• Tidak ada hasil yang ditemukan

H*staniah B. $ostikno ADI'AMA PHOSEDUH PEMERIK$AAN HADIOLOGI GASTFIOINTHSTINAL & UROGENITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "H*staniah B. $ostikno ADI'AMA PHOSEDUH PEMERIK$AAN HADIOLOGI GASTFIOINTHSTINAL & UROGENITAL"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

g

ADI'AMA

H*staniah

B.

$ostikno

PHOSEDUH

PEMERIK$AAN

HADIOLOGI

GASTFIOINTHSTINAL

&

UROGENITAL

(2)
(3)

RF.KKS.23.o1.2o14

Ristaniah D. Soetikno

PROSEDUR PEMER'KSAAN RAD'OLOG' GASTRO'NTESTINAL DAN UROGEN'TAL

Editor: dr. RobbY Hermawan

Desain SamPul: Hendra Kumiawan

Artistik AeP Gunarsa S'H.

Diterbitkan & dicetak oleh PT Refika Aditama Jl. Mengger Girang No. 98, Bandung 40254

Telp. (ozz) 5205985, Fax. (ozz) 52e5984

Email: refi ka-aditama@yahoo.co'id

Anggota lkapi

Cetakan Kesatu, Januari zor4

ISBN 978-602-7 948,12'9

@2O14

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

(4)

Kata

Pengantr

T

Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada

Tuhan yang Maha

Esa atas

rahmat-Nya sehingga buku

ini

dapat diselesaikan. Penulis juga berterima

kasih kepada semua orang yang

telah

membantu

baik

langsung maupun tidak

langsung

dalam

proses pembuatan

buku

ini.

Prosedur pemeriksaan radiologi

gastrointestinal

dan

urogenital

merupakan pemeriksaan

radiologi

yang

cukup

banyak

dilakukan

di

Departemen Radiologi

dan

memberikan banyak informasi

yang penting. Namun

di

sisi

lain,

pemeriksaan

ini

juga memiliki

bahaya baik

dari

efek samping radiasi pengion, media kontras, maupun

dari teknik

prosedur

itu

sendiri.

Oleh

karena

itu

diperlukan

teknikteknik

yang

baik dan

aman untuk

meminimalisasi efek samping

tersebut.

Buku prosedur pemeriksaan radiologi gastrointestinal dan urogenital ini dibuat

berdasarkan

pengalaman

penulis

sejak

tahun

2000

sampai sekarang.

Berbagai

modifikasi berdasarkan literatur telah dilakukan oleh penulis

agar

didapatkan

hasil

pemeriksaan yang terbaik dengan

sarana

dan

prasarana

yang ada

di

Departemen/

SMF Radiologi

RS.

Dr.

Hasan Sadikin, Bandung. Penulis berharap buku

ini

dapat

membantu

para

spesialis

radiologi

dalam

melakukan prosedur

pemeriksaan

radiologi dengan baik dan tepat

sesuai

dengan

sarana

dan prasarana radiologi di

lndonesia secara umum.

Akhir

kata,

penulis

juga

berharap agar para pembaca

senantiasa

memiliki

rasa

empati dalam melakukan pemeriksaan prosedur radiologi

sehingga

segala

tindakan yang dilakukan dapat diterima dengan baik oleh

pasien.

Terima

kasih.

Bandung,

)anuari2014

(5)

Daftarlri

I

KATA PENCANTAR

_

v

DAFTAR lSl

(6)
(7)

UNIT V

ENTEROSTOMI

2.

Anatomi dan

Fisiologi.:...

...49

3. lndikasi...

...49

4.

Kontraindikasi

...

...49

6. Prosedur....

...50

7. Ekspertise

... 50

8. Komplikasi

...51

DAFTAR

PUSTAKA..

...52

UNIT VI

KOLANGIOGRAFI T-TUBE

1. Definisi...

...

53

2.

Anatomi dan

Fisio|ogi...

...

53

3. lndikasi...

...54

4. Kontraindikasi...

...54

5. Persiapan...

... 54

7. Ekspertise

...

55

8. Komplikasi

...55

DAFTAR

PUSTAKA..

...

s6

(8)
(9)
(10)

UNIT XIV

U REf ROS I STOG RAF

I

RET ROG

RAD

1. Definisi...

...'101

2.

Anatomi dan Fisiologi

...

...

101

3. lndikasi...

...

10'l

4- Kontraindikasi...

...

101

5. Persiapan...

...

'101

6. Prosedur....

"""

101

7. Ekspertise

...'

101

8. Komplikasi

...

101

DAFTAR

PUSTAKA..

...

103

(11)

UNIT XV

U RET ROS I ST OG

MF

I

B I

POLAR

1. Definisi...

...:...

...

...'t05

2.

Anatomi dan Fisiologi

...

...

105

3. lndikasi...

...

105

4.

Kontraindikasi

...

...

105

5. Persiapan...

...

105

6. Prosedur....

...105

7. Ekspertise

... 106

B. Komplikasi

... 106

UNIT XVII

H I ST EROSALF I N G OG

RAH

(H SG)

1.

Definisi

...

115

2. Anatomi dan

Fisio1ogi...

...

1 15

3.

lndikasi

...

1 16

4.

Kontraindikasi...

...117

5.

Persiapan

...117

6.

Prosedur

...

1 18

(12)
(13)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenial

Prosedu

r Gastrointestinal

:

1.

Esofagografi.

2.

Esofagomaagduodenografi.

3.

BariumFollowThroggh

4.

Colon ln

toop

5.

Enterostomi

6.

Kolanglografi T-tube

7.

Modifikasi Barium Enema

8.

Sialografi

Daftar

Singkatan:

AP: Anteroposterior

PA: PosteroanErior

RAO: Rigft t A ntefior Oblique

lAO:

Left Anterior Oblique

RPO: Right Poslcrtor Oblhue

LPO: Left Posterlor Oblique

(14)
(15)

Prosedur Pemerilsm Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital

ESOFAGOGRAFI

1.

Definisi

Esofagografi

atau

borium

swollow

merupakan pemeriksaan radiologi

untuk

menilai bentuk dan fungsi (menelan) dari faring dan esofagus.l

2.

Anatomi

dan

Fisiologi

Esofagus berawal

dari

sfingter esofagus superior (batas inferior kartilago krikoid) pada

ketinggian vertebra C6 sampai sfingter esofagus

inferior

pada ketinggian vertebra T11. Esofagus memiliki panjang sekitar 25cm dan diameter

sekitar

zcm.2'3 Dinding esofagus

terdiri dari empat

lapisan. Lapisan paling luar,

yaitu

lapisan fibrosa, kemudian lapisan

muskularis, lapisan submukosa dan yang paling dalam adalah lapisan mukosa. Mukosa

esofagus

terdiri dari sel

skuamosa

(pipih) yang

berubah menjadi

sel kolumnar

pada perbatasan esofagogastrik (Z linel.a

Cricoid c€rtllageol Trachea SEtnum €nd riF Aorta H€srt an pericardium Diaphragm E€ophagu$ Anterlor

Gambar 1. Anatomi esofagus

Esofagus dibagi menjadi 7 segmen:s (1) segmen paratrakea (2) segmen aorta (3) segmen bronkial (4) segitiga interaortikobronkial (5) segmen interbronkial (6) segmen retrokardiak (7) segmen epinefrik. Fotierior

l3

(16)

Proapdur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

Gambar 2. Pembagian segmen esofagus.s

Esofagus memiliki beberapa penyempitan fisiologis:s'6

(1) Perbatasan faringoesofagus. (2) Arkus aorta.

(3) Bronkus utama kiri. (4) Hiatus esofagus.

Perbatasan esofagogastrik merupakan hal yang penting untuk dipahami. Dr. Bernard

Wolf memperkenalkan konsep cincin A dan cincin B. Cincin A merupakan sfingter esofagus

inferior. Cincin B merupakan perbatasan esofagogastrik. Cincin A terletak 2-4cm di sebelah

proksimal dari cincin B. Cincin B hanya terlihat jika terletak di atas hiatus diafragmatika dan

cincin B yang

mengalami konstriksi

ini

disebut

juga

cincin Schatzki. Richard Schatzki

merupakan

seora!g

ahli

radiologi yang mendalami

kelainan-kelainan

di

perbatasan

esofagogastrik.2's'7'8

giding

hiatus hernia terjadi

jika

cincin B bergeser lebih dari 2 cm ke arah proksimal dari hiatus diafragmatika.2

A*Aring

n"8df,s

e * ,{rdqi o{ rromelt

S - diathrrls

E * xrtibuL tt {l$tr,qtre

F - ffisal wtetinn cl oroplx*ur

G . dli$*d t{pBdirphrr!f,trrtk 0dti9n o, the yerxibute

F 6 A E

I

NORMAL NONMAL

(17)

Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Motilitas normal dari esofagus diawali oleh gelombang peristaltik primer. Gelombang

peristaltik

primer dimulai saat bolus

makanan

mulai ditelan.

