BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
Berangkat berdasarkan berbagai tuntutan dengan segala permasalahannya. Perancang mencoba untuk dapat menjawab dan mentransformasikannya melalui desain arsitektural. Pada perancangan objek studi “Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang”, dengan tema arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) akan mengambil konsep dasar yang digunakan sebagai landasan, yaitu pasar sebagai ruang interaksi dan komunikasi (khususnya pada produsen dan konsumen). Mengutip pernyataan Gilarso, “Pasar merupakan suatu mata rantai yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, ajang pertemuan antara penjual dan pembeli, antara dunia usaha dengan masyarakat konsumen, dimana pada hari tertentu para penjual dan pembeli dapat bertemu untuk jual beli barang. Para penjual menawarkan barang dengan harapan dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai gantinya. Para konsumen (pembeli) datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya. Sehingga terjadi suatu interaksi dan komunikasi dalam ruang lingkup pada pasar, antara produsen dan konsumen terjadi suatu kesepakatan dalam menawarkan barang dan harga yang ditawar”.
Dapat ditarik beberapa pemikiran, bahwa seseorang yang berada pada wilayah tersebut (pasar) akan menjadi nobody, merasakan privilege, memperoleh amusement, merasa free dan interest. Selain terjalin suatu hubungan society dan
interaction (sebagai ruang informasi) sehingga diantara keduanya (society dan interaction) menjadikannya sebagai community. Dengan memandang konsep pasar sebagai ruang interaksi dan komunikasi, maka dapat diperoleh beberapa pernyataan, bahwa keberadaan manusia sebagai makhluk monodualistik (pribadi individu dan sosial), perilaku sebagai batasan (controler) pembentukan ruang, pada dasarnya manusia memiliki kesamaan sebagai orang biasa (ordinary people). Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diperoleh simpulan, bahwa segala yang terjadi di dalam pasar pada dasarnya kembali pada human being dari para pelaku (lokalitas) itu sendiri. Berangkat dari berbagai pernyataan tersebut, diperoleh konsep “human touch” yang diambil dari orientasi pada Pasar Modern Bumi Serpong Damai, Tangerang, yaitu menjaga aspek komunikasi antara pembeli dan pedagang, serta sebagai wadah berbagai interaksi antar pelaku dengan commodity sebagai perantara dengan memasukkan tema keberlanjutan pada konsep sebagai upaya pencapaian hubungan antara alam dengan manusia demi kelansungan hidup manusia mendatang. Sehingga, diperoleh gambaran dasar ruang pasar: open, interaction, dan sustainable.
Interaction
Interaction
Interaction
Interaction
community
community
community
community
Gambar 5.1 Konsep interaction space Sumber: Hasil Analisis.2009
Akhirnya, dari beberapa simpulan diperoleh konsep dasar sustainable (konsep islam) perancangan yang akan terwujud ke dalam desain objek studi ”Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang”, yaitu:
1. Social Culture, diperoleh berdasarkan penjabaran dari makna ruang pasar
sebagai ruang interaksi dan komunikasi, serta segala aktivitas yang ada di dalamnya. Terwujud melalui ruang-ruang interaksi dan komunikasi.
2. Economize, berangkat dari tema rancangan bangunan pasar tersebut, yaitu
sustainable. Terwujud melalui bahan bangunan dan sirkulasi akses pada area pasar, baik pada ruang lingkup pasar itu sendiri maupun pada luar ruang lingkup pasar.
3. Environment (Nilai Islam), diperoleh berdasarkan penjabaran analisis pasar
terhadap dampak kesehatan lingkungan dengan cara menjaga kebersihan (sebagai dasarnya mengambil dari hadits Nabi). Terwujud melalui citra pasar sehat dan nyaman.
5.2 Konsep Tapak
5.2.1 Aksesbilitas dan Sirkulasi
Konsep aksesbilitas dan sirkulasi lebih dipengaruhi oleh kondisi tapak perancangan yang terletak diantara 3 jalur kota (Jl. Diponegoro, jl. Kartanegara dan Jl. Panglima Sudirman). Dengan beberapa pertimbangan dan pemilihan yang tepat dari analisis sebelumnya (BAB IV), maka dipilih konsep aksesbilitas dan sirkulasi alternatif kedua untuk menuju tapak bangunan karena lebih mudah dan efisien. Konsep aksesbilitas dan sirkulasi dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu:
1. Main entrance untuk kendaraan pengunjung dan pengelola lewat dari arah dua jalan atau jalur (Jl. Diponegoro dan Jl. Panglima Sudiraman) pintu keluar melalui Jl. Panglima Sudirman (pintu gerbang Pasar Karangploso sebelah utara) dan melalui Jl. Diponegoro sebelah barat pintu utama main entrance. Karena pada Jl. Diponegoro ramai dilalui kendaraan dan untuk menghindari kemacetan di jalur ramai kendaraan, maka dari arah Jl. Diponegoro dijadikan main entrance utama dan main entrance yang kedua dari arah Jl. Panglima Sudirman yaitu pada gerbang sebelah selatan Pasar Karangploso.
2.Untuk kendaraan yang mengangkut barang dagangan dalam skala besar atau kecil (truk atau pick up), main entrance lewat Jl. Diponegoro, ada disebelah barat main entrance utama (jalur masuk kendaraan pengelola dan pengunjung) dengan pintu keluar di Jl. Panglima Sudirman (pintu gerbang Pasar karangploso sebelah utara). Supaya ada perbedaan antara kendaraan pengunjung dan pengelola dengan kendaraan pengangkut barang dagangan.
3.Sedangkan kendaraan pengangkut sampah, main entrance di lewatkan Jl. Panglima Sudirman (gerbang entrance sebelah selatan Pasar Karangploso) dengan pintu keluar Jl. Diponegoro sebelah barat pintu utama main entrance (pintu keluar angkutan umum). Karena sirkulasinya lebih efisien dan praktis. 4.Pasar Karangploso memiliki fungsi sekunder sebagai Pasar Wisata, maka ada
jalur masuk untuk bus, yaitu dilewatkan pada Jl. Panglima Sudirman (gerbang pintu sebelah selatan Pasar Karangploso) lalu masuk pada area parkir bus (sebelumnya berupa ruang terbuka hijau) dengan pintu keluar pada gerbang sebelah utara Pasar Karangploso.
