Vol. 1 No. 1, Juni 2019
17
PERBEDAAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA PELAJARAN
BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 UTAN TAHUN AJARAN 2016/2017 Wiwi Widia Astuti1), A. Wahab Jufri2), Afriana Azizah3) 1)Mahasiswa Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram
2)3)Dosen Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jalan Majapahit No. 62 Mataram Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Kemampuan Metakognisi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa yang belajar dengan: 1) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan 2) Model Pembelajaran Discovery. Subjek penelitian adalah: siswa kelas X IPA SMA Negeri I Utan yang berjumlah 99 orang yang tersebar ke dalam tiga kelas. Sampel kelas ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling dan diperoleh kelas X IPA I sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas X IPA II sebagai kelompok eksperimen 2. Sampel siswa berjumlah 66 orang masing-masing 33 orang di kelas eksperimen 1 dan 33 orang di kelas eksperimen 2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) inventori kemampuan metakognisi yang diterjemahkan dari MAI (Metacognitive Awareness Inventory) yang terdiri atas 52 item pernyataan, 2) tes hasil belajar kognitif yang terdiri atas 30 soal pilihan ganda. Hasil uji hipotesis dengan uji t (α= 5% dan ttabel = 1,998) menunjukkan
bahwa: 1) terdapat perbedaan kemampuan metakognisi siswa yang belajar dengan model PBM dan model pembelajaran Discovery (thitung= 3,429), dan 2) terdapat perbedaan hasil
belajar kognitif siswa yang belajar dengan model PBM dan model pembelajaran Discovery (thitung= 2,177).
Kata Kunci: PBM, Discovery, kemampuan metakognisi, hasil belajar kognitif
PENDAHULUAN
Sesuai dengan penekanan kurikulum 2013 yaitu proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik (Kemendikbud, 2014). Hal tersebut mengarah untuk memberdayakan siswa aktif dalam berkooperatif, melakukan penemuan serta pemecahan masalah dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran siswa. Maka dari itu, pembelajaran seharusnya tidak cukup hanya membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, tetapi seharusnya mampu menumbuhkan kesadaran belajar, keterampilan inkuiri, keterampilan sosial serta keterampilan metakognisi agar mampu menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembelajaran sains khususnya Biologi yang di dalamnya banyak termuat kegiatan eksplorasi dan konstruktivis, pada dasarnya mampu untuk meningkatkan kompetensi siswa. Salah satu kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran Biologi ialah: hasil belajar kognitif. Pencapaian hasil belajar kognitif dalam pembelajaran biologi dapat berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Hal ini disebabkan adanya beberapa variabel yang dapat mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa, diantaranya yaitu: kemampuan metakognisi, berpikir kritis, kemampuan akademik, strategi belajar, motivasi dan sebagainya. Diantara variabel tersebut kemampuan metakognisi merupakan salah satu yang memilki peluang yang lebih besar dalam menjelaskan hasil belajar kognitif (Wicaksono, 2014).
Vol. 1 No. 1, Juni 2019
18 Siswa perlu memantau proses berpikirnya untuk mencapai keberhasilan dalam memecahkan masalah. Menurut Imel (2002) dalam Nurmaliah (2008) menjelaskan bahwa: metakognisi sangat diperlukan untuk kesuksesan belajar, karena dengan metakognisi memungkinkan siswa untuk mampu mengelola kecakapan kognisi dan mampu melihat (menemukan) kelemahannya dan akan diperbaiki dengan kecakapann kognisi berikutnya. Dawson (2008) dalam Wicaksono (2014) mengatakan: siswa yang memiliki perkembangan metakognisi yang baik mampu dalam memecahkan masalah, membuat keputusan dan berpikir kritis, lebih termotivasi dalam belajar, lebih mampu mengatur emosi serta lebih mampu mengatasi kesulitan.
Dewasa ini kemampuan metakognisi dan berpikir tingkat tinggi lainnya belum banyak diberdayakan secara sengaja dalam proses pembelajaran di sekolah. Indikasinya banyak ditemukan siswa mengalami kesulitan belajar. Guru tidak menyadari bahwa: hal ini dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Jika hal ini tidak di intervensi, dapat menyulitkan siswa pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berangkat dari hal tersebut maka kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya dirancang untuk dapat meransang siswa agar mampu membangun sendiri konsep dan pemahamannya dari pengalaman yang telah mereka miliki. Oleh sebab itu, guru perlu melakukan inovasi pembelajaran yang berorientasi pembelajaran keterampilan berpikir secara terencana. Upaya pemberdayaan keterampilan berpikir siswa dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang berpotensi memberdayakan keterampilan berpikir. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyampaikan dalam sosialisasi kurikulum 2013 pada tanggal 6 November 2013 bahwa: model pembelajaran sesuai
dengan pendekatan saintifik mengacu pada kurikulum 2013 adalah: Project Based Learning (PjBL), Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning. Model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada peran aktif peserta didik. Peneliti melakukan penelitian menggunakan Problem Based Learning (PBL) dan Discovery Learning. Alasan peneliti memilih kedua model tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, kedua model tersebut mengacu pada problem solving tanpa menghasilkan product. Kedua, dengan metode penemuan dan berbasis masalah siswa dapat langsung terlibat dalam memperagakan, menunjukkan, mengamati, mencatat segala sesatu yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Dengan model ini siswa akan belajar dari apa yang dilihat dan dialaminya sehingga diharapkan siswa dapat menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses kegiatan tersebut dengan baik.
Kenyataan kurangnya perhatian terhadap kemampuan metakognisi pada siswa terjadi di SMAN 1 Utan. Guru belum memberikan perhatian yang optimal pada kemampuan metakognisi siswa seperti: mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dalam belajar. Manfaat mempelajari suatu materi pelajaran, dan menyusun strategi belajar sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa yang relative rendah. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang: perbedaan kemampuan metakognisi dan hasil belajar kognitif siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran discovery.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan rancangan pre-post test group design. Pre-test dilakukan sebelum diberikan perlakuan untuk mengetahui
Vol. 1 No. 1, Juni 2019
19 kemampuan awal siswa. perlakuan berupa penerapan model pebelajaran berbasis masalah (PBM) dan model pembelajaran discovery, kemudian dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa sehingga dapat diketahui bagaimana perbedaan kemampuan metakognisi dan hasil belajar kognitif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran discovery.
Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Utan tahun ajaran 2016/2017. Populasi semua siswa kelas X IPA SMA 1 Utan berjumlah 99 siswa yang terbagi kedalam 3 kelas dengan masing-masing kelas berjumlah 33 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Sampel sebanyak 2 kelas yaitu X IPA 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan X IPA 2 sebagai kelas eksperimen 2. Pengumpulan data menggunakan angket kemampuan metakognisi MAI (metakognitive
awareness inventori) yang dikembangkan oleh Schraw dan Dennison (1994) yang terdiri dari 52 item pernyataan dalam bahasa inggris. Inventori ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan alternatif pilihan jawaban sesuai skala likert, dengan pilihan jawaban selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (K) dan tidak pernah (TP) (Sugiyono, 2016). Sedangkan hasil belajar kognitif siswa menggunakan tes pilihan ganda dengan 30 butir soal dan 5 alternatif pilihan jawaban (A, B, C, D dan E). Prasyarat uji hipotesis yaitu uji normalitas dengan uji Chi Kuadrat dan uji homogenitas dengan uji f. Analisis uji hipotesis melalui ui t polled varians. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Metakognisi
Berikut adalah data hasil penelitian untuk kemampuan metakognisi siswa , disajikan dalam Gambar 1:
Gambar 1 Diagram Rata-rata Kemampuan Metakognisi Siswa Gambar 1 menunjukkan rata-rata
kemampuan metakognisi siswa pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Rata-rata post-test pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari rata-rata pre-test, rata-rata post-test pada kelas eksperimen 2 juga terlihat perbedaan namun lebih rendah dari pada
kelas eksperimen 1. Untuk melengkapi data kemampuan metakognisi, berikut ini disajikan Distribusi frekuensi Siswa Berdasarkan Kriteria Kemampuan Metakognisi pada Tabel 1.
Vol. 1 No. 1, Juni 2019
20
Tabel 1. Distribusi frekuensi Siswa Berdasarkan Kriteria Kemampuan Metakognisi
Tabel 1 menunjukkan bahwa: skor rata-rata keseluruhan dari kelas eksperimen 1 memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan metakognisi dibandingkan kelas eksperimen 2 setelah diberi perlakuan yang berbeda.
Hasil perhitungan hipotesis dengan uji t memperoleh nilai thitung > ttabel (3,429 > 1,998) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (tidak terdapat perbedaan kemampuan metakognisi siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran discovery pada pelajaran biologi siswa SMA Negeri 1 Utan tahun ajaran 2016/2017) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa: Ha1(ada perbedaan kemampuan metakognisi siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran discovery pada pelajaran biologi siswa SMA Negeri 1 Utan tahun ajaran 2016/2017) diterima.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Penelitian lain yang dilakukan oleh
Muhiddin (2012) yanh menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah dapat berpengaruh terhadap keterampilan metakognisi mahasiswa biologi. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran pada kelas PBM memberikan permasalahan yang dapat membangun pemikiran siswa. Danial (2010) juga menyebutkan bahwa penerapan model PBM mampu meningkatkan keterampilan metakognisi mahasiswa. Model PBM sangat menuntut siswa sebagai pebelajar utama dalam kegiatan ini untuk aktif belajar, berkarya, kreatif, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka capai atau temukan dan keterlibatan guru memberikan pengarahan atau umpan balik.
Hasil Belajar Kognitif
Berikut adalah data hasil penelitian untuk hasil belajar kognitif siswa, disajikan dalam Gambar 2:
Vol. 1 No. 1, Juni 2019
21
Gambar 2. Diagram Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Gambar 2 menunjukkan rata-rata hasil
belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Rata-rata post-test pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari rata-rata pre-test, sedangkan rata-rata post-test pada kelas eksperimen 2 juga terihat adalanya perbedaan namun
lebih rendah daripada kelas eksperimen. Untuk melengkap data hasil belajar kognitif siswa, berikut ini disajikan distribusi frekuensi siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Tabel 2 menunjukkan data distribusi frekuensi siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal, melalui data tersebut dapat diketahui bahwa: persentase siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2 setelah diberikan perlakuan yang berbeda.
Hasil perhitungan hipotesis melalui uji t diperoleh nilai thitung > ttabel (2,177> 1,998) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho (tidak terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran discovery pada pelajaran biologi siswa SMA Negeri 1 Utan tahun
ajaran 2016/2017) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa: Ha2 (terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran discovery pada pelajaran biologi siswa SMA Negeri 1 Utan tahun ajaran 2016/2017) diterima
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Masholekhatin (2012) yang menyatakan bahwa: “terdapat pengaruh signifikan dari hasil belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang hanya belajar dengan model pembelajaran konvensional”.
Vol. 1 No. 1, Juni 2019
22 Mrnurut, Megaria, dkk. (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 7 Ubuklinggau” menyebutkan bahwa: PBL berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 7 Ubuklinggau. Penggunaan model PBM dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena memiliki kelebihan. Menurut Sanjaya (2007) kelebihan PBL, antara lain: (1) menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. (2) meningkatkan motivasi dan aktifitas pembelajaran siswa. (3) membentu siswa dalam mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dunia nyata. (4) membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu model PBM dapat mendorong peserta didik untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. (5) mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. (6) memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. (7) mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. (8) memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata.
Berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan, penelitian ini relevan dan dapat mendukung penelitian sebelumnya tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
SIMPULAN (PENUTUP)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: terdapat perbedaan kemampuan metakognisi dan hasil belajar kognitif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran discovery pada pelajaran biologi siswa SMA Negeri Utan tahun ajaran 2016/2017. Pernyataan ini didukung oleh hasil analisis uji-t dimana thitung>ttabel, yaitu 3,429 > 1,998 pada kemampuan metakognisi siswa dan 2,177 > 1,998 pada hasil belajar kognitif siswa. Data persentase kemampuan metakognisi siswa berdasarkan kriteria ketuntasan metakognisi menjelaskan bahwa: skor rata-rata keseluruhan dari kelas yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan metakognisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang belajar dengan model pembelajaran discovery setelah diberikan perlakuan. Data Persentase siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada kelas yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan kelas yang belajar dengan model pembelajaran discovery setelah diberikan perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Wicaksono, A, G, Candra. 2014. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA pada Pembelajaran Biologi dengan Strategi Resiprocal Teaching. Jurnal Pendidikan SAINS. 2(2): 85-92.
Mustikaningtyas, W. P. 2013. Keterampilan Metakognisi Biologi Ditinjau dari Kemampuan Metakognisi, Kemampuan Intrapersonal dan Kemampuan Interpersonal pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Surakarta: UMS Press.
Nurmaliah, C. 2008. Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa
Vol. 1 No. 1, Juni 2019
23 SMP Negeri di Kota Malang Berdasarkan Kemampuan Awal, Tingkat Kelas, dan Jenis Kelamin, (Online): Diakses tanggal 10 juni 2016.
Paidi. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah. Jurnal Kependidikan. 41(2): 185-201.
Danial, M. 2010. Pengaruh Strategi PBL terhadap Keterampilan Metakognisi dan Respon Mahasiswa. Jurnal Chemica. 11(2): 1-10.
Schraw, G. dan Dennison, R. S. (1994). Assessing metacognitive awareness. Contemporary Educational Psychology, 19, 460-475. (Online): http:/www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/S0361476X8471 0332, diakses tanggal 3 Maret 2017.
Sugiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Muhidin P. 2012. Pengaruh Integrasi
Problem Based Learning dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Kemampuan Akademik Terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa Pada Petkuliahan Biologi Dasar di FMIPA Universitas Negeri Makassar. Dissertasi. Malang: FMIPA UM.
Sanjaya, W. 2007. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: kencana persada media.