Gelombang peristaltik

sekunder

dimulai ketika

masih

terdapat

sisa makanan

di

esofagus

atau

ada sebagian

makanan yang refluks dari lambung. Gelombang peristaltik sekunder akan membersihkan

esofagus dari makanan. Gelombang peristaltik tersier merupakan motilitas abnormal dari esofagus yang tidak beraturan dan non-propulsif.8

3. !ndikasi

-

Disfagia (sulit menelan).

-

Odinofagia(nyerimenelan).

-

Penilaian fistula trakeoesofageal (gunakan zat kontras non-ionik).

-

Penilaian perforasi (gunakan zat kontras non-ionik).

-

Varises esofagus.

-

Benda asing.

-

Gostroesophogeal reflux disease (GERD).

-

Divertikulum Zenker (divertikulum pada bagian proksimal dari esofagus).

-

Borrett'soesophogus.

-

Akalasia.

-

Tumor esofagus.

4. Kontraindikasi

-

Alergi terhadap zat kontras.

-

Perforasi (gunakan zat kontras non-ionik).

-

Fistula trakeoesofageal (gunakan zat kontras non-ionik).

-

Kehamilan (gunakan perisai untuk melindungi janin).

-

Obstruksi total dari saluran cerna (gunakan zat kontras non-ionik).

5. Persiapan

Oleh karena esofagus biasanya kosong, maka pasien

tidak

memerlukan persiapan.

Pakaian dan perhiasan berbahan metal antara

mulut

dan pinggang harus ditanggalkan. Pasien

diminta untuk

mengenakan gaun

dari

rumah sakit. Persiapkan lembar informed consent dan berikan penjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

beserta komplikasi

yang dapat terjadi.

Tanyakan mengenai

status

kehamilan pasien.3

Beritahu pasien

agar

berhati-hati meletakkan tangan

di

meja

pemeriksaan agar tidak

terjepit ketika meja bergeser.l

Esofagografi menggunakan zat kontras barium sulfat dengan perbandingan 1:1 dengan

air. Zat kontras dengan barium sulfat merupakan pilihan utama oleh karena memberikan penggambaran

detil

mukosa

yang lebih

baik,

lebih

resisten terhadap dilusi,

dan

lebih

murah dibandingkan dengan zat kontras woter soluble (non-ionik). Persiapkan t100cc atau lebih jika diperlukan.

Zat

kontras

woter soluble

digunakan

jika

ada

kecurigaan

perforasi atau

fistula trakeoesofagus. Zat kontras water soluble juga digunakan jika akan dilakukan operasi atau

prosedur endoskopik

yang

melibatkan saluran pencernaan dalam jangka

waktu

dekat

(sebelum zat kontras barium diekskresikan dari saluran pencernaan).e Barium merupakan

(18)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gtrtro Inrestinal & Urogenital

zat yang tidak dapat dikeluarkan dari

tubuh

melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang

tidak

keluar

tersebut dapat

menyebabkarr reaksi granulasi pada jaringan.3

Zat

kontras

woter soluble yang digunakan pada esofagografi sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367

mgl/mL.e

6. Prosedur

Lakukan pemeriksaan

foto

polos

untuk

menyesuaikan pengaturan KV

dan

mAS dan

untuk melihat kelainan sebelum pemberian kontras. Kontras diminum kemudian ditahan

dalam rongga mulut. Selanjutnya diinstruksikan untuk menelan kontras secara cepat dan

bersambungan. Pemotretan dilakukan

setelah 3-4 kali

gerakan menelan.

Foto

dapat diambil pada posisi RAO, Lateral, AP atau PA. Posisi RAO dan lateral dapat memperlihatkan

esofagus tanpa superimposisi dengan vertebra. Superimposisi esofagus dengan bayangan

jantung juga dapat diminimalisasi pada posisi RAO dan lateral. Pada posisi AP

atau

PA,

(19)

Prosedur Pemerilsam Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital

Gambar 4. Posisi RAO.3

Gambar 5. Posisi Lateral.3

(20)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gmtro Intestinal 6c Urogenital

Gambar 5. Posisi AP.3

Pemeriksaan esofagografi juga bertujuan untuk menilai refluks dari gaster ke esofagus.

Terdapat beberapa metode untuk melihat refluks, yaitu:3

-Valsolvo moneuver (pasien diminta untuk menarik napas dalam, kemudian

mengedan)

-Woter fest (pasien pada posisi LPO, diminta untuk meminum air setelah

diberikan zat kontras sebelumnya)..

-Com p ressio n pa dd le tech n iq u e. -Th e toe-touch mo ne uve r.

.

Penilaian fungsi menelan

atau

peristaltis esofagus dilakukan dengan menelan bolus

kontras satu kali saja. Gelombang peristaltik primer akan

terlihat

membawa bolus kontras

ke

lambung. Gelombang

peristaltik

sekunder

yang

membersihkan esofagus

dari

sisa

kontras akan mengikuti gelombang peristaltik primer. Pasien diminta untuk menelan satu

kali saja. Jika pasien menelan lebih dari satu kali, maka gelombang peristaltik pr:imer dari

penelanan

bolus

kontras

yang

kedua

akan

mengganggu gelombang

peristaltik

primer

penelanan

bolus kontras yang pertama. Hal

ini

menyebabkan penilaian gelombang

peristaltik primer sulit dilakukan.2

7. Ekspertise

Beberapa aspek yang dinilai antara lain:

-

Pasase kontras di esofagus.

-

Besar, bentuk, dan posisi esofagus.

-

Ada tidaknya hernia esofagus.

-

Mukosa esofagus (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double controstl.

-

Adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling affect).

-

Penilaian refluksgastroesofagus.

8.

Komplikasi

-

Kebocoran zat kontras barium dari perforasi yang tidak diperkirakan.

-

(21)

1.

2.

3.

4.

5.

Prcsedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenial

DAFTAR PUSTAKA

Chapman S, Nakielny R. A guide

to

radiological procedures. Edisi ke-3. London: Bailli6re

Tindall;1993.

chapman AHA, spencer JA, Guthrie A, Robinson pJA. The salivary glands, pharynx and

oesophagus. Dalam: sutton D, penyunting. Textbook of radiology and imaging. Edisi ke-7. Philadelphia: Churcill Livingstone; 2003.h1m.533-74.

Bontrager

KL,

Lampignano

JP. Textbook

of

radiographic

positioning

and

related

anatomy. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005.h|m.445-84.

Freeman AH. The oesophagus. Dalam: Adam

A,

Dixon AK, Grainger RG, Allison DJ,

penyunting. Grainger

&

allison's diagnostic radiology. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Churcill Livingstone; 2008.h1m.609-2G.

Meschan l. Analysis of roentgent signs in general radiology. Philadelphia: W.B. Saunders Company;1973. hlm. 12 17-309.

Ballinger

PW. Merrill's atlas

of

radiographic positions

and

radiologic procedures.

Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995.h1m.83-150.

Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Llppincott Williams & Wilkins; 2007.

Gammill SL. A programmed introduction

to

upper gastrointestinal radiology. Edisi ke-1. Boston: Little, Brown and Company; 1977

American college

of

Radiology committee on Drugs and contrast Media. ACR manual on contrast media. 2010.

7.

9.

(22)
(23)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

ESOFAGOMAAG DUODENOG

RAFI

1.

Definisi

Esofagomaagduodenografi/oesophagomoagduodenogrophy

(OMD)

yang

memiliki

nama lain borium

meal

alau upper gastrointestinol series adalah pemeriksaan radiologi

yang menggunakan zat kontras (tunggal atau ganda) untuk menilai esofagus bagian distal,

tambung, dan duodenum.l

2.

Anatomi

dan Fisiologi

Anatomi dan fisiologi esofagus telah dibahas pada pemeriksaan esofagografi. Lambung

merupakan bagian saluran pencernaan antara esofagus dan duodenum. Dinding lambung

terdiri dari empat lapisan, yaitu:2

(1) Lapisan paling luar yaitu lapisan serosa.

(2) Lapisan muskularis yang terdiri dari serabut longitudinal, sirkular, dan oblik. (3) Lapisan submukosa.

(4) Lapisan mukosa yang membentukgostricfold (rugoe). Esofagomaagduodenografi

Lambung dibagi menjadi empat bagian: (1) kardia, (2) fundus, (3) korpus, (4) pilorus.

Kardia merupakan bagian lambung

yang

langsung mengelilingi pembukaan esofagus.

Fundus lambung merupakan bagian superior lambung yang menonjol dan mengisi kubah

diafragma

kiri.

Di bawah fundus terdapat korpus yang berjalan mulai dari incisura kardia

(cordioc nofch) sampai incisura angularis (ongulor notchl. Pilorus terdapat di sebelah distal

dari incisura angularis. Pilorus

terdiri

dari

antium

pilorik dan kanalis pilorikum. Lambupg

memiliki kurvatura mayor dan kurvatura

minor.

Pada dua pertiga

dari

kurvatura minor

terdapat indentasi tajam yaitu incisura angularis. Lambung memiliki dua pembukaan, yaitu

orifisium kardia dan orifisium pilorus yang dikelilingi otot sfingter.2

Gambar 1. Bagian-bagian lambung.z

(24)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

Gambar 2. Lapisan-lapisan otot pada lambung.

Rugae pada lambung memiliki pola yang berbeda pada setiap bagiannya. Bagian fundus memiliki pola mozaik. Bagian korpus dan antrum pilorus memiliki pola sejajar yang disebut

juga

magenstrasse. Ka-nalis

pilorikum memilki pola

konvergen

dan

bulbus duodenum

memiliki pola divergen.3

ATI6ULA

I$Ci5$n

DI,IOEEHtIId

(25)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Lambung memiliki

tiga

bentuk berdasarkan posisi pilorus terhadap incisura angularis,

yaitu eutonik, hipotonik

dan

-hipertonik

(steerhorn). Posisi

dan

kontur

lambung yang

bervariasi ini bergantung pada:3

(1) Habitus badan

(2) Usia

(3) Posisi pasien dan efek gravitasi (4) Emosi

(5) Kandungan makanan

Orang

yang

hiperstenik

memiliki

kontur

lambung

hipertonik.

Orang

yang

astenik

memiliki

kontur

lambung

hipotonik. Pada

keadaan emosional,

lambung

cenderung hipotonik, begitu pula jika lambung terisi makanan.2

FVLfl**'5 IilOSHSUf;A

A,tl0t Llht$-AY SAtt{E

LEI"EL-pv&sn*ffi

As0trELtrEt

s{a5ufte llt61}l*zus

9F,

rffilfl*A,A$re['L-

t#ffiiE

LEYtrr.

W

Arus

&rcl;

PYLoRus

blcH)

Gambar 4. Bentuk lambung.3

Pada keadaan normal hanya tampak 2-5 gelombang peristaltik yang simultan. Aktivitas

terbesar

terdapat

di

bagian

distal dari

lambung. Lambung akan mengosongkan isinya

apabila tekanan di dalamnya melebihi tekanan di duodenum.3

Setelah barium masuk ke lambung, proses pengosongan terjadi segera. Sebagian besar

barium akan keluar dari lambung dalam 1-2 jam dan setelah 3 jam, tidak tampak sisa-sisa

barium. Retensi barium lebih dari 6 jam dianggap patologis. Pada anak-anak retensi barium lebih dari 8 jam baru dianggap patologis.3

Posisi pasien

akan

mempengaruhi gambaran lambung yang

tampak.

Barium akan

menempati posisi yang paling bawah dan udara di atasnya.l

gTEERHORI.I

(26)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenial

Suotn+

lFnffx

firnhr

t

md{fnt'{r*

tlrirfl.tu

Gambar 5. Pengaruh posisi pada gambaran lambung.l

Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus. Duodenum memiliki panjang

sekitar 2O-24cm dan merupakan bagian usus halus yang terpendek, terlebar dan paling

terfiksasi.

Duodenum

berbentuk

huruf

C

(C-loopl dan

mengelilingi

caput

pancreas. Duodenum terdiri dari 4 bagian, yaitu:1

(1) Bulbus duodeni

Merupakan bagian pertama

dari

duodenum dengan ukuran basis

3

-

3,5 cm

dan

maksimal 5 cm.3 Bulbus duodeni terletak intraperitoneal.a Lipatan mukosa bulbus memiliki

pola longitudinal.3

(2) Pars descendens

/

loop duodenum

Diameter

lumen

kurang

dari 3cm.

Lipatan mukosa

mulai

menjadi transversal dan

berbentuk

seperti bulu

burung yang halus

lfeathery

like appearonce), kadang terlihat

(27)

,

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Vateri, yaitu muara duktus

koledokus komunis

dan duktus

pankreatikus.3 Bagian ini

terletak di retroperitonea l.a

(3) Pars transversum

Diameter l.umen kurang

dari 3cm.

Lipatan mukosa

memiliki pola

transversal dan

feothery

like

oppearance

yang

terkadang diselingi

lipatan

mukosa

yang

longitudinal

sewaktu duodenum dikompresikan

terhadap tulang

belakang.3 Bagian

ini

terletak

di

retroperitonea l.a

(4) Pars ascendens

Diameter lumen kurang dari 3cm. Lipatan mukosa masih memiliki pola transversal dan

feothery /tke appearance.3 Bagian ini terletak

di

retroperitoneal dan berakhir

di

fleksura

duodenojejunal yang berbatasan dengan jejunum.a Fleksura duodenojejunal ini dikelilingi oleh lipatan peritoneal yang mengandung serabut otot (ligamentum Treitz).4

Fanil {*N#*'"s4 pa'?sn S{oord {d*s6on6{gl porrlan. rwixng cxrwttxr kl$ *;!d Feldfs*rif dr,r4e Third (h*t asrqell P44'*n F9urtft {escenenst $0r{i4n

RUOAL PATTERN BECOMEE

TRANSVERSE AND

FEATHERY. \:

\

OCCASIONAL LONGITUOINAL

PLICAE MAY BE

SEEN

I

H ER, E.

Gambar 6. Anatomi duodenum.l

ftlNlxd

*sa*{h $&sp"dtsddf &*trrtefit S &sdsx,s* {es*,wntsc Tr*ri:} __PYLORUS 8A5rLAR. SrNl,rSES AND FORNICES LONOITUOINAL R,UGAE

+

OC,CASIONALLY SEEN UPON COMPR,ESSION OVER SPINE B,JB{r6t$l b$,h ROUNOED. N EOATIVE

siADow pn-oouceo---"

BY PAPILLA

AREAS WHERE RETENTION OF BARIU'I,I I{AY OCCUR SIMULAT'NO ULCER

.FLEcK.

FORMATIoN.

lk

Gambar 7. Pola lipatan mukosa pada duodenum.3

(28)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gstro Intestinal Er Urogenital

3.

lndikasi

-

Dispepsia.

-

Penurunan berat badan.

-

Massa abdomen di bagian atas.

-

Perdarahan gastrointestinal (anemia defisiesi besi yang tidak dapat dijelaskan).

-

Obstruksi parsial.

-'

Penilaian lokasi perforasi)menggunakan zat kontras water soluble.

-

Bezoar.

-

Divertikulum

-

Hematemesis.

-

Tumor gaster.

-

Gastritis.

-

Hernia esofagus.

-

Ulkus peptikum

-

Hipertrofi pilorik stenosis.

4. Kontraindikasi

-

Alergi.

-

Obstruksi total saluran pencernaan bawah.

-

Kehamilan (gunakan perisaijika harus dilakukan).

-

Perforasi saluran pencernaan (gunakan kontras woter solublel.

5. Persiapan

Pasien puasa baik makan maupun minum, 5-8

jam

sebelum pemeriksaan't'u Pasien

dilarang untuk merokok atau mengunyah permen karet selama puasa karena aktivitas ini

akan meningkatkan sekresi gaster dan salivasi yang akan menghambat perlekatan kontras barium pada mukosa gaster. Merokok juga akan meningkatkan motilitas gaster.6 Pada anak

di bawah L tahun, lama puasa cukup

4jam

dan pada anak di atas

l

tahun, puasa dilakukan

selama 6 jam.1

pastikan pasien

wanita tidak

sedang

hamil.

Lakukan pemeriksaan

foto

polos untuk

menyesuaikan pengaturan KV dan mAS dan

untuk

melihat kelainan sebelum pemberian

kontras. Siapkan perisai gonad pada pemeriksaan anak. Lakukan

tes

minum dengan air

putih pada pasien dengan disfagia, jika terdapat risiko tinggi terhadap aspirasi gunakan zat

kontras woter soluble. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan berikan

informed consent kepada pasien. Pakaian dan perhiasan berbahan metal antara mulut dan

pinggang harus ditanggalkan. Pasien

diminta untuk

mengenakan gaun

dari

rumah sakit'

Beritahu pasien agar

berhati-hati

meletakkan tangan

di

meja

pemeriksaan agar tidak

terjepit ketika meja bergeser.l

Zat

kontras yang digunakan adalah barium sulfat

jika tidak terdapat

kontraindikasi

seperti perforasi atau ada rencana operasi saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat.

Zat

kontras woter soluble

digunakan

jika

ada

kecurigaan

perforasi

atau

fistula trakeoesofagus. Zat kontras water soluble juga digunakan jika akan dilakukan operasi atau

(29)

- Prosedur Pemerilaam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

zat yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang

tidak keluar tersebut dapat menyebabkan reaksi granulasi pada jaringan. Zatkontras water

soluble yang digunakan pada oMD sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgl/mL.7

6. Prosedur

-

Lakukan foto polos sebelum pemberian kontras.

-

Berikan bubuk effervescent,jika pemeriksaan menggun akan double controst.

-

Kemudian berikan kontras barium pada pasien.

-

Baringkan pasien lalu instruksikan untuk bergerak berguling dari satu sisi ke sisi yang lain.

-

lnformasikan kepada pasien jika terasa ingin bersendawa, maka ditahan agar kontras

udara pada pemeriksaan terlihat jelas.

-

Foto yang diambil adalah:1'2

loop dari duodenum.

posterior dari lambung, pilorus dan bulbus duodenum.

(posisi ini saling melengkapi dengan posisi RAO).

(30)
(31)

Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Gambar 9. Posisi PA.1

(32)
(33)

Prosedur Pemerilsam Radiologi Gasrrointesdnal & Urogenital

lzt

(34)

Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

LT

Ye$sks mm*ls

0f

**firdr

(35)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenial

7. Ekspertise.

Beberapa aspek yang dinilai antara lain

-

Pasase kontras di esofagus dan lambung.

-

Besar, bentuk, dan posisi esofagus dan lambung.

-

Mukosa (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double contrastl.

-

Adanya luput isi (filling defect)atau bayangan tambahan Viiling offect).

-

Penilaian refluks gastroesofagus.

8. Komplikasi

-

Kebocoran barium dari perforasi yang tidak diperkirakan sebelumnya.

-

Aspirasi.

-

Konversi obstruksi letak rendah parsial menjadi obstruksi total.

-

Appendisitis akibat barium.

-

Efek samping akibat agen farmakologis yang dipakai.

(36)

Prosedur Pemerilsm Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

DAFTAR PUSTAKA

L.

Bontrager KL, Lampignano JP. Textbook

of

radiographic positioning

and

related

anatomy. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.hlm.445-84.

2.

Ballinger PW.

Merrill's atlas

of

radiographic positions

and

radiologic procedures.

Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995:hlm.83-150.

3.

Meschan

l.

Analysis

of

roentgent

signs

in

general radiology.

Philadelphia: W.B.

Saunders Company; 1973. hlm. 1217-309.

4.

Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

5.

Gay SB, Woodcock Jr. RJ. Radiology recall. Edisi ke-2. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins;2008.

6.

Chapman

S,

Nakielny R.

A

guide

to

radiological procedures. Edisi

ke-3.

London: Baillidre Tindall; 1993.h|m.53-7.

7

.

American College

of

Radiology Committee on Drugs and Contrast Media. ACR manual

on contrast media. 2010.

8.

Chapman AH. The stomach and duodenum.

ln:

Sutton D. Textbook

of

Radiology and

(37)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

BARIUM

FOLLOW THROUGH

1.

Definisi

Borium

follow

through (BFT) atau dikenal juga dengan nama barium

meol

atau small

bowel series merupakan pemeriksaan radiologi dengan zat kontras untuk menilai keadaan

usus halus.l

2.

Anatomi

dan Fisiologi

Usus halus bermula

dari

pilorus

dan

berakhir sampai

katup

ileosekal.2 Usus halus

memiliki panjang 5,5-5m.3 Usus halus terdiri dari duodenum, iejunum, dan ileum.

e{emr{rt

{n{.r&_LUQ}

Jelunurn {r-uQ. LLe}

llaux

{eu*,

aL&, LLA} n*g{sn 0,

ileoc**xl

vxv6 {eL&}

nlgfrt

Gambar 1. Lokasi relatif dari duodenum, jejunum, dan ileum di abdomen.l

Anatomi duodenum

telah

dibahas

di

bagian pemeriksaan OMD. Jejunum dan ileum

memiliki panjang + 5m. Dua perlima bagian proksimal merupakan jejunum dan tiga perlima sisanya merupakan ileum. Jejunum bermula dari fleksura duodenojejunum (ligamentum Treitz)' Jejunum terletak di abdomen bagian kiri atas sedangkan ileum terletak di abdomen

bagian kanan bawah. lleum berakhir di katup ileosekal (valvula Bauhini).4

Pada keadaan normal, jejunum dan ileum berada dalam keadaan kolaps atau sedikit

kolaps. Diameternya semakin kecil ke arah distal. Berikut adalah diameter dari jejunum dan ileum:3

(1)

Jejunum bagian proksimal: diameter 3-4cm (>4,5cm: patologis).

(2)

Jejunum bagian distal: diameter 2,5-3,5cm (>4cm: patologis).

(3)

lleum: diameter 2-2,8cm (>3cm: patologis).

Jejunum dan ileum memiliki lipatan mukosa yang disebut volvuloe conniventes atau plica circularis. Lipatan mukosa ini melintas seluruh lumen usus.

(38)

Prosedur Pemeri[smn Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital

L,7-2mm

>2,5mm (Patologls)

!,4-L,7mm

>2,0mm (Patologis) lleum 4-7/2,5cm 2-4/2,5cm

Untuk mengingat anatomi dari usus halus terdapat rumus rule of 3,yaitu:3

(1)

Ketebalan lipatan mukosa <3mm.

(2)

Ketebalan dinding usus <3mm.

(3)

Diameter <3cm.

@l

Air fluid level<3.

Barium yang memasuki lambung akan mencapai

Meskipun demikian waktu

transit

makanan

di

usus

dipengaruhijuga oleh tiPe diet.3

3.

lndikasi

-

Nyeri perut.

-

Diare.

-

Perdarahan.

-

Obstruksi Parsial.

-

Massa abdomen.

-

Enema usus halus yang tidak berhasil.

-

Enteritis.

-

Divertikulum.

-

Malabsorbsi.

katup ileosekal dalam waktu 2-31am.1

halus bervariasi dari 3-11

jam

Yang

4.

Kontraindikasi

Obstruksi total.

Kecurigaan perforasi (gunakan kontras woter soluble).

Alergi kontras.

Kehamilan.

5. Persiapan

pasien harus diberikan makanan lunak dan rendah residu selama dua hari sebelum

pemeriksaan BFT. Puasa terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum

pemeriksaan. Pasien diingatkan agar tidak merokok, tidak mengunyah permen karet, dan

iidak terlalu banyak berbicara. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan bayangan udara di

usus sehingga mengganggu

hasil

pemeriksaan.l'6 Laksatif

dapat

diberikan kecuali jika

terdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi, dan peradangan seperti

appendisitis.

(39)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Persiapan pemeriksaan BFT adalah sebagai berikut:

1.

Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja.

2.

Pasien mulai puasa makan dan minum pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatif

(jika tidak terdapat kontraindikasi).

3.

Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak 2

tablet

pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk.

22.00, dan pk. 23.00.

4.

Pasien kemudian

diberikan

bisacodyl suppositoria

per

anus pada

pk.05.00 hari

berikutnya.

5.

Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan BFT.

Pakaian

dan

perhiasan berbahan

metal harus

ditanggalkan. Pasien

diminta

untuk mengenakan gaun

dari

rumah

sakit.

Persiapkan lembar informed consent

dan

berikan

penjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan berserta komplikasi

yang dapat

terjadi.

Tanyakan mengenai status kehamilan pasien.3 Beritahu pasien agar

berhati-hati

meletakkan

tangan

di

meja

pemeriksaan agar

tidak terjepit ketika

meja

bergeser.l Sebelum pemeriksaan pasien harus mengosongkan kandung kemih agar tidak

menekan ileum.l

Zat kontras water soluble digunakan

jika

ada kecurigaan perforasi. Zat kontras wofer

soluble

juga

digunakan

jika

akan

dilakukan operasi

atau

prosedur

endoskopik

yang

melibatkan saluran pencernaan dalam jangka

waktu

dekat (sebelum zat kontras barium

diekskresikan

dari

saluran

pencernaan).

Barium

merupakan

zat

yang

tidak

dapat

dikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang tidak keluar tersebut

dapat

menyebabkan reaksi granulasi pada

jaringan.

Zat

kontras woter soluble

yang

digunakan pada BFT sebaiknya memiliki konsentrasi 290-367 mgl/mL.1

6. Prosedur

Prosedur pemeriksaan BFT:

Sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat foto polos perut.

Kontras diminum oleh pasien.

Foto diambil pada menit ke-5, 15, 30, 60, 120 dan untuk seterusnya diambil setiap jam

sampai refluks ke sekum.

(a)

Jika sudah terjadi refluks ke sekum, pemeriksaan selesai.

(U

l2l

(3)

(40)

Prosedur Pemerilcan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

Foto diambil pada

film

ukuran 35 x 43cm agar seluruh bagian usus halus dapat terlihat.

Posisi telungkup (PA) biasanya digunakan kecuali pasien tidak dapat diposisikan telungkup.

Posisi telungkup akan membuat untaian usus halus tersebar lebih merata dan visibilitas

usus halus

akan lebih baik.

Pasien

astenik mungkin perlu

diposisikan

pada

posisi

Trendelenburg

untuk

menguraikan

untaian ileum yang bertumpang

tindih.

Daerah

ileosekal terkadang perlu diambil foto tersendiri. Compression cone dapat digunakan untuk

menekan daerah ileosekal sehingga gambarannya lebih jelas.l

(41)

Prosedur Pemerilsm Ra&ologi Gxtrointestinal 6r Urogenital

Gambar 4. Foto pada menit ke-50. Zat kontras lebih banyak di daerah jejunum.l

Gambar 5. Foto pada menit ke-120. Zat kontras lebih banyak di daerah ileum.l

(42)

Prosedur Pemerilsan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

Gambar 6. Foto spot di daerah ileosekal dengan mengtunakan compression cone untuk memperlihatkan katup iteosekal.l

7. Ekspertise

Beberapa aspek yang dinilai antara lain Pasase kontras.

Besar, bentuk, dan posisi usus. Mukosa.

Adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling offectl.

8. Komplikasi

-

Kebocoran barium dari perforasi yang tidak diperkirakan sebelumnya.

-

Aspirasi.

-

Konversi obstruksi parsial menjadi obstruksi totbl.

-

Appendisitis akibat barium.

(43)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital

DAFTAR PUSTAKA

1.

Bontrager KL, Lampignano JP. Textbook

of

radiographic positioning

and

related

anatomy. Edisi ke-6. Philadelphia : Elsevier Mosby;2005.h lm.445-84

2.

Halligan S. The

small bowel and

peritoneal

cavity.

Dalam:

Sutton D,

penyunting.

Textbook

of

radiology

and

imaging. Edisi

ke-7.

Philadelphia

Churcill

Livingstone;

2003.h1m.615-34.

3.

Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters. Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins;2007.

4.

Freeman AH. The oesophagus. Dalam: Adam

A,

Dixon AK, Grainger RG, Allison DJ,

penyunting. Grainger & allison's diagnostic radiology. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier

Churcill Livingstone; 2008.h1m.609-26.

5.

Chapman S, Nakielny R. A guide

to

radiological procedures. Edisi ke-3. London: Baillidre

Tindall; 1993.h1m.58-9.

6.

Ballinger

PW. Merrill's atlas

of

radiographic positions

and

radiologic procedures.

Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995.h|m.83-150.

7.

American College

of

Radiology Committee on Drugs and Contrast Media. ACR manual on contrast media. 2010.

(44)
(45)

Prosedur Pemerilaaan Radiologi Gmtrointestinal &.Urogenital

COLON

IN

LOOP

1.

Definisi

Colon

in

loop (CIL) merupakan pemeriksaan

radiologi untuk menilai usus

besar.

Pemeriksaan ini disebut juga barium enema atau lower

Gl

series.L Pemeriksaan CIL dapat

dilakukan dengan menggunakan kontras

tunggal

maupun kontras ganda. pemeriksaan

dengan kontras tunggal berarti

pemeriksaan

hanya

menggunakan

kontras

barium.

Pemeriksaan dengan kontras ganda berarti pemeriksaan menggunakan kontras barium dan udara.2 Pemeriksaan CIL menilai besar, bentuk, dan posisi serta lesi afek atau defek pada usus besar. Pemeriksaan kontras tunggal memiliki keunggulan untuk menilai

filling

defect

ataufilling affect namunjika

pemeriksaan

itu

dapat mengambil gambaran lesi secara en

prolile.

Pemeriksaan kontras ganda memiliki keunggulan dalam menilai keadaan mukosa dan dapat mengenalifT/rng defect maupunfilting alfect baik pada posisien profile maupun

en face.

2.

Anatomi

dan Fisiologi

Usus besar

terdiri

dari sekum, kolon, rektum, dan anus. Kolon harus dibedakan dari

usus besar. Kolon merupakan bagian dari usus besar. Kolon

terdiri

dari empat bagian dan dua fleksura, yaitu:1

(1) Kolon oscendens

(2) Fleksura hepatika (kanan)

(3) Kolon transversum (4) Fleksura lienalis (kiri) (5) Kolon descendens (6) Kolon sigmoid trs{o(*6 Fry*et fr*frxa

t.&cx*r;

ffi

L*U *ox6.

Wdqlilmffi

udsrdffic rol{n & * fl$nclt Gdor!

Gambar 1. Anatomi usus besar.l

(46)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gxtro Intestinal 6c Urogenital

Usus besar dimulai dari sekum di abdomen kanan bawah yang memiliki katup ileosekal.

Katup ileosekal merupakan perbatasan

antara

usus

kecil dan

usus besar. Usus bgsar

memiliki panjang

sekitar

1,5m. Dinding

terdiri dari tunika

serosa (paling

luar),

lapisan

muskularis, submukosa, dan mukosa (paling dalam). Lapisan muskularis terdiri dari serabut sirkularis (sebelah dalam) dan serabut longitudinal (sebelah luar). Serabut longitudinal ini

tersusun menjadi

tiga pita di

sebagian besar usus besar dan tersusun menjadi

2 pita

di

sebagian kecilnya. Pita

ini

disebut toenio

coli atau

plika semisirkularis. Toenia

coli

ini

berukuran lebih pendek dibandingkan lapisan-lapisan lainnya sehingga dinding usus besar

membentuk kantung-kantung

yang disebut haustro.

Fungsi

utama

usus besar adalah

reabsorbsi cairan dan eliminasi produk buangan.2

Sekum merupakan bagian usus besar yang terletak antara ileum dengan kolon. Sekum

memiliki panjang sekitar 6cm dengan diameter sekitar 7,5cm.2 Diameter maksimal dari

sekum adalah 9cm dan

merupakan

bagian usus yang memiliki diameter

terbesar'3

Diameter

kolon

lainnya

memiliki

diameter maksimal 6cm. Appendik

terletak

pada sisi

posteromedial dari sekum. Appendik memiliki panjang yang berkisar dari 2-20cm' Katup

ileosekal

terletak sedikit

di

bawah perbatasan sekum dengan

kolon

ascenden.' Katup

ileosekal berfungsi sebagai sfingter yang mencegah refluks isi usus besar ke ileum. Namun

katup tersebut

tidak terlalu kuat,

karena pada keadaan normal,

barium

hampir selalu

refluks ke ileum terminal pada pemeriksaan ClL.1

Gambar 2. Sekum, ileum terminalis, dan appendik.l

Rektum dimulai pada ketinggian 53 (segmen sacrum ketiga) dengan panjang sekitar

12-15cm. Sekitar 2,5-4cm bagian distal akan mengalami konstriksi membentuk kanalis anus.

Rektum berjalan mengikuti kurvatura sakrokoksigeal. Ampula rektum merupakan bagian

rektum yang berdilatasi di sebelah proksimal dari kanalis anus dan di sebelah anterior dari tulang koksigeal. Arah rektum pada mulanya adalah ke bawah dan ke posterior. Kemudian pada bagian ampulla, rektum akan membelok ke anterior dan ke bawah. Kanalis anus akan

mengarah kembali

ke

posterior

dan ke

bawah. Oleh karena

itu,

rekrum memiliki dua

kurvatura anteroposterior.

Hal

ini

perlu

diperhatikan

saat

pemasangan

ujung

selang

(47)

HEfiUffl

*ww

awawe

ANU$

&x*arl*r

Prosedur Pemerilsam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

WAw&

*x*azxr;;

*W*

&nxlxaxal

W*w*w

Gambar 3. Pandangan lateral dari rektum.l

7l91ne?@8e M Ld&@ Ww& ffi 'm{qx1

Gambar 4. Anatomi usus besar melalui pemeriksaan ClL.

Usus besar memiliki waktu transit antara 20-71jam. Waktu transit ini bergantung pada

tipe diet.3

Kolon

memiliki

beberapa

tempat terjadinya

konstriksi fisiologis

yang dapat

dapat

disalahartikan sebagai luput lesi yang patologis seperti massa. Konstriksi fisiologis ini tidak

bersifat persisten (menetap di setiap waktu).4

(48)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestina] & Urogenital

Gambar 5. Beberapa tempat terjadinya konstriksi fisiologis.a

Kolon juga memiliki variasi pada panjangnya yang dapat memperlihatkan redundansi (memiliki panjang berlebih) di bagian-bagian

tertentu.

Beberapa variasi kolon dapat dilihat

pada gambar berikut.a

*trtrl&sl,?

rt5e6&*&

*trijf{r{rr Yi.rl*r. t ({F,

.lffi{

f,.,.r/l

'v{l

'wr-4

\\1"{--j

"{fl;

/o\(f:)

,{,)\(4\1

!Ypr&-&0t4r[rc{{r* *.tr*r{Et3rAlrys}ir]x

(49)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gstrointestinal & Urogenital

3.

lndikasi

-

Perubahan pada kebiasaan buang air besar.

-

Nyeri perut.

-

Massa intraabdomen.

-

Melena.

-

Obstruksi (jika terdapat penyempitan, berikan hanya sedikit barium untuk menentukan

batas atas penyempitan agar tidak terjadi impaksi barium.)

-

Kolitis.

-

Divertikulum.

-

lntususepsi.

-

Polip.

-

Volvulus.

4. Kontraindikasi

-

Alergi kontras.

-

Hamil.

-

Megakolon toksik.

-

Kolitispseudomembranosa.

-

Biopsi rectum dalam tiga hariterakhir (sebaiknya ditunggu sampaitujuh hari).

-

Perforasi (kecualijika menggunakan kontras woter soluble).

-

Obstruksi (kecualijika menggunakan kontras woter solublel.

-

Persiapan yang kurang baik.

5. Persiapan

Usus

besar harus

dibersihkan

agar semua

bagiannya

dapat diperlihatkan

tanpa

gangguan. Jika terdapat sisa feses, maka sisa feses tersebut dapat menyerupai gambaran massa. Secara umum persiapan yang dilakukan adalah pembatasan diet dan laksatif. puasa

terhadap makanan dan minuman dilakukan selama 8 jam sebelum pemeriksaan. Laksatif

dapat diberikan kecuali jika terdapat diare berat, perdarahan masif, tanda-tanda obstruksi,

dan

peradangan

seperti

appendisitis. Pasien

diingatkan agar

tidak

merokok,

tidak

mengunyah permen karet, dan

tidak terlalu

banyak berbicara. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan bayangan udara di usus sehingga mengganggu hasil pemeriksaan.l'2

Persiapan pemeriksaan CIL adalah sebagai berikut:

1.

Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan hanya bubur kecap saja.

2.

Pasien mulai puasa makan dan minum pada pk. 20.00, kecuali untuk minum laksatif

fiika tidak terdapat kontraindikasi).

3.

Pasien minum bisacodyl (dulcolax) sebanyak

2 tablet

pada pk. 20.00, pk. 21.00, pk.

22.00, dan pk. 23.00.

4.

Pasien

kemudian diberikan

bisacodyl

suppositoria

per

anus pada pk.05.00

hari

berikutnya.

5.

Pasien datang pk.07.30 untuk pendaftaran dan pemeriksaan ClL.

Pakaian

dan

perhiasan berbahan

metal

harus ditanggalkan. Pasien

diminta

untuk mengenakan gaun

dari

rumah

sakit.

Persiapkan lembar

informed

consent

dan

berikan

(50)

Prosedur Pemerilsm Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital

penjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan berserta komplikasi

yang dapat terjadi. Tanyakan mengenai status kehamilan pasien.3 Beritahu pasien agar

berhati-hati

meletakkan

tangan

di

meja

pemeriksaan agar

tidak terjepit ketika

meja

bergeser.l

Saat ini, sudah tersedia kontainer barium enema sistem

tertutup

untuk pemeriksa'an ClL. Alat

ini

menggantikan kontainer lama dengan sistem terbuka sehingga lebih mudah digunakan dan mengurangi risiko infeksi. Kontainer

ini

mengandung bubuk barium yang

tinggal dicampur dengan air sebelum pemeriksaan. Terdapat dua pendapat mengenai suhu

air untuk pencampuran barium. Beberapa ahli menyarankan penggunaan air dingin (+-zoC).

Air

dingin memiliki efek

anestesi

dan

meningkatkan

retensi dari zat

kontras. Namun

kekurangannya adalah

metode

ini

dapat

menyebabkan spasme

kolon.

Penggunaan air pada suhu ruangan (2g32oc\ direkomendasi oleh kebanyakan ahli. Air yang terlalu tinggi

suhunya dapat mencederai lapisan mukosa dari kolon. Suspensi barium ini harus dicampur

dengan baik sebelum digunakan.l

Gambar 7. Kontainer barium enema sistem tertutup.l

Konsentrasi zat kontras untuk pemeriksaan dengan kontras tunggal berkisar antara

L2-25%wlv (72-25 gram barium dicampur dengan 100cc air atau perbandingan barium dengan

air

1:4-8). Konsentrasi

zat

kontras

untuk

pemeriksaan dengan kontras ganda berkisar

antara 75-95% w/v (75-95 gram barium dicampur dengan 100cc air).

Zat kontras woter soluble digunakan

jika

ada kecurigaan perforasi. Zat konlras woter

soluble

juga

digunakan

jika

akan

dilakukan operasi

atau

prosedur

endoskopik

yang

melibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat (sebelum zat kontras barium

diekskresikan

dari

saluran

pencernaan).

Barium

merupakan

zat

yang

tidak

dapat

dikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang tidak keluar tersebut

(51)

Prosedur Pemerilaaan Radiologi Gastrointestinal & L rosenital

6. Prosedur

Pasien menggunakan gaun rumah sakit yang memiliki bukaan di punggung. Gaun yang

ditanggalkan dengan cara diangkat melalui kepala sebaiknya

tidak

digunakan.

Hal

ini

ditujukan agar gaun yang terkontaminasi mudah ditanggalkan. Sendal sekali pakai juga

dianjurkan diberikan pada pasien.l

Pasien diminta untuk berbaring di meja pemeriksaan. Pasien berputar sehingga sisi kiri

pasien berada

di

bawah.

Pasien dikondisikan

pada

posisi Sims. Tungkai

kiri

pasien

diluruskan, sementara tungkai kanan dalam keadaan fleksi

di

atas tungkai

klri.

Posisi ini

akan membuat

otot

abdomen dalam keadaan relaksasi sehingga mengurangi tekanan

intraabdomen.l

Gambar 8. Ujung kateter kontainer barium enema.'

(52)

Prosedur Pemerilsan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

Sebelum insersi ujung kateter, aduk kembali kantung barium agar tercampur merata. Gaun pasien dibuka hanya pada daerah anus sehingga pasien nyaman dan

tidak

malu.

Bokong sebelah atas diangkat sehingga anus dapat

terlihat.

Pasien

diminta

mengambil

nafas dalam beberapa

kali

sebelum insersi. Ujung

kateter

dimasukkan secara lembut.

lnsersi kateter

tidak

boleh dipaksakan karena dapat menyebabkan

cedera.

Oleh karena

otot

abdomen berelaksasi saat ekspirasi, maka ujung kateter dimasukkan pada saat fase

ekspirasi. Kanalis anus dan rektum memiliki dua kurvatura. Oleh karena

itu

ujung kateter

pada awalnya dimasukan dengan

arah ke

superoanterior

dan

mengarah

ke

umbilikus.

Kateter dimasukkan pada

arah ini

sejauh 2,5-3,8cm. Setelah

itu,

kateter

diarahkan ke

superior mengikuti kurvatura

rektum.

Panjang

total

ujung kateter yang masuk ke anus

adalah 8,7-10cm. Fiksasi kateter agar

tidak

terlepas saat pasien merubah posisi.2 Balon

pada ujung kateter dikembungkan jika pasien

tidak

dapat menahan ujung kateter secara

spontan. Pengembungan

balon

harus dilakukan

di

bawah panduan

fluoroskopi

karena

risiko ruptur. Kontainer barium diletakkan lebih tinggi dari meja pemeriksaan, namun tidak

boleh melebihi 60cm agar kontras tidak terlalu cepat memasuki usus.1

lra*si inserlis{l

{ts&,ad {.{n1k;tr{i$l

Ylt\:d|t V1&q*{n*nt

{rllgh{ly a;n6ior,

thBr? supedisrl

Gambar 9. Posisi Sims.l

(53)

Prosedur Pemeritsaan Radiologi Gastrointestind & Umgenial

Prosedur pemeriksaan CIL;

(1)

sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat foto polos perut.

(2)

Kontras dimasukkan sampai fleksura lienalis.

(3)

Kontras dihentikan, kemudian dimasukkan udara

(sekitar

10 kali pompa) sehingga barium terdorong ke sisi kanan.

(4)

Pasien diminta berputar agar kontras mengisi usus besar secara merata.

(5)

Kontras udara diberikan lagi (sekitar 10 kali pompa) sehingga usus besar mengalami distensi.

(6)

Kontras harus

terlihat

mengisi seluruh bagian

dari

usus besar. Refluks pada katup

ileosekal dapat diperlihatkan.

(7)

Dalam keadaan kateter

tetap

terpasang, diambil beberapa

foto

.Foto yang diambil

adalah sebagai berikut:

a.

Rektosigmoid (RAO, PA, LPO, lateral kiri, PA aksial, AP aksial).

b.

Fleksura lienalis (LAO, RPO).

c.

Fleksura hepatika (RAO, LPO).

d.

Foto keseluruhan abdomen (AP,PA).

(8)

Selesai pemeriksaan kantung barium diturunkan pada posisi yang lebih rendah dari

meja pemeriksaan agar zat kontras keluar ke kantung.

(9)

Setelah

itu,

pasien dibawa

ke

kamar mandi kemudian

kateter

dilepas (kempiskan balon jika balon sebelumnya dikembungkan).

(10)

Pasien kemudian

difoto

kembali

untuk

menilai keadaan pasca evakuasi. Sebagian

besar barium harus sudah terevakuasi. Jika masih banyak barium, maka beri pasien

waktu untuk mengevakuasi kembali sisa barium dan lakukan kembali foto.

(11)

Setelah selesai, pasien diinstruksikan agar banyak minum

air

dan makan makanan

berserat

(jika tidak terdapat

kontraindikasi)

untuk

menurunkan

risiko

konstipasi

akibat barium.

Gambar 11. Posisi PA dan AP linsertl.t

(54)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenita.l

Gambar 12. Posisi PA pada pemeriksaan kontras tunggal'l

&xrlaqqvTwrils Air*&leisk^

(55)

Prosedur Pemerilaaal Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Gambar 14. Posisi AP.1

Gambar 15. Posisi RAO untuk melihat fleksura hepatika dan rektosigmoid.l

(56)

Prosedur Pemeriksan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenital

Gambar 15. Posisi LAO.1

Lsllfit+

(57)

Prosedur Pemerilaam Radiologi Gmtrointestinal & Urogenital

Gambar 17. Posisi LPO dan RPO yang merupakan alternatif terhadap posisi RAO dan LAO untuk melihat fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Posisi RAO dan LAO lebih baik memperlihatkan fleksura hepatika dan fleksura lienatis karena posisi fleksura tersebut lebih dekat dengan film.1

Gambar 18. Posisi lateral kiri dan posisi dekubitus ventral {insertl melihat rektum.l

(58)

Prosedur Pemeriksan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital

Gambar 19. Posisi lateral kiri (kontras tunggal) dan posisi dekubitus ventral (kontras ganda) untuk melihat rektum.l

,-&. t**

**ttlf&

(59)

Prosedur Pemerilsm Radiologi Gastrointestinal & Urogeniu

7. Ekspertise

Beberapa aspek yang dinilai antara lain

-

Pasase kontras.

-

Besar, bentuk, dan posisi kolon.

-

Mukosa (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double controstl.

-

Adanya

luputisi

(filling defect) atau bayangan tambahan Villing offect).

8. Komplikasi

-

Perforasi usus. Kondisi yang meningkatkan risiko perforasi:

F

bayi dan orang tua.

)

tumor yang mengobstruksi.

)

ulserasi dinding usus.

F

pengembungan balon di rektum.

F

pasien dalam terapi steroid.

)

hipotiroidism.

-

Ekstravasasi ke vena yang dapat menyebabkan emboli paru.

-

lntoksikasi air.

-

Barium intramural.

-

Aritmia cordis akibat distensi rektum.

-

Bakteriemisementara.

-

Efek samping dari obat-obat yang digunakan.

-

Reaksi alergi,

(60)

Prosedur Pemerilsm Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital

DAFTAR PUSTAKA

1..

Bontrager KL, Lampignano JP.

Textbook

of

radiographic positioning

and

related

anatomy. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.h1m.485-524.

2.

Ballinger PW.

Merrill's atlas

of

radiographic positions

and

radiologic procedures.

Volume ke-2. Edisi ke-S. St.Louis: Mosby;1995:hlm.83-150.

3.

Dahnert W. Radiology review manual. Edisi ke-6. Philadelphia: Wolters Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

4.

Meschan

l.

Analysis

of

roentgent signs

in

general radiology.

Philadelphia: W.B.

Sa u nders Company; 1973: hlm.L2L7 -3O9.

5.

Chapman S, Nakielny R.

Aguideto

radiological procedures. Edisi ke-3. London: Baillidre

(61)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastrointestina.l & Urogenial

ENTEROSTOMI

1.

Definisi

Enterostomi merupakan istilah umum untuk prosedur operasi yang membuat bukaan

artifisial dari

usus

ke

dinding abdomen. Terdapat

istilah

khusus

untuk

masing-masing

bagian

seperti kolostomi, sekostomi, ileostomi, dan jejunostomi.

pemeriksaan yang

menggunakan

zat

kontras terhadap enterostomi

dinamakan sesuai

jenisnya,

seperti

kolografi, sekografi, ileografi, dan jejunografi. Loopografi .merupakan pemeriksaan yang

menggunakan zat kontras pada suatu loop usus yang dilekatkan pada dinding abdomen

sehingga memiliki dua bukaan, yaitu bukaan proksimal dan bukaan distal.1,2,3

2.

Anatomi

dan

Fisiologi

Enterostomi ini dibuat untuk diversi isi usus baik permanen maupun sementara selama

bagian

distal

dari

saluran

pencernaan

menjalani proses

penyembuhan. Kolostomi merupakan

jenis

yang paling sering dilakukan. Kolostomi dilakukan pada keganasan di

daerah kolon distal dan rektum. stoma dari enterostomi tidak memiliki sfingter.l

3.

lndikasi

-

Penilaian pasase kontras pada enterostomi.

-

Penilaian adanya perforasi (gunakan zat kontras water-soluble).

-

Penilaian pre-operatif sebelum penyambungan kedua ujung

dari

enterostomi. (Pada kasus

tertentu,

pemeriksaan barium enema melalui anus dilakukan

juga

bersamaan

dengan kolografi).

4. Kontraindikasi

-

Alergi zat kontras.

-

Kehamilan.

-

Adanya kecurigaan perforasi (gunakan zat kontras water-soluble).

-

Adanya kecurigaan obstruksi (gunakan zat kontras woter-soluble).

5. Persiapan

Jika pemeriksaan

tidak

pada keadaan akut, maka pasien dianjurkan untuk mengirigasi

enterostomi sebelum dilakukan prosedur pemeriksaan. Pasien diminta membawa kantung

enterostomi

cadangan(colostomy

bog) untuk

digunakan

setelah

pemeriksaan. Pasien

diminta untuk menanggalkan pakaian dan aksesoris serta menggunakan gaun dari rumah

sakit dengan bukaan sesuai posisi dari enterostomi.

Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan dan berikan informed cansent. Pastikan pasien wanita tidak dalam keadaan hamil.

Siapkan penanda (morker)

untuk

membantu

saat

penilaian prosedur.

Oleh

karena

enterostomi tidak memiliki sfingter, terdapat alat khusus untuk pemeriksaan ini yang dapat

mencegah perembesan

namun aman. Kateter

dengan

balon

di

ujungnya

juga

dapat

dgunakan.

Penggunaan

kateter dengan

balon

harus hati-hati

oleh

karena

dapat

menyebabkan

ruptur.

Zat

kontras juga sering

merembes

melalui pinggiran

kateter.

(62)

Prosedur Pemerilsan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital

Rembesan

ini

harus segera dibersihkan agar

tidak

mengganggu lapang , pandang

pemeriksaan.

Zat

kontras barium merupakan pilihan pertama, namun

jika

terdapat kontraindikasi

maka dapat digunakan

zat

kontras water-soluble. Perbandingan

zat

kontras dengan air

sesuai dengan bagian usus yang akan diperiksa (untuk kolostomi sama seperti pemeriksaan colon in loopl.1

6.

Prosedur

(1)

Sebelum zat kontras dimasukkan, terlebih dahulu dibuat

foto

polos.

(2)

Bersihkan daerah di sekitar

stoma.

..

(3)

Letakan penanda pada setiap bukaan, pada kateter (di luar stoma) dan pada anus'

(4)

Masukkan kontras di bawah panduan fluoroskopi.

(5)

Ambil foto pada posisi yang baik untuk memperlihatkan anatomi dari enterostomi.

(6)

Setelah pemeriksaan, alirkan zat kontras keluar.

(7)

Ambil foto pasca evakuasi.

7.

Ekspertise

penilaian dilakukan terhadap pasase kontras dan ada tidaknya perforasi. Besar, bentuk,

posisi, mukosa dan adanya luput isi (fiiling defect) atau bayangan tambahan (filling offectl

juga dinilai.

(63)

Prosedur Pemeriksaan Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

Gambar 2. Pemeriksaan loopografi untuk menilai pasase colon di bagian proksimal.4

t.

Komplikasi

-

Perforasi.

-

Alergi.

(64)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenial

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ballinger PW.

Merrill's atlas

of

radiographic positions

and

radiologic procedures.

Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995 :h 1m.83-150.

2.

Bontrager KL, Lampignano JP.

Textbook

of

radiographic positioning

and

related

anatomy. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.h1m.485-524.

3.

Chapman S, Nakielny R. A guide

to

radiological procedures, Edisi ke-3. London: BailliEre

Tindall; 1993:h1m.79.

(65)

.

Prosedur Pemeriksam Ra&ologi Grotrointestinal & Urogenital

KOTANGIOGRAFI T.TUBE

1.

Definisi

Kolangiografi T-tube merupakan pemeriksaan radiologi yang dilakukan setelah operasi

kolesistektomi untuk melihat sisa batu yang tidak terdeteksi saat operasi. Kateter T-tube

dipasang saat operasi.l

2.

Anatomi

dan Fisiologi

Empedu dibentuk oleh sel-sel hepar dan berjalan ke duktus hepatikus kanan atau kiri.

Duktus hepatikus kanan dan

kiri

menyatu menjadi duktus hepatikus komunis. Empedu

kemudian disalurkan

ke

kandung empedu melalui duktus sistikus

untuk

penyimpanan

sementara atau disekresikan secara langsung ke duodenum pars descenden melalui duktus

koledokus yang dapat bersatu atau terpisah dengan duktus pankreatikus. Ujung distal dari

duktus koledokus dikendalikan oleh sfingter ampula hepatopankreatik (sfinger Oddi).1,2

Kandung empedu berbentuk

seperti

buah

pir

yang

terdiri

dari fundus, korpus, dan leher. Fundus merupakan bagian ujung distal yang merupakan bagian terlebar dari kantung

empedu. Bagian utama

dari

kantung empedu disebut sebagai korpus. Ujung proksimal

yang sempit disebut sebagai leher yang berlanjut menjadi duktus sistikus. Duktus sistikus

memiliki beberapa lipatan (katup spiral) yang berfungsi mencegah distensi atau kolaps dari

duktus sistikus. Kantung empedu memiliki panjang 7-LOcm

dan

lebar 3cm yang dapat

menyimpan 30-40m1 empedu.l

Duktus hepatikus memiliki panjang sekitar 4cm dan diameter 2-3mm. Duktus hepatikus

komunis memiliki panjang 2,5-3cm dan diameter 5mm. Duktus sistikus memiliki panjang 3-4cm dan diameter 1,8mm. Duktus koledokus memiliki panjang 7,5cm dan diameter 6mm. Pada penderita pa-sca-kolesistektomi duktus koledokus normal dapat memiliki diameter

(66)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gmtro Intestinal & Urogenital

""- ,-{Y.re$ar,$,&t

W{e*',#te

.. ,:9$/*A ?.re &*

.-?i{*t**l{ *;*.i 1&*r :€ '&;,t3b94t '{r.:1*\"} 4u:i.4r&{8 {t*&&j ,fl "__iw&wr3wf*w em*i&l& 1*:Wi&*q4#X1 .,..t.rryxti1?#W?ir$l& W*\ngt

i.r** {e:t* /}t: *iiir]i

'&&*is'|rtr {i*€t*r"& b$;Lat ,:,{Age r*'l:a&*

Gambar 1. Anatomi sistem bilier.l

!ndikasi

Untuk melihat sisa batu di saluran empedu pasca kolesistektomi. Mengevaluasi keadaan sistem bilier (striktur atau dilatasi).

4. Kontraindikasi

-

Alergi kontras.

-

Kehamilan.

5. Persiapan

Kateter T-tube diklem sehari sebelum pemeriksaan agar kateter terisi sekret empedu sebagai langkah pencegahan terhadap gelembung udara yang memasuki duktus. Jadwal makan sebelum pemeriksaan sebaiknya ditangguhkan.2

Zat kontras yang digunakan adalah zat kontras woter soluble dengan konsentrasi tidak

lebih 25-30% agar tidak menutupi batu kecil.z Volume yang diinjeksikan adalah 20-30cc.s

Zat kontras water soluble: air = 1:1

*'itlt*%*x*

3.

flt{t{lti!&

(67)

Prosedur Pemerilaam Radiologi Gastrointestinal & Urogenital

5. Prosedur

(1)

Ambil foto polos sebelum dimasukkan zat kontras.

(2)

Drainase sisa sekret empedu dari kateter T-tube.

(3)

Klem kateter T-tube lalu masukkan zat kontras melalui kateter T-tube, hati-hati agar

tidak ada udara yang masuk karena bayangan lusen

ini

dapat disalahartikan sebagai

batu lusen.

(a)

Ambil

foto

posisi AP dan RPO setelah kontras masuk ke duodenum (jika

tidak

ada

hambatan).

(5)

Lepas klem pada T-tube, kemudian tunggu +15 menit.

(6)

Ambil foto posisi AP untuk melihat sisa kontras pada sistem bilier.

Gambar 2. Pemeriksaan Kolangiografi T-tube.6

7. Ekspertise

Pasase kontras dan ada tidaknya ekstravasasi perlu diperhatikan. Besar, bentuk, posisi, dan adanya luput isi (filling defect) atau bayangan tambahan (filling offect)juga dinilai.

Komplikasi

Alergi.

lnjeksi

zat

kontras dengan tekanan

tinggi

pada saluran

bilier

yang obstruksi dapat

menyebabkan septikemia.

:

(68)

Prosedur Pemerilsaan Radiologi Gastro Intestinal & Urogenial

DAFTAR PUSTAKA

t.

Bontrager KL, Lampignano JP.

Textbook

of

radiographic positioning

and

related

anatomy. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby;2005.h1m.525-42.

Z.

Ballinger PW.

Merrill's atlas

of

radiographic positions

and

radiologic procedures.

Volume ke-2. Edisi ke-8. St.Louis: Mosby;1995:hlm'31-81.

3'

Dahnert

w.

Radiology review manual' Edisi ke-5' Philadd-tp'tria:

wolters

Kluwer Health-Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

4.

Meschan

l.

Analysis

of

roentgent

signs

in

general

radiology. Philadelphia: W'B.

Saunders Company; L973: hlm'1217-309.

5.

Chapman S, Nakielny R. A guide

to

radiological procedures. Edisi ke-3. London: Baillidre

Tindall; 1993: hlm.1L2-3'

Gambar

Gambar  2. Pembagian segmen  esofagus.s
Gambar 5.  Posisi  AP.3
Gambar  1.  Bagian-bagian lambung.z
Gambar  2.  Lapisan-lapisan  otot  pada  lambung.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi yang

Denda yang dibayarkan oleh Perseroan yang merupakan hak Pemegang Obligasi akan.. 2) memperoleh, mematuhi segala ketentuan dan melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga

Pada Pendokumentasian tacit knowledge yaitu sharing knowledge guru SMP Negeri 46 Palembang belum dilakukan secara efektif sehingga pengetahuan yang ada dapat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penentuan Intensitas Radiasi Matahari Langsung

kelompok dan kebermanfaatan pengetahuan bagi masing-masing anggota kelompok dapat dipahami dan digunakan oleh narasumber atau pendamping komunitas dalam

Pada serangan awal, KAS umumnya terdapat pada permukaan bawah anak daun..Dengan meningkatnya serangan, kutu ini dapat ditemukan pada permukaan atas daun, tangkai daun,bagian

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

0536/LS-BJ/2017 Belanja Pembayaran Honorarium Tenaga Kerja Non Pegawai /Tidak tetap (Jasa Tenaga Petugas Jalan Lintasan) Bagian Bulan April 2017, Kegiatan, Pengendalian