• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Pedoman Kube 2016 Fpm Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Pedoman Kube 2016 Fpm Kota"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGANAN FAKIR MISKIN PERKOTAAN

PENANGANAN FAKIR MISKIN PERKOTAAN

MELALUI BANTUAN STIMULAN

MELALUI BANTUAN STIMULAN

USAHA EKONOMI PRODUKTIF KUBE

USAHA EKONOMI PRODUKTIF KUBE

TAHUN 2016

TAHUN 2016

KEMENTERIAN SOSIAL RI

KEMENTERIAN SOSIAL RI

DIREKTORAT JENDERAL PENANGANAN FAKIR

DIREKTORAT JENDERAL PENANGANAN FAKIR MISKIN

MISKIN

DIREKTORAT

DIREKTORAT PENANGANA

PENANGANAN FAKIR

N FAKIR MISKIN PE

MISKIN PERKOTAAN

RKOTAAN

2016

(2)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

 A.

 A. Latar BelakangLatar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan keadilan sosial dan Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah tanah air, baik di kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah tanah air, baik di perkotaan, perdesaan, perbatasan antar negara, pulau-pulau kecil dan tertinggal. perkotaan, perdesaan, perbatasan antar negara, pulau-pulau kecil dan tertinggal. Untuk mencapai tujuan dimaksud, pemerintah menyelenggarakan berbagai Untuk mencapai tujuan dimaksud, pemerintah menyelenggarakan berbagai program pembangunan di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Dalam rangka program pembangunan di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Dalam rangka mengatasi persoalan kemiskinan, pemerintah mengambil kebijakan penanganan mengatasi persoalan kemiskinan, pemerintah mengambil kebijakan penanganan fakir miskin. Mengingat karakteristik kemiskinan yang bersifat multi dimensi dan fakir miskin. Mengingat karakteristik kemiskinan yang bersifat multi dimensi dan multi sektor, pemerintah juga berupaya untuk melibatkan berbagai pihak dalam multi sektor, pemerintah juga berupaya untuk melibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin.

pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin.

Kementerian Sosial RI merilis data sebaran rumah tangga, keluarga dan Kementerian Sosial RI merilis data sebaran rumah tangga, keluarga dan individu

individu berdasarkan berdasarkan Basis Basis Data Data Terpadu Terpadu 2015 2015 (Kepmensos (Kepmensos No.32/HUK/2016)No.32/HUK/2016) yang menunjukkan jumlah fakir miskin di Indonesia sebanyak 92.994.742 jiwa yang menunjukkan jumlah fakir miskin di Indonesia sebanyak 92.994.742 jiwa yang tersebar pada 34 provinsi. Kementerian sosial ditugaskan untuk dapat yang tersebar pada 34 provinsi. Kementerian sosial ditugaskan untuk dapat menurunkan angka kemiskinan sebesar 7% sampai dengan tahun 2019 oleh menurunkan angka kemiskinan sebesar 7% sampai dengan tahun 2019 oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan berbagai kalangan.

karena itu diperlukan kerjasama dengan berbagai kalangan.

Penduduk miskin perkotaan menghadapi permasalahan yang sangat Penduduk miskin perkotaan menghadapi permasalahan yang sangat kompleks.

kompleks. Penduduk Penduduk miskin miskin di di perkotaan perkotaan pada pada umumnya meneumumnya menempati mpati daerahdaerah kumuh, padat dan lahan ilegal (bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, kolong kumuh, padat dan lahan ilegal (bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, kolong  jembatan dan

 jembatan dan jalan tol jalan tol serta tanah serta tanah negara negara dll). Lingkungdll). Lingkungan sosan sosial seperti ial seperti itu telahitu telah membentuk kebiasaan dan perilaku hidup yang eksklusif, dan tidak mudah untuk membentuk kebiasaan dan perilaku hidup yang eksklusif, dan tidak mudah untuk menerima perubahan

menerima perubahan dari pedari pemerintah. merintah. Pendekatan Pendekatan individu, keluarga, individu, keluarga, kelompokkelompok dan masyarakat/komunitas, merupakan metode yang dapat digunakan secara dan masyarakat/komunitas, merupakan metode yang dapat digunakan secara simultan sesuai dengan karakteristik penduduk miskin perkotaan.

simultan sesuai dengan karakteristik penduduk miskin perkotaan.

Penanganan Fakir Miskin Perkotaan diprioritaskan pada fakir miskin yang Penanganan Fakir Miskin Perkotaan diprioritaskan pada fakir miskin yang masih usia pr

masih usia produktif, dan oduktif, dan diutamakan yang diutamakan yang dapat mengembangkan dapat mengembangkan usaha. Melaluiusaha. Melalui pemberdayaan dengan bantuan modal usaha yang disalurkan melalui perbankan, pemberdayaan dengan bantuan modal usaha yang disalurkan melalui perbankan, dimaksudkan untuk memfasilitasi fakir miskin dalam mengelola Usaha Ekonomi dimaksudkan untuk memfasilitasi fakir miskin dalam mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan dapat meningkatkan aktifitas sosial kelompok. Adapun sasaran Produktif (UEP) dan dapat meningkatkan aktifitas sosial kelompok. Adapun sasaran program dimaksud adalah Fakir Miskin atau Keluarga Sangat Miskin (KSM) usulan program dimaksud adalah Fakir Miskin atau Keluarga Sangat Miskin (KSM) usulan Pemerintah Daerah dan data disesuaikan dengan Basis

Pemerintah Daerah dan data disesuaikan dengan Basis Data Terpadu 2015.Data Terpadu 2015.

