatan GPS yang berada di bagian barat dari Gunung Batur

dominan arah vektor

pergeserannya berarah ke

baratlaut, sedangkan titik-titik

pengamatan GPS yang berada di bagian timur dari Gunung Batur arah vektor pergeserannya berarah ke timur.

• Pada kala kedua pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur dengan arah yang terlihat cenderung melingkar. • Pada kala ketiga pola vektor

pergeseran titik-titik pengamatan GPS berarah menuju ke Gunung Batur.

• Pada kala keempat pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan berarah ke baratlaut. • Pada kala kelima pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur. Pada bagian selatan sampai barat dari Gunung Batur

arah vektor pergeserannya

mengarah ke arah barat, namun untuk bagian utara sampai timur

dari Gunung Batur vektor

pergeserannya mengarah ke arah tenggara.

(15)

2. Berdasarkan pola regangan yang terjadi pada area Gunung Batur yang terbagi dalam lima kala tersebut menunjukkan bahwa pola regangan yang terjadi pada Gunung Batur

menunjukkan sebelum dan saat

peningkatan aktivitas didominasi oleh

ekstensi, sedangkan setelah

peningkatan aktivitas didominasi oleh

kompresi. Berikut adalah pola

regangan Gunung Batur pada masing-masing kala:

• Pada kala pertama pola regangan memperlihatkan dominan terjadi ekstensi pada bagian timur, salatan, dan utara dari Gunung Batur.

• Pada kala kedua pola regangan memperlihatkan bahwa pada area bagian utara dan timurlaut Gunung Batur dominan terjadi ekstensi. • Pada kala ketiga pola regangan

memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi. • Pada kala keempat pola regangan

memperlihatkan bahwa dominan terjadi kompresi. Pada bagian timur dari Gunung Batur terjadi ekstensi, sedangkan pada bagian

utara dan selatannya terjadi kompresi.

• Pada kala kelima pola regangan memperlihatkan bahwa dominan terjadi kompresi. Pada bagian

baratlaut terjadi ekstensi,

sedangkan pada bagian timur dan timurlaut dari Gunung Batur terjadi kompresi.

3. Pola deformasi yang terjadi pada

Gunung Batur berdasarkan

pengamatan bulan Oktober 2008-November 2009 menunjukkan adanya inflasi yang berarti ada kesesuaian terhadap informasi data kegempaan terkait adanya peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Batur, yaitu pada bulan September-November 2009,

sedangkan pada pengamatan

November 2009-Februari 2013

menunjukkan adanya deflasi pada Gunung Batur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini di danai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) No. PRJ-1048/LPDP/2015, dan Australian Department of Foreign Affairs and Trade

(16)

(DFAT) untuk riset kegempaan dan tektonik aktif di Institut Teknologi Bandung. Penulis mengucapkan terima kasih ditujukan kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) atas bantuan dalam perolehan data pengamatan GPS berkala/ periodik pada area Gunung Batur yang menjadi data utama dalam penelitian ini, kepada Bapak Endra Gunawan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mengoreksi dan me-review penulisan ini. Untuk Graduate Research on Earthquake and Active Tectonics (GREAT) atas bantuan dan bimbingan selama penelitian dan perangkat lunak GMT sebagai perangkat lunak dalam memvisualisasikan hasil yang telah diperoleh dalam bentuk gambar.

DAFTAR PUSTAKA

Dach, R., Lutz, S., Walser, P., &Fridez, P. (2015). Bernes GNSS Software

Version 5.2. Astonomical

Institute, University of Bern. Faris, A. (2016). Analisis Deformasi

Gunung Api Batur Berdasarkan Data Pengamatan GPS Berkala Tahun 2008, 2009, 2013, dan

2015. Institut Teknologi

Bandung.

Hidayati, S., & Sulaeman, C. (2013). Magma Supply System at Batur Volcano Inferred from Volcano-Tectonic Earthquakes and Their Focal Mechanism. Indonesian Journal of Geology, Vol. 8, No. 2 Juni , 97-105.

Ma'ruf, B. (2001). Analisis Deformasi Gunung Merapi dengan Metode

Geodetik-GPS. Institut

Teknologi Bandung.

Pusat Vulkanologi dan Mtigasi Bencana

Geologi (PVBMG). (2014).

Gunung Batur. 1-8.

Sutawidjaja, I. S. (1990). G. Batur, Berita

Berkala Vulkanologi, Edisi

Khusus. Direktorat Vulkanologi. Wessel, P. & W.H.F. Smith.(1998). New,

improved version of generic mapping tools released.EOS, 79: 579-579.

Wolf, P. R., & Ghilani, C. D. (1997).

Adjusment Computations:

Spatial Data Analysis,

FouthEdititon. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

(17)

Gambar

Gambar 1 Plotting vektor pergeseran titik titik pengamatan GPS pada kala pertama
Gambar 2 Plotting regangan pada kala pertama
Gambar 3 Plotting vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada kala kedua
Gambar 5 Plotting vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada kala ketiga
+5

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Justifikasi Halia merupakan antara rempah ratus yang gemar digunakan oleh masyarakat tempatan sebagai bahan perasa yang mampu meningkatkanaroma dalam pelbagai jenis

Rendahnya kualitas pelayanan publik yang terjadi akhir-akhir ini merupakan salah satu sorotan yang diarahkan pada pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada.. Hal ini

Faktor yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam materi segiempat disebabkan karena beberapa hal, yaitu pemahaman mengenai konsep dan sifat-sifat segiempat yang

D Kandou Manado belum melakukan penanganan pasien gawat darurat sesuai dengan standar prosedur yang ada, di mana terkadang pasien sudah berada dalam ruangan IGD lebih

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik umur dengan sikap responden dalam penanganan kegawatan nafas pada neonates yang

Aplikasi pemetaan tambal ban motor di kota Batam menggunakan Location Based Service yang berhasil dibuat mampu memetakan lokasi tambal ban per kecamatan dengan icon warna

Waktu retensi masing-masing jenis asam lemak ini selanjutnya akan digunakan sebagai patokan untuk menentukan jenis dan komposisi asam lemak yang terdapat dalam

Semarang 8 Universitas Gunadarma 275 Universitas Indonesia 33 Universitas Surabaya 281 Institut Teknologi 10 Nov 47 Universitas Pancasila 288 Institut Pertanian Bogor 59