5.Jalur untuk tukang ojek dan kusir delman dilewatkan jalur pintu masuk sebelah timur dan barat main entrance utama.
Gambar 5.2 Konsep Aksesbilitas dan Sirkulasi (Alternatif kedua) Sumber: Hasil Analisis.2009
Keterangan:
- Jalur putih: jalur untuk kendaraan pengunjung, angkutan umum dan pengelola.
- Jalur orange: jalur untuk kendaraan mengangkut barang dalam skala besar atau kecil (truk atau pick up).
- Jalur hijau: jalur untuk bus.
- Jalur kuning: jalur untuk kendaraan pengangkut sampah.
- Jalur pink: jalur masuk untuk tukang ojek dan delman.
Lokasi pasar karangploso (Objek rancangan)
Deretan toko Pasar grosir sayur (sebelumnya
lokasi pasar Karangploso baru)
Rumah penduduk
KONSEP
AKSESBILITAS
dan SIRKULASI
Depot makan Jl. Diponegoro Jl. Pang. Sudirman Jl. Kartanegara Pasar wisata & fasilitas ATM bersamaU
5.2.2 View dan Orientasi
Konsep view terhadap tapak bertujuan sebagai konsep orientasi bangunan, dimana sangat erat kaitannya dengan konsep konektifitas terhadap area perdagangan yang berada disekitarnya. Dengan melihat kondisi disekitarnya, maka konsep view sebisa mungkin bisa di ekspos dari segala arah dan untuk pengolahan orientasi dibuat sebisa mungkin menyatu dengan area (kawasan) yang berada di Jl. Diponegoro untuk arah orientasi bangunan menghadap ke utara karena didepannya terdapat jalan raya (Jl. Diponegoro) yang lalu lintasnya ramai kendaraan yang lewat. Sehingga, bisa memberikan stimulus tersendiri bagi orang-orang yang melihat dan lewat pada area jalan raya tersebut.
Gambar 5.3 Konsep View dan Orientasi Sumber: Hasil Analisis.2009
Keterangan:
- A, B dan C: Main entrance
- Panah kuning: Arah view ke objek rancangan
- Panah orange: Arah orientasi bangunan
- Panah putih: Jalur kendaraan masuk dan keluar
Deretan toko Jl. Diponegoro
Jl. Kartanegara Lokasi objek rancangan
(sebelumnya pasar lama)
Terminal
Pasar grosir sayur (lokasi pasar sekarang)
RTH
Jl. Panglima Sudirman
KONSEP VIEW
dan ORIENTASI
5.2.3 Vegetasi
Pengolahan ruang luar suatu tapak tidak akan pernah lepas dengan pemilihan jenis vegetasi sebagai elemen pendukungnya. Keberadaan vegetasi selain dipergunakan sebagai elemen estetika suatu tapak bangunan juga memiliki fungsi sebagai soft space untuk penyeimbang keberadaan hard space (rancangan objek studi terbangun) yang secara langsung akan mempengaruhi kondisi di sekitar area pembangunan.
Pada rancangan objek studi, keberadaan dan pemilihan jenis vegetasi selain dapat dipergunakan sebagai penyatu linkage kawasan objek studi, juga lebih didasarkan pada analisa terhadap kondisi lingkungan sekitarnya (kebisingan, debu, sinar matahari, pembatas serta pengarah). Sehingga diharapkan masing-masing penempatan jenis vegetasi dapat berfungsi maksimal.
Taman (cemara dan bunga) Pohon tanjung Pohon palem Pohon cerry Rumput jarum Pohon palem
Gambar 5.4 Peletakan vegetasi pada tapak rancangan Sumber: Hasil Analisis.2009
Adapun jenis vegetasi yang akan dipergunakan sebagai elemen pembentuk ruang luar beserta implementasinya, sebisa mungkin berupa vegetasi lokal yang mudah diperoleh dengan perawatan mudah tanpa mengurangi fungsi dan estetika dari jenis vegetasi tersebut. Jenis vegetasi tersebut, antara lain:
No. Jenis Tanaman Karakteristik Implementasi
Pada Desain
1.
Pohon Tanjung Memiliki bentuk tanjuk yang indah
Warna daun hijau mengkilap dengan warna buah yang merah atau merah jingga
Ketinggian mencapai 15 meter Dapat tumbuh dengan baik di
tempat terbuka denan sinar matahari langsung Tanaman peneduh (pereduksi radiasi matahari) Pereduksi sinar matahari: Pohon mangga, sono dan cherry
Hiasan taman: Pohon cemara , rumput jarum dan macam-macam bunga Pereduksi kebisingan dan debu: Pohon sono, mangga dan angsana pembatas: Pohon sono, mangga dan angsana. Pengarah dan estetik: Pohon palem
Peneduh:
Pohon sono, mangga dan angsana.
Gambar 5.5 Konsep Vegetasi Pada Tapak Rancangan Sumber: Hasil Analisis.2009
Tabel 5.1
2.
Palem Raja Merupakan tanaman pohon tinggi (6-12 m)
Dapat tumbuh dengan baik di tempat terbuka dengan penyinaran matahari yang cukup Tanaman hias Tanaman pengarah 3. Bunga Bougenville
Merupakan tanaman perdu (1-4 m)
Memiliki warna bunga yang beraneka ragam
Dapat tumbuh dengan baik di tempat terbuka dengan sinar matahari yang cukup Perawatan tergolong cukup
mudah Tanaman hias Pereduksi debu Pereduksi kebisingan 4.
Anggrek Tanah Umumnya ditanam secara berkelompok
Memiliki bunga berwarna kuning cerah
Dapat tumbuh dengan baik di tempat terbuka dan sinar matahari langsung
Perawatan cukup mudah dan tidak repot
Tanaman hias Tanaman
pembatas
5.
Pohon Cherry Merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 3-6 meter Memilki tajuk yang lebar
dengan buah berwarna merah Dapat hidup bebas di tempat
terbuka dengan sinar matahari langsung
Tidak membutuhkan perawatan khusus
Tanaman peneduh
6.
Pohon Mangga Merupakan tanaman buah dengan ketinggian 5-8 meter Memiliki daun yang lebar dan
panjang dengan buah berwarna hijau
Dapat hidup bebas di tempat terbuka dengan sinar matahari langsung
Tidak membutuhkan perawatan khusus
Tanaman peneduh
7.
Pohon sono Merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 4-10 meter Dapat hidup bebas dengan daun
berwarna hijau pekat
Tidak membutuhkan perawatan khusus Tanaman pembatas Tanaman peneduh 8. Pohon cemara gembel
Merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 2,5-5 meter Perawatan cukup mudah
Tanaman hias Pereduksi sinar
matahari Pereduksi debu
6.
Rumput Jarum Memiliki bentuk daun yang runcing dengan ketinggian 1-2cm
Dapat tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari langsung
Perawatan cukup mudah
Ground cover (pereduksi radiasi matahari)
5.2.4 Ruang Luar
Konsep perancangan pada ruang luar lebih ditekankan pada penggunaannya sebagai area pendukung bangunan utama (parkir dan loading dock area), serta sebagai area transisi dari suatu kegiatan yang diwadahinya. Akan tetapi sebagai penambah elemen estetika pada pengolahan ruang luar terdapat sclupture yang didesain dengan berdasarkan wadah transaksi yang ada dalam pasar yaitu tempat jual-beli (pasar), penjual (pedagang), pembeli (konsumen), pengelola, dan pemasok (distributor). Maksud dari transformasi konsep tersebut adalah selain sebagai signage dari rancangan objek studi juga dimaksudkan sebagai lambang kepedulian dan tetap mempertahankan keberadaan pasar tradisional serta wujud
kebersamaan untuk memajukan Pasar Karangploso Kabupaten Malang. Sehingga dengan hasil yang maksimal nantinya dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
5.2.5 Zoning Tapak
Penzoningan lebih didasarkan pada jenis kebutuhan yang diakomodasi dari masing-masing area. Adapun penzoningan pada pengolahan tapak dibagi menjadi empat bagian pada zoning inti, sedangkan penzoningan pada lokasi los permanen (area tengah massa bangunan) dibagi menjadi empat bagian juga, yaitu:
1. Zoning 1
Terletak pada area bagian timur bangunan yang meliputi beberapa fasilitas yang diwadahi, yaitu berupa area publik pada lantai 1 dan 2
Penjual Pembeli
Pasar
Pemasok/ distributor Pengelola
Gambar 5.6 Konsep sclupture sebagai elemen luar Sumber: Hasil Analisis.2009
terdapat fasilitas traditional market berupa toko, kios, dan bedak, difungsikan sebagai area pasar kering yang menjual beberapa kebutuhan yang masuk kategori pasar kering. Lebih spesifikasinya yaitu sebagai berikut:
1) Blok A1: pada lantai 1 menjual kebutuhan rumah tangga (pada area kios) dan menjual bahan sembako dan pakaian (pada area bedak). Sedangkan pada lantai 2 menjual segala macam elektronik.
2) Blok A2: pada lantai 1 menjual berbagai macam kue kering (pada area toko) dan menjual pakaian, emas dan konveksi (pada area bedak). Sedangkan pada lantai 2 menjual pakaian khusus (baju pengantin, jas, jaket, dll) serta barang-barang pelengkapnya.
3) Blok A3: pada lantai 1 menjual kain, sepatu dan sandal (pada area kios) dan menjual kue kering dan pracang (pada area bedak). Sedangkan pada lantai 2 difungsikan sebagai area jual beli HP (counter).
2. Zoning 2
Terletak pada area dalam pasar kering berupa los permanen yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu los lapak dan pelataran. Pada los lapak menjual barang dagangan berbagai macam jenis (pakaian, peralatan sekolah, mainan anak-anak, dll). Begitu juga pada los pelatarannya.
3. Zoning 3
Terletak pada sisi barat bangunan yang meliputi beberapa fasilitas yang diwadahi, yaitu berupa area publik pada lantai 1 dan 2 terdapat fasilitas
traditional market berupa toko, kios, dan bedak, difungsikan sebagai area pasar basah yang menjual beberapa kebutuhan yang masuk kategori pasar basah. Lebih spesifikasinya yaitu sebagai berikut:
1) Blok B1: pada lantai 1 menjual aneka makanan dan minuman berupa warung atau depot (pada area kios) dan menjual kue basah dan buah-buahan (pada area bedak). Sedangkan pada lantai 2 menjual berbagai macam ikan hias.
2) Blok B2: pada lantai 1 menjual daging sapi dan kambing (pada area toko) dan menjual daging ayam dan bebek (pada area bedak). Sedangkan pada lantai 2 menjual kepiting, ikan bandeng, ikan mujair, ikan pe, dan ikan lele.
3) Blok B3: pada lantai 1 menjual sayur-mayur dan kue basah (pada area kios) dan menjual lauk pauk berupa tempe, tahu dan kembang (pada area bedak). Sedangkan pada lantai 2 difungsikan sebagai area jual berbagai macam jenis bunga.
4. Zoning 4
Terletak pada area dalam pasar basah berupa los permanen yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu los lapak dan pelataran. Pada los lapak menjual barang dagangan berbagai macam jenis (sayur-mayur, ikan basah, daging, kelapa, dll). Begitu juga pada los pelatarannya.
Dari beberapa zoning fungsi ruang diatas bisa mempermudah pengunjung untuk mencari ketika ingin beli dan untuk mempermudah dalam pencarian jenis
komoditi yang dicari, pengunjung bisa melihat peta direktori, signage jenis komoditi atau bertanya pada pusat informasi.
5.3 Konsep Bangunan 5.3.1 Konsep Tata Massa
Pada dasarnya pengolahan tata massa rancangan objek studi ke dalam tapak perancangan, lebih didasarkan pada hasil analisa dari sirkulasi dan pencapaian menuju tapak. Selain itu dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya, sehingga bangunan yang berada pada tapak perancangan menyesuaikan dengan ruang kawasannya (kontekstual).