Sehubungan dengan itu, untuk memberikan kesamaan pemahaman dan Sehubungan dengan itu, untuk memberikan kesamaan pemahaman dan langkah dalam penanganan fakir miskin perkotaan, Direktorat Penanganan Fakir langkah dalam penanganan fakir miskin perkotaan, Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan memandang perlu menyusun Pedoman Pelaksanaan Penangan Miskin Perkotaan memandang perlu menyusun Pedoman Pelaksanaan Penangan Fakir Miskin Perkotaan Melalui Bantuan Stimulan UEP Kube.

(3)

B. Maksud dan Tujuan

Pedoman ini disusun sebagai acuan operasional pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin perkotaan melalui Bantuan Stimulan UEP, dengan tujuan:

1. Untuk menyediakan acuan dalam penanganan fakir miskin perkotaan melalui bantuan stimulan UEP;

2.  Adanya kesamaan pemahaman dan langkah dalam penanganan fakir miskin perkotaan, antara pusat, provinsi dan kebupaten/kota dan pihak-pihak terkait lainnya;

3. Penanganan fakir miskin perkotaan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

C. Sasaran

Sasaran pengguna buku Pedoman Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan melalui bantuan stimulan UEP ini adalah :

a. Kementerian Sosial RI.; b. Dinas Sosial Provinsi;

c. Dinas Sosial Kabupaten/Kota penerima program; d. Pendamping;

e. Pihak terkait. D. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2), Pasal 33, dan Pasal 34;

2. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan  Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

4. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011, Tentang Penanganan Fakir Miskin; 5. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian;

6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah;

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Kabupaten/Kabupaten/Kota;

8. Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

9. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI;

11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 25/HUK/2015 tentang Kelompok Usaha Bersama;

12. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 254/PMK.05/2015 Tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/LembagaPeraturan Menteri Sosial RI Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Sosial;

(4)

13. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 146/HUK/2013 tentang Kriteria Dan Pendataan Fakir Miskin Dan Orang Tidak Mampu;

14. Keputusan Bersama Menteri Sosial RI dan Menteri Agama RI Nomor 40/PEG/HUK/2002 dan 293/2003 tentang Pendayagunaan Dana Zakat untuk Pemberdayaan Fakir Miskin;

15. Keputusan Bersama Menteri Sosial RI dan Menteri Koperasi Dan UKM Nomor 02/HUK/NKB/2013 dan 01/KB/M.KUKM/II/2013 tentang Pembinaan Dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Untuk Membentuk Koperasi;

16. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-11/PB/2011 Tentang Mekanisme Tata Cara Pencairan Dana APBN.

17. Permensos Nomor 14 tahun 2012 tentang Pengelolaan Hibah Dalam Negeri Dalam Bentuk Uang.

E. Pengertian

1. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

2. Kemiskinan adalah suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan orang baik sebagai individu maupun kelompok untuk memenuhi hak-hak dasar secara layak dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

3. Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perKabupaten/Kotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi yang dalam statusnya Kabupaten/Kota sebagai daerah otonomi dan atau ibu kota Kabupaten dengan satuan wilayah kelurahan.

4. Penanganan Fakir Miskin adalah upaya yang terarah. Terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukann Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara.

5. Penanganan Fakir Miskin Perkotaan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan bagi penduduk miskin perKabupaten/Kotaan, sehingga mereka mampu memenuhi hak-hak dasar dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

6. Usaha Ekonomi Produktif adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja,

(5)

meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan.

7. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)adalah himpunan dari keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan lain, dan tinggal dalam satuan wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama.

8. Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama yang setara antar perorangan, kelompok, organisasi yang memiliki komitmen untuk bekerjasama saling menguntungkan sehingga program dan kegiatan usaha ekonomi produktif dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

9. Pendamping KUBE adalah perorangan, kelompok atau lembaga yang memiliki kompetensi untuk bekerjasama dengan KUBE dalam mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut.

10. Dana Hibah Langsung Dalam Negeri Dalam Bentuk Uang Yang

Diterima Langsung Kementerian Sosial adalah dana yang berasal dari masyarakat secara langsung diterima oleh Kementerian Sosial dan peruntukan bagi kepentingan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

(6)

BAB II

KOMPONEN KEGIATAN UEP KUBE

 A. Kriteria Sasaran

1. Keluarga Fakir Miskin, Peserta Program Keluarga Harapan (PKH), atau Pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), atau Pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS), atau Pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan/atau

2. Keluarga beresiko sosial yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota

3. Berusia 18 – 60 tahun dan masih produktif

4. Bersifat perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat/komunitas 5. Mempunyai kemampuan mengembangkan usaha

6. Diusulkan dan direkomendasikan oleh Dinas/Instansi Sosial Kab./Kota setempat B. Persyaratan Usulan

1. Fotokopi KTP dan/atau Kartu Kepesertaan PKH atau pemegang kartu KPS/KKS, atau KIS atau KIP.

2.  Atau surat keterangan tidak mampu dari Dinas Sosial Kab/kota. 3. Fotokopi Kartu Keluarga

4. Foto kegiatan usaha yang akan dikembangkan 5. Membentuk kelompok

6. Diusulkan/direkomendasikan oleh Dinas Sosial Kab./Kota Setempat C. Prosedur Pengusulan

Prosedur pengusulan penerima bantuan penanganan fakir msikin perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Dinas Sosial Kabupaten/Kota menyiapkan data nama dan alamat (BNBA) calon penerima manfaat penanganan fakir miskin perkotaan;

2. Dinas Sosial Kabupaten/Kota mengajukan proposal permohonan bantuan kegiatan penanganan fakir miskin perkotaan dengan dilengkapi dokumen persyaratan yang ditetapkan;

3. Proposal permohonan yang langsung dari masyarakat umum dan/atau organisasi kemasyarakatan (ormas) dilengkapi dengan rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota;

4. Dinas Sosial Kabupaten/Kota Menandatangani Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM);

(7)

D. Besaran Dana Bantuan Stimulan

1. Besarnya dana bantuan stimulan untuk UEP sebesar Rp.2.000.000,-/KK.

2. Bantuan tersebut selanjutnya disampaikan dalam bentuk transfer uang kepada rekening penerima.

3. Bantuan dapat dalam bentuk cek apabila bersumber dari dana hibah langsung dalam negeri (DHDN)

E. Wadah Pengelolaan UEP 1. Media KUBE

Pengelolaan UEP dapat melalui wadah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Ini sekaligus metode dalam Penanganan Fakir Miskin Perkotaan untuk mengembangkan aktifitas sosial dan ekonomi fakir miskin, sehingga mereka mampu meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Melalui wadah ini, fakir miskin diarahkan untuk mengembangakan interaksi sosial, dan saling peduli satu sama lain guna memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan. Selain itu, fakir miskin diarahkan untuk memiliki sumber penghasilan yang tetap, layak dan berkelanjutan, memiliki aset, terpenuhinya kebutuhan dasar dan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial.

Pembentukan KUBE didasarkan pada kedekatan tempat tinggal, jenis usaha dan keterampilan anggota, ketersediaan sumber daya, kondisi geografis, kondisi sosial budaya, memiliki motivasi yang sama dan diprioritaskan pada kelompok-kelompok yang sudah tumbuh di masyarakat.

Beberapa pertimbangan KUBE sebagai media dan metode dalam penanganan fakir miskin adalah:

a. Dapat dijadikan sarana yang efektif bagi keluarga fakir miskin untuk mengatasi berbagai keterbatasan, seperti: kepemilikan modal, informasi, teknologi dan lainnya secara bersama-sama dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosial hidupnya.

b. Dapat dijadikan sarana pembelajaran yang efektif bagi keluarga fakir miskin, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM pada umumnya.

c. Dapat menumbuhkembangkan kemampuan berorganisasi, sehingga memungkinkan keluarga fakir miskin mengoptimalkan pendayagunaan potensi dan sumber-sumber sosial maupun ekonomi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial hidupnya secara efektif dan efisien.

d. Melalui KUBE, dapat menumbuhkembangkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, baik di antara keluarga fakir miskin maupun dengan masyarakat luas.

(8)

e. Melalui KUBE, memudahkan bagi para pihak yang memberdayakan meraka dalam pelaksanaan pembinaan maupun monitoring. Dengan demikian pelaksanaannya akan lebih efektif dan efisien, baik dari segi pembiayaan, tenaga dan waktu yang digunakan.

f. Melalui KUBE, akan meningkatkan tanggung jawab melalui sistem kontrol internal diantara anggota sehingga menjamin optimalisasi pencapaian hasil, pelestarian dan keberlangsungan program.

2. Struktur Kelembagaan

a. Struktur Organisasi dan Kepengurusan KUBE

b. Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan anggota kelompok.

c. Struktur organisasi KUBE merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui “siapa mengerjakan apa”, siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.

d. Struktur organisasi KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE tersebut. Tidak ada struktur organisasi baku tentang struktur KUBE, tetapi struktur organisasi diserahkan sepenuhnya pada kelompok KUBE.

Contoh struktur organisasi KUBE yang dapat dijadikan acuan dalam perumusan struktur organisasi KUBE, yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris dan Bendahara yang digambarkan sebagai berikut:

KETUA

BENDAHARA SEKRETARIS

ANGGOTA

(9)

e. Pergantian anggota KUBE dapat dilaksanakan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Telah meninggal dunia

2) Pindah tempat tinggal di luar Kelurahan 3) Mengundurkan diri

4) Tidak aktif secara permanen

5) Tidak mentaati aturan dalam kelompok. 6) Sakit permanen

Proses pergantian anggota KUBE ini dilakukan secara musyawarah kelompok untuk menentukan penggantinya. Apabila pergantian kelompok bukan karena meninggal, maka terhadap anggota KUBE yang akan diganti terlebih dahulu berkewajiban mengembalikan dana stimulan UEP kepada KUBE. Pada kasus anggota yang telah meninggal dunia atau sakit permanen digantikan dengan salah satu anggota keluarga yang menjadi pencari nafkah utama. Proses pergantian anggota KUBE ini dituangkan dalam Berita Acara dan disampaikan ke Dinas Sosial Kab/Kota dan diteruskan ke Kementerian Sosial Cq. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan.

F. Dimensi

Dimensi ekonomi menggambarkan kemampuan anggota KUBE dalam mengelola kegiatan usaha ekonomi, meningkatnya pendapatan, keberlanjutan usaha ekonomi, meningkatnya aset dan tabungan.

Tiga aspek di dalam dimensi ekonomi, yaitu: produksi, distribusi dan konsumsi. a. Produksi

Jenis usaha yang dikelola KUBE mempertimbangkan keterampilan, minat, bakat anggota KUBE dan ketersediaan bahan produksi, serta pangsa pasar. Setiap anggota KUBE secara individual atau kelompok kecil dapat mengelola usaha, tetapi tetap terikat dengan aturan-aturan kelompok.

b. Distribusi

Hasil produksi KUBE didistribusikan secara langsung atau menggunakan agen, disesuaikan dengan situasi setempat. Berkaitan dengan distribusi ini perlu dilakukan perhitungan antara biaya produksi, ongkos distribusi dan keuntungan KUBE.

c. Konsumsi

Hasil usaha atau keuntungan dari hasil usaha KUBE dimanfaatkan antara lain untuk kebutuhan anggota, modal usaha dan kas KUBE serta keperluan lain yang disepakati. Perhitungan pemanfaatkan hasil usaha tersebut sepenuhnya diserahkan kepada anggota KUBE.

