• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT BISNIS KERAJINAN KULIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT BISNIS KERAJINAN KULIT"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP

PUSAT BISNIS KERAJINAN KULIT

Pada BAB II ini akan dijelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan perancangan Pusat Bisnis Kerajinan Kulit, kemudian disertakan pula mengenai beberapa hasil studi terhadap fasilitas sejenis. Berdasarkan tinjauan terhadap fasilitas sejenis tersebut maka dapat dirumuskan mengenai spesifikasi umum dari Pusat Bisnis Kerajinan Kulit yang juga didukung berbagai informasi dari berbagai literatur.

2.1. Pemahaman Aspek Non Teknis Pusat Bisnis Kerajinan Kulit

Dalam pemahaman ini akan dijelaskan mengenai aspek non teknis seperti pengertian, klasifikasi dan beberapa teori yang terkait yang terkait dengan perancangan fasilitas ini, baik yang membahas pusat bisnis ataupun kerajinan kulit.

(2)

9

2.1.1. Pusat Bisnis

Dalam pembahasan mengenai pusat bisnis akan dijelaskan tentang pengertian, kegiatan bisnis yang ada di dalam fasilitas, klasifikasi kegiatan bisnis, hingga penjelasan khusus mengenai bisnis retail yang merupakan jenis bisnis yang dijalankan di fasilitas ini.

a. Pengertian

Pusat Bisnis terdiri dari kata pusat dan bisnis. Pusat adalah tempat yang utama (Kamus Bahasa Indonesia). Bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan (Alma, 2015, 20). Jadi dapat disimpulkan bahwa, pusat bisnis merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan usaha untuk menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan.

Sebagai sebuah fasilitas untuk mewadahi kegiatan bisnis berupa pemasaran kerajinan kulit maka dalam pemahaman kegiatan bisnis ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang terkait dengan kegiatan pemasaran. Pemasaran adalah sistem kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada para konsumen (Abdullah, 2015). Pentingnya pemasaran dalam suatu bisnis disebabkan karena kemampuan masyarakat menerima dan mengolah informasi mengenai tiap barang dan jasa sangat terbatas. Hal tersebut membuat pemasaran menjadi salah satu cara untuk menarik perhatian dari masyarakat terhadap suatu barang atau jasa.

b. Klasifikasi Kegiatan Bisnis

Adapun klasifikasi dari kegiatan bisnis yang bergerak di dalam bidang komersial yaitu (Alma, 2015, 24) :

1) Usaha pertanian

2) Produksi bahan mentah 3) Pabrik 4) Konstruksi 5) Usaha perdagangan 6) Transportasi 7) Usaha finansial 8) Usaha jasa

(3)

10 Berdasarkan klasifikasi tersebut, dalam pusat bisnis ini kegiatan yang diwadahi adalah kegiatan usaha perdagangan secara retail. Secara khusus, kegiatan perdagangan yang dilakukan adalah perdagangan kerajinan kulit dari berbagai pedagang yang dikumpulkan menjadi satu dan dikelompokkan menurut jenis kerajinannya. Saat ini bisnis retail merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek yang baik dan terus berkembang.

Pemasaran retail atau biasa disebut bisnis eceran dapat diartikan sebagai kegiatan menjual barang atau jasa kepada individu untuk keperluannya sendiri, keluarga, atau rumah tangga. Para peritel menjual langsung barang atau jasa kepada konsumen (Handri Ma’aruf dalam Carolin, 2013). Peritel atau retailer adalah mata rantai terakhir dalam proses distribusi barang atau dan jasa yang merupakan perpanjangan tangan akhir dari agen atau distributor.

Kegiatan bisnis retail dapat dilakukan di berbagai situasi, baik di dalam secara langsung ataupun di dalam sebuah toko. Toko merupakan bangunan permanen tempat menjual barang-barang. Adapun jenis toko yaitu (Carolin, 2013) :

1) Toko khusus (specialty store)

Toko ini menyediakan jenis produk yang sama atau mengkhusus dengan ragam barang yang cukup dalam untuk setiap jenis.

2) Departement store

Toko ini menjual beberapa jenis produk. Biasanya pakaian, perabot rumah tangga, barang-barang rumah tangga dengan masing-masing jenis dioperasikan sebagai suatu departemen yang terpisah.

3) Supermarket

Toko dengan relatif besar berbiaya murah, bervolume besar dan diciptakan untuk melayani berbagai kebutuhan konsumen.

4) Convenience store

Toko dengan ukuran yang relatif kecil, berlokasi di daerah pemukiman, waktu operasional toko cukup lama dan menjual barang-barang yang perputarannya cukup tinggi namun dalam jumlah yang terbatas.

(4)

11

5) Superstore

Toko yang ukurannya relatif besar yang ditujukan untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan konsumen untuk bahan makanan dan bukan makanan. Termasuk di dalamnya supercenter, kombinasi supermarket dan toko diskon yang menyediakan barang-barang lintas jenis. Category killer dan hypermarket juga termasuk kategory superstore.

6) Toko diskon (discount store)

Toko ini menjual barang dagangan standar dengan harga yang lebih rendah dengan menerima margin yang rendah dan menjual barang dengan jumlah yang banyak. Toko diskon yang sebenarnya menjual produk dengan harga rendah, sebagian menjual merek-merek nasional.

7) Retail off-price

Toko yang menjual barang berkualitas tinggi. Barang yang dijual sering merupakan barang-barang sisa, stok lebih dan barang-barang yang produksinya kurang sempurna yang diperoleh dengan harga rendah dari harga standar dan menjualnya dengan harga yang lebih rendah dari toko eceran lainnya.

8) Factory Outlet

Toko yang dimiliki oleh pabrik dan dijalankan oleh pabrik dan biasanya menjual barang-barang pabrik tersebut yang berlebih, tidak dilanjutkan produksinya atau barang-barang cacat. Biasanya harga yang ditawarkan tidak lebih dari lima puluh persen dibawah harga eceran.

Berdasarkan jenis yang telah dijabarkan dengan fungsi utama sebagai wadah untuk memasarkan produk kerajinan kulit secara khusus, jenis toko khusus dapat dijadikan acuan bagi pusat bisnis yang akan dirancang. Pusat Bisnis Kerajinan Kulit yang direncanakan ini merupakan sebuah toko khusus (specialty store) yang menjual barang dengan bahan baku sama yaitu kulit hewan.

c. Strategi Pemasaran Pusat Bisnis

Tujuan dari pengadaan pusat bisnis ini adalah untuk menyediakan fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan pemasaran. Adapun tujuh hal yang sebaiknya diperhatikan dan diaplikasikan dalam kegiatan tersebut yaitu (Alma, 2015, 295):

(5)

12

1) Produk

Yaitu manajemen pusat bisnis menyediakan ruang toko yang strategis, lingkungan yang aman dan nyaman, serta desain yang menarik.

2) Harga

Yaitu harga sewa toko yang terjangkau dan sistem pembayarannya mudah.

3) Tempat

Yaitu akses menuju lokasi toko mudah, dilalui kendaraan umum dan nyaman.

4) Promosi

Yaitu adanya promosi yang tidak hanya ditujukan pada tenan atau pedagang, tapi juga kepada konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasang papan iklan atau mengadakan acara secara berkala.

5) Pelaku Kegiatan

Yaitu para pelaku kegiatan seperti pengelola dan pedagang di dalam pusat bisnis harus mengenakan pakaian yang sopan dan menarik, berperilaku dan bersikap yang baik.

6) Tampilan Fisik

Yaitu adanya konfigurasi tenan yang baik, papan nama pedagang, jalur sirkulasi yang memadai, dan desain serta warna yang menarik.

7) Proses

Yaitu kecepatan dan akurasi dalam pelayanan bagi pengunjung dan keefektifan dalam berkegiatan pada fasilitas yang disediakan.

Berdasarkan strategi pemasaran yang sudah dijabarkan tersebut, dalam pengadaan Pusat Bisnis Kerajinan Kulit ini nantinya akan mempertimbangkan dan mengaplikasikan seluruh hal tersebut. Namun, apabila nantinya terdapat salah satu hal tersebut kurang cocok pada pusat bisnis ini, maka akan dihentikan atau diubah penerapannya. Mengingat adanya keterbatasan sumber daya, cepatnya perkembangan zaman dan trend dalam bidang bisnis.

(6)

13

2.1.2. Kerajinan Kulit

Kerajinan atau Kunt Nijverheid dalam bahasa Belanda dapat diterjemahkan seni yang dilahirkan oleh sifat rajin dari manusia. Adapun makna yang sesuai tentang kerajinan yaitu benda hasil dari keterampilan yang menghasilkan keahlian atau kemahiran kerja dalam profesi tertentu. (Kusnadi,1983: 11). Berdasarkan makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa kerajinan adalah sebutan bagi suatu benda hasil kemahiran manusia dalam profesi tertentu. Sedangkan kerajinan kulit adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit. Pada umumnya menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah di samak, kulit mentah atau kulit sintetis. Berdasarkan kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tempat untuk memfasilitasi kegiatan bisnis berupa pemasaran kerajinan kulit. Seiring berjalannya waktu, saat ini kerajinan kulit memiliki sebuah piktogram sebagai ciri khas kerajinan kulit.

Piktogram adalah suatu simbol yang menyampaikan suatu makna melalui penampakan gambar yang menyerupai/ meniru keadaan fisik objek yang sebenarnya (Wikipedia, 2015). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Simbol Kulit Tersamak (SKT) merupakan gambar yang memaknai barang yang dibuat dari bahan kulit hewan yang bentuknya menyerupai badan sapi terlentang tanpa kepala, kaki dan ekor. Kemudian berdasarkan penjelasan The Official Gazette of the RS, mengenai peraturan dalam memberi label sepatu, SKT merupakan standar yang diterapkan di seluruh dunia untuk sepatu yang terbuat dari kulit. Penampakan simbol tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut:

Gambar 2. 1. Simbol Kulit Tersamak Sumber : Wikipedia.org

(7)

14

2.2. Pemahaman Aspek Teknis Pusat Bisnis Kerajinan Kulit

Dalam pemahaman aspek teknis akan dijelaskan mengenai beberapa teori terkait pusat bisnis kerajinan kulit yang nantinya akan dipergunakan sebagai acuan dalam perancangan fasilitas ini.

2.2.1. Pelaku Kegiatan dalam Pusat Bisnis Kerajinan Kulit

Di dalam pusat bisnis terdapat banyak pelaku kegiatan dengan kebutuhannya masing-masing. Para pelaku tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Alma, 2015, 191) :

a. Pedagang

Pedagang merupakan pelaku kegiatan yang akan menjual barang di pusat bisnis. Pedagang ini dapat terdiri dari pedagang kerajinan kulit buatan lokal Bali atau Indonesia yang ingin mengembangkan usahanya dan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memiliki tujuan mencari pasar yang lebih luas, hingga pengrajin kulit yang mapu berkreasi dan membuat produk kerajinan namun belum memiliki tempat pemasaran bagi barang yang akan dijual. b. Pengunjung atau Konsumen

Pengunjung merupakan pelaku kegiatan yang akan membeli barang kerajinan ataupun hanya melihat-lihat barang kerajinan tersebut. Adapun jenis pengunjung terdiri dari pengunjung lokal dan wisatawan.

c. Pengelola Pusat Bisnis atau Pemilik

Pengelola merupakan organisasi pelaku kegiatan yang akan mengatur segala kegiatan yang dilakukan di pusat bisnis tersebut. Organisasi tersebut terdiri dari direktur, manajer, investor, dan karyawan.

2.2.2. Jenis Kerajinan Kulit yang Diwadahi

Dari berbagai macam kerajinan kulit yang ada di Bali, tidak semua memiliki peminat yang cukup besar. Adapun jenis kerajinan kulit yang nantinya akan diwadahi dalam pusat bisnis ini akan dipilih menurut jenis kerajinan yang diminati oleh pembeli (Santoso, 2015), yaitu :

a. Tas

Peminat tas kulit cukup banyak, baik pria ataupun wanita. Bagi wanita, tas kulit di Bali sangat disukai karena kerajinan tas kulit wanita di Bali memiliki keunikan seperti pola anyamannya dan juga dengan adanya pergabungan dengan kain tradisional Bali. Sedangkan untuk pria tas kulit merupakan barang

(8)

15 yang mampu memberikan kesan klasik dan menarik. Adapun jenis kulit yang cukup banyak digunakan untuk membuat kerajinan tas kulit yaitu kulit ular, sapi, buaya, ikan pari dan beberapa hewan lainnya. Untuk tas, secara umum membutuhkan ruang dengan dimensi sebagai berikut:

Panjang x Lebar x Tinggi = 45 cm x 40 cm x 50 cm

Contoh hasil kerajinan tas kulit dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut :

Gambar 2. 2. Kerajinan Tas Kulit Sumber : Google.com

b. Alas kaki

Alas kaki berbahan kulit dapat berupa sepatu dan sandal. Alas kaki kulit merupakan barang yang juga diminati, terlebih bagi kalangan pekerja kantoran yang identik dengan sepatu kulit untuk memberi kesan formal. Jenis kulit yang digunakan bermacam-macam, seperti kulit sapi, buaya, ular, hingga yang saat ini ramai dibicarakan yaitu kulit biawak. Untuk sepatu dan sandal, secara umum membutuhkan ruang dengan dimensi sebagai berikut :

Panjang x Lebar x Tinggi = 35 cm x 15 cm x 30 cm

Contoh hasil kerajinan sepatu dan sandal kulit dapat dilihat pada Gambar 2.3. berikut :

Gambar 2. 3. Kerajinan Sepatu dan Sandal Kulit Sumber : Google.com

(9)

16 c. Jaket

Pada umumnya kulit yang digunakan membuat jaket adalah kulit kambing atau domba. Hal ini dikarenakan kelenturan bahan yang sangat mendukung dan aromanya yang tidak terlalu menyengat. Kebanyakan wisatawan, dari Australia khususnya sangat menyukai jaket kulit dari Bali. Untuk jaket, secara umum membutuhkan ruang dengan dimensi sebagai berikut :

Panjang x Lebar x Tinggi = 10 cm x 60 cm x 120 cm

Contoh hasil kerajinan jaket kulit dapat dilihat pada Gambar 2.4. berikut :

Gambar 2. 4. Kerajinan Jaket Kulit Sumber : Google.com

d. Aksesoris

Selain tas, sepatu, sandal, dan jaket kulit terdapat berbagai macam aksesoris kulit yang juga diminati oleh masyarakat saat ini. Aksesoris tersebut seperti, ikat pinggang, dompet, gelang, gantungan kunci, hingga buku catatan dengan cover kulit dan beberapa aksesoris lainnya. Untuk aksesoris, secara umum membutuhkan ruang dengan dimensi sebagai berikut :

Panjang x Lebar x Tinggi = 20 cm x 15 cm x 10 cm

Contoh beberapa kerajinan aksesoris kulit dapat dilihat pada Gambar 2.5. berikut :

(10)

17

Gambar 2. 5. Kerajinan Aksesoris Kulit Sumber : Google.com

2.2.3. Pengelolaan Display Barang Kerajinan Kulit

Berdasarkan penjelasan pada NPS Museum Handbook, Part I (1996) halaman 12, barang kerajinan berbahan kulit memiliki ketentuan agar tidak mudah rusak dan tahan lama pada saat di display, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Kadar kelembaban dianjurkan tidak boleh diatas 65%. b. Kadar kelembaban dianjurkan tidak boleh kurang dari 22%. c. Kadar kelembaban dianjurkan sekitar 40% - 60%.

d. Pada mumnya kulit barang kerajinan yang baru dibuat memiliki rentang suhu aman dari titik beku hingga 20’C.

e. Pada umumnya menggunakan penghawaan buatan AC sentral .

f. Pencahayaan buatan yang direkomendasikan adalah sekitar 50 - 150 lux. g. Pencahayaan alami direkomendasikan memiliki radiasi sinar UV yang rendah,

maksimum 75 microwatts per lumen.

h. Menggunakan dimmer pada pencahayaan buatan.

2.2.4. Sistem Sirkulasi Pusat Bisnis Kerajinan kulit

Pusat bisnis kerajinan kulit dengan fungsi tempat pemasaran dapat pula disebut sebagai pusat perbelanjaan kerajinan kulit. Untuk mengetahui sirkulasi yang akan dijadikan acuan maka harus diketahui jenis yang ada terlebih dahulu, Terdapat tiga jenis sistem sirkulasi dalam pusat perbelanjaan (San Interior, 2007). Jenis sistem sirkulasi yang dimaksud yaitu:

(11)

18 a. Sistem Banyak Koridor

Pada sistem ini terdapat banyak koridor tanpa orientasi yang cukup jelas, sehingga semua dianggap sama, posisi yang terstrategis hanya bagian depan atau yang dekat dengan entrance saja. Namun kelebihannya adalah efektifitas pemakaian ruangnya sangat tinggi, sehingga tidak ada ruang yang terbuang, dapat dilihat pada Gambar 2.6. berikut:

Gambar 2. 6. Sistem Banyak Koridor Sumber: San Interior, 2007

b. Sistem Plaza

Pada sistem ini terdapat plaza atau ruang berskala besar yang menjadi pusat orientasi kegiatan dalam ruang. Mulai terdapat nilai strategis yang berbeda dari lokasi masing-masing toko, lokasi yang terstrategis berada di dekat plaza, dapat dilihat pada Gambar 2.7. berikut:

Gambar 2. 7. Sistem Plaza Sumber: San Interior, 2007

(12)

19 c. Sistem Mall

Pada sistem ini sirkulasi dipusatkan pada sebuah jalur utama yang berada diantara dua atau lebih pertokoan yang nantinya jalur tersebut akan menjadi sirkulasi utama, dapat dilihat pada Gambar 2.8. berikut:

Gambar 2. 8. Sistem Mall Sumber: San Interior, 2007

2.3. Studi Banding

Dengan tujuan memperkuat pemahaman mengenai ptempat penjualan kerajinan dan kerajinan kulit, pada bagian ini akan dijelaskan beberapa bangunan dari hasil studi banding dengan fungsi pemasaran dan juga penjualan, yaitu :

2.3.1. Perusahaan Kerajinan Kulit Real Issue di Badung, Bali

a. Lokasi

Perusahaan ini berlokasi di Jl. Pelita No. 13 Kuta, Badung, Bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9. berikut :

(13)

20

Gambar 2. 9. Peta Lokasi CV. Real Issue Sumber : Maps.google.co.id

b. Tinjauan Objek

Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan kerajinan kulit di Kabupaten Badung. Dengan jumlah pekerja sekitar 18 orang, perusahaan ini menghaslkan produk kerajinan kulit berupa tas. Tas kulit yang diproduksi kebanyakan menggunakan model anyaman, yang merupakan model klasik dan disukai wisatawan. Dengan hasil kerajinan tas tersebut, perusahaan ini sudah mampu memasarkan produknya hingga ke luar Indonesia, seperti Jepang.

c. Layout

Adapun layout yang didapat dari hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 2.10. berikut :

(14)

21

Gambar 2. 10. Layout CV. Real Issue

d. Fasilitas

Beberapa fasilitas yang ada pada objek menurut penomoran gambar layout, yaitu :

8) Parkir pengunjung 9) Ruang Pembuatan Pola 10) Ruang Jahit dan Finishing 11) Ruang Barang Jadi

12) Tempat Tinggal Pengrajin 13) Parkir Pengrajin

e. Dokumentasi

Hasil foto dokumentasi saat observasi dapat dilihat pada Gambar 2.11. hingga Gambar 2.12. berikut :

(15)

22

Gambar 2. 11. Ruang Jahit dan Finishing Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 12. Ruang Barang Jadi Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

2.3.2. Perusahaan Kerajinan Kulit Momo Leather di Badung, Bali

a. Lokasi

Perusahaan ini terletak di Jl. Gunung Athena No. 5 E, Denpasar, Bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.13. berikut :

(16)

23

Gambar 2. 13. Peta Lokasi Momo Leather Sumber : Maps.google.co.if

b. Tinjauan Objek

Momo Leather merupakan salah satu toko kerajinan dan supplier kulit yang sudah sejak tahun 2000 memulai usaha kerajinan kulit di Bali dan saat ini memiliki 60 orang pekerja. Dari keseluruhan jumlah pekerja, 40 yaitu merupakan pengrajin yang sudah berpengalaman membuat kerajinan kulit berkualitas. Kebanyakan dari hasil kerajinan yang dibuat Momo diekspor ke luar negeri seperti Rusia, Australia, dan Jepang. Momo merupakan toko kerajinan kulit pertama yang membangun workshop-nya langsung di Bali. Berlokasi di Jalan Gunung Atena dengan luas lahan 1000m2, workshop ini menjadi tempat bekerja pengrajin sekaligus gudang bagi bahan kulit jadi yang mereka jual, disini juga terdapat ruangan yang difungsikan sebagai retail atau toko tempat menjual hasil kerajinan kulitnya. Produk yang dijual Momo sangat

(17)

24 lengkap, mulai dari tas, sepatu, jaket, dompet, gantungan kunci, gelang, hingga ikat pinggang (Wibisono, 2015).

c. Layout

Adapun layout yang didapat dari hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 2.14. berikut :

Gambar 2. 14. Layout Momo Leather

d. Fasilitas

Beberapa fasilitas yang ada pada objek menurut penomoran gambar layout, yaitu :

1) Parkir Pengunjung 2) Parkir Motor Pegawai 3) Retail

4) Ruang Tamu 5) Ruang Manajer

6) Gudang Kulit Sebelum Dipotong 7) Gudang Kulit Sesudah Dipotong 8) Tempat Tinggal Pengrajin 9) Toilet

10) Tempat Pengrajin Jaket Kulit 11) Area Pewarnaan

(18)

25 12) Mushola

13) Dapur

14) Tempat Pengrajin Sepatu Kulit 15) Tempat Pengrajin Tas Kulit

16) Tempat Pengrajin Dompet dan Aksesoris Kulit e. Dokumentasi

Hasil foto dokumentasi dapat dilihat pada Gambar 2.15. hingga Gambar 2.20. berikut :

Gambar 2. 15. Retail

Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 16. Gudang Kulit Sebelum Dipotong Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

(19)

26

Gambar 2. 17. Tempat Pengrajin Tas Kulit Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 18. Tempat Pengrajin Jaket Kulit Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

(20)

27

Gambar 2. 19. Tempat Pengrajin Sepatu Kulit

Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 20. Parkir Motor Pegawai Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

2.3.3. Sentra UKM MERR di Surabaya, Jawa Timur

a. Lokasi

Jl. Dr. Ir. Haji Soekarno No.11, Sukolio, Surabaya, Jawa Timur Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.21. berikut :

(21)

28

Gambar 2. 21. Peta Lokasi Sentra UKM MERR Sumber : Maps.google.co.id

b. Tinjauan Objek

Sentra UKM MERR merupakan sebuah bangunan yang diresmikan pada Desember 2014 dengan luas lahan ± 650 m2 dan luas dasar bangunan ± 380 m2. Bangunan ini dibuat sebagai prasarana untuk mengenalkan berbagai hasil karya UKM di Surabaya. Desain gedung sengaja dibentuk modern. Jadi para pengunjung yang datang merasa berkunjung ke sebuah show room. Di sana ada berbagai produk yang dipamerkan. Mulai dari jenis produk handycraft, fashion, hingga aneka kuliner khas Surabaya.

Bangunan sentra ini dapat dikatakan unik dan memiliki fasad yang terlihat modern. Karena terletak di Jl. Ir. Soekarno, letak bangungn ini cukup strategis karena merupakan jalur utama menuju Bandara Internasional Juanda. Dengan kondisi ini maka seiring jumlah trafik yang ramai, jumlah orang yang tertarik untuk berkunjung menjadi akan menjadi banyak. Selain eksterior bangunan

(22)

29 yang modern, ruangan di dalamnya didesain dengan suasana modern, salah satu bagian yang menarik adalah pada ramp utama yang dijadikan jalur sirkulasi antar lantai, dengan adanya kaca mati sebagai dinding bagian belakang bangunan maka jalur tersebut akan lebih hemat energi dan hanya membutuhkan pencahayaan buatan di malam hari. Selain itu, pada bagian dalam bangunan dipadukan dengan dekorasi furnitur buatan lokal seperti vas bunga, lukisan, tempat sampah, hingga lampu hias.

c. Layout

Adapun layout yang didapat dari hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 2.22. berikut :

Gambar 2. 22. Layout Sentra UKM MERR

d. Fasilitas

Beberapa fasilitas yang ada pada objek menurut penomoran gambar layout, yaitu : 1) Entrance bangunan 2) Parkir motor 3) Parkir Mobil 4) Kasir 5) Handicraft Area (± 25 m2) 6) Ruang Pengelola

(23)

30 7) Ramp sirkulasi

8) Loading Dock e. Dokumentasi

Hasil foto dokumentasi dapat dilihat pada Gambar 2.23. hingga Gambar 2.27. berikut :

Gambar 2. 23. Fasad Bangunan Sentra Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 24. Kasir Sentra

(24)

31

Gambar 2. 25. Jalur Sirkulasi didalam Sentra Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 26. Display Kerajinan UKM Asal Surabaya Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 27. Ruang Pelatihan Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

(25)

32

2.3.4. Industri Tas dan Koper Koperasi InTaKo di Sidoarjo, Jawa Timur

a. Lokasi

Jl. Utama No.27, Kludan, Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.28. berikut :

Gambar 2. 28. Peta Lokasi InTaKo Sumber : Maps.google.co.id

b. Tinjauan Objek

Koperasi INTAKO mulai dikenal di Sidoarjo sebagai pusat dari industri tas dan koper dan dianggap berhasil mengembangkan anggota dan pengrajin yang ada di Desa Kedensari hingga memperoleh penghargaan. Karena usahanya makin meningkat dan banyak pengunjung berdatangan maka banyak warga sekitar mendirikan toko–toko tas di sepanjang jalan yang dilalui tamu–tamu koperasi sehingga daerah ini terkenal sebagai daerah pengrajin tas dan koper sekaligus merupakan tujuan wisata industri.

(26)

33 Bangunan InTaKo merupakan bangunan lama yang belum pernah direnovasi, fungsinya pun masih tetap seperti pada awal dibangun. Dengan luas lahan sekitar ± 600 m2 dan luas bangunan sekitar ± 400 m2, pada bangunan ini

terdapat berbagai jenis kerajinan baik berupa tas, koper, sepatu, ikat pinggang, hingga topi dengan bahan kulit dan non kulit, dari tas berukuran kecil hingga besar yang produksinya dikerjakan oleh pengrajin yang merupakan anggota dari koperasi tersebut, yang bekerja secara rumahan di sekitar koperasi (Ahmad, 2015).

c. Layout

Adapun layout yang didapat dari hasil observasi dapat dilihat pada Gambar 2.29. berikut :

Gambar 2. 29. Layout Bangunan Intako

d. Fasilitas

Beberapa fasilitas yang ada pada objek menurut penomoran gambar layout, yaitu :

1) Parkir

2) Pos Keamanan

3) Ruang Koleksi Tas Kulit (± 90 m2) 4) Gudang (± 25 m2)

(27)

34 5) Back Office Pengelola (± 30 m2)

6) Ruang Istiharat Pengelola 7) Toilet

8) Front Office Pengelola

9) Koleksi Sabuk dan Aksesoris Kulit 10) Cafetaria

11) Koleksi Tas Non Kulit (± 190 m2) 12) Kasir

e. Dokumentasi

Hasil foto dokumentasi dapat dilihat pada Gambar 2.30. hingga Gambar 2.32. berikut :

Gambar 2. 30. Rak Tas Kulit Pria yang Dijual di InTaKo Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

(28)

35

Gambar 2. 31. Hasil Kerajinan Koper Kulit Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

Gambar 2. 32. Fasad Bangunan InTaKo Sumber : Observasi Lapangan, Oktober 2015

(29)

36

2.4. Spesifikasi Umum

Spesifikasi umum merupakan acuan secara umum dalam perancangan suatu proyek. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan secara umum dan beberapa hal penting berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan dalam tinjauan teori dan studi banding, untuk nantinya dijadikan acuan dasar dalam merancang Pusat Bisnis Kerajinan Kulit.

2.4.1. Pengertian

Pusat Bisnis Kerajinan Kulit merupakan sebuat tempat yang dapat memfasilitasi kegiatan bisnis berupa perdagangan kerajinan kulit. Di dalam pusat bisnis ini nantinya akan terdapat banyak pedagang kerajinan kulit dengan berbagai jenis kerajinan yang mereka jual. Untuk mempermudah pengunjung memilih barang kerajinan kulit, nantinya seluruh barang kerajinan tersebut akan dikelompokkan menurut jenisnya.

2.4.2. Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dan sasaran dari Pusat Bisnis Kerajinan Kulit ini yaitu : a. Tujuan dari pengadaan Pusat Bisnis Kerajinan Kulit yaitu:

1) Sebagai fasilitas untuk memasarkan kerajinan kulit. 2) Menarik minat masyarakat terhadap hasil kerajinan kulit.

b. Sasaran dari pengadaan Pesat Bisnis Kerajinan Kulit yaitu memasarkan kerajinan kulit kepada warga lokal dan para wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

2.4.3. Pelaku Kegiatan

Adapun pelaku kegiatan dalam Pusat Bisnis Kerajinan Kulit ini yaitu :

a. Pedagang, yaitu pelaku bisnis atau usaha perdagangan kerajinan kulit,

diantaranya pengusaha kerajinan kulit dengan brand lokal, pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi kerajinan kulit dan pengrajin rumahan yang ingin mengembangkan usahanya melalui pemasaran dengan target yang lebih luas.

b. Pengunjung, yaitu orang yang datang ke pusat bisnis kerajinan kulit dengan

tujuan membeli ataupun hanya melihat barang yang ada.

c. Pengelola, yaitu orang yang mengelola operasional dan mengatur para

(30)

37

2.4.4. Aktivitas

Adapun aktivitas yang terdapat dalam pusat bisnis kerajinan kulit ini yaitu : a. Aktivitas Utama, yaitu sebagai pusat kegiatan perdagangan kerajinan kulit.

b. Aktivitas Penunjang, yaitu sebagai tempat bersosialisasi antar pelaku bisnis

ataupun antara pedagang dan pembeli.

2.4.5. Fasilitas

Berdasarkan beberapa hal yang telah disampaikan sebelumnya, secara umum dapat diasumsikan bahwa Pusat Bisnis Kerajinan Kulit ini di dalamnya membutuhkan fasilitas seperti :

a. Showroom, sebagai ruang utama tempat pedagang dan pengunjung melakukan kegiatan jual beli.

b. Lobby, sebagai tempat penerimaan pengunjung.

c. Parkir, sebagai tempat pengunjung, pedagang atau pengelola memarkir kendaraan.

d. Cafetaria, sebagai tempat pelaku kegiatan yang ingin menikmati makanan dan minuman.

e. Bank dan ATM Centre, sebagai fasilitas untuk pedagang menyimpan uang hasil dagangannya dan tempat bagi seluruh pelaku kegiatan untuk mengambil uang dari tabungan melalui ATM.

f. Kantor Pengelola, sebagai tempat pengelola bekerja.

g. Tempat Ibadah, sebagai ruang yang dapat digunakan untuk beribadah. h. Toilet, sebagai tempat melakukan aktivitas BAB atau BAK.

2.4.6. Lokasi

Berdasarkan strategi pemasaran yang telah disampaikan sebelumnya, Pusat Bisnis Kerajinan Kulit ini akan memilih lokasi dengan akses yang mudah, dilalui kendaraan umum dan nyaman.

Gambar

Gambar 2. 3. Kerajinan Sepatu dan Sandal Kulit  Sumber : Google.com
Gambar 2. 4. Kerajinan Jaket Kulit  Sumber : Google.com
Gambar 2. 5. Kerajinan Aksesoris Kulit  Sumber : Google.com
Gambar 2. 6. Sistem Banyak Koridor  Sumber: San Interior, 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan yang optimum serta mengevaluasi efektivitas bahan tambahan zeolit 20 g/ℓ, karbon aktif 10 g/ℓ dan garam 5 g/ℓ dalam

Berdasarkan Tabel 3, hasil perhitungan tarif biaya overhead pabrik yaitu sebesar 14.61% sedangkan untuk dapat menentukan besaran harga pokok produksi dengan metode

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Work-family conflict dan Family-work conflict terhadap Turnover intention melalui Job stress

Pada gambar 7 tampak gambar Fuzzy Inference System dengan keanggotaan segitiga untuk beban rumah sebanyak 75 unit rumah dengan beban per rumah 300WH/hari per rumah

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kini berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa Pemerintahan daerah adalah

Buku ini membahas tentang pengenalan proyek konstruksi, jenis-jenis proyek konstruksi, manajemen rantai pasok secara umum, konsep rantai pasok konstruksi, konsep mikro

menggambarkan dan menjawab berbagai masalah yang ada, peneliti menggunakan Rasio Kemampuan Keuangan Daerah yang terdiri dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

(47) ja sitten viejän tehtävä on öö antaa tila sille seuraajalle silleen että se vaan viejä vaan ehdottaa että nyt voitais tehdä tällanen ja sit seuraaja toteuttaa sen