Gambar 5.7 Konsep zoning tapak rancangan Sumber: Hasil Analisis.2009
Zoning 4 Zoning 1 Zoning 3 Zoning 2 B1 B2 A2 B3 A3 A1
Gambar 5.8 Konsep tata massa rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
5.3.2 Konsep Bentuk dan Tampilan
Secara umum bentukan dasar rancangan objek studi berupa bentukan blok medan berupa platonik solid kubus dan balok yang terdiri dari beberapa bagian dengan masing-masing fungsi yang berbeda pula. Hal ini didasarkan pada konsep efisiensi dan kapasitas sesuai dengan tema sustainable architecture. Selain itu luasan tapak yang cukup luas dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengolahan lahan yang terbangun dan lahan yang tak terbangun (ruang terbuka hijau) untuk menuju ke arah tema sustainable. Bentukan geometri kubus yang diterapkan pada rancangan objek studi juga berangkat dari tipologi rancangan bangunan sejenis (pasar) yang diperoleh melalui studi banding.
Pada rancangan objek studi, daya attractive bangunan dicapai melalui pengolahan visual design dengan memainkan unsur berundak seperti tangga dikarenakan permukaan dasar tapak rancangan objek studi berkontur. Selain itu pengolahan detail struktur bangunan juga dijadikan sebagai perhatian, baik
Diagram 5.9 Konsep bentukan dasar bangunan (massing concept) Sumber: Hasil Analisis.2009
penempatan maupun jenis material yang dipergunakan. Hal ini lebih dimaksudkan untuk mengurangi kemonotonan dari bentukan dasar rancangan objek studi yang ada.
5.3.3 Konsep Bahan Bangunan
Pada perancangan objek studi, pemilihan bahan bangunan menjadi penting karena menyangkut kondisi iklim di sekitar tapak, yang akan mempengaruhi daya huni bagi penggunanya. Sehingga perlu diperhatikan juga jenis material yang
5.3.3 Konsep Bahan Bangunan
Pada perancangan objek studi, pemilihan bahan bangunan menjadi penting karena menyangkut kondisi iklim di sekitar tapak, yang akan mempengaruhi daya huni bagi penggunanya. Sehingga perlu diperhatikan juga jenis material yang
Gambar 5.10 Konsep perancangan visual design pada rancangan ojek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
Mengambil bentukan rumah “malangan” yang ada di sekitarnya sebagai unsur pengolahan atap dengan kemiringan 30o, selain sebagai
signage pada kawasan rancangan
Brand Identity
bukaan
tidak menyimpang dengan kondisi lingkungan setempat, dan tidak membebani rancangan objek studi itu sendiri. Maka dipilih jenis material lokal dengan pertimbangan mudah didapatkan, biaya relatif terjangkau, serta perawatan yang cukup mudah. Adapun jenis bahan bangunan yang akan dipergunakan pada rancangan objek studi adalah sebagai berikut:
Nama Bahan Penggunaan
Pada bangunan Analisis
Batu kali Pondasi
Karena tanah tergolong tidak keras, maka pondasi bangunan menggunakan batu kali. Selain bahan yang mudah di dapat juga harganya relatif murah
Beton bertulang
Sebagai konstruksi utama bangunan
Pemilihan bahan berdasarkan atas pertimbangan kuat bahan, pengerjaan yang mudah, kemudahan diperoleh, serta keawetan material yang relatif lama Rangka baja Sebagai konstruksi
atap los permanen Bahan dipilih karena tahan lama dan kuat Rangka
aluminium
Sebagai konstruksi atap koridor dan kantilever
Digunakan sebagai penahan bahan fiber glass untuk atap koridor antar bangunan los permanen serta bangunan utama dan kantilever depan bangunan
Rangka kayu
Sebagai material atap bangunan keseluruhan
Selain mudah dicari, kayu juga bahan lokal yang ada dan bisa didaur ulang.
Fiber glass
Cladding atap pada area sirkulasi koridor dan kantilever
Selain relatif murah, jenis material ini tergolong ringan jika dipergunakan sebagai cladding. Fungsinya yang memasukkan cahaya matahari tanpa memasukkan panas. Cocok dipergunakan pada jenis bangunan publik
Keramik 40x40 cm
Penutup lantai kios/retail dan pelataran
Dipilih jenis keramik yang tidak terlalu licin dengan warna terang, dipergunakan untuk memberikan kesan luas dan bersih pada are jual
Keramik 30x30 cm
Penutup lantai area sirkulasi dan pelataran
Dibedakan warna dan jenis untuk
membedakan dua area berbeda, sehingga terlihat jelas pembagian masing-masing area
Tabel 5.2 Konsep bahan bangunan
Keramik 15x15 cm
Penutup lantai toilet
Dipilih jenis keramik yang tidak licin, selain mudah dibersihkan juga
menimbulkan kesan bersih Keramik 8x15
cm
Pembatas pembagian area jual pada los pelataran
Dipilih warna yang lebih gelap untuk mempertegas batas area jual pada los pelataran
Kayu + triplek Meja los lapak
Bahan lokal yang mudah didapatkan, cara pembuatannya yang mudah serta bisa dibongkar pasang
Paving block
Penutup sirkulasi pada area luar bangunan dan parkir
Selain relatif murah, jenis material ini mampu mereduksi panas matahari dan meresapkan air hujan
Asbes Atap bangunan los
Dipilih karena bisa mereduksi panas matahari serta tidak mudah tertiup angin kencang. Selain itu mudah dicari (bahan lokal) dan mudah pemasangannya
Kaca Penutup (facade) bangunan
Selain memberikan kesan luas dan terang, juga dapat menerangi ruang didalam secara alami dari sinar matahari atau terang langit
Gypsum
Pembagi kios/ retail (knock down)
Selain ringan, penggunaan gypsum sebagai pembagi area retail/kios lebih dimaksudkan untuk mempermudah sistem bongkar pasang
Eternit Penutup plafon Mampu mereduksi kebisingan, ringan, dan relatif murah
Batu alam
Ornamen dekoratif pada facade bangunan
Selain dapat menimbulkan kesan estetik pada bangunan, juga dapat mengurangi kemasifan pada bangunan
Pembatas dan pintu pada toilet
Selain merupakan jenis material water proof, juga memberikan kesan bersih pada toilet
5.3.4 Konsep Brand Identity
Konsep brand identity lebih dimaksudkan untuk memberikan image dan semakin memperkuat citra dari keberadaan Pasar Karangploso nantinya. Pada perolehan brand identity, mungkin terdapat sedikit kenaifan dari perancang. Berangkat dari
Sumber: Hasil Analisis.2009
perancangan objek studi ”Pasar Karangploso Kabupaten Malang”, maka ide yang diperoleh pertama kali adalah (mentransformasikan) sebagian dari bentuk sayur-sayuran (selain memiliki daun hijau segar serta bermanfaat bagi manusia juga memiliki karakter daun yang menarik). Tanpa disadari, setelah proses observasi lapangan berlangsung, ternyata di Pasar Karangploso lebih dikenal dengan pusat perdagangan sayur-mayur dalam jumlah besar (grosir). Maka berangkat dari pengalaman tersebut, perancang semakin yakin untuk mengangkat bentukan transformasi dari sayur sawi untuk menjadi bagian dari brand identity Pasar Karangploso yang baru nantinya.
Selain itu juga ada take line untuk memperkuat konsep bran identity tersebut yaitu: PASAR KARANGPLOSO... the traditional market… dengan mengangkat warna hijau, putih, merah dan biru sebagai penyelesaiannya, dengan maksud sebagai tanda keragaman dan jenis commodity yang dijual.
Gambar 5.11 Konsep transformasi brand identity Pasar Karangploso Kabupaten Malang Sumber: Hasil Analisis.2009
Gambar 5.12 Brand identity Pasar Karangploso Kabupaten Malang Sumber: Hasil Analisis.2009
5.4 Konsep Tata Ruang
5.4.1 Konsep Tata Ruang Dalam
Berangkat dari berbagai analisa yang diperoleh melalui observasi lapangan dan sumber referensi, maka rancangan objek studi menerapkan konsep interaction space sebagai pengolahan ruang dalam. Adapun pengertian dari interaction space adalah pola dan perilaku penggunan itu sendiri dalam tata laku jual beli di dalam pasar secara umum, antara penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli, adanya interaksi dan komunikasi.
Gambar 5.13 Konsep ruang interaksi Sumber: Hasil Analisis.2009
Pada rancangan objek studi, pengolahan ruang dalam lebih mengarah kepada pembagian beberapa zoning yang telah disesuaikan dengan masing-masing fungsinya. Tidak terdapatnya batas privasi yang tegas juga disesuaikan dengan konsep pasar sebagai ruang publik, sehingga batas-batas yang muncul lebih berupa batas imajiner yang membagi area jual (kios, retail, lapak dan pelataran) didalam bangunan. Dengan adanya batas imajiner, diharapkan akan semakin terbentuk suatu bangunan interaksi yang lebih baik lagi.
Selain itu pada perancangan ruang dalam juga terdapat signage sebagai pengarah, sehingga pembeli akan lebih mudah untuk mencari dan mencapai (menemukan) kios atau retail yang menjual kebutuhannya.
Kios atau retail
Sirkulasi Pelataran
Gambar 5.14 Konsep ruang dalam Pasar Karangploso Kabupaten Malang Sumber: Hasil Analisis.2009
Gambar 5.15 Signage sebagai pengarah di dalam bangunan Sumber: Hasil Analisis.2009
Kios atau retail
5.4.2 Konsep Kios, bedak dan Retail
Konsep perancangan pada ruang jual jenis kios, bedak dan retail, lebih mengarah pada pembagian modul bangunan sebagai batasan luas. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah sistem jual ataupun sewa kepada para pedagang. Pada prakteknya, ruang yang disediakan telah disesuaikan dengan ukuran masing-masing kelas toko, kios, bedak atau retail, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk memperluas atau menambah besaran kios yang akan disewa atau dibeli, khusus pada perancangan bedak menggunakan sistem knock down yang mudah dibongkar pasang dan tidak menimbulkan gangguan bagi pedagang yang ada disekitarnya, yaitu sebuah dinding yang terbuat dari gypsum.
01.50 ruang utilitas 02.50 ruang jual 01.00 meja jual interaction Area sirkulasi Kios/retail Area sirkulasi
kios bedak kios bedak
03.00 03.00 0 4 .0 0 0 4 .0 0 0 2 .0 0 0 2 .0 0 0 2 .0 0
Gambar 5.16 Konsep kios, bedak dan retail Sumber: Hasil Analisis.2009
Pintu kios, bedak dan toko menggunakan sistempintu gulung
Bahan dari baja/ aluminium
5.4.3 Konsep Lapak
Pada perancangan objek studi (pasar) juga mewadahai area jual jenis lapak. Di mana area ini diperuntukkan bagi para pedagang basahan (sayur, ikan dan daging). Area jual jenis lapak diletakkan pada area bangunan los yang berada di tengah sekeliling bangunan utama (kios, bedak dan retail), hal ini dikarenakan untuk memisahkan dan membedakan jenis area jual dan meminimalkan bau yang ditimbulkannya serta mengurangi kesan becek dari penggunaan air pada area ini.
pipa air bersih drainase meja lapak
01.60 pipa air bersih 00.80 meja lapak 00.20 lantai 00.30 drainase sirkulasi sirkulasi
lapak lapak lapak lapak
Saluran pipa air bersih
Meja lapak
Rak simpan
Gambar 5.17 Konsep meja lapak Sumber: Hasil Analisis.2009
5.4.4 Konsep Pelataran
Pada konsep objek studi (pasar), juga masih memperhatikan (mewadahi) adanya commercial space bagi pedagang kaki lima. Hal ini dimaksudkan agar pedagang kaki lima masih tetap memiliki area jual dan keberadaannya menjadi terkontrol, sehingga tidak mengganggu kondisi visual bangunan serta tidak menghambat sirkulasi pada area tapak bangunan. Area pelataran diletakkan pada lantai dasar sebelah utara area lapak yang berada di sekeliling bangunan utama (kios, bedak dan retail). Penyediaan area berjualan ini, tentunya masih menggunakan sistem sewa sesuai dengan peraturan Pasar Karangploso Kabupaten Malang.
Desain rancangan pelataran di buat sesederhana mungkin, sehingga memudahakan bagi para pedagang, yaitu berupa los dengan pembagian ruang antara ruang jual dan sirkulasi bagi pembeli dengan cara pemberian garis batas dari keramik ukuran 8x15 berwarna gelap, posisi pelataran dinaikkan 20 cm dari permukaan tapak. Tentunya area ini hanya berupa blok-blok tidak tertutup, sehingga area jual lebih bersifat fleksibel, baik bagi pedagang maupun pembeli.
00.30 drainase 00.20 lantai
drainase Tiang atap bangunan
Area jual sirkulasi
sirkulasi
Area jual
Area jual 1,5 x 2 m
Gambar 5.18 Konsep pelataran Sumber: Hasil Analisis.2009
5.4.5 Konsep Sirkulasi Dalam Ruangan
Sirkulasi merupakan permasalahan penting, mengingat objek perancangan adalah bangunan publik dengan fungsi pasar yang dimana segala macam arus sirkulasi berada di dalamnya (manusia, kendaraan dan barang), sehingga perencanaan dan perancangan desain haruslah menjadi bahan perhatian lebih lanjut. Dengan demikian, rancangan bangunan nantinya mampu untuk mewadahi segala aktifitasnya dengan lancar. Adapun alat bantu sirkulasi pada rancangan objek studi adalah tangga dan ramp. Hal ini didasarkan untuk dapat mempermudah segala sirkulasi orang berbelanja didalam pasar, sehingga menciptakan suasana berbelanja yang nyaman dan fleksibel.
5.5 Konsep Struktur dan Konstruksi
Secara umum, konsep dasar mengenai penggunaan struktur dan kontruksi pada bangunan, lebih memilih konsep rigid frame (beton bertulang), dengan sub struktur kayu sebagai daya dukungnya dan rangka baja untuk rangka atap los permanen. Hal ini lebih di karenakan kemudahan proses pengerjaan, kemudahan
5 m
Gambar 5.19 Konsep sirkulasi dalam bangunan Sumber: Hasil Analisis.2009
Lantai 1
material untuk didapat (bahan lokal), perawatan yang mudah, tahan lama serta biaya yang relatif terjangkau.
Pada implementasi ke dalam rancangan objek studi menggunakan sistem grid sebagai modulasi (6 x 8 m2). Hal ini selain dapat mengehmat biaya material (efisiensi dan efektivitas pengerjaan), juga sesuai tema rancangan objek studi yaitu sustainable architecture. Sehingga mempermudah dalam penentuan harga jual atau sewa dari ruang komersial kepada pedagang. Selain itu, dengan ketinggian per lantai yang mencapai 5 meter guna untuk menciptakan aliran udara yang lancar (antisipasi terhadap bau-bauan yang timbul dari berbagai jenis komoditi yang ada), antisipasi asapa kebakaran, serta penempatan instalasi utilitas pada rancangan objek studi.
5.6 Konsep utilitas 5.6.1 Instalasi Listrik
Sebagai antisipasi keamanan terhadap ketersediaan daya listrik pada rancangan objek studi, maka daya listrik pada rancangan objek studi diperoleh dari PLN yang di back up oleh Genset. Pada Genset telah dipasang saklar ohm yang dapat berfungsi secara otomatis apabila terjadi pemadaman listrik PLN.
PLN-GENSET GARDU Panel MCB Utama
MCB 1
MCB 2
DP lt. 1&2
DP lt. 1&2
Diagram 5.20 Konsep sistem persediaan instalasi listrik Sumber: Hasil Analisis.2009
Penyaluran daya listrik pada bangunan dari main distribution panel (MDP/MCB utama) disalurkan kembali melalui MCB (multi circuit breaker) yang berada pada tiap-tiap blok rancangan objek studi. Setelah itu daya listrik disalurkan kembali melalui distribution panel pada tiap lantai blok bangunan melalui shaft. Dari distribution panel ini dibagi lagi menjadi grup-grup yang lebih kecil untuk melokalisir apabila terjadi gangguan.
5.6.2 Sistem Penyediaan Air Bersih
Mengingat rancangan objek studi berupa pasar yang secara umum membutuhkan cukup banyak persediaan air bersih. Maka perlu menyediakan meteran air pada masing-masing kios, bedak dan lapak, atas penggunaan kapasitas air dan beban yang di tanggung dikembalikan kepada penyewa atau pemilik kios, bedak atau lapak. Hal ini merupakan bagian dari sistem pengelolaan manajemen pasar yang lebih teratur dan sustainable.
Sedangkan penyediaan air bersih untuk hydrant dan ruang luar tapak menggunakan potensi alam yang ada berupa air sumber dari bawah tanah. Karena objek rancangan studi memakai tema sustainable yang mana harus bisa
PDAM Meteran Tandon bawah Reservoir Pompa air Ruang luar
Tandon atas
Kios Bedak Lapak
Toilet Sprinkler
Diagram 5.21 Konsep sistem persediaan air bersih (PDAM) Sumber: Hasil Analisis.2009
memanfaatkan potensi alam seoptimal mungkin. Adapun diagram sistem penyediaan air bersih dari sumur adalah sebagai berikut:
5.6.3 Sistem Pembuangan Air Kotor
Mengingat rancangan objek studi adalah pasar yang secara umum menghasilkan cukup banyak limbah (padat maupun cair), maka sekiranya diperhatikan sistem pembuangan air kotor pada bangunan (terutama pada area basahan), sehingga tidak mengganggu segala kegiatan yang berlangsung di dalam pasar. Selain itu, pengolahan dan pembuangan air hujan juga perlu diperhatikan, sehingga sebisa mungkin tidak mengganggu kondisi tapak bangunan.
Sumur Meteran Pompa Tangki tekan Pipa penyediaan air
Hydrant Ruang luar tapak
Diagram 5.22 Konsep sistem persediaan air bersih (sumur) Sumber: Hasil Analisis.2009
Air Kotor Kios, lapak, bedak Toilet Bak penampungan (kontrol) Bak penampungan (kontrol) Penangkap lemak
Septic tank STP Riol
Resapan Diagram 5.23 Konsep pembuangan air kotor dari dalam bangunan objek studi
Dapat dilihat, pada pengolahan air kotor juga terdapat STP (sewage treatment plant), hal ini dimaksudkan agar limbah yang dihasilkan sedikit mungkin atau sama sekali tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Adapun sistem pembuangan air hujan dari dalam maupun luar bangunan objek studi, salah satunya yaitu menggunakan sistem lubang biopori.
Lubang drainase 10 cm
Lubang biopori Permukaan tapak
Diagram 5.24 Konsep pembuangan air kotor pada rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
100 cm Air hujan Di luar bangunan Diresapkan pada tapak Lubang biopori
Pada bangunan Talang Saluran vertikal
Drainase Lubang biopori Bak kontrol Sub riol riol kota Resapan Tanah Tanah Drainase
Gambar 5.25 Konsep peletakan lubang resapan biopori pada drainase Sumber: Hasil Analisis.2009
5.6.4 Sistem Drainase
Berangkat dari analisis yang ada, maka penerapan sistem drainase yang akan di terapkan ke dalam rancangan objek studi yaitu berupa sistem drainase permukaan dan sistem drainase bawah tanah tertutup. Karena kedua sistem drainase tersebut, bisa mengkontrol pembuangan air pada bangunan maupun luar bangunan. Untuk menspesifikasikannya, maka sistem drainase permukaan lebih di fungsikan pada area luar bangunan dan sekitar lokasi lapak atau los. Sedangkan sistem drainase bawah tanah tertutup dari bangunan ke sub riol menuju ke riol kota.
Gambar 5.26 Konsep sistem drainase pada rancangan objek studi
Sumber: Hasil Analisis.2009 Saluran
pengumpul drainase
Titik tertinggi
Saluran pembuangan air hujan kota Garis tanah
U
Garis
Saluran pengumpul air hujan pada tapak Saluran pembuangan
air hujan kota Ke sungai
Kolam dalam penampungan
U
5.6.5 Sistem Penerangan
Pada rancangan objek studi, perolehan sumber penerangan selain mempergunakan pencahayaan alami juga mempergunakan pencahayaan buatan. Tentunya, memerlukan daya listrik sebagai sumber pendukung dan energinya. Manajemen telah menyediakan meteran sebagai kontrol pada masing-masing kios, bedak, retail dan los, segala beban dan biaya yang ditanggung dikembalikan kepada penyewa atau pemilik kios atau retail. Sedangkan manajemen hanya berfungsi sebagai controller. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi dari pengelolaan sistem manajemen pasar yang lebih baik dan teratur.
5.6.6 Sistem Keamanan
Pada rancangan objek studi (pasar), sistem keamanan sangat dibutuhkan karena pasar merupakan bangunan umum dengan tingkat pemakaian bangunan secara terus-menerus dengan banyak pengguna di dalamnya, maka perencanaan sistem keamanan untuk keselamatan bangunan harus diperhatikan dengan baik. Adapun sistem keamanan yang ada pada perancangan objek pasar yaitu:
PLN-GENSET Gardu Main panel
Sub main
panel Stop kontak
Ke panel umum sistem penerangan
Perlengkapan dan peralatan bangunan Diagram 5.27 Konsep sistem penerangan pada rancangan objek studi
5.6.6.1Fire Protection
Mengingat rancangan objek studi adalah pasar dengan berbagai jenis komoditi yang diwadahi, maka perhatian akan pencegahan kebakaran menjadi sangat penting. Sehingga perlu terdapat beberapa instalasi penunjang sebagai antisipasi terhadap bahaya kebakaran bangunan. Hydrant, sprinkler, APAR, dan smoke detector merupakan beberapa alternatif instalasi pencegahan kebakaran yang akan diterapkan pada rancangan objek studi, sehingga sebisa mungkin dapat meminimalkan resiko terhadap bahaya kebakaran pada rancangan objek studi.
5.6.6.2Bahaya Kriminal
Sebagai antisipasi terhadap keamanan penunjang, maka rancangan objek studi menggunakan sistem pengendalian kriminal tersebut melalui
Panel listrik Panel utama pengendali kebakaran
Bel (tanda alarm)
Detector
PDAM Tangki air
Hydrant
halaman
Tangki bawah pompa Tangki atas
sprinkler
Hydrant bangunan
Diagram 5.28 Konsep fire protection pada rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
monitor yang akan dipasang pada bebrapa sudut bangunan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana berbelanja yang kondusif dan nyaman, tidak terganggu oleh beberapa tindakan personal yang tidak diinginkan.
5.6.2.1Instalasi Telepon
Sistem komunikasi pada rancangan objek studi terinterkoneksi ke seluruh bangunan. Penempatan control PABX (private automatic branch exchange) terletak di ruang utilitas. Adapun jumlah pesawat telepon yang dipasang menyesuaikan dengan jumlah ruang yang memerlukan fasilitas telepon. Khusus untuk ruang kepala dinas pasar, fasilitas telepon yang disediakan adalah telepon yang memiliki akses keluar, sedangkan yang lainnya harus melalui operator.
Panel
listrik monitor recorder Video
Video switcher
Unit
CCTV
Diagram 5.29 Konsep pengendalian kriminal pada rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
TELKOM PABX central Operator
Ruang control Blok 1 Ruang control Blok 2 Ruang control Blok 3 Ruang control Blok 4 Pesawat telepon Pesawat telepon Pesawat telepon Pesawat telepon
Diagram 5.30 Konsep sistem instalasi telepon pada rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
5.6.6.3Sistem Penangkal Petir
Untuk menghindari dan meminimalkan segala kerugian yang disebabkan oleh petir, maka diperlukan suatu sistem perlindungan bangunan yang tepat. Sehingga kerugian yang disebabkan oleh petir baik berupa kebakaran, kehancuran, maupun kerusakan jaringan listrik dan peralatan elektronik dapat dihindari atau diatasi. Pada dasarnya sistem penangkal petir adalah menyediakan jalur menerus dari logam yang menyalurkan petir ke tanah pada saat terjadi sambaran petir pada bangunan.
5.6.7 Sistem Pengolahan Sampah
Sampah merupakan bagian yang cukup berpengaruh pada rancangan objek studi (pasar). Secara umum jenis sampah yang dihasilkan dapat berupa sampah organik (sisa sayur dan buah) dan anorganik (plastik, kertas, logam), sehingga harus ada pemisahan dari masing-masing jenis sampah tersebut. Adapun tujuannya agar sampah tersebut tidak tercampur menjadi satu dan menyebabkan kerusakan lingkungan (sesuai dengan konsep perancangan objek studi ”citra pasar sehat”). Pada tapak perancangan objek studi terdapat area TPS sebagai area tampung sementara sampah yang dihasilkan dari bangunan dan adanya tempat pengolahan sampah. Limbah sampah yang tidak perlu diolah akan dibawa ke TPA
Petir Elektroda logam tegak/ finial
Elektroda logam mendatar/ penghantar
mendatar
pengebumian
Diagram 5.31 Konsep sistem penangkal petir pada rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
yang ada. Selain adanya tempat pengolahan sampah sendiri, bisa juga memanfaatkan penggunaan lubang resapan biopori sebagai pengolahan sampah organik, sebagai wujud pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Dengan demikian diharapkan akan tercipta suasana berbelanja yang bersih, sehat dan nyaman.
Diagram 5.32 Konsep sistem pengolahan sampah pada rancangan objek studi Sumber: Hasil Analisis.2009
Diagram 5.33 Konsep sistem pengolahan sampah organik Sumber: Hasil Analisis.2009
Sampah Organik Boks sampah Lubang biopori
Pengolahan alami Pupuk kompos TPS Tempat pengolahan sampah Limbah Padat Cair Boks sampah Shaft
sampah Pemisahan sampah
TPS TPA Di alirkan ke bak penampungan STP Riol Diresapkan
5.6.7.1Perhitungan Standart Sampah Pasar
Perhitungan standart sampah pasar pada objek rancangan berdasarkan pada kebutuhan penampungan atau pengumpul sampah pada objek rancangan. Dengan menggunakan rumus dasar yaitu:
Standart Sampah Pasar (SSP)= 5,35 l/m3
Rumus (Luas lahan : SSP = Volume Sampah/VS) Volume minimal sampah (-2,55 m2) dan
Volume maksimal sampah (+2,55 m2)
Rumus (VS – 2,55 m2= Volume minimal) dan (VS + 2,55 m2= Volume maksimal)
Dari rumus perhitungan standar kebutuhan penampungan sampah pada pasar Karangploso sebagai objek rancangan, hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar 5.34 Sketsa penampang lubang resapan biopori Sumber: Ariestio, Lubang Resapan Biopori.2007 Sampah organik
Jenis luas lahan
Standar volume sampah
Perhitungan luas volume sampah per-lahan Luas volume sampah P er h it u n g a n J u m la h V o lu m e S a m p a h P a sa r y a n g D ib u tu h k a n Luas lahan pasar induk SSP V.s (5,35 l/m3) V.min (-2,55) V.maks (+2,55) Luas total 7869,35 m2 V.s = 7869,35 m2 : 5,35 l/m3 = 1470,90 m3 V.min = 1470,90 - 2,55 = 1468,35 m3 V.maks = 1470,90 + 2,55 = 1473,45 m3 1.473,45 m3 Luas lahan pasar wisata SSP V.s (5,35 l/m3) V.min (-2,55) V.maks (+2,55) Luas total 875,36 m2 V.s = 875,36 m2 : 5,35 l/m3 = 163,61 m3 V.min = 163,61 - 2,55 = 161,06 m3 V.maks = 163,61 m2 + 2,55 = 166,16 m3 166,16 m3 Luas lahan pasar grosir SSP V.s (5,35 l/m3) V.min (-2,55) V.maks (+2,55) Luas total 322,36 m2 V.s = 322,36 m2 : 5,35 l/m3 = 60,25 m3 V.min = 60,25 - 2,55 = 57,7 m3 V.maks = 60,25 m2 + 2,55 = 62,8 m3 132,64 m3 Luas lahan pasar hewan SSP V.s (5,35 l/m3) V.min (-2,55) V.maks (+2,55) Luas total 241,52 m2 V.s = 241,52 m2 : 5,35 l/m3 = 45,14 m3 V.min = 45,14 - 2,55 = 42,59 m3 V.maks = 45,14 m2 + 2,55 = 47,69 m3 47,69 m3 Jasa selep SSP V.s (5,35 l/m3) V.min (-2,55) V.maks (+2,55) Luas total 24 m2 V.s = 24 m2 : 5,35 l/m3 = 4,48 m3 V.min = 4,48 - 2,55 = 1,93 m3 V.maks = 4,48 m2 + 2,55 = 7,03 m3 7,03 m3 TOTAL 1.826,97 m3 PENERAPAN
JUMLAH KEBUTUHAN PENGUMPUL SAMPAH PADA OBJEK RANCANGAN Lokasi penampung sampah Jumlah penampung sampah
Luas volume sampah per-titik lokasi Total luas volume sampah A p li k a si K eb u tu h a n P en a m p u n g S a m p a h TPS 2 Luas volume 224 m 3 Sehingga, 224 m3 x 2 = 448 m3 448 m 3
Pasar induk 8 Luas volume 96 m
3 Sehingga, 96 m3 x 8 = 768 m3 768 m 3 Pasar wisata (toko souvenir) 8 Luas volume 24 m 3 Sehingga total: 24 m3 x 8= 192m3 192 m 3
Pasar grosir 6 Luas volume 36 m
3
Sehingga, 36 m3 x 8 = 288 m3 288 m
3
Tabel 5.3
Pasar hewan 1 Luas volume 67,2 m
3
Sehingga, 67,2 m3 x 1 = 67,2 m3 67,2 m
3
Jasa selep 1 Luas volume 24 m
3 Sehingga, 24 m3 x 1 = 24 m3 24 m 3 Lokasi tempat istirahat sopir MPU 1 Luas volume 21 m 3 Sehingga, 21 m3 x 1 = 21 m3 21 m 3 Lokasi bengkel MPU 1 Luas volume 21 m 3 Sehingga, 21 m3 x 1 = 21 m3 21 m 3 TOTAL 1.829,2 m3 Jadi,
TOTAL Luas Volume Sampah (menurut perhitungan standar sampah pasar) : 1.826,97 m3
TOTAL Luas Volume Sampah (penerapan ke objek rancangan) : 1.829,2 m3 Hal ini berarti, luas Efisiensi Penampung Sampah yang diperoleh
(1.829,2 m3 > 1.826,97 m3) sudah memenuhi persyaratan Standar Sampah Pasar