(10)

Hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan jenis usaha KUBE, yaitu:

a. Untuk mendorong dan menjamin keberlangsungan KUBE, maka setiap KUBE dapat menumbuhkan dan/atau mengembangkan satu atau beberapa jenis usaha sosial ekonomis produktif yang sesuai dengan minat, potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber yang ada di lingkungannya.

b. Pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan oleh KUBE sepenuhnya diserahkan kepada anggota KUBE.

c. Untuk pengembangan jenis usaha kelompok KUBE dapat bekerja sama dengan pengusaha atau dinas terkait.

d. Bila jenis usaha sudah beragam, pengelolaan jenis usaha dapat diserahkan kepada satu orang atau beberapa orang yang dianggap mampu dan mempunyai keterampilan untuk itu atau karena sifat dari jenis usaha tersebut, tetapi pembinaan dan majemen usaha tetap berada dalam KUBE.

Kemudian, dalam upaya keberlanjutan usaha KUBE, ditempuh upaya-upaya berikut: a. Penggalian sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan

dan kesejahteraan anggota KUBE.

b. Mewujudkan usaha Koperasi yang dapat mendukung pengelolaan usaha ekonomi produktif (UEP) dan peningkatan kesejahteraan keluarga para anggota KUBE.

c. Membangun kerjasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang dapat mempercepat keberhasilan KUBE.

G. Hak dan Kewajiban Anggota 1) Hak anggota

a. Mengajukan usul atau saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja KUBE. b. Memperoleh dana yang diterima KUBE dan menggunakannya dengan

sebaik-baiknya.

c. Mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari pembagian hasil KUBE. d. Memperoleh informasi tentang perkembangan usaha dan kelompok.

e. Diikut sertakan dalam pengambilan keputusan yang terkait dalam aktifitas KUBE.

2) Kewajiban Anggota

a. Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang sudah disepakati.

b. Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama. c. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak.

d. Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung jawab. e. Membayar dana Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) setiap bulan sesuai

(11)

f. Memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan pendapatan anggota dan keluarganya.

H. Pendanaan 1. Sumber

Dana untuk Kegiatan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan bersumber dari dana  APBN Kementerian Sosial RI melalui DIPA Direktorat Penanganan Fakir Miskin

Perkotaan dan Dana Hibah Langsung Dalam Negeri. 2. Pencairan Dana

a. Melalui Dana APBN

1) Pencairan dana KUBE dilaksanakan dengan cara pengajuan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) oleh Kuasa Pengguna Anggaran kepada KPPN Jakarta VII yang dilampiri Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan tentang penetapan Penerima Bantuan Program Penanganan Fakir Miskin Perkotaan.

2)  Atas dasar SPM-LS tersebut KPPN Jakarta VII melakukan pembayaran SPM-LS dan melaksanakan pencairan dana dengan menerbitkan SP2D ke Bank Pemerintah dan langsung ditransfer ke rekening penerima. 3) Pencairan dana di Bank Pemerintah dilakukan oleh KUBE dengan

pengajuan proposal UEP yang telah disetujui oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

b. Dana Hibah Langsung Dalam Negeri.

1) Unit Kerja Eselon I mengajukan nota permintaan persetujuan pembayaran terhadap usulan bantuan KUBE yang telah disetujui Menteri Sosial RI dan Dirjen Pemberdayaan Sosial.

2) Cek tunai diserahkan ke pemohon / penerima manfaat dengan dilengkapi kelengkapan administrasi seperti fotocopy identitas, stempel/cap KUBE dan ditandatangani pemohon/penerima manfaat di atas materai yang cukup sesuai aturan yang berlaku. Masa berlaku Cek 70 hari dari tanggal yang tertera pada Cek.

3) Pertanggung jawaban dari pemohon/penerima manfaat, paling lambat dalam waktu 30 hari kerja sejak diterimanya bantuan dana tersebut.

4) Pertanggung jawaban memuat : jumlah dana yang diterima, rincian realisasi penggunaan bantuan, tanda bukti pengeluaran, dokumentasi pemanfaatan dana bantuan dan informasi lainnya.

(12)

Mekanisme beserta persyaratan yang perlu dipersiapkan oleh Pengurus KUBE ketika melakukan pencairan dana adalah:

1). Anggota KUBE melakukan musyawarah untuk mempersiapkan proposal pemanfaatan dana. Penyusunan proposal dapat dibantu oleh Pendamping Kelurahan.

2). Proposal penggunaan dana ditandatangani oleh pengurus (Ketua, Sekretaris), Pendamping Kelurahan dan telah disetujui oleh Kepala Dinas Sosial Kab/Kota.

3). Dua diantara tiga penandatanganan specimen (Ketua, Bendahara dan Pendamping Kelurahan) dapat mencairkan dana di rekening tabungan KUBE dengan membawa buku tabungan dan proposal yang telah direkomendasi Dinas Sosial Kota.

4). Bank Pemerintah melakukan verifikasi dengan mencocokkan nama-nama Pengurus dan Anggota KUBE dengan yang tercantum di dalam Surat Keputusan Direktur Penanganan Fakir Miskin Perkotaan.

3. Penyaluran Bantuan

Penyaluran bantuan dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Bantuan yang dana stimulan UEP-nya disalurkan secara langsung kepada KUBE melalui rekening di Bank Pemerintah (BRI, BNI, BTN dan Mandiri ). b. Biaya Operasional (BO).

Biaya Operasional digunakan untuk mendukung kegiatan operasional KUBE, seperti administrasi dan koordinasi, pelatihan pendamping, pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta penyusunan dan penyampaian laporan.

Penyaluran dana merupakan bantuan stimulans UEP KUBE dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu melalui proses administrasi keuangan di Kementerian Sosial RI maupun Kementerian Keuangan. Adapun untuk dana KUBE yang bersifat Biaya Operasional diberikan kepada Dinas Sosial Kab/Kota dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan peruntukannya, antara lain untuk monitoring dan pembuatan laporan.

