• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari akademisi (Welch & Luostarinen, 1988). Dari beberapa penelitian,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari akademisi (Welch & Luostarinen, 1988). Dari beberapa penelitian,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Internasionalisasi bisnis merupakan topik yang mendapatkan banyak perhatian dari akademisi (Welch & Luostarinen, 1988). Dari beberapa penelitian, internasionalisasi yang dilakukan UKM tidak hanya menjadi topik yang mendapatkan banyak perhatian akademisi, akan tetapi juga menjadi topik yang cukup penting dalam literatur bisnis internasional (Korsakiene & Tvaronaviciene, 2012).

Terdapat beberapa keterbatasan yang dimiliki UKM ketika melakukan proses internasionalisasi, contohnya seperti kecenderungan menghindari risiko (Dimitratos & Plakoyiannaki, 2003), keterbatasan kemampuan dalam mencari kesempatan pasar baru (Vos, Keizer, & Halman, 1998), keterbatasan dalam mencari informasi dan jejaring (Indarti & Langenberg, 2004), serta keterbatasan akses terhadap pasar internasional serta kurangnya kecakapan manajemen (Abor & Quartey, 2010).

Walaupun memiliki beragam keterbatasan, pada bukti empiris terdapat 2100 UKM dari 21 negara yang menghasilkan pendapatan dari pasar global (Oxford Economics & SAP, 2013). Penemuan tersebut menandakan tidak sedikit UKM yang berhasil melakukan internasionalisasi di tengah-tengah keterbatasan yang dimiliki.

Terdapat beberapa variabel yang dapat menjelaskan mengapa UKM masih dapat melakukan internasionalisasi dengan keterbatasan-keterbatasan di atas.

(2)

Variabel tersebut antara lain orientasi kewirausahaan, komitmen internasionalisasi, dan kemampuan untuk meningkatkan pengaruh sumber daya manusia (Javalgi & Todd, 2011); pengalaman dan orientasi budaya (Merino, Monreal-Perez, & Sanchez-Marin, 2014); dan jarak psikis (Nordman & Tolstoy, 2014). Dari berbagai variabel yang dapat menjelaskan proses internasionalisasi perusahaan tersebut, penelitian fokus kepada jarak psikis. Adapun alasan pemilihan variabel tersebut akan dijelaskan setelah ini.

Jarak psikis merupakan salah satu pengembangan konsep jarak dalam internasionalisasi. Konsep jarak yang lebih awal seperti konsep jarak CAGE (Culture, Administrative, Geographic, Economics), membagi kategori jarak menjadi empat, yaitu jarak budaya, jarak administratif, jarak geografi, dan jarak ekonomi (Ghemawat 2013). Walaupun konsep tersebut banyak digunakan akademisi bisnis internasional, beberapa akademisi menganggap konsep CAGE kurang mampu menangkap seluruh faktor yang ada (Schmidt & Jakubowski, 2012). Salah satu alasan yang diberikan oleh akademisi terkait kritik terhadap konsep jarak CAGE adalah karena konsep tersebut dinilai terlalu sederhana untuk menjelaskan jarak dalam aktivitas lintas negara yang merupakan fenomena kompleks (Campbell, Eden, & Miller, 2011). Alasan lainnya adalah karena jarak CAGE yang diukur dengan skala objektif tidak dapat menangkap persepsi jarak sesungguhnya dari pelaku bisnis (Evans, Mavondo, & Bridson, 2008).

Pada teorinya, keputusan yang terkait pasar internasional sangat dipengaruhi oleh aspek subjektif dan faktor persepsian dari pelaku bisnis (Cavusgil & Godiwalla, 1982 dalam Evans dkk., 2008). Dari penjelasan ini, pengukuran yang

(3)

sifatnya objektif dirasa kurang tepat untuk mengukur jarak yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk menggunakan variabel jarak psikis untuk mengakomodasi kekurangan pengukuran jarak yang diukur secara objektif, seperti konsep jarak CAGE.

Pada awal penelitiannya, variabel jarak psikis dimaknai sebagai faktor yang menghalangi informasi antar penjual dan pembeli (Vahlne & Wiedersheim-Paul, 1973). Informasi yang terhalang tersebut terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan antara pasar asing dan pasar asal pelaku bisnis (Vahlne & Wiedersheim-Paul, 1973). Dalam penelitian ini, jarak psikis dimaknai sebagai persepsi perbedaan yang diterima pelaku bisnis antara negara yang akan dituju dan negara asal (Hakanson & Ambos, 2010). Penelitian ini fokus kepada jarak psikis dimensi tingkat masyarakat (Sousa & Lages, 2011), dengan harapan dapat memberikan pandangan baru untuk konsep jarak yang lebih awal dan diharapkan memberikan hasil yang kontributif terhadap konteks penelitian internasionalisasi.

Variabel jarak psikis menjadi menarik dalam penelitian internasionalisasi untuk penelitian dengan konteks perusahaan usaha kecil menengah (UKM) karena dua alasan. Pertama, UKM cenderung lebih sensitif terhadap jarak dan kedekatan merupakan hal yang penting bagi sebuah UKM (Christensen, 1991). Hal ini dikarenakan UKM memiliki karakteristik yang memiliki lebih banyak keterbatasan dibandingkan perusahaan yang lebih besar. Keterbatasan tersebut membuat UKM cenderung memilih pasar dengan risiko yang lebih rendah (George, Wiklund, & Zahra, 2005). Pada akhirnya, UKM akan memilih pasar dengan jarak psikis rendah,

(4)

sehingga UKM dapat menjaga risiko pada posisi yang rendah (Coviello & Martin, 1999).

Kedua, jarak psikis lebih berpengaruh terhadap perusahaan yang memiliki komitmen rendah (seperti ekspor) dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki komitmen tinggi (seperti investasi asing langsung) (Dow, 2000). Perusahaan yang memiliki komitmen tinggi tidak akan banyak terpengaruh oleh biaya yang dihasilkan dari jarak psikis yang tinggi, karena keuntungan yang didapatkan dari invetasi asing langsung (Ellis, 2008). Karakter komitmen rendah dalam internasionalisasi ini pada umumnya dimiliki oleh UKM (Rutashobya & Jaensson, 2004), sehingga jarak psikis akan lebih berpengaruh dalam internasionalisasi UKM. Berdasarkan dua pertimbangan tersebut, jarak psikis diperkirakan memiliki peran penting dalam internasionalisasi UKM.

Selain karena adanya kebutuhan untuk meneliti jarak psikis dalam konteks UKM, penelitian jarak psikis juga menjadi lebih menarik apabila konteksnya adalah negara berkembang (Ciravegna, Majano, & Zhan, 2013), seperti Indonesia. Terdapat perkembangan jumlah pelaku bisnis internasionalisasi yang berasal dari negara berkembang (Cuervo-Cazurra, 2008). Meskipun demikian, terdapat celah besar untuk mencari tahu apakah wawasan topik internasionalisasi di negara maju dapat juga diterapkan dalam penelitian di negara berkembang (Sousa & Lengler, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan pertama penelitian ini adalah untuk melihat dampak variabel jarak psikis terhadap internasionalisasi dalam konteks UKM di Indonesia. Dengan meneliti jarak psikis pada UKM di Indonesia,

(5)

penelitian ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan penelitian dalam konteks UKM dan negara berkembang.

Salah satu teori yang mampu menjelaskan fenomena internasionalisasi adalah model proses internasionalisasi Uppsala. Berdasarkan model proses internasionalisasi Uppsala, perusahaan cenderung masuk ke pasar yang jarak psikisnya rendah, yaitu pasar yang dikenali atau memiliki kemiripan praktek bisnis (Johanson & Wiedersheim-Paul, 1975). Ketika akan masuk ke pasar asing, perusahaan cenderung memanfaatkan kemiripan antar pasar (Rugman & Verbeke, 2004). Ketika suatu pelaku bisnis lebih mengenali pasar karena kemiripan, hal ini dapat mengurangi ketidakpastian dan membuat pelaku bisnis menjadi lebih berkomitmen terhadap pasar tersebut (Cavusgil, 1982).

Sebaliknya, ketika terdapat perbedaan persepsional budaya atau praktek bisnis, pelaku bisnis akan cenderung menghindari pasar tersebut dan lebih memilih pasar yang lebih dikenali (Johanson & Vahlne, 2009). Jarak psikis yang tinggi akan dianggap pelaku bisnis sebagai penghambat aktivitas bisnis internasional (Magnusson, Schuster, & Taras, 2014). Oleh karena itu, jarak psikis diperkirakan memiliki dampak negatif terhadap internasionalisasi inter-regional UKM.

Walaupun secara teori jarak psikis memang diperkirakan memiliki peran dalam internasionalisasi, akan tetapi pada beberapa kajian empiris, terdapat hasil yang bermacam-macam dan tidak semuanya sesuai dengan teori (Sousa & Bradley, 2006; Stöttinger & Schlegelmilch, 2000). Penelitian Blomkvist dan Drogendijk (2013) misalnya, menemukan bahwa jarak psikis berpengaruh negatif terhadap internasionalisasi investasi asing langsung. Penelitian Taylor dan Jack (2012),

(6)

menemukan bahwa jarak psikis merupakan faktor yang signifikan terhadap internasionalisasi perusahaan dari industri non-teknologi. Sementara itu, studi Czinkota dan Ursic (1987) menemukan bahwa jarak psikis bukan merupakan variabel yang signifikan memengaruhi keputusan internasionalisasi ekspor.

Hasil penelitian empiris yang beragam tersebut membuat beberapa peneliti meragukan manfaat variabel jarak psikis dalam internasionalisasi (Stöttinger & Schlegelmilch, 2000). Walaupun ada keraguan, beberapa peneliti merasa variabel jarak psikis masih layak diteliti dan menyarankan model kontingensi untuk penelitiannya (Ellis, 2008; Magnusson & Boyle, 2009).

Peran jarak psikis dalam internasionalisasi dianggap perlu dimoderasi oleh konsep tambahan (Hand & Godley, 2009). Penelitian ini bermaksud mengakomodasi saran dari beberapa peneliti tersebut (Ellis, 2008; Magnusson & Boyle, 2009; Hang & Godley, 2009) dan memperjelas manfaat jarak psikis dalam internasionalisasi dengan menambahkan variabel moderator dalam pengujian pengaruh jarak psikis terhadap internasionalisasi UKM.

Penambahan variabel moderator diharapkan dapat menjelaskan fenomena pengaruh jarak psikis yang tidak konsisten terhadap internasionalisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Wu dan Zumbo (2008), bahwa hubungan kausal yang lemah, tidak signifikan, atau tidak konsisten dapat diakibatkan adanya efek moderasi yang tersembunyi. Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan kedua penelitian ini adalah untuk menguji peran pemoderasian pada pengaruh jarak psikis terhadap internasionalisasi.

(7)

Variabel moderator yang digunakan dalam penelitian ini adalah orientasi kewirausahaan. Orientasi kewirausahaan adalah proses, strategi, struktur, dan perilaku perusahaan yang ditandai dengan karakter inovatif, pengambilan risiko, agresivitas kompetisi dan otonomi, dan pengejaran kesempatan (Lumpkin & Dess, 1996 dalam Lechner & Gudmundsson, 2014). Penelitian ini menggunakan pengambilan risiko dan sikap proaktif sebagai dimensi orientasi kewirausahaan. Alasan penggunaan kedua dimensi ini akan dijelaskan lebih lanjut di bab dua penelitian.

Orientasi kewirausahaan merupakan salah satu faktor penting yang secara signifikan memengaruhi kinerja internasionalisasi perusahaan secara positif (Javalgi & Todd, 2011; Zhang, Ma, & Wang, 2012). Dari sudut pandang kapabilitas dinamis (dynamic capability), karakter kewirausahaan menggambarkan seberapa jauh UKM dapat menciptakan kesempatan (Zahra, Sapienza, & Davidson, 2006).

Penciptaan kesempatan oleh pelaku bisnis yang berorientasi kewirausahaan tersebut merupakan hasil dari aktivitas dan pengalaman perusahaan (Kirzner, 1997). Dalam kaitannya dengan jarak psikis, pengalaman yang dimiliki perusahaan dapat mengurangi jarak psikis yang dirasakan (Yamin & Sinkovics, 2006; Gripsrud 1990 dalam Stöttinger & Schlegelmilch, 1998). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa jarak psikis yang tinggi merupakan konsekuensi perusahaan yang cenderung memiliki orientasi kewirausahaan yang rendah. Oleh karena itu, dampak negatif jarak psikis terhadap internasionalisasi inter-regional diperkirakan lebih kuat pada UKM dengan orientasi kewirausahaan rendah.

(8)

Dalam penelitian ini internasionalisasi dipandang dari aspek yang lebih spesifik, yaitu internasionalisasi inter-regional. Meskipun internasionalisasi dalam konteks UKM mendapatkan banyak perhatian, masih sedikit peneliti yang fokus pada aspek geografis atau pemilihan pasar, khususnya kemampuan UKM dalam melakukan internasionalisasi inter-regional (Leonidou, Katsikeas, Palihawadana, & Spyropoulou, 2007; Kuivalainen, Sundqvist & Servais, 2007; Pangarkar, 2008 dalam D’Angelo, Zucchella, & Buck, 2013).

Regional dimaknai sebagai blok dagang, yang terbagi berdasarkan beberapa definisi (Jilberto & Mommen, 2002). Mayoritas akademisi dalam literatur regionalisasi membagi blok dagang tersebut menjadi tiga, seperti Uni-Eropa, APEC (Asia Pasifik), dan NAFTA (Amerika Utara) (Perkmann & Sum, 2002). Berdasarkan definisi regional ini, internasionalisasi inter-regional dapat dimaknai sebagai aktivitas bisnis yang dilakukan di luar blok dagang wilayah asal oleh pelaku bisnis (Rugman & Verbeke, 2004). Sebagai contoh, UKM yang berasal dari wilayah dagang APEC dapat dikatakan melakukan ekspansi inter-regional apabila memperluas perdagangan internasionalnya di luar APEC seperti di Uni-Eropa dan/atau NAFTA.

Beberapa akademisi memperlakukan inter-regional sebagai salah satu bentuk diversifikasi geografis internasionalisasi. Salah satunya kelompok akademisi tersebut adalah Qian, Khoury, Peng, dan Qian (2010). Kelompok akademisi tersebut menggunakan pendekatan internasionalisasi untuk memahami diversifikasi geografis internasionalisasi. Peneliti merujuk kepada penelitian tersebut dan

(9)

peneliti memperkirakaan menjadi masuk akal apabila internasionalisasi UKM dilihat dari sudut pandang internasionalisasi inter-regional.

1.2 Rumusan Masalah

Terdapat beberapa kesenjangan yang dianalisis dalam penelitian ini. Pertama, terdapat celah untuk meneliti kerangka jarak psikis dan internasionalisasi dalam konteks negara berkembang (Ciravegna, Majano, & Zhan, 2013), khususnya terkait isu internasionalisasi UKM ke regional lain (McAuley, 2010). Penelitian tentang perusahaan dari negara berkembang yang melakukan internasionalisasi diperkirakan dapat menambah analisis strategi internasional (Sousa & Lengler, 2009). Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengisi celah internasionalisasi UKM yang memiliki sasaran pasar inter-regional.

Kedua, secara teori, jarak psikis diperkirakan memiliki hubungan negatif terhadap internasionaliasi (Johanson & Vahlne, 2009). Namun secara empiris jarak psikis memiliki peran yang tidak konsisten dalam internasionalisasi (Muller 1991 dalam Stöttinger & Schlegelmilch, 1998). Penambahan variabel moderator dari karakter organisasional atau manajerial disarankan untuk menghasilkan kerangka internasionalisasi yang lebih menyeluruh (Evans, Treadgold, & Mavondo, 2000). Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengisi celah tersebut dengan menyertakan variabel orientasi kewirausahaan sebagai moderator.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tesebut, dirumuskan dua pertanyaan penelitian: 1. Apakah jarak psikis berpengaruh negatif terhadap internasionalisasi

(10)

2. Apakah orientasi kewirausahaan memoderasi pengaruh jarak psikis terhadap internasionalisasi?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menguji pengaruh jarak psikis terhadap internasionalisasi inter-regional UKM.

2. Menguji peran pemoderasian orientasi kewirausahaan pada pengaruh jarak psikis terhadap internasionalisasi inter-regional.

1.5 Motivasi Penelitian

Topik jarak psikis memiliki sejarah yang tidak konsisten dan memicu perdebatan sejak pertama kali dikemukakan ke publik (Magnusson dkk., 2014). Meneliti jarak psikis dan melibatkan variabel moderasian yang bersifat strategis, diharapkan dapat memberi penjelasan lebih untuk permasalahan jarak psikis yang tidak konsisten dan dampaknya terhadap keluaran. Selain itu penelitian ini penting karena dapat memberikan bukti empiris tambahan tentang jarak psikis dalam konteks negara berkembang dan UKM. Pengabaian topik penelitian ini akan mengurangi kesempatan untuk memahami fenomena internasionalisasi pada UKM di Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam konteks empiris, penelitian ini memberikan pandangan yang berpotensi mengisi celah permasalahan jarak psikis dalam literatur bisnis internasional. Sementara itu, dalam konteks yang praktis, melakukan penelitian terkait internasionalisasi di Indonesia memiliki potensi ditemukannya masalah atau

(11)

solusi-solusi yang dapat diterapkan pelaku bisnis dan pemerintah untuk memperbaiki atau mengembangkan industri perdagangan internasional.

1.7 Kontribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat empiris penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur

sebelumnya dengan menganalisis pengaruh jarak psikis terhadap internasionalisasi inter-regional dalam konteks UKM Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga meneliti peran yang kurang konsisten dari jarak psikis terhadap internasionalisasi dengan menambahkan variabel pemoderasi. Desain ini diharapkan dapat mengisi celah penelitian yang mengandung temuan kurang konsisten dari jarak psikis dalam internasionalisasi.

2. Manfaat praktis

a) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan tambahan dalam program pemerintah untuk mendorong internasionalisasi bisnis nasional. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pemahaman aspek apa yang sekiranya dapat diperbaiki oleh pemerintah untuk meningkatkan jumlah dan kualitas internasionalisasi bisnis nasional demi menjawab tantangan globalisasi.

b) Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan manajer dan pelaku bisnis dalam proses internasionalisasi. Dengan pemahaman tersebut,

(12)

pelaku bisnis dapat mencari solusi secara efektif dan efisien terkait masalah-masalah yang berhubungan dengan topik penelitian ini. c) Bagi akademisi dan peneliti; penelitian ini diharapkan memberikan

kesempatan untuk memperbaiki serta memperluas literatur terkait manajemen strategi pada umumnya dan topik internasionalisasi pada khususnya.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap UKM dari berbagai industri di Indonesia yang pernah dan/atau sedang melakukan aktivitas perdagangan internasional di Eropa dan/atau Amerika. Selain itu, penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel pemoderasi yang berasal dari internal perusahaan. Variabel yang digunakan adalah variabel jarak psikis, variabel orientasi kewirausahaan, dan variabel internasionalisasi inter-regional.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian dibagi menjadi lima bab:

1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penelitian. Bagian pendahuluan berisi masalah awal dari penelitian yang didukung dengan analisis literatur-literatur terdahulu, dan penjelasan variabel apa saja yang menjadi analisis penelitian;

2. Bab kedua berisi pembahasan model dan pendekatan yang digunakan, penjelasan variabel, serta perumusan hipotesis. Landasan yang digunakan adalah model proses internasionalisasi Uppsala dan pendekatan

(13)

kapabilitas dinamis. Sementara itu, variabel yang dijelaskan pada bab ini adalah jarak psikis, orientasi kewirausahaan, dan internasionalisasi inter-regional UKM;

3. Bab ketiga berisi pembahasan metode penelitian yang digunakan. Pembahasan metode penelitian terdiri dari penjelasan jenis penelitian, pemilihan sampel, pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, variabel kontrol yang digunakan, reliabilitas dan validitas data, serta analisis data yang digunakan.

4. Bab keempat berisi pembahasan hasil analisis deskriptif, analisis uji reliabilitas dan validitas data, dan analisis uji hipotesis. Bab ini juga menjelaskan analisis lain yang masih terkait dengan tujuan penelitian. 5. Bab kelima berisi pembahasan diskusi penemuan di bab 4, pembahasan

lebih lanjut apabila terdapat hipotesis-hipotesis yang tidak didukung, dan kesimpulan akhir dari penelitian. Bab kelima menguraikan keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data analisa yang telah dilakukan oleh penulis dan ditampilkan pada diagram batang seperti gambar di atas maka dapat dinyatakan bahwa perubahan luasan Hutan

Runggun Gereja ras kerina ngawan ni perpulungen ngataken Selamat Ulang Tahun man anggota perpulungen si berulang tahun ketubuhen ras ulang tahun perjabun ibas tanggal 11

Ruang lingkup dan batasan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pada proses pembuatan bumbu sambal ayam Taliwang menggunakan metode dry fry, dengan komposisi

Setelah itu Peter menyusut naik ke atas tembok Dari atas ia memandang ke arah kawan-kawan samb i nyengir. Dilihatnya pesawat terbang yang tadi hilang itu sudah berada di tangan

membangun suatu alat bantu berupa sebuab paket petangkat lunak Sistem Pakar Seleksi Temak Domba Garut dengan P arameter Bobot Badan yang dapat digunakan untuk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi remaja bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja dalam

menggunakan bahasa tercinta, iaitu Bahasa Arab. Buku nota yang diperam hampir 2 tahun ini akhirnya disalin semula dalam bentuk e-book, perlu diselamatkan sebelum ‘terkitar semula’

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya