ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN
DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN
2015
DEFORMATION ANALYSIS OF BATUR VOLCANO BASED ON
PERIODIC GPS OBSERVATIONS DATA IN 2008, 2009, 2013, AND 2015
Achmad Faris1, Irwan Meilano1, Dina Anggreni Sarsito1, Estu Kriswati2
1Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,
InstitutTeknologi Bandung, Indonesia
2Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Indonesia
Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia
e-mail: jlbg_geo@yahoo.com
ABSTRAK
Gunung Batur yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali, terakhir meletus pada tahun 2000. Pada 2009 terjadi peningkatan aktivitas vulkanis di Gunug Batur walaupun tidak terjadi letusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola deformasi pada Gunung Batur serta keterkaitannya dengan peningkatan vulkanis pada tahun 2009. Analisis didasarkan pada pola vektor pergeseran dan pola regangan masing-masing titik pengamatan GPS berkala pada area Gunung Batur tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015. Berdasarkan pengamatan GPS Oktober 2008-November 2009 pola deformasi menunjukkan adanya inflasi dengan pola vektor pergeseran titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur, selain itu pola regangan memperlihatkan bahwa pada area bagian utara dan timurlaut Gunung Batur dominan terjadi ekstensi. Pada pengamatan GPS untuk periode November 2009-Februari 2013 pola deformasi menunjukkan adanya deflasi pada Gunung Batur dengan pola vektor pergeseran titik pengamatan GPS berarah menuju Gunung Batur dan pola regangan memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi.
Kata Kunci: Gunung Batur, deflasi, deformasi, pergeseran, GPS, inflasi, regangan.
ABSTRACT
Batur volcano located in Bangli, Bali, last erupted in 2000. Increased in the volcanic activity ocuured in 2009 but did not followed by eruption. This study aims to determine ground deformation pattern in Batur volcano and its association with the increased in volcanic activity in 2009 based on the pattern of displacement vector and strain using 2008-2015 campaign GPS data. During period of October 2008-November 2009, Batur Volcano experience inflation and strain pattern shows that the area of the north and northeast of Batur Volcano experienced extension. During November 2009-February 2013, Batur Volcano experienced deflation with GPS displacement directed towards Batur Volcano and a strain pattern of compression around Batur Volcano.
PENDAHULUAN
Gunung Batur merupakan salah satu gunung api aktif yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Gunung Batur
terletak di dalam Kaldera dengan
dikelilingi oleh dinding Kaldera I dan Kaldera II dengan tinggi berkisar antara 1.267 m sampai 2.152 m dan di bagian tenggara terdapat sebuah danau yang disebut Danau Batur (Sutawidjaja, 1990). Berdasarkan catatan sejarah, kegiatan letusannya dimulai pada tahun 1804 yang bercirikan letusan strombolian dan aliran lava (PVMBG, 2014). Pada tahun 2000 terjadi letusan yang telah menimbulkan korban jiwa, seorang wisatawan luka-luka dan seorang tewas. Pada bulan September
sampai November 2009 terjadi
peningkatan aktivitas Gunung Batur tanpa disertai adanya letusan, peningkatan ditandai terutama dengan meningkatnya jumlah gempa Volcano-Tectonic (VT). Pada kurun waktu tersebut gempa-gempa VT berada pada kedalaman 1,5 sampai 5,5 km dengan episentrum berarah timurlaut-baratdaya yang berasosiasi dengan zona lemah Kompleks Gunung Batur (Hidayati & Sulaeman, 2013).
Upaya-upaya mitigasi dalam mengurangi kerugian baik korban jiwa maupun materi yang mungkin ditimbulkan akibat letusan Gunung Batur sangat penting dilakukan.
Oleh karena itu, pengamatan dan
pemantauan aktivitas Gunung Batur sangat dibutuhkan yang salah satunya dapat dilakukan dengan metode deformasi melalui pengamatan Global Positioning System (GPS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola deformasi pada Gunung Batur berdasarkan titik-titik pengamatan GPS
disekitar Gunung Batur dengan
menggunakan data pengamatan GPS berkala/episodik pada tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015 serta keterkaitannya dengan peningkatan vulkanis Gunung Batur pada tahun 2009.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan penelitian ini berfokus pada pemodelan berdasarkan informasi nilai pergeseran dan regangan dari titik-titik pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur.
Data pengamatan GPS yang digunakan adalah data pengamatan GPS episodik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada tahun 2008, 2009, 2013, dan 2015, dengan ketersediaan data titik-titik stasiun GPS
tersebut terdapat penambahan dan
pengurangan pada tiap tahunnya. Titik-titik stasiun GPS tersebut, yaitu Titik-titik DB01, DB02, DB03, DB04, DB05, DB06, DB07, DB09, DB10, DB11, DB12, DB13, DB15, DB17, DB19, DB20, DB21, DB22, DB24, DB25, KW01, KW02, LB02, MUSE, PJ01, PJ05, dan TABU. Selain itu, dibutuhkan data pengamatan dari stasiun IGS sebagai titik ikat pada pengolahan data. Terdapat tujuh stasiun IGS yang digunakan, yaitu BAKO, COCO, DARW, GUAM, HYDE, PIMO, dan XMIS.
Data GPS tersebut diolah menggunakan perangkat lunak ilmiah Bernese GNSS 5.2 untuk memperoleh koordinat geodetik dan geosentrik beserta standar deviasinya yang memiliki standar kualitas dan akurasi yang tinggi untuk keperluan pengukuran geodetik (Dach drr, 2015).
Hasil koordinat yang diperoleh
selanjutnya ditransformasikan menjadi koordinat toposentrik. Untuk mengetahui efek-efek lokal yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanis Gunung Batur sendiri maupun tektonik di sekitarnya, semua titik GPS di Gunung Batur kemudian diikatkan ke titik pengamatan GPS DB01 sebagai titik referensi melalui persamaan berikut (Faris, 2016): NfixNobsNDB01 (1) 2 01 2 DB obs
fix StdevN StdevN
StDevN
(2) denganNFixadalah komponen utara titik
pengamatan relatif terhadap titik DB01,
Obs
N adalah komponen utara titik
pengamatan,NDB01adalah komponen utara titik DB01, StDevNFix adalah standar
deviasi komponen utara titik pengamatan relatif terhadap titik DB01, StDevNObs
adalah standar deviasi komponen utara titik pengamatan, StDevNDB01adalah standar deviasi komponen utara titik DB01.
Setelah semua titik-titik pengamatan GPS bereferensi terhadap titik pengamatan GPS DB01 maka dilakukan proses
pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur tersebut dengan membagi menjadi lima kala. Perhitungan pergeseran dapat dilihat pada persamaan (3) dan (4).
awal akhir geser N N N (3) 2 2 awal akhir
geser StdevN StdevN
StDevN (4)
denganNgeseradalah pergeseran komponen utara titik pengamatan, Nakhir adalah
pergeseran komponen utara titik
pengamatan pada tahun akhir yang
digunakan, Nawal adalah pergeseran
komponen utara titik pengamatan pada tahun awal yang digunakan, StDevNgeser
adalah pergeseran standar deviasi
komponen utara titik pengamatan,
akhir
StDevN adalah pergeseran standar deviasi komponen utara titik pengamatan pada tahun yang digunakan, StDevNawal
adalah pergeseran standar deviasi
komponen utara titik pengamatan pada tahun awal yang digunakan.
Untuk mengetahui titik-titik yang
mengalami pergeseran yang signifikan maka dilakukan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-distribution atau yang dikenal
sebagai Student’s distribution (t-student). T-student digunakan dalam pengujian hipotesis untuk memeriksa validitas sebuah sampel terhadap populasi dan untuk menurunkan interval kepercayaan dari rata-rata populasi yang mempunyai set sampel yang relatif kecil (Wolf & Ghilani, 1997). Selang kepercayaan yang digunakan adalah 90 % dengan α/2 = 0,05.
Uji statistik yang dilakukan adalah
membandingkan resultan pergeseran
horisontal titik-titik pengamatan dengan standar deviasi resultan pergeseran horisontalnya. Karena data pergeseran titik diturunkan dari data pengamatan beberapa satelit dengan lama pengamatan pada masing-masing titik GPS di area Gunung Batur selama 1-24 jam dengan interval waktu 15 detik maka dapat diasumsikan nilai v adalah tak hingga (∞) maka nilai tv,α/2 adalah 1,645. Pada tes ini,
hipotesis nol (Vr= 0) menunjukkan bahwa
pergeseran tidak signifikan, sedangkan
bila (Vr≠0) menunjukkan bahwa
pergeseran cukup signifikan. Maka
lebih besar daripada nilai t-condition (T > tv,α/2).
Nilai pergeseran ini dimodelkan atau divisualisasikan dengan menggunakan perangkat lunak Generic Mapping Tools
(GMT) yang berfungsi untuk
memudahkan dalam menganalisis suatu tampilan dari suatu kumpulan data (Wessel & Smith, 1998), kemudian akan diketahui pola vektor pergeseran dari masing-masing titik-titik pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur.
Estimasi nilai regangan ditentukan
menggunakan pendekatan dari nilai
pergeseran yang telah diperoleh.
Komponen-komponen regangan berupa besaran dan arah regangan dihitung berdasarkan pembuatan area segitiga yang dibentuk dari titik-titik pengamatan GPS
dengan menggunakan perhitungan
regangan GPS. Besaran dan arah dari area
regangan ditentukan berdasarkan
komponen-komponen maksimum (ɛ1) dan
minimum (ɛ2) regangan pada tiap area
segitiga yang terbentuk sehingga
diketahui area yang mengalami ekstensi dan area yang mengalami kompresi.
Parameter ɛ1 dan ɛ2 dinyatakan dengan
satuan micro strain (µstrain) dan keduanya didapat melalui persamaan (Ma’ruf, 2001): 2 2 1 sin cos sin 2 cos nn en ee (13) ) 90 ( sin ) 90 cos( ) 90 sin( 2 cos 2 2 2 nn ne ee (14) ee nn ne 2 2 tan (15)
dengan ee , nn = parameter regangan normal arah timur-barat dan utara-selatan dan ne = parameter regangan geser.
Informasi pola vektor pergeseran masing-masing titik-titik pengamatan GPS di sekitar Gunung Batur dan pola regangan digunakan untuk melakukan analisis untuk mengetahui dan memahami pola deformasi yang terjadi pada Gunung Batur. Analisis tersebut didukung adanya data tambahan berupa informasi data kegempaan yang terekam di Gunung Batur selama masa pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil vektor pergeseran titik-titik pengamatan yang telah lolos uji statistik dan hasil regangan yang diperoleh kemudian akan di plot menggunakan perangkat lunak GMT berdasarkan lima kala. Berikut akan dijabarkan hasil yang diperoleh pada masing-masing kala:
1. Kala Pertama (Bulan April-Oktober 2008)
Merupakan kala sebelum adanya
peningkatan aktivitas pada Gunung Batur. Oleh karena itu, pada kala survei GPS pertama dan kedua ini, yaitu antara bulan
April dan bulan Oktiber tahun 2008 akan merefleksikan aktivitas awal dari Gunung Batur.
Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 1 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 2 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala pertama.
Gambar 2 Plotting regangan pada kala pertama Pola vektor pergeseran semua titik
pengamatan dominan ke arah luar dari Gunung Batur. Titik-titik pengamatan GPS yang berada di bagian barat dari Gunung Batur dominan arah vektor pergeserannya berarah ke baratlaut, sedangkan titik-titik pengamatan GPS yang berada di bagian timur dari Gunung Batur arah vektor pergeserannya berarah ke timur. Rentang besar vektor pergeseran semua titik-titik pengamatan GPS antara ± 8 mm sampai ± 9 cm.
Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan dominan terjadi adanya ekstensi. Pada area yang dibentuk oleh titik-titik pengamatan KW01, DB22, dan DB10 atau yang
berada di bagian timur dari Gunung Batur terjadi ekstensi sebesar 50,8 µstrain, begitupun di bagian selatan dan utaranya.
Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut
mengindikasikan adanya tanda-tanda
permulaan peningkatan aktivitas pada Gunung Batur atau adanya inflasi di area yang dekat dengan Gunung Batur pada sisi utara dan timurnya dengan pusat tekanan yang masih relatif dalam.
2. Kala Kedua (Bulan Oktober 2008-November 2009)
Merupakan kala adanya peningkatan aktivitas Gunung Batur, yaitu pada bulan
mencapai puncaknya pada tanggal 8 November 2009.
Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 3 merupakan hasil plot vektor pergeseran
titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 4 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala kedua
Gambar 3 Plotting vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada kala kedua
Pola vektor pergeseran semua titik pengamatan dominan ke arah luar dari Gunung Batur dengan arah yang terlihat cenderung melingkar. Rentang besar vektor pergeseran semua titik-titik pengamatan GPS antara ± 1 sampai ± 3 cm.
Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi ekstensi pada bagian utara dan timurlaut dari Gunung Batur sebesar 0,5 µstrain dan 5,6 µstrain.
Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut tampak jelas terjadi inflasi atau
peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Batur pada kala ini yang menunjukkan
terjadinya perpindahan magma dari
bagian yang dalam menuju ke bagian yang dangkal yang menekan permukaan Gunung Batur.
3. Kala Ketiga (Bulan November 2009-Februari 2013)
Merupakan kala sesudah adanya
peningkatan aktivitas pada Gunung Batur.
Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 5 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 6 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala ketiga.
Gambar 6 Plotting regangan pada kala ketiga Pola vektor pergeseran semua titik
pengamatan menunjukkan cenderung
mengarah ke arah yang sama, yaitu berarah menuju ke Gunung Batur dengan rentang besar vektor pergeseran semua titik-titik pengamatan GPS antara ± 1 cm sampai ± 3 cm.
Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi pada rentang antara -8,95 µstrain.
Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut tampak jelas terjadi deflasi atau penurunan aktivitas vulkanis Gunung Batur, seolah-olah tubuh Gunung Batur kembali pada keadaannya yang semula
yang mengindikasikan terjadinya
perpindahan magma dari bagian yang dangkal menuju ke bagian yang dalam.
4. Kala Keempat (Bulan Februari 2013-Februari 2015)
Merupakan kala dimana Gunung Batur
dalam kondisi tenang atau tidak
memperlihatkan peningkatan aktivitas vulkanis.
Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 7 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 8 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala keempat.
Gambar 7 Plotting vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada kala keempat
Gambar 8 Plotting Regangan pada kala keempat Pola vektor pergeseran semua titik
pengamatan dominan arah vektor
pergeserannya berarah ke baratlaut. Rentang besar vektor pergeseran untuk semua titik pengamatan antara ± 1 sampai ± 5 cm.
Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada bagian timur dari Gunung Batur terjadi ekstensi sebesar 9,07 µstrain dan 6,9 µstrain, sedangkan pada bagian utara dan selatannya terjadi kompresi dengan
rentang sebesar -29,2 sampai -40,8 µstrain.
Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut mengindikasikan bahwa dominan terjadi deflasi pada sisi barat dari Gunung Batur dan adanya inflasi dengan sumber tekanan relatif dalam pada bagian timur dari Gunung Batur.
5. Kala Kelima (Bulan Februari 2015-Juni 2015)
Merupakan kala dimana Gunung Batur
dalam kondisi tenang atau tidak
memperlihatkan peningkatan aktivitas vulkanis, sama seperti pada kala keempat.
Berikut akan ditunjukkan pada Gambar 9 merupakan hasil plot vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dan Gambar 10 merupakan hasil plot dari regangan yang terjadi pada area Gunung Batur pada kala kelima.
Gambar 10 Plotting Regangan pada kala kelima Pola vektor pergeseran semua titik
pengamatan dominan ke arah luar dari Gunung Batur dengan arah vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS tersebut berarah ke arah yang sama pada masing-masing lokasi, yaitu lokasi yang mencakup bagian selatan sampai barat dan lokasi yang mencakup bagian utara sampai timur dari Gunung Batur. Pada bagian selatan sampai barat dari Gunung
Batur arah vektor pergeserannya
mengarah ke arah barat, namun untuk bagian utara sampai timur dar Gunung Batur vektor pergeserannya mengarah ke arah tenggara. Rentang besar vektor pergeseran untuk semua titik pengamatan antara ± 1 sampai ± 6 cm.
Berdasarkan pola regangan pada area Gunung Batur memperlihatkan bahwa pada bagian baratlaut terjadi ekstensi sebesar 33,03 µstrain, sedangkan pada bagian timur dan timur laut dari Gunung Batur terjadi kompresi sebesar -13,5 µstrain dan -30,8 µstrain.
Oleh karena itu, menurut pola vektor pergeseran dan pola regangan tersebut mengindikasikan bahwa terdapat inflasi pada sisi barat dari Gunung Batur dengan pusat tekanan yang masih relatif dalam, sedangkan pada sisi timur dari Gunung
Batur mengalami deflasi. Apabila
diperhatikan pada kala keempat dimana pada sisi barat terjadi deflasi dan pada sisi timur terjadi inflasi, sedangkan pada kela
kelima ini menunjukkan pada sisi barat terjadi inflasi dan pada sisi timur terjadi deflasi maka mengindikasikan terjadi perpidahan magma dari sisi timur menuju sisi barat dari Gunung Batur.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh
berdasarkan penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada area Gunung Batur yang terbagi dalam lima kala tersebut memiliki dominan arah yang cenderung sama pada areanya masing-masing, yaitu di bagian barat dan timur Gunung Batur. Berikut adalah pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS pada masing-masing kala:
• Pada kala pertama pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari
Gunung Batur. Titik-titik
pengamatan GPS yang berada di bagian barat dari Gunung Batur
dominan arah vektor
pergeserannya berarah ke
baratlaut, sedangkan titik-titik
pengamatan GPS yang berada di bagian timur dari Gunung Batur arah vektor pergeserannya berarah ke timur.
• Pada kala kedua pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur dengan arah yang terlihat cenderung melingkar. • Pada kala ketiga pola vektor
pergeseran titik-titik pengamatan GPS berarah menuju ke Gunung Batur.
• Pada kala keempat pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan berarah ke baratlaut. • Pada kala kelima pola vektor pergeseran titik-titik pengamatan GPS dominan ke arah luar dari Gunung Batur. Pada bagian selatan sampai barat dari Gunung Batur
arah vektor pergeserannya
mengarah ke arah barat, namun untuk bagian utara sampai timur
dari Gunung Batur vektor
pergeserannya mengarah ke arah tenggara.
2. Berdasarkan pola regangan yang terjadi pada area Gunung Batur yang terbagi dalam lima kala tersebut menunjukkan bahwa pola regangan yang terjadi pada Gunung Batur
menunjukkan sebelum dan saat
peningkatan aktivitas didominasi oleh
ekstensi, sedangkan setelah
peningkatan aktivitas didominasi oleh
kompresi. Berikut adalah pola
regangan Gunung Batur pada masing-masing kala:
• Pada kala pertama pola regangan memperlihatkan dominan terjadi ekstensi pada bagian timur, salatan, dan utara dari Gunung Batur.
• Pada kala kedua pola regangan memperlihatkan bahwa pada area bagian utara dan timurlaut Gunung Batur dominan terjadi ekstensi. • Pada kala ketiga pola regangan
memperlihatkan bahwa pada area Gunung Batur terjadi kompresi. • Pada kala keempat pola regangan
memperlihatkan bahwa dominan terjadi kompresi. Pada bagian timur dari Gunung Batur terjadi ekstensi, sedangkan pada bagian
utara dan selatannya terjadi kompresi.
• Pada kala kelima pola regangan memperlihatkan bahwa dominan terjadi kompresi. Pada bagian
baratlaut terjadi ekstensi,
sedangkan pada bagian timur dan timurlaut dari Gunung Batur terjadi kompresi.
3. Pola deformasi yang terjadi pada
Gunung Batur berdasarkan
pengamatan bulan Oktober 2008-November 2009 menunjukkan adanya inflasi yang berarti ada kesesuaian terhadap informasi data kegempaan terkait adanya peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Batur, yaitu pada bulan September-November 2009,
sedangkan pada pengamatan
November 2009-Februari 2013
menunjukkan adanya deflasi pada Gunung Batur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini di danai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) No. PRJ-1048/LPDP/2015, dan Australian Department of Foreign Affairs and Trade
(DFAT) untuk riset kegempaan dan tektonik aktif di Institut Teknologi Bandung. Penulis mengucapkan terima kasih ditujukan kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) atas bantuan dalam perolehan data pengamatan GPS berkala/ periodik pada area Gunung Batur yang menjadi data utama dalam penelitian ini, kepada Bapak Endra Gunawan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mengoreksi dan me-review penulisan ini. Untuk Graduate Research on Earthquake and Active Tectonics (GREAT) atas bantuan dan bimbingan selama penelitian dan perangkat lunak GMT sebagai perangkat lunak dalam memvisualisasikan hasil yang telah diperoleh dalam bentuk gambar.
DAFTAR PUSTAKA
Dach, R., Lutz, S., Walser, P., &Fridez, P. (2015). Bernes GNSS Software
Version 5.2. Astonomical
Institute, University of Bern. Faris, A. (2016). Analisis Deformasi
Gunung Api Batur Berdasarkan Data Pengamatan GPS Berkala Tahun 2008, 2009, 2013, dan
2015. Institut Teknologi
Bandung.
Hidayati, S., & Sulaeman, C. (2013). Magma Supply System at Batur Volcano Inferred from Volcano-Tectonic Earthquakes and Their Focal Mechanism. Indonesian Journal of Geology, Vol. 8, No. 2 Juni , 97-105.
Ma'ruf, B. (2001). Analisis Deformasi Gunung Merapi dengan Metode
Geodetik-GPS. Institut
Teknologi Bandung.
Pusat Vulkanologi dan Mtigasi Bencana
Geologi (PVBMG). (2014).
Gunung Batur. 1-8.
Sutawidjaja, I. S. (1990). G. Batur, Berita
Berkala Vulkanologi, Edisi
Khusus. Direktorat Vulkanologi. Wessel, P. & W.H.F. Smith.(1998). New,
improved version of generic mapping tools released.EOS, 79: 579-579.
Wolf, P. R., & Ghilani, C. D. (1997).
Adjusment Computations:
Spatial Data Analysis,
FouthEdititon. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.