• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Hal ini berimbas kepada para penanam modal untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Hal ini berimbas kepada para penanam modal untuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Perancangan I.1.1. DKI Jakarta

Kota Jakarta merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan Republik Indonesia. Hal ini berimbas kepada para penanam modal untuk berdomisili di Jakarta dan membangun jaringan bisnis mereka di kota tersebut. Efeknya, kesempatan kerja di kota Jakarta ini juga terbuka lebar.

Lapangan kerja merupakan salah satu faktor pendorong penyebab pertumbuhan kota. Selain itu ada faktor ekonomi, transportasi, sosial, hingga pariwisata pun dapat menyebabkan percepatan pertumbuhan kota. Termasuk Jakarta pertumbuhan ekonomi Jakarta menjadi faktor utama mengapa orang-orang mau berbondong-bondong untuk datang ke Jakarta.

Forbes menyusun daftar kota-kota besar dengan pertumbuhan tercepat, berdasarkan data kependudukan dari Demographia World Urban Area terbitan 2013. Jakarta menempati posisi 10 dengan 26,75 juta populasi dengan pertumbuhan populasi sejak 2000-2010 sebesar 34,6%.

Pesatnya pertumbuhan penduduk berakibatkan pada kepadatan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah dengan luas lahan tetap menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk. Akibatnya, makin besar perbandingan antara jumlah penduduk dan luas lahan. Pada akhirnya, lahan untuk perumahan makin sulit didapat. Itulah sebabnya di kota-kota besar yang sangat padat penduduknya, kita lihat banyak yang mendirikan bangunan tidak resmi,

(2)

bahkan ada pula yang membuat tempat tinggal sementara dari plastik atau dari karton di pinggir sungai atau di bawah kolong jembatan.

Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi banyak aspek seperti ketersediaan air bersih, pengudaraan yang bersih, pengaruh terhadap lingkungan dan ketersediaan lahan dan rumah sebagai kebutuhan pokok manusia. Hal-hal tersebut juga dapat berimbas kepada kulitas hidup mereka sendiri. Kebutuhan akan barang, jasa, dan tempat tinggal meningkat tajam dan menuntut tambahan sarana dan prasarana untuk melayani keperluan masyarakat. Akan tetapi, alam memiliki daya dukung lingkungan yang terbatas. Kebutuhan yang terus-menerus meningkat tersebut pada gilirannya akan menyebabkan penggunaan sumber daya alam sulit dikontrol. Pengurasan sumber daya alam yang tidak terkendali tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan. Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan lahan yang berakibat kepada kurangnya kawasan hijau.

Pembangunan hunian vertikal merupakan salah satu jawaban logis terhadap permasalahan pemenuhan hunian masyarakat menengah dan menengah ke bawah di tengah keterbatasan lahan kota, lingkungan hidup yang sehat dan layak, transportasi publik, kemacetan lalu lintas, dan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi.

Kawasan ini akan tata kembali menjadi hunian Rusun. Rencana pemerintah untuk mengembalikan fungsi ruang terbuka hijau kota yang berdampak pada penggusuran kepada masyarakat yang bertempat tinggal liar, dimana mereka yang bermukim di daerah hijau,bantaran kali, tepi rel kereta api, kolong jembatan sehingga daerah tersebut menjadi momentum yang tepat untuk mengajak menengah ke bawah berdalih secara sukarela untuk pindah ke rusun.

(3)

Dan dalam upaya “Mempercantik Kota” yang merupakan salah satu alasan proyek sejenis ini dilaksanakan menurut Asian Coalition For Housing Right, Newsletter 15, Special Issue on Evictions, October 2003 yaitu dalam usaha menarik perhatian investor, kota juga berusaha menata wajah kawasan agar sesuai dengan standar “kelas tingkat dunia”. Keberadaan permukiman kumuh dan informal serta kaum miskin tersebut bertentangan dengan kesan kota yang ingin ditampilkan.

