g
ADI'AMAH*staniah
B.
$ostikno
PHOSEDUH
PEMERIK$AAN
HADIOLOGI
GASTFIOINTHSTINAL
&
UROGENITAL
RF.KKS.23.o1.2o14
Ristaniah D. Soetikno
PROSEDUR PEMER'KSAAN RAD'OLOG' GASTRO'NTESTINAL DAN UROGEN'TAL
Editor: dr. RobbY Hermawan
Desain SamPul: Hendra Kumiawan
Artistik AeP Gunarsa S'H.
Diterbitkan & dicetak oleh PT Refika Aditama Jl. Mengger Girang No. 98, Bandung 40254
Telp. (ozz) 5205985, Fax. (ozz) 52e5984
Email: refi ka-aditama@yahoo.co'id
Anggota lkapi
Cetakan Kesatu, Januari zor4
ISBN 978-602-7 948,12'9
@2O14
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
Kata
Pengantr
T
Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepadaTuhan yang Maha
Esa atas
rahmat-Nya sehingga buku
ini
dapat diselesaikan. Penulis juga berterima
kasih kepada semua orang yang
telah
membantu
baik
langsung maupun tidak
langsung
dalam
proses pembuatan
buku
ini.
Prosedur pemeriksaan radiologi
gastrointestinal
dan
urogenital
merupakan pemeriksaan
radiologi
yang
cukup
banyak
dilakukan
di
Departemen Radiologi
dan
memberikan banyak informasi
yang penting. Namun
di
sisi
lain,
pemeriksaan
ini
juga memiliki
bahaya baik
dari
efek samping radiasi pengion, media kontras, maupun
dari teknik
prosedur
itu
sendiri.
Oleh
karena
itu
diperlukan
teknikteknik
yang
baik dan
aman untuk
meminimalisasi efek samping
tersebut.Buku prosedur pemeriksaan radiologi gastrointestinal dan urogenital ini dibuat
berdasarkan
pengalaman
penulis
sejak
tahun
2000
sampai sekarang.
Berbagaimodifikasi berdasarkan literatur telah dilakukan oleh penulis
agardidapatkan
hasilpemeriksaan yang terbaik dengan
saranadan
prasaranayang ada
di
Departemen/
SMF Radiologi
RS.Dr.
Hasan Sadikin, Bandung. Penulis berharap buku
ini
dapat
membantu
para
spesialis
radiologi
dalam
melakukan prosedur
pemeriksaan
radiologi dengan baik dan tepat
sesuaidengan
saranadan prasarana radiologi di
lndonesia secara umum.
Akhir
kata,
penulis
juga
berharap agar para pembaca
senantiasa
memiliki
rasaempati dalam melakukan pemeriksaan prosedur radiologi
sehingga
segalatindakan yang dilakukan dapat diterima dengan baik oleh
pasien.Terima
kasih.Bandung,
)anuari2014
Daftarlri
I
KATA PENCANTAR
_
v
DAFTAR lSl
UNIT V
ENTEROSTOMI
2.
Anatomi dan
Fisiologi.:...
...49
3. lndikasi...
...49
4.
Kontraindikasi
...
...49
6. Prosedur....
...50
7. Ekspertise
... 50
8. Komplikasi
...51
DAFTAR
PUSTAKA..
...52
UNIT VI
KOLANGIOGRAFI T-TUBE
1. Definisi...
...
532.
Anatomi dan
Fisio|ogi...
...
533. lndikasi...
...54
4. Kontraindikasi...
...54
5. Persiapan...
... 54
7. Ekspertise
...
558. Komplikasi
...55
DAFTAR
PUSTAKA..
...
s6
UNIT XIV
U REf ROS I STOG RAF
I
RET ROGRAD
1. Definisi...
...'101
2.
Anatomi dan Fisiologi
...
...
1013. lndikasi...
...
10'l4- Kontraindikasi...
...
1015. Persiapan...
...
'1016. Prosedur....
"""
1017. Ekspertise
...'
1018. Komplikasi
...
101DAFTAR
PUSTAKA..
...
103UNIT XV
U RET ROS I ST OG
MF
I
B IPOLAR
1. Definisi...
...:...
...
...'t05
2.
Anatomi dan Fisiologi
...
...
1053. lndikasi...
...
1054.
Kontraindikasi
...
...
1055. Persiapan...
...
1056. Prosedur....
...105
7. Ekspertise
... 106
B. Komplikasi
... 106
UNIT XVII
H I ST EROSALF I N G OGRAH
(H SG)1.
Definisi
...
1152. Anatomi dan
Fisio1ogi...
...
1 153.
lndikasi
...
1 164.
Kontraindikasi...
...117
5.
Persiapan
...117
6.
Prosedur
...
1 18Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenial
Prosedu
r Gastrointestinal
:
1.
Esofagografi.2.
Esofagomaagduodenografi.3.
BariumFollowThroggh4.
Colon lntoop
5.
Enterostomi6.
Kolanglografi T-tube7.
Modifikasi Barium Enema8.
SialografiDaftar
Singkatan:
AP: Anteroposterior
PA: PosteroanErior
RAO: Rigft t A ntefior Oblique
lAO:
Left Anterior ObliqueRPO: Right Poslcrtor Oblhue
LPO: Left Posterlor Oblique
Prosedur Pemerilsm Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital
ESOFAGOGRAFI
1.
Definisi
Esofagografi
atau
boriumswollow
merupakan pemeriksaan radiologiuntuk
menilai bentuk dan fungsi (menelan) dari faring dan esofagus.l2.
Anatomi
dan
Fisiologi
Esofagus berawal
dari
sfingter esofagus superior (batas inferior kartilago krikoid) padaketinggian vertebra C6 sampai sfingter esofagus
inferior
pada ketinggian vertebra T11. Esofagus memiliki panjang sekitar 25cm dan diametersekitar
zcm.2'3 Dinding esofagusterdiri dari empat
lapisan. Lapisan paling luar,yaitu
lapisan fibrosa, kemudian lapisanmuskularis, lapisan submukosa dan yang paling dalam adalah lapisan mukosa. Mukosa
esofagus
terdiri dari sel
skuamosa(pipih) yang
berubah menjadisel kolumnar
pada perbatasan esofagogastrik (Z linel.aCricoid c€rtllageol Trachea SEtnum €nd riF Aorta H€srt an pericardium Diaphragm E€ophagu$ Anterlor
Gambar 1. Anatomi esofagus
Esofagus dibagi menjadi 7 segmen:s (1) segmen paratrakea (2) segmen aorta (3) segmen bronkial (4) segitiga interaortikobronkial (5) segmen interbronkial (6) segmen retrokardiak (7) segmen epinefrik. Fotierior
l3
Proapdur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
Gambar 2. Pembagian segmen esofagus.s
Esofagus memiliki beberapa penyempitan fisiologis:s'6
(1) Perbatasan faringoesofagus. (2) Arkus aorta.
(3) Bronkus utama kiri. (4) Hiatus esofagus.
Perbatasan esofagogastrik merupakan hal yang penting untuk dipahami. Dr. Bernard
Wolf memperkenalkan konsep cincin A dan cincin B. Cincin A merupakan sfingter esofagus
inferior. Cincin B merupakan perbatasan esofagogastrik. Cincin A terletak 2-4cm di sebelah
proksimal dari cincin B. Cincin B hanya terlihat jika terletak di atas hiatus diafragmatika dan
cincin B yang
mengalami konstriksiini
disebutjuga
cincin Schatzki. Richard Schatzkimerupakan
seora!g
ahli
radiologi yang mendalami
kelainan-kelainandi
perbatasanesofagogastrik.2's'7'8
giding
hiatus hernia terjadijika
cincin B bergeser lebih dari 2 cm ke arah proksimal dari hiatus diafragmatika.2A*Aring
n"8df,s
e * ,{rdqi o{ rromelt
S - diathrrls
E * xrtibuL tt {l$tr,qtre
F - ffisal wtetinn cl oroplx*ur
G . dli$*d t{pBdirphrr!f,trrtk 0dti9n o, the yerxibute
F 6 A E
I
NORMAL NONMALProsedur Pemerilsam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
Motilitas normal dari esofagus diawali oleh gelombang peristaltik primer. Gelombang
peristaltik
primer dimulai saat bolus
makananmulai ditelan.
Gelombang peristaltiksekunder
dimulai ketika
masihterdapat
sisa makanandi
esofagusatau
ada sebagianmakanan yang refluks dari lambung. Gelombang peristaltik sekunder akan membersihkan
esofagus dari makanan. Gelombang peristaltik tersier merupakan motilitas abnormal dari esofagus yang tidak beraturan dan non-propulsif.8
3. !ndikasi
-
Disfagia (sulit menelan).-
Odinofagia(nyerimenelan).-
Penilaian fistula trakeoesofageal (gunakan zat kontras non-ionik).-
Penilaian perforasi (gunakan zat kontras non-ionik).-
Varises esofagus.-
Benda asing.-
Gostroesophogeal reflux disease (GERD).-
Divertikulum Zenker (divertikulum pada bagian proksimal dari esofagus).-
Borrett'soesophogus.-
Akalasia.-
Tumor esofagus.4. Kontraindikasi
-
Alergi terhadap zat kontras.-
Perforasi (gunakan zat kontras non-ionik).-
Fistula trakeoesofageal (gunakan zat kontras non-ionik).-
Kehamilan (gunakan perisai untuk melindungi janin).-
Obstruksi total dari saluran cerna (gunakan zat kontras non-ionik).5. Persiapan
Oleh karena esofagus biasanya kosong, maka pasien
tidak
memerlukan persiapan.Pakaian dan perhiasan berbahan metal antara
mulut
dan pinggang harus ditanggalkan. Pasiendiminta untuk
mengenakan gaundari
rumah sakit. Persiapkan lembar informed consent dan berikan penjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukanbeserta komplikasi
yang dapat terjadi.
Tanyakan mengenaistatus
kehamilan pasien.3Beritahu pasien
agar
berhati-hati meletakkan tangandi
meja
pemeriksaan agar tidakterjepit ketika meja bergeser.l
Esofagografi menggunakan zat kontras barium sulfat dengan perbandingan 1:1 dengan
air. Zat kontras dengan barium sulfat merupakan pilihan utama oleh karena memberikan penggambaran
detil
mukosayang lebih
baik,lebih
resisten terhadap dilusi,dan
lebihmurah dibandingkan dengan zat kontras woter soluble (non-ionik). Persiapkan t100cc atau lebih jika diperlukan.
Zat
kontras
woter soluble
digunakanjika
ada
kecurigaanperforasi atau
fistula trakeoesofagus. Zat kontras water soluble juga digunakan jika akan dilakukan operasi atauprosedur endoskopik
yang
melibatkan saluran pencernaan dalam jangkawaktu
dekat(sebelum zat kontras barium diekskresikan dari saluran pencernaan).e Barium merupakan
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gtrtro Inrestinal & Urogenital
zat yang tidak dapat dikeluarkan dari
tubuh
melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yangtidak
keluartersebut dapat
menyebabkarr reaksi granulasi pada jaringan.3Zat
kontraswoter soluble yang digunakan pada esofagografi sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367
mgl/mL.e
6. Prosedur
Lakukan pemeriksaan
foto
polosuntuk
menyesuaikan pengaturan KVdan
mAS danuntuk melihat kelainan sebelum pemberian kontras. Kontras diminum kemudian ditahan
dalam rongga mulut. Selanjutnya diinstruksikan untuk menelan kontras secara cepat dan
bersambungan. Pemotretan dilakukan
setelah 3-4 kali
gerakan menelan.Foto
dapat diambil pada posisi RAO, Lateral, AP atau PA. Posisi RAO dan lateral dapat memperlihatkanesofagus tanpa superimposisi dengan vertebra. Superimposisi esofagus dengan bayangan
jantung juga dapat diminimalisasi pada posisi RAO dan lateral. Pada posisi AP
atau
PA,Prosedur Pemerilsam Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital
Gambar 4. Posisi RAO.3
Gambar 5. Posisi Lateral.3
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gmtro Intestinal 6c Urogenital
Gambar 5. Posisi AP.3
Pemeriksaan esofagografi juga bertujuan untuk menilai refluks dari gaster ke esofagus.
Terdapat beberapa metode untuk melihat refluks, yaitu:3
-Valsolvo moneuver (pasien diminta untuk menarik napas dalam, kemudian
mengedan)
-Woter fest (pasien pada posisi LPO, diminta untuk meminum air setelah
diberikan zat kontras sebelumnya)..
-Com p ressio n pa dd le tech n iq u e. -Th e toe-touch mo ne uve r.
.
Penilaian fungsi menelanatau
peristaltis esofagus dilakukan dengan menelan boluskontras satu kali saja. Gelombang peristaltik primer akan
terlihat
membawa bolus kontraske
lambung. Gelombangperistaltik
sekunderyang
membersihkan esofagusdari
sisakontras akan mengikuti gelombang peristaltik primer. Pasien diminta untuk menelan satu
kali saja. Jika pasien menelan lebih dari satu kali, maka gelombang peristaltik pr:imer dari
penelanan
bolus
kontrasyang
keduaakan
mengganggu gelombangperistaltik
primerpenelanan
bolus kontras yang pertama. Hal
ini
menyebabkan penilaian gelombangperistaltik primer sulit dilakukan.2
7. Ekspertise
Beberapa aspek yang dinilai antara lain:
-
Pasase kontras di esofagus.-
Besar, bentuk, dan posisi esofagus.-
Ada tidaknya hernia esofagus.-
Mukosa esofagus (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double controstl.-
Adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling affect).-
Penilaian refluksgastroesofagus.8.
Komplikasi
-
Kebocoran zat kontras barium dari perforasi yang tidak diperkirakan.-
1.
2.
3.
4.
5.
Prcsedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenial
DAFTAR PUSTAKA
Chapman S, Nakielny R. A guide
to
radiological procedures. Edisi ke-3. London: Bailli6reTindall;1993.
chapman AHA, spencer JA, Guthrie A, Robinson pJA. The salivary glands, pharynx and
oesophagus. Dalam: sutton D, penyunting. Textbook of radiology and imaging. Edisi ke-7. Philadelphia: Churcill Livingstone; 2003.h1m.533-74.
Bontrager
KL,
LampignanoJP. Textbook
of
radiographicpositioning
and
relatedanatomy. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005.h|m.445-84.
Freeman AH. The oesophagus. Dalam: Adam
A,
Dixon AK, Grainger RG, Allison DJ,penyunting. Grainger
&
allison's diagnostic radiology. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Churcill Livingstone; 2008.h1m.609-2G.Meschan l. Analysis of roentgent signs in general radiology. Philadelphia: W.B. Saunders Company;1973. hlm. 12 17-309.
Ballinger
PW. Merrill's atlas
of
radiographic positionsand
radiologic procedures.Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995.h1m.83-150.
Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Llppincott Williams & Wilkins; 2007.
Gammill SL. A programmed introduction
to
upper gastrointestinal radiology. Edisi ke-1. Boston: Little, Brown and Company; 1977American college
of
Radiology committee on Drugs and contrast Media. ACR manual on contrast media. 2010.7.
9.
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
ESOFAGOMAAG DUODENOG
RAFI
1.
Definisi
Esofagomaagduodenografi/oesophagomoagduodenogrophy
(OMD)
yang
memilikinama lain borium
meal
alau upper gastrointestinol series adalah pemeriksaan radiologiyang menggunakan zat kontras (tunggal atau ganda) untuk menilai esofagus bagian distal,
tambung, dan duodenum.l
2.
Anatomi
dan Fisiologi
Anatomi dan fisiologi esofagus telah dibahas pada pemeriksaan esofagografi. Lambung
merupakan bagian saluran pencernaan antara esofagus dan duodenum. Dinding lambung
terdiri dari empat lapisan, yaitu:2
(1) Lapisan paling luar yaitu lapisan serosa.
(2) Lapisan muskularis yang terdiri dari serabut longitudinal, sirkular, dan oblik. (3) Lapisan submukosa.
(4) Lapisan mukosa yang membentukgostricfold (rugoe). Esofagomaagduodenografi
Lambung dibagi menjadi empat bagian: (1) kardia, (2) fundus, (3) korpus, (4) pilorus.
Kardia merupakan bagian lambung
yang
langsung mengelilingi pembukaan esofagus.Fundus lambung merupakan bagian superior lambung yang menonjol dan mengisi kubah
diafragma
kiri.
Di bawah fundus terdapat korpus yang berjalan mulai dari incisura kardia(cordioc nofch) sampai incisura angularis (ongulor notchl. Pilorus terdapat di sebelah distal
dari incisura angularis. Pilorus
terdiri
dariantium
pilorik dan kanalis pilorikum. Lambupgmemiliki kurvatura mayor dan kurvatura
minor.
Pada dua pertigadari
kurvatura minorterdapat indentasi tajam yaitu incisura angularis. Lambung memiliki dua pembukaan, yaitu
orifisium kardia dan orifisium pilorus yang dikelilingi otot sfingter.2
Gambar 1. Bagian-bagian lambung.z
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
Gambar 2. Lapisan-lapisan otot pada lambung.
Rugae pada lambung memiliki pola yang berbeda pada setiap bagiannya. Bagian fundus memiliki pola mozaik. Bagian korpus dan antrum pilorus memiliki pola sejajar yang disebut
juga
magenstrasse. Ka-nalispilorikum memilki pola
konvergendan
bulbus duodenummemiliki pola divergen.3
ATI6ULA
I$Ci5$n
DI,IOEEHtIId
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
Lambung memiliki
tiga
bentuk berdasarkan posisi pilorus terhadap incisura angularis,yaitu eutonik, hipotonik
dan-hipertonik
(steerhorn). Posisidan
kontur
lambung yangbervariasi ini bergantung pada:3
(1) Habitus badan
(2) Usia
(3) Posisi pasien dan efek gravitasi (4) Emosi
(5) Kandungan makanan
Orang
yang
hiperstenikmemiliki
kontur
lambunghipertonik.
Orangyang
astenikmemiliki
kontur
lambung
hipotonik. Pada
keadaan emosional,lambung
cenderung hipotonik, begitu pula jika lambung terisi makanan.2FVLfl**'5 IilOSHSUf;A
A,tl0t Llht$-AY SAtt{E
LEI"EL-pv&sn*ffi
As0trELtrEt
s{a5ufte llt61}l*zus9F,
rffilfl*A,A$re['L-
t#ffiiE
LEYtrr.W
Arus
&rcl;
PYLoRusblcH)
Gambar 4. Bentuk lambung.3Pada keadaan normal hanya tampak 2-5 gelombang peristaltik yang simultan. Aktivitas
terbesar
terdapat
di
bagiandistal dari
lambung. Lambung akan mengosongkan isinyaapabila tekanan di dalamnya melebihi tekanan di duodenum.3
Setelah barium masuk ke lambung, proses pengosongan terjadi segera. Sebagian besar
barium akan keluar dari lambung dalam 1-2 jam dan setelah 3 jam, tidak tampak sisa-sisa
barium. Retensi barium lebih dari 6 jam dianggap patologis. Pada anak-anak retensi barium lebih dari 8 jam baru dianggap patologis.3
Posisi pasien
akan
mempengaruhi gambaran lambung yangtampak.
Barium akanmenempati posisi yang paling bawah dan udara di atasnya.l
gTEERHORI.I
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenial
Suotn+
lFnffx
firnhr
t
md{fnt'{r*
tlrirfl.tu
Gambar 5. Pengaruh posisi pada gambaran lambung.l
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus. Duodenum memiliki panjang
sekitar 2O-24cm dan merupakan bagian usus halus yang terpendek, terlebar dan paling
terfiksasi.
Duodenumberbentuk
huruf
C
(C-loopl dan
mengelilingicaput
pancreas. Duodenum terdiri dari 4 bagian, yaitu:1(1) Bulbus duodeni
Merupakan bagian pertama
dari
duodenum dengan ukuran basis3
-
3,5 cm
danmaksimal 5 cm.3 Bulbus duodeni terletak intraperitoneal.a Lipatan mukosa bulbus memiliki
pola longitudinal.3
(2) Pars descendens
/
loop duodenumDiameter
lumen
kurangdari 3cm.
Lipatan mukosamulai
menjadi transversal danberbentuk
seperti bulu
burung yang haluslfeathery
like appearonce), kadang terlihat,
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & UrogenitalVateri, yaitu muara duktus
koledokus komunisdan duktus
pankreatikus.3 Bagian initerletak di retroperitonea l.a
(3) Pars transversum
Diameter l.umen kurang
dari 3cm.
Lipatan mukosamemiliki pola
transversal danfeothery
like
oppearanceyang
terkadang diselingilipatan
mukosayang
longitudinalsewaktu duodenum dikompresikan
terhadap tulang
belakang.3 Bagianini
terletak
diretroperitonea l.a
(4) Pars ascendens
Diameter lumen kurang dari 3cm. Lipatan mukosa masih memiliki pola transversal dan
feothery /tke appearance.3 Bagian ini terletak
di
retroperitoneal dan berakhirdi
fleksuraduodenojejunal yang berbatasan dengan jejunum.a Fleksura duodenojejunal ini dikelilingi oleh lipatan peritoneal yang mengandung serabut otot (ligamentum Treitz).4
Fanil {*N#*'"s4 pa'?sn S{oord {d*s6on6{gl porrlan. rwixng cxrwttxr kl$ *;!d Feldfs*rif dr,r4e Third (h*t asrqell P44'*n F9urtft {escenenst $0r{i4n
RUOAL PATTERN BECOMEE
TRANSVERSE AND
FEATHERY. \:
\
OCCASIONAL LONGITUOINAL
PLICAE MAY BE
SEEN
IH ER, E.
Gambar 6. Anatomi duodenum.l
ftlNlxd
*sa*{h $&sp"dtsddf &*trrtefit S &sdsx,s* {es*,wntsc Tr*ri:} __PYLORUS 8A5rLAR. SrNl,rSES AND FORNICES LONOITUOINAL R,UGAE+
OC,CASIONALLY SEEN UPON COMPR,ESSION OVER SPINE B,JB{r6t$l b$,h ROUNOED. N EOATIVEsiADow pn-oouceo---"
BY PAPILLAAREAS WHERE RETENTION OF BARIU'I,I I{AY OCCUR SIMULAT'NO ULCER
.FLEcK.
FORMATIoN.lk
Gambar 7. Pola lipatan mukosa pada duodenum.3
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gstro Intestinal Er Urogenital
3.
lndikasi
-
Dispepsia.-
Penurunan berat badan.-
Massa abdomen di bagian atas.-
Perdarahan gastrointestinal (anemia defisiesi besi yang tidak dapat dijelaskan).-
Obstruksi parsial.-'
Penilaian lokasi perforasi)menggunakan zat kontras water soluble.-
Bezoar.-
Divertikulum-
Hematemesis.-
Tumor gaster.-
Gastritis.-
Hernia esofagus.-
Ulkus peptikum-
Hipertrofi pilorik stenosis.4. Kontraindikasi
-
Alergi.-
Obstruksi total saluran pencernaan bawah.-
Kehamilan (gunakan perisaijika harus dilakukan).-
Perforasi saluran pencernaan (gunakan kontras woter solublel.5. Persiapan
Pasien puasa baik makan maupun minum, 5-8
jam
sebelum pemeriksaan't'u Pasiendilarang untuk merokok atau mengunyah permen karet selama puasa karena aktivitas ini
akan meningkatkan sekresi gaster dan salivasi yang akan menghambat perlekatan kontras barium pada mukosa gaster. Merokok juga akan meningkatkan motilitas gaster.6 Pada anak
di bawah L tahun, lama puasa cukup
4jam
dan pada anak di atasl
tahun, puasa dilakukanselama 6 jam.1
pastikan pasien
wanita tidak
sedanghamil.
Lakukan pemeriksaanfoto
polos untukmenyesuaikan pengaturan KV dan mAS dan
untuk
melihat kelainan sebelum pemberiankontras. Siapkan perisai gonad pada pemeriksaan anak. Lakukan
tes
minum dengan airputih pada pasien dengan disfagia, jika terdapat risiko tinggi terhadap aspirasi gunakan zat
kontras woter soluble. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan berikan
informed consent kepada pasien. Pakaian dan perhiasan berbahan metal antara mulut dan
pinggang harus ditanggalkan. Pasien
diminta untuk
mengenakan gaundari
rumah sakit'Beritahu pasien agar
berhati-hati
meletakkan tangandi
meja
pemeriksaan agar tidakterjepit ketika meja bergeser.l
Zat
kontras yang digunakan adalah barium sulfatjika tidak terdapat
kontraindikasiseperti perforasi atau ada rencana operasi saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat.
Zat
kontras woter soluble
digunakanjika
ada
kecurigaanperforasi
atau
fistula trakeoesofagus. Zat kontras water soluble juga digunakan jika akan dilakukan operasi atau- Prosedur Pemerilaam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
zat yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang
tidak keluar tersebut dapat menyebabkan reaksi granulasi pada jaringan. Zatkontras water
soluble yang digunakan pada oMD sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgl/mL.7
6. Prosedur
-
Lakukan foto polos sebelum pemberian kontras.-
Berikan bubuk effervescent,jika pemeriksaan menggun akan double controst.-
Kemudian berikan kontras barium pada pasien.-
Baringkan pasien lalu instruksikan untuk bergerak berguling dari satu sisi ke sisi yang lain.-
lnformasikan kepada pasien jika terasa ingin bersendawa, maka ditahan agar kontrasudara pada pemeriksaan terlihat jelas.
-
Foto yang diambil adalah:1'2loop dari duodenum.
posterior dari lambung, pilorus dan bulbus duodenum.
(posisi ini saling melengkapi dengan posisi RAO).
Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
Gambar 9. Posisi PA.1
Prosedur Pemerilsam Radiologi Gasrrointesdnal & Urogenital
lzt
Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
LT
Ye$sks mm*ls
0f
**firdr
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenial
7. Ekspertise.
Beberapa aspek yang dinilai antara lain
-
Pasase kontras di esofagus dan lambung.-
Besar, bentuk, dan posisi esofagus dan lambung.-
Mukosa (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double contrastl.-
Adanya luput isi (filling defect)atau bayangan tambahan Viiling offect).-
Penilaian refluks gastroesofagus.8. Komplikasi
-
Kebocoran barium dari perforasi yang tidak diperkirakan sebelumnya.-
Aspirasi.-
Konversi obstruksi letak rendah parsial menjadi obstruksi total.-
Appendisitis akibat barium.-
Efek samping akibat agen farmakologis yang dipakai.Prosedur Pemerilsm Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
DAFTAR PUSTAKA
L.
Bontrager KL, Lampignano JP. Textbookof
radiographic positioningand
relatedanatomy. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.hlm.445-84.
2.
Ballinger PW.Merrill's atlas
of
radiographic positionsand
radiologic procedures.Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995:hlm.83-150.
3.
Meschanl.
Analysisof
roentgent
signsin
general radiology.
Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1973. hlm. 1217-309.
4.
Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins; 2007.5.
Gay SB, Woodcock Jr. RJ. Radiology recall. Edisi ke-2. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins;2008.6.
ChapmanS,
Nakielny R.A
guide
to
radiological procedures. Edisike-3.
London: Baillidre Tindall; 1993.h|m.53-7.7
.
American Collegeof
Radiology Committee on Drugs and Contrast Media. ACR manualon contrast media. 2010.
8.
Chapman AH. The stomach and duodenum.ln:
Sutton D. Textbookof
Radiology andProsedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
BARIUM
FOLLOW THROUGH
1.
Definisi
Borium
follow
through (BFT) atau dikenal juga dengan nama bariummeol
atau smallbowel series merupakan pemeriksaan radiologi dengan zat kontras untuk menilai keadaan
usus halus.l
2.
Anatomi
dan Fisiologi
Usus halus bermula
dari
pilorusdan
berakhir sampaikatup
ileosekal.2 Usus halusmemiliki panjang 5,5-5m.3 Usus halus terdiri dari duodenum, iejunum, dan ileum.
e{emr{rt
{n{.r&_LUQ}
Jelunurn {r-uQ. LLe}
llaux
{eu*,
aL&, LLA} n*g{sn 0,ileoc**xl
vxv6 {eL&}
nlgfrt
Gambar 1. Lokasi relatif dari duodenum, jejunum, dan ileum di abdomen.l
Anatomi duodenum
telah
dibahasdi
bagian pemeriksaan OMD. Jejunum dan ileummemiliki panjang + 5m. Dua perlima bagian proksimal merupakan jejunum dan tiga perlima sisanya merupakan ileum. Jejunum bermula dari fleksura duodenojejunum (ligamentum Treitz)' Jejunum terletak di abdomen bagian kiri atas sedangkan ileum terletak di abdomen
bagian kanan bawah. lleum berakhir di katup ileosekal (valvula Bauhini).4
Pada keadaan normal, jejunum dan ileum berada dalam keadaan kolaps atau sedikit
kolaps. Diameternya semakin kecil ke arah distal. Berikut adalah diameter dari jejunum dan ileum:3
(1)
Jejunum bagian proksimal: diameter 3-4cm (>4,5cm: patologis).(2)
Jejunum bagian distal: diameter 2,5-3,5cm (>4cm: patologis).(3)
lleum: diameter 2-2,8cm (>3cm: patologis).Jejunum dan ileum memiliki lipatan mukosa yang disebut volvuloe conniventes atau plica circularis. Lipatan mukosa ini melintas seluruh lumen usus.
Prosedur Pemeri[smn Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital
L,7-2mm
>2,5mm (Patologls)!,4-L,7mm
>2,0mm (Patologis) lleum 4-7/2,5cm 2-4/2,5cmUntuk mengingat anatomi dari usus halus terdapat rumus rule of 3,yaitu:3
(1)
Ketebalan lipatan mukosa <3mm.(2)
Ketebalan dinding usus <3mm.(3)
Diameter <3cm.@l
Air fluid level<3.Barium yang memasuki lambung akan mencapai
Meskipun demikian waktu
transit
makanandi
ususdipengaruhijuga oleh tiPe diet.3
3.
lndikasi
-
Nyeri perut.-
Diare.-
Perdarahan.-
Obstruksi Parsial.-
Massa abdomen.-
Enema usus halus yang tidak berhasil.-
Enteritis.-
Divertikulum.-
Malabsorbsi.katup ileosekal dalam waktu 2-31am.1
halus bervariasi dari 3-11
jam
Yang4.
Kontraindikasi
Obstruksi total.
Kecurigaan perforasi (gunakan kontras woter soluble).
Alergi kontras.
Kehamilan.
5. Persiapan
pasien harus diberikan makanan lunak dan rendah residu selama dua hari sebelum
pemeriksaan BFT. Puasa terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum
pemeriksaan. Pasien diingatkan agar tidak merokok, tidak mengunyah permen karet, dan
iidak terlalu banyak berbicara. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan bayangan udara di
usus sehingga mengganggu
hasil
pemeriksaan.l'6 Laksatifdapat
diberikan kecuali jikaterdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi, dan peradangan seperti
appendisitis.
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
Persiapan pemeriksaan BFT adalah sebagai berikut:
1.
Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja.2.
Pasien mulai puasa makan dan minum pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatif(jika tidak terdapat kontraindikasi).
3.
Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak 2tablet
pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk.22.00, dan pk. 23.00.
4.
Pasien kemudiandiberikan
bisacodyl suppositoriaper
anus pada
pk.05.00 hariberikutnya.
5.
Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan BFT.Pakaian
dan
perhiasan berbahanmetal harus
ditanggalkan. Pasiendiminta
untuk mengenakan gaundari
rumahsakit.
Persiapkan lembar informed consentdan
berikanpenjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan berserta komplikasi
yang dapat
terjadi.
Tanyakan mengenai status kehamilan pasien.3 Beritahu pasien agarberhati-hati
meletakkantangan
di
meja
pemeriksaan agartidak terjepit ketika
mejabergeser.l Sebelum pemeriksaan pasien harus mengosongkan kandung kemih agar tidak
menekan ileum.l
Zat kontras water soluble digunakan
jika
ada kecurigaan perforasi. Zat kontras wofersoluble
juga
digunakanjika
akan
dilakukan operasiatau
prosedurendoskopik
yangmelibatkan saluran pencernaan dalam jangka
waktu
dekat (sebelum zat kontras bariumdiekskresikan
dari
saluran
pencernaan).Barium
merupakanzat
yang
tidak
dapatdikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang tidak keluar tersebut
dapat
menyebabkan reaksi granulasi padajaringan.
Zat
kontras woter soluble
yangdigunakan pada BFT sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgl/mL.1
6. Prosedur
Prosedur pemeriksaan BFT:
Sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat foto polos perut.
Kontras diminum oleh pasien.
Foto diambil pada menit ke-5, 15, 30, 60, 120 dan untuk seterusnya diambil setiap jam
sampai refluks ke sekum.
(a)
Jika sudah terjadi refluks ke sekum, pemeriksaan selesai.(U
l2l
(3)
Prosedur Pemerilcan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
Foto diambil pada
film
ukuran 35 x 43cm agar seluruh bagian usus halus dapat terlihat.Posisi telungkup (PA) biasanya digunakan kecuali pasien tidak dapat diposisikan telungkup.
Posisi telungkup akan membuat untaian usus halus tersebar lebih merata dan visibilitas
usus halus
akan lebih baik.
Pasienastenik mungkin perlu
diposisikanpada
posisiTrendelenburg
untuk
menguraikanuntaian ileum yang bertumpang
tindih.
Daerahileosekal terkadang perlu diambil foto tersendiri. Compression cone dapat digunakan untuk
menekan daerah ileosekal sehingga gambarannya lebih jelas.l
Prosedur Pemerilsm Ra&ologi Gxtrointestinal 6r Urogenital
Gambar 4. Foto pada menit ke-50. Zat kontras lebih banyak di daerah jejunum.l
Gambar 5. Foto pada menit ke-120. Zat kontras lebih banyak di daerah ileum.l
Prosedur Pemerilsan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
Gambar 6. Foto spot di daerah ileosekal dengan mengtunakan compression cone untuk memperlihatkan katup iteosekal.l
7. Ekspertise
Beberapa aspek yang dinilai antara lain Pasase kontras.
Besar, bentuk, dan posisi usus. Mukosa.
Adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling offectl.
8. Komplikasi
-
Kebocoran barium dari perforasi yang tidak diperkirakan sebelumnya.-
Aspirasi.-
Konversi obstruksi parsial menjadi obstruksi totbl.-
Appendisitis akibat barium.Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bontrager KL, Lampignano JP. Textbookof
radiographic positioningand
relatedanatomy. Edisi ke-6. Philadelphia : Elsevier Mosby;2005.h lm.445-84
2.
Halligan S. Thesmall bowel and
peritonealcavity.
Dalam:Sutton D,
penyunting.Textbook
of
radiologyand
imaging. Edisike-7.
PhiladelphiaChurcill
Livingstone;2003.h1m.615-34.
3.
Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters. Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins;2007.4.
Freeman AH. The oesophagus. Dalam: AdamA,
Dixon AK, Grainger RG, Allison DJ,penyunting. Grainger & allison's diagnostic radiology. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier
Churcill Livingstone; 2008.h1m.609-26.
5.
Chapman S, Nakielny R. A guideto
radiological procedures. Edisi ke-3. London: BaillidreTindall; 1993.h1m.58-9.
6.
BallingerPW. Merrill's atlas
of
radiographic positionsand
radiologic procedures.Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995.h|m.83-150.
7.
American Collegeof
Radiology Committee on Drugs and Contrast Media. ACR manual on contrast media. 2010.Prosedur Pemerilaaan Radiologi Gmtrointestinal &.Urogenital
COLON
IN
LOOP
1.
Definisi
Colon
in
loop (CIL) merupakan pemeriksaanradiologi untuk menilai usus
besar.Pemeriksaan ini disebut juga barium enema atau lower
Gl
series.L Pemeriksaan CIL dapatdilakukan dengan menggunakan kontras
tunggal
maupun kontras ganda. pemeriksaandengan kontras tunggal berarti
pemeriksaanhanya
menggunakankontras
barium.Pemeriksaan dengan kontras ganda berarti pemeriksaan menggunakan kontras barium dan udara.2 Pemeriksaan CIL menilai besar, bentuk, dan posisi serta lesi afek atau defek pada usus besar. Pemeriksaan kontras tunggal memiliki keunggulan untuk menilai
filling
defectataufilling affect namunjika
pemeriksaanitu
dapat mengambil gambaran lesi secara enprolile.
Pemeriksaan kontras ganda memiliki keunggulan dalam menilai keadaan mukosa dan dapat mengenalifT/rng defect maupunfilting alfect baik pada posisien profile maupunen face.
2.
Anatomi
dan Fisiologi
Usus besar
terdiri
dari sekum, kolon, rektum, dan anus. Kolon harus dibedakan dariusus besar. Kolon merupakan bagian dari usus besar. Kolon
terdiri
dari empat bagian dan dua fleksura, yaitu:1(1) Kolon oscendens
(2) Fleksura hepatika (kanan)
(3) Kolon transversum (4) Fleksura lienalis (kiri) (5) Kolon descendens (6) Kolon sigmoid trs{o(*6 Fry*et fr*frxa
t.&cx*r;
ffi
L*U *ox6.Wdqlilmffi
udsrdffic rol{n & * fl$nclt Gdor!Gambar 1. Anatomi usus besar.l
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gxtro Intestinal 6c Urogenital
Usus besar dimulai dari sekum di abdomen kanan bawah yang memiliki katup ileosekal.
Katup ileosekal merupakan perbatasan
antara
ususkecil dan
usus besar. Usus bgsarmemiliki panjang
sekitar
1,5m. Dindingterdiri dari tunika
serosa (palingluar),
lapisanmuskularis, submukosa, dan mukosa (paling dalam). Lapisan muskularis terdiri dari serabut sirkularis (sebelah dalam) dan serabut longitudinal (sebelah luar). Serabut longitudinal ini
tersusun menjadi
tiga pita di
sebagian besar usus besar dan tersusun menjadi2 pita
disebagian kecilnya. Pita
ini
disebut toeniocoli atau
plika semisirkularis. Toeniacoli
iniberukuran lebih pendek dibandingkan lapisan-lapisan lainnya sehingga dinding usus besar
membentuk kantung-kantung
yang disebut haustro.
Fungsiutama
usus besar adalahreabsorbsi cairan dan eliminasi produk buangan.2
Sekum merupakan bagian usus besar yang terletak antara ileum dengan kolon. Sekum
memiliki panjang sekitar 6cm dengan diameter sekitar 7,5cm.2 Diameter maksimal dari
sekum adalah 9cm dan
merupakanbagian usus yang memiliki diameter
terbesar'3Diameter
kolon
lainnyamemiliki
diameter maksimal 6cm. Appendikterletak
pada sisiposteromedial dari sekum. Appendik memiliki panjang yang berkisar dari 2-20cm' Katup
ileosekal
terletak sedikit
di
bawah perbatasan sekum dengankolon
ascenden.' Katupileosekal berfungsi sebagai sfingter yang mencegah refluks isi usus besar ke ileum. Namun
katup tersebut
tidak terlalu kuat,
karena pada keadaan normal,barium
hampir selalurefluks ke ileum terminal pada pemeriksaan ClL.1
Gambar 2. Sekum, ileum terminalis, dan appendik.l
Rektum dimulai pada ketinggian 53 (segmen sacrum ketiga) dengan panjang sekitar
12-15cm. Sekitar 2,5-4cm bagian distal akan mengalami konstriksi membentuk kanalis anus.
Rektum berjalan mengikuti kurvatura sakrokoksigeal. Ampula rektum merupakan bagian
rektum yang berdilatasi di sebelah proksimal dari kanalis anus dan di sebelah anterior dari tulang koksigeal. Arah rektum pada mulanya adalah ke bawah dan ke posterior. Kemudian pada bagian ampulla, rektum akan membelok ke anterior dan ke bawah. Kanalis anus akan
mengarah kembali
ke
posteriordan ke
bawah. Oleh karenaitu,
rekrum memiliki duakurvatura anteroposterior.
Hal
ini
perlu
diperhatikansaat
pemasanganujung
selangHEfiUffl
*ww
awawe
ANU$
&x*arl*r
Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
WAw&
*x*azxr;;
*W*
&nxlxaxal
W*w*w
Gambar 3. Pandangan lateral dari rektum.l
7l91ne?@8e M Ld&@ Ww& ffi 'm{qx1
Gambar 4. Anatomi usus besar melalui pemeriksaan ClL.
Usus besar memiliki waktu transit antara 20-71jam. Waktu transit ini bergantung pada
tipe diet.3
Kolon
memiliki
beberapatempat terjadinya
konstriksi fisiologisyang dapat
dapatdisalahartikan sebagai luput lesi yang patologis seperti massa. Konstriksi fisiologis ini tidak
bersifat persisten (menetap di setiap waktu).4
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestina] & Urogenital
Gambar 5. Beberapa tempat terjadinya konstriksi fisiologis.a
Kolon juga memiliki variasi pada panjangnya yang dapat memperlihatkan redundansi (memiliki panjang berlebih) di bagian-bagian
tertentu.
Beberapa variasi kolon dapat dilihatpada gambar berikut.a
*trtrl&sl,?
rt5e6&*&
*trijf{r{rr Yi.rl*r. t ({F,.lffi{
f,.,.r/l
'v{l
'wr-4
\\1"{--j
"{fl;
/o\(f:)
,{,)\(4\1
!Ypr&-&0t4r[rc{{r* *.tr*r{Et3rAlrys}ir]xProsedur Pemerilsaan Radiologi Gstrointestinal & Urogenital
3.
lndikasi
-
Perubahan pada kebiasaan buang air besar.-
Nyeri perut.-
Massa intraabdomen.-
Melena.-
Obstruksi (jika terdapat penyempitan, berikan hanya sedikit barium untuk menentukanbatas atas penyempitan agar tidak terjadi impaksi barium.)
-
Kolitis.-
Divertikulum.-
lntususepsi.-
Polip.-
Volvulus.4. Kontraindikasi
-
Alergi kontras.-
Hamil.-
Megakolon toksik.-
Kolitispseudomembranosa.-
Biopsi rectum dalam tiga hariterakhir (sebaiknya ditunggu sampaitujuh hari).-
Perforasi (kecualijika menggunakan kontras woter soluble).-
Obstruksi (kecualijika menggunakan kontras woter solublel.-
Persiapan yang kurang baik.5. Persiapan
Usus
besar harus
dibersihkanagar semua
bagiannyadapat diperlihatkan
tanpagangguan. Jika terdapat sisa feses, maka sisa feses tersebut dapat menyerupai gambaran massa. Secara umum persiapan yang dilakukan adalah pembatasan diet dan laksatif. puasa
terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum pemeriksaan. Laksatif
dapat diberikan kecuali jika terdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi,
dan
peradanganseperti
appendisitis. Pasiendiingatkan agar
tidak
merokok,
tidakmengunyah permen karet, dan
tidak terlalu
banyak berbicara. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan bayangan udara di usus sehingga mengganggu hasil pemeriksaan.l'2Persiapan pemeriksaan CIL adalah sebagai berikut:
1.
Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja.2.
Pasien mulai puasa makan dan minum pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatiffiika tidak terdapat kontraindikasi).
3.
Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak2 tablet
pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk.22.00, dan pk. 23.00.
4.
Pasienkemudian diberikan
bisacodylsuppositoria
per
anus pada pk.05.00
hariberikutnya.
5.
Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan ClL.Pakaian
dan
perhiasan berbahanmetal
harus ditanggalkan. Pasiendiminta
untuk mengenakan gaundari
rumahsakit.
Persiapkan lembarinformed
consentdan
berikanProsedur Pemerilsm Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital
penjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan berserta komplikasi
yang dapat terjadi. Tanyakan mengenai status kehamilan pasien.3 Beritahu pasien agar
berhati-hati
meletakkantangan
di
meja
pemeriksaan agartidak terjepit ketika
mejabergeser.l
Saat ini, sudah tersedia kontainer barium enema sistem
tertutup
untuk pemeriksa'an ClL. Alatini
menggantikan kontainer lama dengan sistem terbuka sehingga lebih mudah digunakan dan mengurangi risiko infeksi. Kontainerini
mengandung bubuk barium yangtinggal dicampur dengan air sebelum pemeriksaan. Terdapat dua pendapat mengenai suhu
air untuk pencampuran barium. Beberapa ahli menyarankan penggunaan air dingin (+-zoC).
Air
dingin memiliki efek
anestesidan
meningkatkanretensi dari zat
kontras. Namunkekurangannya adalah
metode
ini
dapat
menyebabkan spasmekolon.
Penggunaan air pada suhu ruangan (2g32oc\ direkomendasi oleh kebanyakan ahli. Air yang terlalu tinggisuhunya dapat mencederai lapisan mukosa dari kolon. Suspensi barium ini harus dicampur
dengan baik sebelum digunakan.l
Gambar 7. Kontainer barium enema sistem tertutup.l
Konsentrasi zat kontras untuk pemeriksaan dengan kontras tunggal berkisar antara
L2-25%wlv (72-25 gram barium dicampur dengan 100cc air atau perbandingan barium dengan
air
1:4-8). Konsentrasizat
kontrasuntuk
pemeriksaan dengan kontras ganda berkisarantara 75-95% w/v (75-95 gram barium dicampur dengan 100cc air).
Zat kontras woter soluble digunakan
jika
ada kecurigaan perforasi. Zat konlras wotersoluble
juga
digunakanjika
akan
dilakukan operasiatau
prosedurendoskopik
yangmelibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat (sebelum zat kontras barium
diekskresikan
dari
saluran
pencernaan).Barium
merupakanzat
yang
tidak
dapatdikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang tidak keluar tersebut
Prosedur Pemerilaaan Radiologi Gastrointestinal & L rosenital
6. Prosedur
Pasien menggunakan gaun rumah sakit yang memiliki bukaan di punggung. Gaun yang
ditanggalkan dengan cara diangkat melalui kepala sebaiknya
tidak
digunakan.Hal
iniditujukan agar gaun yang terkontaminasi mudah ditanggalkan. Sendal sekali pakai juga
dianjurkan diberikan pada pasien.l
Pasien diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan. Pasien berputar sehingga sisi kiri
pasien berada
di
bawah.
Pasien dikondisikanpada
posisi Sims. Tungkaikiri
pasiendiluruskan, sementara tungkai kanan dalam keadaan fleksi
di
atas tungkaiklri.
Posisi iniakan membuat
otot
abdomen dalam keadaan relaksasi sehingga mengurangi tekananintraabdomen.l
Gambar 8. Ujung kateter kontainer barium enema.'
Prosedur Pemerilsan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
Sebelum insersi ujung kateter, aduk kembali kantung barium agar tercampur merata. Gaun pasien dibuka hanya pada daerah anus sehingga pasien nyaman dan
tidak
malu.Bokong sebelah atas diangkat sehingga anus dapat
terlihat.
Pasiendiminta
mengambilnafas dalam beberapa
kali
sebelum insersi. Ujungkateter
dimasukkan secara lembut.lnsersi kateter
tidak
boleh dipaksakan karena dapat menyebabkancedera.
Oleh karenaotot
abdomen berelaksasi saat ekspirasi, maka ujung kateter dimasukkan pada saat faseekspirasi. Kanalis anus dan rektum memiliki dua kurvatura. Oleh karena
itu
ujung kateterpada awalnya dimasukan dengan
arah ke
superoanteriordan
mengarahke
umbilikus.Kateter dimasukkan pada
arah ini
sejauh 2,5-3,8cm. Setelahitu,
kateter
diarahkan kesuperior mengikuti kurvatura
rektum.
Panjangtotal
ujung kateter yang masuk ke anusadalah 8,7-10cm. Fiksasi kateter agar
tidak
terlepas saat pasien merubah posisi.2 Balonpada ujung kateter dikembungkan jika pasien
tidak
dapat menahan ujung kateter secaraspontan. Pengembungan
balon
harus dilakukandi
bawah panduanfluoroskopi
karenarisiko ruptur. Kontainer barium diletakkan lebih tinggi dari meja pemeriksaan, namun tidak
boleh melebihi 60cm agar kontras tidak terlalu cepat memasuki usus.1
lra*si inserlis{l
{ts&,ad {.{n1k;tr{i$l
Ylt\:d|t V1&q*{n*nt
{rllgh{ly a;n6ior,
thBr? supedisrl
Gambar 9. Posisi Sims.l
Prosedur Pemeritsaan Radiologi Gastrointestind & Umgenial
Prosedur pemeriksaan CIL;
(1)
sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat foto polos perut.(2)
Kontras dimasukkan sampai fleksura lienalis.(3)
Kontras dihentikan, kemudian dimasukkan udara(sekitar
10 kali pompa) sehingga barium terdorong ke sisi kanan.(4)
Pasien diminta berputar agar kontras mengisi usus besar secara merata.(5)
Kontras udara diberikan lagi (sekitar 10 kali pompa) sehingga usus besar mengalami distensi.(6)
Kontras harusterlihat
mengisi seluruh bagiandari
usus besar. Refluks pada katupileosekal dapat diperlihatkan.
(7)
Dalam keadaan katetertetap
terpasang, diambil beberapafoto
.Foto yang diambiladalah sebagai berikut:
a.
Rektosigmoid (RAO, PA, LPO, lateral kiri, PA aksial, AP aksial).b.
Fleksura lienalis (LAO, RPO).c.
Fleksura hepatika (RAO, LPO).d.
Foto keseluruhan abdomen (AP,PA).(8)
Selesai pemeriksaan kantung barium diturunkan pada posisi yang lebih rendah darimeja pemeriksaan agar zat kontras keluar ke kantung.
(9)
Setelahitu,
pasien dibawake
kamar mandi kemudiankateter
dilepas (kempiskan balon jika balon sebelumnya dikembungkan).(10)
Pasien kemudiandifoto
kembaliuntuk
menilai keadaan pasca evakuasi. Sebagianbesar barium harus sudah terevakuasi. Jika masih banyak barium, maka beri pasien
waktu untuk mengevakuasi kembali sisa barium dan lakukan kembali foto.
(11)
Setelah selesai, pasien diinstruksikan agar banyak minumair
dan makan makananberserat
(jika tidak terdapat
kontraindikasi)untuk
menurunkanrisiko
konstipasiakibat barium.
Gambar 11. Posisi PA dan AP linsertl.t
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenita.l
Gambar 12. Posisi PA pada pemeriksaan kontras tunggal'l
&xrlaqqvTwrils Air*&leisk^
Prosedur Pemerilaaal Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
Gambar 14. Posisi AP.1
Gambar 15. Posisi RAO untuk melihat fleksura hepatika dan rektosigmoid.l
Prosedur Pemeriksan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital
Gambar 15. Posisi LAO.1
Lsllfit+
Prosedur Pemerilaam Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital
Gambar 17. Posisi LPO dan RPO yang merupakan alternatif terhadap posisi RAO dan LAO untuk melihat fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Posisi RAO dan LAO lebih baik memperlihatkan fleksura hepatika dan fleksura lienatis karena posisi fleksura tersebut lebih dekat dengan film.1
Gambar 18. Posisi lateral kiri dan posisi dekubitus ventral {insertl melihat rektum.l
Prosedur Pemeriksan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital
Gambar 19. Posisi lateral kiri (kontras tunggal) dan posisi dekubitus ventral (kontras ganda) untuk melihat rektum.l
,-&. t**
**ttlf&
Prosedur Pemerilsm Radiologi Gastrointestinal & Urogeniu
7. Ekspertise
Beberapa aspek yang dinilai antara lain
-
Pasase kontras.-
Besar, bentuk, dan posisi kolon.-
Mukosa (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double controstl.-
Adanyaluputisi
(filling defect) atau bayangan tambahan Villing offect).8. Komplikasi
-
Perforasi usus. Kondisi yang meningkatkan risiko perforasi:F
bayi dan orang tua.)
tumor yang mengobstruksi.)
ulserasi dinding usus.F
pengembungan balon di rektum.F
pasien dalam terapi steroid.)
hipotiroidism.-
Ekstravasasi ke vena yang dapat menyebabkan emboli paru.-
lntoksikasi air.-
Barium intramural.-
Aritmia cordis akibat distensi rektum.-
Bakteriemisementara.-
Efek samping dari obat-obat yang digunakan.-
Reaksi alergi,Prosedur Pemerilsm Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital
DAFTAR PUSTAKA
1..
Bontrager KL, Lampignano JP.Textbook
of
radiographic positioningand
relatedanatomy. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.h1m.485-524.
2.
Ballinger PW.Merrill's atlas
of
radiographic positionsand
radiologic procedures.Volume ke-2. Edisi ke-S. St.Louis: Mosby;1995:hlm.83-150.
3.
Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins; 2007.4.
Meschanl.
Analysisof
roentgent signs
in
general radiology.
Philadelphia: W.B.Sa u nders Company; 1973: hlm.L2L7 -3O9.
5.
Chapman S, Nakielny R.Aguideto
radiological procedures. Edisi ke-3. London: BaillidreProsedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestina.l & Urogenial
ENTEROSTOMI
1.
Definisi
Enterostomi merupakan istilah umum untuk prosedur operasi yang membuat bukaan
artifisial dari
ususke
dinding abdomen. Terdapatistilah
khususuntuk
masing-masingbagian
seperti kolostomi, sekostomi, ileostomi, dan jejunostomi.
pemeriksaan yangmenggunakan
zat
kontras terhadap enterostomi
dinamakan sesuaijenisnya,
sepertikolografi, sekografi, ileografi, dan jejunografi. Loopografi .merupakan pemeriksaan yang
menggunakan zat kontras pada suatu loop usus yang dilekatkan pada dinding abdomen
sehingga memiliki dua bukaan, yaitu bukaan proksimal dan bukaan distal.1,2,3
2.
Anatomi
dan
Fisiologi
Enterostomi ini dibuat untuk diversi isi usus baik permanen maupun sementara selama
bagian
distal
dari
saluran
pencernaanmenjalani proses
penyembuhan. Kolostomi merupakanjenis
yang paling sering dilakukan. Kolostomi dilakukan pada keganasan didaerah kolon distal dan rektum. stoma dari enterostomi tidak memiliki sfingter.l
3.
lndikasi
-
Penilaian pasase kontras pada enterostomi.-
Penilaian adanya perforasi (gunakan zat kontras water-soluble).-
Penilaian pre-operatif sebelum penyambungan kedua ujungdari
enterostomi. (Pada kasustertentu,
pemeriksaan barium enema melalui anus dilakukanjuga
bersamaandengan kolografi).
4. Kontraindikasi
-
Alergi zat kontras.-
Kehamilan.-
Adanya kecurigaan perforasi (gunakan zat kontras water-soluble).-
Adanya kecurigaan obstruksi (gunakan zat kontras woter-soluble).5. Persiapan
Jika pemeriksaan
tidak
pada keadaan akut, maka pasien dianjurkan untuk mengirigasienterostomi sebelum dilakukan prosedur pemeriksaan. Pasien diminta membawa kantung
enterostomi
cadangan(colostomybog) untuk
digunakansetelah
pemeriksaan. Pasiendiminta untuk menanggalkan pakaian dan aksesoris serta menggunakan gaun dari rumah
sakit dengan bukaan sesuai posisi dari enterostomi.
Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan berikan informed cansent. Pastikan pasien wanita tidak dalam keadaan hamil.
Siapkan penanda (morker)
untuk
membantusaat
penilaian prosedur.Oleh
karenaenterostomi tidak memiliki sfingter, terdapat alat khusus untuk pemeriksaan ini yang dapat
mencegah perembesan
namun aman. Kateter
denganbalon
di
ujungnyajuga
dapatdgunakan.
Penggunaankateter dengan
balon
harus hati-hati
oleh
karena
dapatmenyebabkan
ruptur.
Zat
kontras juga sering
merembesmelalui pinggiran
kateter.Prosedur Pemerilsan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital
Rembesan
ini
harus segera dibersihkan agar
tidak
mengganggu lapang , pandangpemeriksaan.
Zat
kontras barium merupakan pilihan pertama, namunjika
terdapat kontraindikasimaka dapat digunakan
zat
kontras water-soluble. Perbandinganzat
kontras dengan airsesuai dengan bagian usus yang akan diperiksa (untuk kolostomi sama seperti pemeriksaan colon in loopl.1
6.
Prosedur
(1)
Sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuatfoto
polos.(2)
Bersihkan daerah di sekitarstoma.
..(3)
Letakan penanda pada setiap bukaan, pada kateter (di luar stoma) dan pada anus'(4)
Masukkan kontras di bawah panduan fluoroskopi.(5)
Ambil foto pada posisi yang baik untuk memperlihatkan anatomi dari enterostomi.(6)
Setelah pemeriksaan, alirkan zat kontras keluar.(7)
Ambil foto pasca evakuasi.7.
Ekspertise
penilaian dilakukan terhadap pasase kontras dan ada tidaknya perforasi. Besar, bentuk,
posisi, mukosa dan adanya luput isi (fiiling defect) atau bayangan tambahan (filling offectl
juga dinilai.
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
Gambar 2. Pemeriksaan loopografi untuk menilai pasase colon di bagian proksimal.4
t.
Komplikasi
-
Perforasi.-
Alergi.Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenial
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ballinger PW.Merrill's atlas
of
radiographic positionsand
radiologic procedures.Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995 :h 1m.83-150.
2.
Bontrager KL, Lampignano JP.Textbook
of
radiographic positioningand
relatedanatomy. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.h1m.485-524.
3.
Chapman S, Nakielny R. A guideto
radiological procedures, Edisi ke-3. London: BailliEreTindall; 1993:h1m.79.
.
Prosedur Pemeriksam Ra&ologi Grotrointestinal & UrogenitalKOTANGIOGRAFI T.TUBE
1.
Definisi
Kolangiografi T-tube merupakan pemeriksaan radiologi yang dilakukan setelah operasi
kolesistektomi untuk melihat sisa batu yang tidak terdeteksi saat operasi. Kateter T-tube
dipasang saat operasi.l
2.
Anatomi
dan Fisiologi
Empedu dibentuk oleh sel-sel hepar dan berjalan ke duktus hepatikus kanan atau kiri.
Duktus hepatikus kanan dan
kiri
menyatu menjadi duktus hepatikus komunis. Empedukemudian disalurkan
ke
kandung empedu melalui duktus sistikusuntuk
penyimpanansementara atau disekresikan secara langsung ke duodenum pars descenden melalui duktus
koledokus yang dapat bersatu atau terpisah dengan duktus pankreatikus. Ujung distal dari
duktus koledokus dikendalikan oleh sfingter ampula hepatopankreatik (sfinger Oddi).1,2
Kandung empedu berbentuk
seperti
buahpir
yangterdiri
dari fundus, korpus, dan leher. Fundus merupakan bagian ujung distal yang merupakan bagian terlebar dari kantungempedu. Bagian utama
dari
kantung empedu disebut sebagai korpus. Ujung proksimalyang sempit disebut sebagai leher yang berlanjut menjadi duktus sistikus. Duktus sistikus
memiliki beberapa lipatan (katup spiral) yang berfungsi mencegah distensi atau kolaps dari
duktus sistikus. Kantung empedu memiliki panjang 7-LOcm
dan
lebar 3cm yang dapatmenyimpan 30-40m1 empedu.l
Duktus hepatikus memiliki panjang sekitar 4cm dan diameter 2-3mm. Duktus hepatikus
komunis memiliki panjang 2,5-3cm dan diameter 5mm. Duktus sistikus memiliki panjang 3-4cm dan diameter 1,8mm. Duktus koledokus memiliki panjang 7,5cm dan diameter 6mm. Pada penderita pa-sca-kolesistektomi duktus koledokus normal dapat memiliki diameter
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital
""- ,-{Y.re$ar,$,&t
W{e*',#te
.. ,:9$/*A ?.re &*
.-?i{*t**l{ *;*.i 1&*r :€ '&;,t3b94t '{r.:1*\"} 4u:i.4r&{8 {t*&&j ,fl "__iw&wr3wf*w em*i&l& 1*:Wi&*q4#X1 .,..t.rryxti1?#W?ir$l& W*\ngt
i.r** {e:t* /}t: *iiir]i
'&&*is'|rtr {i*€t*r"& b$;Lat ,:,{Age r*'l:a&*
Gambar 1. Anatomi sistem bilier.l
!ndikasi
Untuk melihat sisa batu di saluran empedu pasca kolesistektomi. Mengevaluasi keadaan sistem bilier (striktur atau dilatasi).
4. Kontraindikasi
-
Alergi kontras.-
Kehamilan.5. Persiapan
Kateter T-tube diklem sehari sebelum pemeriksaan agar kateter terisi sekret empedu sebagai langkah pencegahan terhadap gelembung udara yang memasuki duktus. Jadwal makan sebelum pemeriksaan sebaiknya ditangguhkan.2
Zat kontras yang digunakan adalah zat kontras woter soluble dengan konsentrasi tidak
lebih 25-30% agar tidak menutupi batu kecil.z Volume yang diinjeksikan adalah 20-30cc.s
Zat kontras water soluble: air = 1:1
*'itlt*%*x*
3.
flt{t{lti!&
Prosedur Pemerilaam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital
5. Prosedur
(1)
Ambil foto polos sebelum dimasukkan zat kontras.(2)
Drainase sisa sekret empedu dari kateter T-tube.(3)
Klem kateter T-tube lalu masukkan zat kontras melalui kateter T-tube, hati-hati agartidak ada udara yang masuk karena bayangan lusen
ini
dapat disalahartikan sebagaibatu lusen.
(a)
Ambilfoto
posisi AP dan RPO setelah kontras masuk ke duodenum (jikatidak
adahambatan).
(5)
Lepas klem pada T-tube, kemudian tunggu +15 menit.(6)
Ambil foto posisi AP untuk melihat sisa kontras pada sistem bilier.Gambar 2. Pemeriksaan Kolangiografi T-tube.6
7. Ekspertise
Pasase kontras dan ada tidaknya ekstravasasi perlu diperhatikan. Besar, bentuk, posisi, dan adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling offect)juga dinilai.
Komplikasi
Alergi.
lnjeksi
zat
kontras dengan tekanantinggi
pada saluranbilier
yang obstruksi dapatmenyebabkan septikemia.
:
Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenial
DAFTAR PUSTAKA
t.
Bontrager KL, Lampignano JP.Textbook
of
radiographic positioningand
relatedanatomy. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.h1m.525-42.
Z.
Ballinger PW.Merrill's atlas
of
radiographic positionsand
radiologic procedures.Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995:hlm'31-81.
3'
Dahnertw.
Radiology review manual' Edisi ke-5' Philadd-tp'tria:wolters
Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins; 2007.4.
Meschanl.
Analysisof
roentgent
signsin
general
radiology. Philadelphia: W'B.Saunders Company; L973: hlm'1217-309.
5.
Chapman S, Nakielny R. A guideto
radiological procedures. Edisi ke-3. London: BaillidreTindall; 1993: hlm.1L2-3'