(13)

Mekanisme penyaluran dana stimulan UEP untuk pengembangan KUBE dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Pelaporan

Penyaluran dana

Supervisi/Monev dan pendampingan

MEKANISME PENYALURAN BANTUAN KEGIATAN PENANGANAN FAKIR MISKIN PERKOTAAN Kemenkeu/ KPPN SPM-LS Kemsos Dit. PFMK SP2D Dinsos Provinsi Cabang BANK Dinsos Kota/Kab Supervisi  /Monev KUBE Pendamping Dampingi

(14)

4. Pemanfaatan

a. Dana stimulan UEP hanya diperkenankan untuk dimanfaatkan membiayai kegiatan-kegiatan yang secara langsung mendukung peningkatan produktivitas kegiatan ekonomi.

b. Pembelian atau pemanfaatan dana stimulan UEP KUBE, harus sesuai dengan proposal dan dibuktikan dengan faktur pembelian barang atau bukti lainnya. Tidak diperbolehkan ketika dalam proposal membelikan Benih, Peralatan bengkel, tetapi dibelanjakan dengan yang lainnya.

c. Contoh pemanfaatan dana bantuan stimulans, di antaranya untuk membeli input produksi, seperti bahan mentah dan benih, atau untuk membeli peralatan utama maupun penunjang produksi.

d. Jika ada perubahan penggunaan dana stimulans yang telah dicairkan, maka semua anggota harus melakukan musyawarah kembali.

e. Pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP Kube tidak diperkenankan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan UEP, misalnya pembelian alat tulis kantor dan honorarium pengurus, kegiatan politik dan transport .

(15)

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN  A. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Bantuan

1. Proses Pencairan

a. Dana bantuan sosial yang sudah masuk dalam rekening kUBE dapat dicairkan dengan terlebih dahulu mengajukan usulan penggunaan dana yang ditandatangani oleh Ketua dan Bendahara Kelompok.

b. Usulan tersebut menjadi dasar pencairan di bank dengan mendapatkan persetujuan Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

c. Dana bantuan yang telah dicairkan dibelanjakan sesuai dengan usulan dan peruntukannya.

d. Bukti pembelanjaan menjadi bahan dalam penyusunan laporan kegiatan.

2. Penyaluran Bantuan Sosial

a. Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) ke bendahara pengeluaran Dit. PFM Perkotaan dengan melampirkan SK PPK Dit. PFM tentang penetapan penerima manfaat untuk dibuatkan SPM-LS. b. Pejabat pembuat komitmen mengajukan SPM-LS ke KPPN dilampiri SK PPK

Dit. PFM tentang penetapan penerima manfaat dan nomor rekening.

c. KPPN menerbitkan SP2D dan menyalurkan ke rekening penerima manfaat.

B. Pengelolaan UEP

Pengelolaan bantuan stimulan dilaksanakan oleh pengurus dan anggtoa KUBE yang didampingi oleh pendamping. Tanggung jawab pelaksanaan KUBE berada pada pengurus dan anggota. Pengelolaan UEP dapat dilakukan melalui 3 (tiga) jenis pengelolaan sebagai berikut :

1. Pengelolaan UEP secara perseorangan

Pengelolaan UEP secara individu dilakukan apabila KUBE yang terbentuk dan telah menerima bantuan stimulans dari Kementerian Sosial, setiap anggota kelompok dapat memilih pengelolaan UEP secara individu dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pengelolaan UEP secara individu telah mendapat persetujuan dari pendamping.

b. Jenis usaha yang dikembangkan dikelola secara individu.

c. Bantuan modal yang diberikan dari Kementerian Sosial dikelola secara individu yang besarnya sesuai dengan kesepakatan kelompok.

d. Bantuan yang diberikan dari Kementerian Sosial harus disisakan untuk kas kelompok sesuai kesepaktan anggota KUBE. Pemanfaatan kas kelompok sesuai aturan dan kesepakatan kelompok.

(16)

e. Modal UEP dikelola secara individu dibawah pembinaan KUBE.

f. Pengelolaan dan pengembangan UEP menjadi tanggung jawab individu dibawah pembinaan KUBE.

g. Tempat usaha menetap atau bergerak/berpindah-pindah. h. Keuangan dikelola secara individu.

i. Pengelolaan dan pengembangan UEP dikelola secara individu.  j. Mengikuti pertemuan rutin yang diadakan oleh KUBE.

k. Perkembangan dan hasil pengelolaan UEP dilaporkan kepada KUBE.

l. Setiap individu wajib membuat laporan perkembangan UEP dan membayar IKS sesuai kesepakatan kelompok.

m. Pengelolaan usaha dapat melajutkan usaha keluarga yang sudah ada atau membentuk usaha yang baru.

Catatan :

Bila mana ada salah satu anggota tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar IKS, maka dilakukan secara tanggung renteng, untuk sampai waktu tertentu sesuai kesepakatan kelompok.

2. Pengelolaan UEP secara Kelompok

Pengelolaan UEP secara Kelompok dapat dilakukan bila KUBE sudah terbentuk dan bantuan dari Kementerian Sosial telah diterima, anggota kelompok dapat memilih pengelolaan UEP secara kelompok dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pengelolaan UEP secara kelompok telah mendapat persetujuan dari

pendamping yang ditunjuk.

b. Jenis usaha yang dikembangkan dikelola secara kelompok.

c. Pembagian dan pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

d. Tempat usaha menetap/permanen.

e. Modal yang digunakan merupakan modal bersama.

f. Bantuan yang diberikan dari Kementerian Sosial harus disisakan untuk kas kelompok sesuai kesepakatan anggota KUBE. Pemanfaatan kas kelompok sesuai aturan dan kesepakatan kelompok.

g. Keuangan dikelola melalui pembukuan kelompok. h. Keuntungan hasil UEP dikelola oleh kelompok.

i. Pembagian keuntungan hasil UEP berdasarkan kesepakatan kelompok.  j. Pelaporan hasil UEP dilakukan secara kelompok.

k. Pengelolaan melalui kelompok dapat diwakili oleh anggota keluarga. 3. Pengelolaan UEP Sub kelompok

Pengelolaan UEP secara sub kelompok dilakukan apabila KUBE yang terbentuk dan telah menerima bantun dari Kementerian sosil, setiap anggota kelompok dapat memilih pengelolaan UEP secara individu dengan ketentuan sebagai berikut:

(17)

b. Jenis usaha yang dikembangkan dikelola secara sub kelompok yang terdiri dari 2 atau lebih anggota KUBE.

c. Bantuan modal yang diberikan dari Kementerian Sosial dikelola secara sub kelompok yang besarnya disesuaikan dengan jumlah anggota dan kesepakatan kelompok.

d. Bantuan yang diberikan dari Kementerian Sosial harus disisakan untuk kas kelompok sesuai kesepaktan anggota KUBE. Pemanfaatan kas kelompok sesuai aturan dan kesepakatan kelompok.

e. Modal UEP dikelola secara sub kelompok dibawah pembinaan KUBE.

1). Pengelolaan dan pengembangan UEP menjadi tanggung jawab sub kelompok dibawah pembinaan KUBE.

2). Tempat usaha menetap atau bergerak/berpindah-pindah. 3). Keuangan dikelola secara sub kelompok

4). Pengelolaan dan pengembangan UEP dikelola secara sub kelompok. 5). Mengikuti pertemuan rutin yang diadakan oleh KUBE.

6). Perkembangan dan hasil pengelolaan UEP dilaporkan kepada KUBE. 7). Setiap sub kelompok wajib membuat laporan perkembangan UEP

dan membayar Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) sesuai kesepakatan kelompok.

8). Pengelolaan usaha dapat melajutkan usaha keluarga yang sudah ada atau membentuk usaha yang baru.

(18)

BAB IV

LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN

Model penanganan fakir miskin dilaksanakan dalam tiga tahap, meliputi :  A. TAHAP PERSIAPAN (T0)

Pada tahap persiapan (T0) meliputi kegiatan: 1. Sosialisasi

Sosialisasi adalah menyampaikan informasi tentang program kepada calon penerima program dan pihak-pihak terkiat, memberikan motivasi untuk perubahan, informasi mekanisme pengelolaan program, dan memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban sebagai penerima program.

2. Pengusulan (Proposal)

Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan menerima proposal dari Dinas sosial kota yang diketahui oleh Dinas sosial provinsi. Proposal memuat nama calon penerima program (by name by address ), jumlah KUBE dan jenis usahanya, serta lokasi kegiatan KUBE.

3.  Verifikasi dan seleksi proposal calon penerima KUBE

 Verifikasi administratif terhadap proposal bertujuan untuk melakukan seleksi atas kelengkapan persyaratan administratif usulan proposal KUBE yang diajukan oleh dinas Kabupaten/Kota.

4. Penjajagan ke lokasi

Penjajakan lokasi ke Kabupaten/Kota bertujuan untuk melakukan verifikasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran tentang usulan-usulan proposal yang telah ditembuskan kepada Dinas Sosial Provinsi. Dalam kesempatan ini dilakukan juga kunjungan langsung ke lokasi KUBE untuk mengetahui gambaran kegiatan pengelolaan aktivitas UEP. Hasil penjajakan dan pemetaan kebutuhan ini sebagai upaya memastikan bahwa usulan program layak untuk dilaksanakan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

5. Semilokasi daerah

Semiloka daerah adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh kepastian jumlah fakir miskin yang menerima program, dan membuka peluang sinergitas program dengan sektor terkait di daerah. Semiloka dilaksanakan diprovinsi dengan acara paparan dan pembahasan rencana kegiatan KUBE oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

6. Semiloka nasional

Semiloka nasional adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh kepastian jumlah fakir miskin yang menerima program, dan membuka peluang sinergitas program dengan sektor terkait di daerah. Semiloka dilaksanakan oleh

(19)

Direktorar Penanganan Fakir Miskin Perkotaan dengan acara paparan dan pembahasan rencana kegiatan KUBE oleh Dinas Sosial Provinsi.

7. Penetapan penerima KUBE difinitif.

Setelah melalui seleksi, Direktorat menetapkan calon penerima KUBE definitif. Penetapan calon tersebut dengan Surat Keputusan Dirjen Penanganan Fakir Miskin.

8. Pembentukan KUBE

Pembentukan KUBE merupakan kegiatan menghimpun fakir miskin ke dalam KUBE sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Pembentukan KUBE tersebut dilengkapi dengan struktur organisasinya.

9. Pre-test

Pre-test atau evaluasi awal merupakan upaya mengetahui kondisi fakir miskin sebelum menerima KUBE yang meliputi aspek kebutuhan dasar, sosial, rasa aman, spiritual, dan ekonomi.

B. TAHAP PELAKSANAAN

Kegiatan pemberdayaan dilaksanakan sampai dengan tahun ke 3, yaitu : 1. Pemberdayaan Tahun I (T1)

a. Pemantapan pendamping

b. Pembukaan rekening, penyaluran dan pencairan bantuan c. Bimbingan teknis (sosial ekonomi)

d. Pengelolaan KUBE

e. Pencatatan dan pelaporan KUBE f. Pendampingan

g. Pelayanan akses sistem perlindungan sosial (raskin, KIP, KIS, KKS, PBI. PKH dll)

h. Supervisi i. Monitoring.

2. Pemberdayaan Tahun II (T2)

a. Bimbingan teknis pengembangan kegiatan ekonomi dan kemitraan b. Pendampingan (penguatan)

c. Pengelolaan KUBE

d. Pencatatan dan pelaporan KUBE e. Pendampingan

f. Pelayanan akses sistem perlindungan sosial (raskin, KIP, KIS, KKS, PKH, PBI dll)

g. Supervisi h. Monitoring

(20)

3. Pemberdayaan Tahun III (3) a. Pendampingan

b. Pengelolaan, pencatatan dan pelaporan KUBE

c. Pelayanan akses thp sistem perindungan sosial (raskin KIP, KIS, KKS, PBI, PKH dll)

d. Bintek penyiapan terminasi e. Supervisi

f. Evaluasi (pos-test) g. Semiloka Daerah h. Semiloka Nasional

i. Terminasi

C. Tahap Terminasi Tahun III

Terminasi adalah pengakhiran kegiatan KUBE, dan selanjutnya penyerahan kepada Pemerintah Daerah Kota. Penyerahan kepada Pemda tersebut dilakukan secara resmi dengan ditandanganinya Berita Acara.

Terminasi dapat juga dilakukan dengan menilali kondisi keberhasilan Kube untuk dirujuk menjadi Koperasi.

D. Pengendalian 1. Supervisi

a. Supervisi dilaksanakan untuk memberikan motivasi, memberikan alternatif pemecahan masalah dan meningkatkan kemampuan pendamping dan pelaksana agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan pedoman.

b. Supervisi dilaksanakan oleh : Dinas Sosial Kab/Kota.

c. Supervisi dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung, yaitu pada pemberdayaan tahun I (T1), dan pemberdayaan tahun II (T2).

2. Monitoring

a. Monitoring merupakan pengamatan secara intensif terhadap pelaksanaan kegiatan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan melalui KUBE. Dilakukan untuk mengetahui secara dini permasalahan yang terjadi. Hasil monitoring ini sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan agar kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal, dan mencapai hasil sesuai rencana.

b. Monitoring dilaksanakan oleh:

(21)

2) Petugas Dinas Sosial Provinsi.

3) Petugas Dinas Sosial Kabupaten/Kota. 4) Pendamping KUBE dan masyarakat

c. Pemantauan dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung hingga selesainya kegiatan KUBE (T1 dan T2), secara terus-menerus, baik melalui pemantauan langsung ke lapangan maupun tidak langsung, yaitu dengan menelaah laporan dari pelaksana di lapangan.

d. Monitoring dilaksanakan di lokasi kegiatan KUBE. 3. Evaluasi

a. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui keberhasilan KUBE, dan kendala yang dihadapi pada tahap-tahap pelaksanaan sampai dengan perluasan jaringan kemitraan usaha.

b. Evaluasi dilaksanakan oleh:

1) Petugas Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan dan petugas di lingkungan Kementerian Sosial;

2) Petugas Dinas Sosial Propinsi dan Kabupaten/Kota; 3) Pendamping.

c. Evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan penanganan fakir miskin melalui KUBE (T3). Evaluasi dimaksud merupakan pengukuran terhadap kondisi fakir miskin setelah memperoleh KUBE (post-test).

E. Pertanggungjawaban / Pelaporan

1. Laporan pertanggungjawaban disampaikan kepada Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan paling lambat 30 hari kalender sejak pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah selesai dilaksanakan atau pada akhir tahun anggaran.

2. Laporan pertanggungjawaban kepada dilampiri:

a. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota serta 2 (dua) orang saksi;

b. Dokumentasi foto/film atas usaha yang telah dijalankan dan dihasilkan;

c. Daftar perhitungan atas jumlah dana yang diterima, dibelanjakan dan sisa dana; dan

d. Bukti setoran ke Kas Negara dalam hal terdapat sisa dana bantuan sosial. e. Waktu pelaporan : per 3 bulan atau per semester.

f. Pelaporan pendamping kecamatan, pendamping kelurahan dan laporan Kube per bulan.

g. Sistimatika pelaporan :

1) Pendahuluan

2) Pelaksanaan kegiatan: keuangan, administrasi, kegian teknis. 3) Kemitraan

(22)

6) Saran 7) Penutup.

8) Lampiran: dokumentasi kegiatan KUBE(dibuat outline  pada lampiran) Pelaporan disampaikan secara berjenjang:

1. Pelaporan KUBE

Pelaporan disampaikan kepada pendamping (kelurahan dan kecamatan). 2. Pendamping KUBE (kelurahan dan kecamatan)

Pelaporan disampaikan kepada Dinas Sosial Kabupaten/Kota. 3. Dinas Sosial Kab/Kota

Pelaporan disampaikan kepada Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan dengan tembusan ditujukan kepada Dinas Sosial Provinsi.

(23)

BAB V

TUGAS DAN TANGGUNG

 A. Tugas dan tanggung jawab Kementerian Sosial, meliputi: 1. Menyusun pedoman pelaksanaan bantuan stimulan UEP KUBE; 2. Menyiapkan alokasi dana melalui APBN;

3. Melakukan sosialisasi, penjajakan lokasi dan pemetaan kebutuhan; 4. Melakukan validasi terhadap usulan KUBE dari Daerah;

5. Menetapkan lokasi dan penerima KUBE; 6. Melakukan diklat Pendamping Sosial KUBE;

7. Memfasilitasi Sarana Kerja untuk Pendamping Sosial KUBE; 8. Melakukan Bimbingan Teknis;

9. Menyiapkan bantuan stimulan KUBE, insentif Supervisor Kabupaten/Kota, Pendamping Kecamatan dan Pendamping kelurahan

10. Melakukan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

B. Tugas dan tanggung jawab Dinas Sosial provinsi  meliputi :

a. Menerima tembusan usulan dan laporan dari Dinas Sosial Kab/Kota. b. Melakukan monitoring dan evaluasi.

C. Tugas dan tanggung jawab Dinas Sosial Kabupaten/Kota  meliputi:

a. Melakukan pendataan, menyiapkan dan mengajukan lokasi KUBE dilengkapi By Name By Address   (BNBA) calon kepala keluarga penerima manfaat kepada Kementerian Sosial .

b. Menerima usulan (proposal) KUBE dan melakukan validasi dan verifikasi. c. Memberikan rekomendasi pengusulan KUBE kepada Kementerian Sosial RI,

tembusannya kepada Dinas Sosial Provinsi.

d. Melaksanakan validasi KUBE bersama dengan Kementerian Sosial dan Dinas Sosial Provinsi;

e. Melakukan seleksi dan mengusulkan nama-nama Pendamping KUBE Kecamatan, Kelurahan dan Supervisor Kabupaten/Kota kepada Kementerian Sosial RI

f. menyiapkan rekening untuk bantuan dana operasional untuk bantuan yang bersumber dari dana APBN

g. Melaksanakan sosialisasi kegiatan KUBE kepada penerima bantuan pihak-pihak terkait wilayah kerjanya;

h. Menggerakkan partisipasi masyarakat dan potensi sumber kesejahteraan sosial

(24)

ke Bank;

 j. Bertanggungjawab dan menjamin ketepatan terhadap penerimaan dan pemanfaatan dana bantuan stimulan yang dilakukan oleh KUBE;

k. Bertanggung jawab pada terlaksananya kegiatan sesuai ketentuan. l. Melakukan supervisi dan bimbingan sosial kepada KUBE;

m. Melakukan Monitoring dan Evaluasi;

n. Menerima laporan realisasi penggunaan dana dari KUBE dengan melampirkan dokumen dan kwitansi asli pembelanjaan;

o. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan KUBE beserta dokumen dan kwitansi asli kepada Kementerian Sosial RI cq Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan;

p. Laporan disampaikan secara berkala per semester dan akhir tahun anggaran. D. Tugas dan tanggung jawab camat,  meliputi :

a. Berkoordinasi dengan Kelurahan dalam penyelenggaraan KUBE;

b. Mendukung, memotivasi dan mengakses pihak lain untuk membantu terlaksananya kegiatan.

E. Tugas dan tanggung jawab lurah,  meliputi:

a. Bertanggung jawab terhadap validitas data calon penerima bantuan fakir miskin;

b. Bersama masyarakat membentuk KUBE;

c. Memberikan surat pengantar atas usulan kelompok kepada dinas sosial kabupaten/kota untuk mendapatkan rekomendasi;

d. Mengajukan calon pendamping kube tingkat kelurahan kepada dinas sosial kabupaten/kota;

e. Memobilisasi sumber daya yang ada di kelurahan untuk kegiatan optimalisasi kube;

f. Mengawasi pelaksanaan kegiatan kube.

F. Tugas dan tanggung jawab Pengurus dan anggota KUBE,  meliputi:

a. Melakukan musyawarah kelompok untuk menentukan jenis usaha yang akan dikelola;

b. Membuat proposal pencairan dana stimulan yang diajukan ke dinas sosial kabupaten/kota untuk mendapatkan rekomendasi;

c. Bertanggung jawab atas pemanfataan dana stimulan yang telah diterima; dan

d. Melaporkan kegiatan kube kepada dinas sosial kabupaten/kota secara periodik.

(25)

BAB VI

PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan (PFMK) melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) memuat penjelasan teknis yang harus diperhatikan semua pihak, sehingga tahapan kegiatan dapat dilaksanakan sesuai rencana dan mencapai hasil secara optimal.

Meskipun pedoman ini sudah mengatur berbagai hal, namun hal yang terpenting adalah semangat dan komitmen stakeholders  pada impelementasi program PFMK, baik di tingkat pusat maupun daerah. Semangat dan komitmen yang kuat, juga perlu dimiliki oleh pendamping sosial dan KUBE, karena merupakan modal dasar untuk melaksanakan KUBE secara berkelanjutan dalam rangka penurunan angka kemiskinan di Indonesia.

Disadari bahwa setiap program dalam pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh budaya dan kearifan lokal, sehingga terbuka untuk melakukan inovasi dan penyesuaian dengan kondisi setempat sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Diharapkan Pemerintah Daerah dapat menindaklanjuti kebijakan ini dengan program-program yang didukung APBD, maupun menggerakkan seluruh potensi dan sumber daya daerah.

Gambar

Gambar  : Contoh Struktur Organisasi KUBE

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora merupakan penyakit yang paling banyak menyerang buah kakao di dunia dan menyebabkan kerugian yang cukup

untuk mengkaji komunikasi melalui media radio dan media cetak. Pada tahun 1960-1970 pendekatan ini banyak digunakan untuk mengkaji media televisi yang pada masa itu telah

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan disesuaikan dengan teori terkait Desain Komunikasi Visual, maka dibuatlah perancangan buku ilustrasi untuk memberikan informasi

Dalam setiap session akan berlangsung selama 1,5 Jam (90 Menit) yang terdiri dari 30% teori dan 70% Praktek. Urutan langkah pelaksanaan pembelajaran kursus Bahasa Inggris di SD

Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) aspek pengetahuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu semula hanya 25 orang

Saya mencatat hal-hal yang dianggap penting selama dosen menyampaikan materi dengan

membuat saya terpaksa pergi kemasjid Rasa syukur banyak nikmat yang saya dapatkan setiap di sepanjang saat waktu, Kapanpun saya merasa kecewa, saya ingat untuk selalu bersyukur

BPLHD tidak memiliki Data penurunan Tanah, data dimaksud dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta.. Data Uji Emisi