Dan dengan di bangunya rusun, diharapkan dapat terwujudnya tujuan UU RI nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun, yaitu sebagai berikut:

a. menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;

b. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; c. mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh;

d. mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif;

e. memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR;

(4)

f. memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun;

g. menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu; dan

h. memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.

I.1.2. Lokasi Lahan Yang Akan Dibangun

Disetiap kawasan maju yang terdapat kawasan bisnis, perkantoran, hunian vertikal akan sesalu membutuhkan kawasan murah yaitu sebagai pendukung aktivitas kegiatan di kawasan maju. Ini juga terjadi di kawasan kelurahan Cawang. Di sekitarnya terdapat perkantoran, apartemen, dan pusat perdagangan. Bagi pegawai dan masyarakat yang berpenghasilan rendah, mereka memilih lokasi ini untuk dijadikan kawasan huni agar mendapatkan kemudahan akses mencari peruntungan disekitar kawasan mereka tersebut.

Kelurahan Cawang, sebuah kawasan di kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur merupakan salah satu kawasan padat penduduk di Jakarta. Namun lokasi ini merupakan salah satu kawasan yang kerap terjadi banjir saat terjadi hujan. Faktor alam tidak satu-satunya alasan terjadinya banjir di kawasan ini, membuang sampah ke kali dan kurangnya daerah resapan juga menjadi faktor pendukung.

Sejak bertahun-tahun, khususnya warga di Gang Arus Dalam, Cawang, yang menerima kiriman air dari Pintu Air Katulampa dan Depok,

(5)

terdapat sekitar 113 kepala keluarga (KK) atau 330 jiwa di RT 12 secara keseluruhan terendam banjir. Husni, Ketua RT12 mengatakan, warga yang rumahnya terendam banjir di RT 10, 11, 12 mencapai sekitar 800 orang. Begitu juga menurut Sofyan Ketua RT10, menyebabkan ratusan rumah di wilayah RT 02, 06, 08, 09, 10, 11, dan 12 terendam. Ketinggian banjir mencapai 3,5 meter. Sekitar 360 kepala keluarga (KK) atau 1.440 jiwa terpaksa mengungsi.

Gambar 1.1. Foto Udara Lokasi

Sumber : www.tatakota-jakartaku.net , diakses pada 11 September,2013

Pemerintah kota DKI Jakarta telah membentuk dan menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 8 Tahun 2007, yang didalamnya mencakup pengaturan mengenai kawasan sungai atau kali yang seyogyanya tidak boleh didirikan bangunan tempat tinggal dan pemukiman lain di sekitarnya. Namun pada lokasi tersebut terdapat pemukiman liar dimana pada

(6)

data yang didapatkan dari Dinas Tata Kota, area tersebut akan dibangun jalan inspeksi milik pemerintah dan lahan pada kawasan banjir tersebut diasumsikan sebagai laham milik pemerintah yang digunakan sebagai sample untuk pembangunan yang akan dipergunakan sebagai pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun, Presiden Republik Indonesia, 2011 yang disebut sebagai Rumah Susun Umum. Hal ini juga sebagai perancangan program penambahan Rumah Susun di DKI Jakarta oleh Gubernur Joko Widodo.

Banjir dapat berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat, mulai dari kerusakan infrastruktur umum, rumah, hingga kesehatan masyarakat. Wilayah kelurahan Cawang ini dapat digolongkan kumuh. Berdasarkan data dari Puskesmas setempat, mereka menyatakan bahwa di wilayah ini banyak terdapat kasus demam berdarah, dan telah dinyatakan sebagai "Kawasan Merah".

Gambar 1.2. Foto Kel. Cawang Saat Banjir Januari 2013

Sumber : foto.detik.com, diakses pada 18 April 2013

Pembinaan masyarakat, relokasi, hingga penataan ulang kawasan ini di harapkan dapat menjadi etalase bagi kawasan bantaran sungai ciliwung lainnya untuk mewujudkan kawasan huni Jakarta yang bebas banjir akibat luapan Kali Ciliwung.

(7)

2.80m

Gambar 1.3. Foto Kel. Cawang dengan Garis Banjir, 11 September 2013

Sumber : Dokumen Pribadi

I.1.3. Banjir di Bantaran Sungai dan Penyebabnya

Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di wilayah Jakarta. khususnya bantaran Ciliwung, setiap tahun bantaran Ciliwung terendam. Semua yang tinggal di situ mengalaminya seumur hidup mereka. Yang sudah berumur 30 tahun, mengalami 30 x banjir. Yang baru berumur 5 tahun, dia mengalami 5 x banjir. Umur mereka = jumlah kejadian banjir. Sebelum ada solusi menyeluruh, Ciliwung akan selalu meluap setiap musim hujan. (Yovi Toni, green.kompasiana.com, November 2012)

Dan dari artikel yang ditulis oleh Ngesti Setyo Moerni, green.kompasiana.com, april, 2013 penyebab Banjir adalah Curah Hujan, sangat mempengaruhi sekali terjadinya Banjir. Jikalau turun hujan lebat dan lama, sudah tentu air tidak segera dapat masuk kedalam habitatnya secara lancar, tergantung penampungan dan drainase di lokasi tersebut, sehingga tejadilah antrian air yang panjang, mengakibatkan genangan yang besar, yaitu banjir.

(8)

Faktor-faktor yang terjadi adanya bencana banjir adalah pengundulan hutan, jalan yang tidak memiliki Drainase yang tidak sempurna dan kotor tersumbat oleh sampah, garis sempadan sungai yang didirikan bangunan dan padat bangunan liar, serta resapan air yang diuruk dijadikan perumahan oleh pengusaha properti maupun oleh pribadi, mengabaikan adanya sumber resapan air atau lubang resapan diopori dan juga perilaku masyarakat buang sampah di sungai dan kali. Berikut ini adalah penjelasan faktor-faktor terjadinya bencana banjir tersebut :

1. Penggundulan Hutan

Hutan sudah tidak dapat lagi menahan laju hempasan air hingga meluber dan menggenangi sebuah tempat, akhirnya membuat sengsara dan bencana yang menimbulkan korban.

2. Jalan yang tidak memiliki drainase

Dengan susah payah Pemerintah membangun jalan, mengeluarkan biaya yang sangat fantastis, namun dalam waktu yang relatif singkat akan beginilah jadinya, sebentar saja jalan ini hancur tergerus air. Disebab karena saluran pembuangan/drainase nya tidak ada, uang rakyat yang dipakai tanpa memikirkan akibat serta efektivitasnya.

3. Drainase tidak sempurna, kotor tersumbat oleh Sampah

Dengan Sampah yang berada di jalur air, air tidak akan dapat mengalir lancar pada muaranya. Inilah penyebab utama banjir, karena drainase yang penuh dengan sampah, air tidak lancar sehingga meluber kejalan,

(9)

kepemukiman dan kemana saja yang lebih rendah mudah ditempati air dan bencana banjir hadir.

4. Garis sempadan sungai didirikan bangunan dan padat bangunan liar.

Seharusnya Pemerintah tidak dapat mengeluarkan surat ijin bangunan dalam hal ini. Pemandangan semacam ini terjadi di negara Indonesia khususnya Jakarta, sungai yang berada di sekitar kota besar lokasinya sangat strategis, dekat dengan kantor, pertokoan, pasar dan lain-lain, banyak ditemukan perumahan kumuh disekitar garis sempadan sungai.

5. Resapan air yang diuruk dijadikan perumahan oleh pengusaha properti maupun oleh pribadi.

Pengurukan resapan air kebanyakan dilakukan oleh Pengusaha Properti, karena faktor keuntungan, dengan modal sedikit berharap mengeruk keuntungan besar. Banyak resapan air yang seharusnya dirawat dan dipertahankan, namun masalahnya kembali pada kebutuhan akan uang, hingga mereka mengeruk resapan air. Resapan air ini bentukan alam ada pasti banyak manfaatnya untuk mahluk hidup, bukan untuk pengusaha mencari keuntungan dan merugikan lingkungan lain.

Disediakan untuk keseimbangan alam, antara lain Persediaan air apabila terjadi kemarau panjang, resapan air masih dapat diharapkan mengalirkan air dari dalam tanah untuk keperluan manusia, Pengendalikan banjir, manfaat hasilnya dengan dipelihara ikan dll.

(10)

Contohnya, diperumahan Bukit Pamulang Indah – Tangerang Selatan, pada sekitar tahun 1984 an (waktu itu masih Wilayah Tangerang). Sekarang sedang kalang kabut, hujan kecil saja air sudah menggenang, Pemerintah Tangerang Selatan berbuat mati-matian dengan cara membuat sodetan-sodetan, normalisasi sungai dalam perumahan, membuat Tandon air raksasa, masih saja terjadi genangan air setinggi perut manusia dewasa ketika hujan lebat dibulan April 2013. Penyebab utamanya dari awal mengesampingkan Peil banjir, sedangkan lokasi tanah berbentuk cekungan, pembanguan perumahan terus berjalan dan berakibat fatal.

6. Mengabaikan adanya sumur resapan air/lubang resapan biopori.

Pada bangunan yang banyak memakai lahan dengan beton, wajib hukumnya di area bangunan tersebut membuat sumur resapan, khusus DKI Gubernur Joko Widodo telah menginstruksiakan hal tersebut.

Semua bangunan, : Hotel, Pertokoan, Gedung perkantoran, Ruang terbuka hijau, Perumahan, rumah pribadi, lapangan sepak bola termasuk rumah, jika patuh dan harus berniat, dengan membuat sumur resapan dan Lubang Resapan Biopori maka masih terjagalah kestabilan air bawah tanah dan Banjir agak tercegah kalaupun banjir itu tetap ada, namun biasanya akan cepat sekali menjadi surut, akan tetapi tidak menggenang.

7. Buang sampah di sungai dan kali.

Sungai bukanlah tempat pembuangan sampah, namun budaya masyarakat membuat perilaku ini selalu terjadi. Akibatnya pada bagian pintu-pintu air tersumbat dan pendangkalan sungai. Hal ini dapat menjadikan

(11)

kemungkinan akan luapan air sungai semakin besar hingga menggenangi perumahan warga.

I.1.4. Latar Belakang Tema dan Topik

Dengan kodisi dan segala permasalahan yang terjadi ada lokasi, mulai dari pendirian bangunan di tanah tidak legal, terjadinya banjr di lokasi tersebut yang hampir setiap tahun, hingga memperluas lahan hijau diperkotaan sebagai paru-paru kota dan daerah resapan serta dalam upaya mempercantik kota, dibutuhkan suatu penataan kembali lokasi tersebut sebagai peremajaan kawasan, meningkatkan nilai kawasan, hingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.

Yaitu dengan pendekatan Urban Renewal ini, yang dimulai dari kawasan Gang Arus, Cawang, akan rancang sebuah design kawasan terpadu yang layak huni, peka terhadap banjir. Dengan merelokasi masyarakat setempat ke bangunan yang lebih baik, hingga dilakukan perbaikan pada kawasan tersebut.

I.2. Rumusan Masalah

Ada beberapa pertanyaan yang menjadi landasan mengapa proyek hunian pada Kelurahan Cawang ini menjadipatut dilaksakan.

• Fungsi-fungsi apa saja pada pada kawasan tersebut hingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan warga sekitar?

• Berapa ukuran, jumlah unit hunian hingga jumlah orang yang dapat ditampung pada bangunan?

(12)

• Bagaimana kawasan yang dapat memenuhi kebutuhan ruang penghuni terutama masyarakat setempat yang direlokasi dan penghuni yang merupakan masyarakat pendatang yang akan tinggal di hunian tersebut?

• Bagaimana membangun hunian pada kawasan yang terkena dampak banjir? • Bagaimana cara mengurangi resiko terhadap terjadinya banjir pada kawasan

ini?

• Bagaimana pembagian zona kawasan tersebut hingga hunian terbebas dari banjir?

I.3. Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan pada perencanaan dan perancangan kawasan pada Gang Arus, Cawang ini adalah sebagai berikut :

• Fungsi-fungsi bangunan yang akan didirikan sesuai kebutuhan.

• Perhitungan jumlah unit dan ukuran-ukuran yang dibutuhkan hingga dapat dilakukan relokasi.

• Penzonaan kawasan sebagai sterilisasi terhadap banjir.

• Perancangan kawasan tanggap banjir, serta pengalihan luapan air atau air hujan.

• Solusi perencanaan terhadap kawasan.

I.4. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan perancangan ini adalah untuk mendapatkan zonasi yang tepat dan sesuai dengan tata ruang wilayah setempat, program ruang yang

(13)

sesuai dengan kebutuhan masyarakat di kawasan, hingga mendapatkan alternatif solusi berupa desain terpadu.

Menata kembali kawasan huni yang dihadirkan di tengah kota Jakarta yang padat penduduk namun memiliki efek hijau yang asri serta menjadi salah satu kantong udara yang terletak di Kelurahan Cawang sehingga dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi para penghuninya.

Menata kawasan menjadi layak huni, bebas banjir, sehat dan asri. Serta bertujuan untuk mewadahi perekonomian penduduk setempat dan juga menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Proyek ini juga merupakan relaksasi dari bangunan sekitarnya yang berupa bangunan tinggi pekantoran dan kawasan komersil serta pemukiman padat penduduk yang hampir tidak memiliki kawasan hijau, ruang sosialisasi dan tempat bermain anak yang wajar. Dimana kawasan hijau yang mampu menyerap sebagian air hujan yang merupakan langkah awal yang baik untuk mengurangi banjir di kawasan tersebut.

Gambar 1.4. Foto Situasi Kel. Cawang, September 2013

(14)

Sasaran penghuni rancangan kawasan ini adalah pekerja kantoran di sekitar lokasi yang memiliki keluarga dan lebih memilih untuk tinggal di tengah kota Jakarta. Mengutamakan aksesibilitas ke tempat kerja, hemat waktu, biaya, tanpa mengurangi rasa sosial dan berbudaya mereka.

I.5. Kerangka Berpikir

Feedback Feedback LATAR BELAKANG PERMASALAHAN OBJEK DESAIN TEMA/TOPIK TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI DATA DAN ANALISA +TEORI +PERATURAN DKI +KAWASAN MAKSUD DAN TUJUAN SOLUSI DESAIN PERANCANGAN

Gambar

Gambar 1.1. Foto Udara Lokasi
Gambar 1.2. Foto Kel. Cawang Saat Banjir Januari 2013   Sumber : foto.detik.com, diakses pada 18 April 2013
Gambar 1.3. Foto Kel. Cawang dengan Garis Banjir, 11 September 2013   Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 1.4. Foto Situasi Kel. Cawang, September 2013   Sumber : Dokumen Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, Tabel 3 memberikan penjelasan bahwa hingga tahun 2011 perubahan peningkatan pendapatan per kapita per tahun sebelumnya sejalan dengan besarnya

 Contoh kalimat tanya tersamar dalam kehidupan sehari- hari  Santun dalam bertanya sesuai dengan situasi komunikasi  Santun dan lugas dalam bertanya sesuai dengan situasi

Hubungan ketergantungan yang lemah diduga karena pelatihan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat selama 2016-2018 hanya sebanyak 4 (empat) kali

Upaya perkembangan Islam tergantung pada integritas dakwah yang sistematis, sehingga akan tercipta bila didukung oleh perangkat sarana dan prasarana yang memadai, seperti

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian penerapan media berbasis Aurora 3D Presentation dengan model pembelajaran mind mapping pada mata pelajaran

Pandangan hukum Islam terhadap penerapan sanksi tindakan khusus penenggelaman dan/atau pembakaran bagi kapal perikanan berbendera asing yang mengambil ikan di

Sehingga dalam studi kasus tugas akhir ini akan membahas tentang penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan yang digunakan untuk

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga