• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA TAHUN 2020 DIREKTORAT P2PTM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA TAHUN 2020 DIREKTORAT P2PTM"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KINERJA

TAHUN 2020

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dapat disusun dengan baik. LAKIP Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular disusun untuk memenuhi Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN/RB no 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Tujuan dari penyusunan LAKIP adalah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan dan program kerja yang diselenggarakan sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan dan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan hasil evaluasi dan analisis realisasi kinerja kegiatan dari pelaksanaan kebijakan dan program Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam Tahun Anggaran 2020

Penyusunan LAKIP ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik dan meningkatkan kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Jakarta, Januari 2021

dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes NIP 196206221988122001

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Tahun 2020 merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian Sasaran Strategis Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020, yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja, yang tertuang dalam dokumen perjanjian kinerja tahun 2020 serta merupakan realisasi dari Rencana Kerja tahun anggaran 2020, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024, dan Rencana Aksi Kegiatan Dit. P2PTM tahun 2020-2024.

Tugas pokok dan fungsi Dit. P2PTM tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, yaitu mempunyai tugas Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan krteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM menyusun visi, misi, dan strategi, yang mencerminkan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Kegiatan P2PTM Tahun 2020-2024.

Dalam pelaksanaan kegiatan Dit.P2PTM juga didukung oleh dana dekonsentrasi yang diberikan kepada daerah sebagai akselerasi capaian program melalui pelatihan, serta dana dari PHLN, sehingga kinerja penggunaan dana tersebut akan mempengaruhi kinerja Dit.P2PTM.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan pencegahan pengendalian penyakit tidak menular, yaitu terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, ditetapkan 6 (enam) indikator kinerja keberhasilan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, yaitu; 1) Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun, 2) Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), 3) Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM), 4) Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas, 5) Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi, 6) Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun.

Pada tahun 2020, Direktorat P2PTM telah menetapkan indikator keberhasilan yang tertuang dalam perjanjian kinerja yaitu 1) Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun sebesar 52 kab/kota, 2) Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar 324 kab/kota, 3) Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) sebesar 50 kab/kota, 4) Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas sebesar 103 kab/kota, 5) Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi sebesar 155 kab/kota, 6) Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun sebesar 283 kab/kota.

(4)

Hasil dari pengukuran kinerja pada tahun 2020, yaitu Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun sebesar 2 kab/kota, Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebesar 285 kab/kota , Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) sebesar 13 kab/kota, Jumlah KabupatenKota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas sebesar 24 kab/kota, Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi sebesar 7 kab/kota, Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun sebesar 0 kab/kota, Nilai kinerja anggaran sebesar 87,73, Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran sebesar 93,82, Kinerja implementasi WBK satker sebesar 51,43. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran indikator kinerja tersebut, antara lain advokasi dan sosialisasi yang belum maksimal di tingkat kab/kota, Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor yang belum optimal di tingkat Kab/Kota, dan minimnya anggaran di daerah yang tersedia.

Alokasi anggaran Satker Dit.P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM tahun 2020 sebesar Rp.18.315.121.000,- dengan realisasi Rp.17.108.543.784,- atau sebesar 93%, anggaran ini merupakan anggaran APBN dan PHLN yang dikelola oleh satker Dit.P2PTM. Jika dibandingkan dengan tahun 2019 pencapaiannya sebesar 88,5%, terjadi kenaikan dalam realisasi anggaran. Sedangkan rata-rata kinerja pada tahun 2020 sebesar 50,79% jika dibandingkan dengan tahun 2019 capaiannya sebesar 124,6%, terjadi penurunan rata-rata kinerja P2PTM. Hal ini terjadi karena adanya efisiensi anggaran untuk pengendalian COVID-19 dan adanya pandemi covid-19 sehingga kegiatan tidak berjalan maksimal.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii DAFTAR ISI ... iv BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. ISU STRATEGIS ... 1

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ... 4

D. STUKTUR ORGANISASI ... 4

E. SUMBER DAYA MANUSIA ... 5

F. MAKSUD DAN TUJUAN ... 7

G. SISTEMATIKA PENULISAN ... 8

BAB II ... 9

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 9

A. PERENCANAAN KINERJA ... 9

B. TUJUAN DAN SASARAN ... 9

C. STRATEGI ... 10

D. PERJANJIAN KINERJA ... 10

BAB III ... 11

AKUNTABILITAS KINERJA ... 11

A. CAPAIAN KINERJA ... 11

B. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN ... 51

C. EFISIENSI SUMBER DAYA ... 54

BAB IV ... 56

PENUTUP ... 56

A. KESIMPULAN ... 56

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Indonesia saat ini mengalami transisi demografi dan transisi epidemiologi yang mengubah struktur penduduk dengan adanya bonus demografi di tahun 2015-2030 serta terjadinya pergeseran beban penyakit dari penyakit menular (PM) ke penyakit tidak menular (PTM). Transisi demografi memberikan keuntungan dalam persaingan global bagi Indonesia akibat peningkatan jumlah populasi muda yang produktif. Namun seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, meningkatnya urbanisasi, terjadinya perubahan iklim dan transisi pekerjaaan serta kemajuan teknologi menyebabkan terjadinya pola hidup sedentary di masyarakat dan berdampak pada timbulnya beban ganda akibat PTM dan penyakit infeksi emerging (PIE). Gambaran beban ganda semakin terlihat nyata saat masa pandemi Covid-19 ini.

Dalam pengukur keberhasilan kinerja setiap tahunnya Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan RI, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 64 tahun 2015 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, memiliki kewajiban dalam menyusun laporan kinerja, sebagai upaya dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari kebijakan dan program.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), mewajibkan setiap entitas sebagai unsur kementerian lembaga penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan entitas kementerian negara/ lembaga harus menyampaikan laporan kinerja. Penyusunan laporan kinerja disusun sesuai dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat P2PTM Tahun 2020 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat P2PTM sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2020. Target kinerja tahun 2020, merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran yang telah dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2020-2024, dan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Diharapkan dengan tersusunnya laporan kinerja ini dapat memberikan masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja Direktorat P2PTM

B. ISU STRATEGIS

Kementerian Kesehatan memiliki 5 (lima) isu strategis yakni Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) yang masih tinggi, penurunan stunting, percepatan eliminasi Tuberkulosis (TB), pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan peningkatan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Penyakit Tidak Menular utama

(7)

seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, penyakit paru-paru kronis dan kanker, berdasarkan data Global Burden of Disease dari IHME pada tahun 2017 telah penyebab 73 % kematian di dunia. Kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, dimana peningkatan terbesar (80%) akan terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena PTM, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Pada negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin, PTM menyebabkan peningkatan sebanyak tiga kali dari tahun hidup yang hilang akibat disabilitas (Disability adjusted life years=DALYs) dan meningkatkan risiko kematian sebesar lima kali dibandingkan kematian akibat penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi. Meningkatnya PTM terutama didorong oleh empat faktor risiko utama: pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol yang berbahaya. PTM menimbulkan konsekuensi kesehatan yang berdampak bagi individu, keluarga dan komunitas, dan mengancam sistem kesehatan. Besarnya biaya sosial ekonomi yang disebabkan oleh PTM membuat pencegahan dan pengendalian penyakit ini menjadi hal yang penting pada saat ini (WHO,2018).

Litbangkes Kemenkes merilis data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 menunjukkan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia (usia 13-15 tahun), 2 dari 3 anak laki-laki, dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau: 19,2% pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan tidak dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka dapat membeli rokok secara eceran. Data GYTS juga menunjukkan hampir 7 dari 10 pelajar melihat iklan atau promosi rokok di televisi atau tempat penjualan dalam 30 hari terakhir, dan sepertiga pelajar merasa pernah melihat iklan di internet atau media sosial.

Berdasarkan Globocan 2018 yang bersumber dari Registrasi Kanker Nasional, Kanker payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia saat ini dengan insidens rate sebesar 42.1 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 17 per 100.000 penduduk dan diikuti oleh kanker leher rahim dengan insidence rate sebesar 23.4 per 100.000. Data RS Kanker Dharmais dari tahun 2010-2013 menunjukan bahwa penyakit kanker terbanyak di RS Kanker Dharmais adalah kanker payudara, serviks, paru, 4 ovarium, rektum, tiroid, usus besar, hepatoma, dan nasofaring, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian akibat kanker tersebut terus meningkat. Berdasarkan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 menyebutkan angka prevalensi penyakit kanker di Indonesia sebesar 1,79 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yang tertinggi di Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 4,86‰.

Berdasarkan data dari World Report of vision tahun 2019, saat ini di seluruh dunia terdapat sektara 2,2 miliar orang yang mengalami gangguan penglihatan. Dari seluruh orang dengan gangguan penglihatan, hampir setengahnya, atau sekitar 1 miliar orang, merupakan gangguan penglihatan yang dapat dihindari, baik dicegah maupun diobati. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan pada penduduk dengan usia ≥6 tahun di Indonesia mencapai 0,4%. Sekitar 80% dari para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan dapat dicegah atau diobati.

(8)

Oleh karena itu, upaya promotif-preventif sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, 466 juta penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran dan 34 juta diantaranya adalah anak-anak. Di sisi lain diperkirakan 1,1 miliar anak muda (berusia 12-35 tahun) berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan.Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa penduduk Indonesia usia 5 tahun keatas mengalami gangguan pendengaran 2,6%, ketulian 0,09%, sumbatan serumen 18,8%, dan sekret di liang telinga 2,4%.

Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun 2016, secara nasional penduduk Indonesia mengonsumsi gula kategori berisiko (>50 gram per orang per hari) sebesar 4,8 persen, mengasup natrium (> 2.000 mg per orang per hari) dan lemak (>67 gram per orang per hari) kategori berisiko masing-masing sebesar 18,3 persen dan 26,5 persen.

Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-3 mengenai PTM mencetuskan komitmen-komitmen terbaru untuk mengatasi PTM seperti kanker, penyakit jantung dan paru, stroke, dan diabetes, serta mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan mental. Seluruh pemimpin dunia setuju untuk mengambil peran dan tanggung jawab dalam usaha mencegah dan menanggulangi PTM. Usaha-usaha ini termasuk membuat kebijakan, peraturan, dan perundang-undangan dalam hal fiskal (pajak) untuk melindungi masyarakat dari bahaya rokok, pola makan yang tidak sehat, serta penyalahgunaan alkohol, sebagai contoh memperketat promosi iklan dan melarang penggunaaan faktor-faktor risiko tersebut di tempat umum.

PTM juga menjadi salah satu target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 khususnya pada Goal 3: Ensure healthy lives and well-being. Strategi global yang terbaru adalah menetapkan sasaran-sasaran pengendalian PTM yang dapat dicapai oleh negara-negara seluruh dunia, yang tercantum dalam Global voluntary targets for the Prevention

and Control of NCDs 2025. Pada tingkat regional ASEAN, Indonesia juga berkontribusi dan

memimpin upaya-upaya penanggulangan PTM, seperti upaya pemberian fiskal (sin tax) pada gula, promosi makanan yang sehat melalui pelabelan makanan yang lebih baik, serta upaya promosi kesehatan yang bekerja-sama dengan negara-negara tetangga.

Kondisi PTM dan faktor risikonya terus meningkat pada masa pandemi covid-19 sehingga berdampak pada meningkatnya kerentanan terhadap infeksi COVID-19. Penyandang PTM atau individu yang mempunyai faktor risiko bila terinfeksi COVID-!9 maka akan mengalami progresifitas manifestasi klinis lebih berat dan risiko kematian yang lebih tinggi. Berdasarkan data surveilans COVID-19 di Indonesia didapatkan data bahwa pasien COVID-19 memiliki komorbid terbanyak yaitu penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung , penyakit paru obstruktif kronik, penyakit ginjal, asma, kanker dan gangguan imunologi. Oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi pelayanan kesehatan essensial dalam memastikan ketersediaan dan keberlangsungan pengobatan bagi para penyandang PTM yang rentan terinfeksi COVID-19.

(9)

Pada rencana strategi kementerian kesehatan tahun 2020-2024, program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular terdapat enam indikator pencapaian sasaran untuk Pengendalian PTM. Indikator-indikator pencapaian sasaran tersebut adalah: 1. Jumlah Kab/Kota dengan minimal 40% FKTP yang menyelanggarakan pelayanan Upaya Berhenti Merokok (UBM), 2 Jumlah Kab/kota yang menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR), 3. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM pada ≥80% populasi usia ≥15 tahun, 4. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu PTM sesuai standar paling kurang di 80% puskesmas, 5. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥40% populasi, dan 6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi usia 30-50 tahun.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 64 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Dit. P2PTM mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dit.PPTM menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional; dan

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat D. STUKTUR ORGANISASI

Susunan organisasi Direktorat P2PTM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan terdiri atas:

(10)

Subdirektorat Penyakit Paru Kronik Dan Gangguan Imunologi, 1. Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, 2. Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah,

3. Subdirektorat Penyakit Diabetes Mellitus dan Gangguan Metabolik, 4. Subdirektorat Gangguan Indera dan Fungsional;

5. Subbagian Tata Usaha; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

E. SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah pegawai Direktorat P2PTM pada tahun 2020 adalah sebanyak 87 orang. Jumlah ini mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya karena ada karyawan yang memasuki masa pensiun sebanyak 2 orang, ada 1 orang karyawan yang mengundurkan diri sebagai PNS dan adanya karyawan baru yang masuk dari unit kerja lain. Berikut ini

(11)

merupakan gambaran pegawai Direktorat P2PTM tahun 2020 berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, golongan, dan pendidikan.

Grafik 1.1

Persentase Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2020

Sebagian besar pegawai direktorat P2PTM merupakan perempuan dengan persentase sebesar 74.36% atau sebanyak 58 orang.

Grafik 1.2

Persentase Pegawai berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2020

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berumur antara 41-50 tahun yaitu sebesar 43,31% atau sebanyak 33 orang.

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% Perempuan Laki-laki 74.36% 25.64% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% <=30 31-40 41-50 51-55 >=56 1.28% 28.21% 42.31% 23.08% 5.12%

(12)

Grafik 1.3

Persentase Pegawai berdasarkan Golongan, Tahun 2020

Berdasarkan golongan, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berada pada kelompok golongan III yaitu sebesar 64,10% yaitu sebanyak 50 orang.

Grafik 1.4

Persentase Pegawai berdasarkan Pendidikan, Tahun 2020

Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Direktorat P2PTM terbanyak memiliki tingkat pendidikan S2 sebesar 47.44% atau 37 orang.

F. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan penyusuan Laporan Kinerja Dit. P2PTM ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktur P2PTM secara tertulis kepada Dirjen P2P atas

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

Gol II Gol III Gol IV

2.57% 64.10% 33.33% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% 50.00% SMA D3 S1 S2 5.13% 2.56% 44.87% 47.44%

(13)

pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan juga kinerja Dit. P2PTM Tahun 2020 dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan khususnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular sebagaimana telah dirumuskan dalam perjanjian kinerja tahun 2020 yang selaras dengan Rencana Aksi Kegiatan pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2020-2024.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Berlandaskan pada PermenPAN dan RB No 53 tahun 2014, maka sistimatika penyajian laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan disusun sebagai berikut:

1. Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif).

2. Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Kementerian Kesehatan dan isu strategi yang diemban.

3. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal penting dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja). 4. Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaran kementerian

kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja serta dukungan anggaran dalam pencapaian program/kegiatan.

5. Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan

(14)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian/ Lembaga yang disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk periode lima tahun dan menyusun Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk periode satu tahun.

Dit. P2PTM sebagai bagian dari Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selaras dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Rencana Aksi Kegiatan Dit.P2PTM berisikan tujuan, sasaran, kebijakan, dan rencana Kegiatan P2PTM yang menjadi pedoman untuk menyusun rencana kinerja tahunan.

B. TUJUAN DAN SASARAN a. Tujuan

Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil-guna dan berdaya-berhasil-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya 100%.

b. Sasaran

Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Tabel 2.1

Sasaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM tahun 2020-2024 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

52 129 232 360 514 Jumlah Kabupaten/Kota yang

menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

324 374 424 474 514 Jumlah Kabupaten/Kota yang

Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

50 100 175 275 350 Jumlah Kabupaten//Kota yang

melakukan Pelayanan Terpadu

(15)

Jumlah Kabupaten/Kota yang

Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi

155 206 308 360 514 Jumlah Kabupaten/Kota yang

Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun

283 309 360 411 514

C. STRATEGI

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular adalah sebagai berikut :

a. Advokasi dan Kemitraan;

b. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko; c. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan; dan d. Penguatan Surveilans, Monev dan Riset.

D. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja ditetapkan pada awal tahun antara Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam menetapkan target kinerja yang akan dicapai pada tahun berjalan. Target-target kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Dit. P2PTM terdapat di dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dit. P2PTM Tahun 2020, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2020 SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET 2020 menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini

Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun 52 Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan

Tanpa Rokok (KTR) 324

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan

Upaya Berhenti Merokok (UBM) 50

Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan

Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas 103

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini

Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi 155

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini

Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun 283

(16)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian kinerja dengan target yang telah ditetapkan pada dokumen Perjanjian Kinerja. Pengukuran kinerja pada tahun 2020, ada 6 (enam) indikator kinerja yang diukur yaitu:

Tabel 3.1

Pengukuran Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2020

Berikut ini akan dijelaskan capaian, upaya yang telah dilaksanakan, permasalahan, dan rencana tindak lanjut dari masing-masing indikator kinerja.

a. Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

a. Definisi Operasional

Kab/Kota yg menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko meliputi pengukuran BB, TB, TD, GDs, IMT dan lingkar perut paling kurang pada 80% populasi usia ≥ 15 tahun ke atas di UKBM dan FKTP.

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI

CAPAIAN (%) menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Jumlah Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

52 2 3,8

Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

324 285 87,96

Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

50 13 26

Jumlah Kabupaten//Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas

103 70 67,96

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% Populasi

155 7 4,51

Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Deteksi Dini Penyakit Kanker di 80% populasi usia 30-50 tahun

(17)

b. Pengertian

1) Kab/Kota yang menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko adalah kab/kota yang menyelenggarakan deteksi dini faktor risiko pada populasi usia ≥ 15 tahun. 2) Deteksi dini faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan diposbindu berupa

pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, lingkar perut, IMT dan Kadar Gula dalam darah.

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini TD, GDs, IMT dan lingkar perut populasi usia ≥ 15 tahun dibagi jumlah penduduk ≥ 15 tahun dikali 100%.

d. Capaian Indikator

Indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun merupakan indikator baru yang ada di direktorat P2PTM menggantikan indikator persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Target dari indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 tahun pada tahun 2020 adalah 52 kab/kota (Grafik 3.1)

Grafik 3.1

Target Indikator Jumlah Kab/ Kota yang melakukan deteksi FR PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 tahun

Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

Jumlah populasi yang melakukan Deteksi dini TD, GDs, IMT dan Lingkar perut pada populasi usia ≥ 15 tahun di kab/kota

Jumlah populasi usia ≥ 15 tahun di kab/kota 100% =

52

129

232

360

514

Target tahun 2020 Target tahun 2021 Target tahun 2022 Target tahun 2023 Target tahun 2024

(18)

Pada tahun 2020, target dari indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 tahun hanya dapat dicapai oleh 2 kab/kota atau jika dipersentasikan maka hanya terdapat 3,8% kab/kota yang dapat melakukan deteksi dini di ≥ 80% populasi usia ≥ 15 tahun (grafik 3.2)

Grafik 3.2

Capaian Jumlah Kab/ Kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi usia ≥ 15 tahun, Tahun 2020

Grafik 3.3

Persentasi Deteksi Dini Faktor Risiko PTM usia ≥ 15 tahun berdasarkan Kab/Kota, Tahun 2020

Capaian Indikator Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini FR PTM Tahun 2020

52 2 3.8% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% 0 10 20 30 40 50 60

Kabupaten/kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun

Target Capaian Persentase capaian

Kab . Lo mb o k B ar at Kab . Lo mb o k Ut ar a Kab . B ima Kab . Su mb aw a B ar at Kab . Lo mb o k Ti mu r Ko ta B ima Kab . Lo mb o k Ten gah Kab . D o mp u Ko ta Po n ti an ak Kab . So lo k Kab . Kep u lau an Se ri b u Kab . Si tu b o n d o Kab . Ko n aw e Se lat an Kab . Su mb aw a Kab . H u lu S u n ga i Se la tan Ko ta Jak ar ta Pus at Kab . H al mah er a Ti mu r Kab . B an yu w an gi Ko ta C ir eb o n Kab . Kay o n g Ut ar a Ko ta Su rab ay a Ko ta Jak ar ta Ut ar a Ko ta M ad iu n Kab . E n d e Kab . W ak at o b i Ko ta G u n u n gs it o li Kab . Sam o si r Kab . B o n e B o lan go Ko ta M o jo ke rt o Ko ta M at ar am Kab . B an gg ai Lau t Kab . M o ro w al i Kab . D o n gg al a Kab . M u ru n g Ray a Kab . Ro te N d ao Ko ta Jak ar ta Se lat an Ko ta Ti d o re Kep u lau an Kab . Pa san gk ay u Kab . B en er M er ia h Kab . M ar o s Ko ta Pa d an g Pa n jan g Kab . T ab al o n g Kab . B u o l Kab . B lo ra Kab . Lan d ak Kab . M amu ju T en gah Kab . G u n u n g M as Kab . Pa n d eg lan g Kab . Pr in gs ew u Kab . H u lu S u n ga i Ut ar a Kab . Sam b as Kab . M an gg ar ai T imu r Ko ta Jak ar ta Ti mu r Kab . Pe si si r Sel at an Kab . B ar it o Ku al a Kab . So p p en g Kab . B en gk ay an g Kab . G o ro n tal o Kab . Lamp u n g Ti mu r Kab . T o li-to li Kab . M aje n e Kab . B an jar 93 85 76 69 57 53 46 46 29 28 23 20 19 19 18 18 18 18 18 17 1616 15 14 13 12 1211111110 10 9 9 8 8 8 8 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Catatan: Capaian dibawah 50% Capaian lebih dari 50% Capaian lebih dari 80%

(19)

Kab/Kota yang telah mencapai target deteksi dini ≥ 80% pada populasi usia ≥ 15 tahun adalah kab Lombok Barat (93%) dan Kab. Lombok Utara (85%). Selain yang telah mencapai target 80% juga terdapat kab/kota yang telah mencapai lebih dari 50% deteksi dini pada populasi usia ≥ 15 tahun yaitu Kab. Bima (76%), Kab. Sumbawa Barat (69%), Kab. Lombok Timur (57%), dan Kota Bima (53%). Selebihnya dapat dilihat pada grafik 3.3.

Grafik 3.4

Capaian Indikator Jumlah Kab/ Kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi usia ≥ 15 tahun, Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK

Dit.P2PTM 2020-2024

Capaian Jumlah Kab/ Kota yang melakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM ≥ 80% Populasi usia ≥ 15 tahun, Tahun 2020 sebesar 2 kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 yaitu 232 kab/kota pencepaiannya masih sangat jauh yaitu 0,86%.

Salah satu Indikator RAK Dit.P2PTM 2015-2019, yaitu Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM. Walaupun indikator ini tidak bisa dibandingkan dengan indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun, namun hal ini bisa menjadi salah satu faktor penunjang dalam kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM. Pada akhir tahun 2019 sudah terdapat 50,7% desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM (grafik 3.5), namun hal ini perlu dilihat cakupan deteksi dini FR PTM setiap desa/ kelurahan. 0 100 200 300 400 500 600 2020 2021 2022 2023 2024 52 129 232 360 514 2 Target Realisasi

(20)

Grafik 3.5

Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM Tahun 2015-2019

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian.

Indikator jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% Populasi Usia ≥ 15 Tahun merupakan indikator baru setelah indikator RPJMN 2015-2019 berakhir dan dimulai dengan RPJMN 2020-2024. Pada awal RPJMN tahun 2020, Indonesia menghadapi pandemic Covid-19 pada awal tahun hingga akhir tahun 2020 sehingga segala kegiatan kementerian Kesehatan berfokus pada pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Demikian pula dengan kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM.

f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

1) Penguatan surveilans faktor risiko PTM melalui Sistem Informasi berbasis web yang merupakan system pelaporan penyakit tidak menular

2) Pemanfaatan dana dekonsentrasi dalam penyelenggaraan Posbindu PTM yang bertujuan untuk melakukan deteksi dini faktor risiko PTM.

3) Penyediaan alat Posbindu KIT dan Bahan Habis Pakai (BHP) melalui pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik.

4) Advokasi kepada Pemerintah Daerah dalam penggunaan APBD, Anggaran Dana Desa, dan sumber dana lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular dengan menggiatkan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular melalui Posbindu PTM dan Gerakan Tekan Angka Obesitas

5) Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk pencapaian target indikator SPM. 6) Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,

Posyandu Lansia, Kampus Sehat, dll

0 10 20 30 40 50 60 2015 2016 2017 2018 2019 10 20 30 40 50 8.8 15.5 24.3 43.9 50.7 Per sen tase Tahun Target Capaian

(21)

7) Penguatan NSPK Posbindu dan faktor risiko PTM untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan Posbindu sehingga akan meningkatkan cakupan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular.

8) Pembuatan Media Informasi baik maupun elektronik tentang Posbindu dan faktor risiko PTM.

g. Kendala/masalah yang Dihadapi

1) Situasi pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi saat ini juga akan sangat mempengaruhi capaian cakupan Kab/kota.

2) Kab/Kota saat pandemic lebih berfokus pada penangan Covid-19 3) Adanya refocusing dana kegiatan deteksi dini ke penanganan Covid-19 4) Cakupan Deteksi Dini (DD) FR PTM harus dilakukan pada setiap populasi

berusia ≥ 15 tahun di setiap wilayah minimal 1x dalam 1 tahun berjalan, sehingga cakupan deteksi dini Kab/Kota setiap tahun sangat bergantung pada performance/kinerja dari Kab/Kota tersebut pada tahun berjalan.

5) Masih perlunya advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi dalam mendukung kegiatan Posbindu PTM ditengah pandemic Covid-19 6) Belum optimalnya sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM kepada

Pemerintah Daerah h. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu PTM melalui pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

2) Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM, melalui penguatan Posbindu di daerah.

3) Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web.

4) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK), Posyandu Lansia, SPM, Germas, Rmah Sehat, Kampus Sehat dan institusi lainnya (OPD, swasta, sekolah, dll)

5) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana dan prasarana (Posbindu Kit dan Bahan Habis Pakai) sesuai dengan kebutuhan dan jumlah sasaran diwilayah nya.

6) Melakukan bimbingan teknis dan monev secara berkala.

7) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM. c. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

a. Definisi Operasional

kabupaten/kota yang telah memiliki regulasi atau peraturan daerah kawasan tanpa rokok (KTR) dan menerapkan secara optimal.

(22)

b. Pengertian

setiap kabupaten/kota yang telah memiliki Perda KTR, memiliki satuan tugas dalam pengawasan dan menerapkan sanksi terhadap pelanggaran Perda dianggap telah menerapkan kawasan tanpa rokok.

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kabupaten/kota yang telah memiliki peraturan daerah terkait KTR d. Capaian Indikator

Target kab/kota yang ditetapkan memiliki perda KTR tahun 2020 adalah 324 kab/kota, realisasinya baru tercapai 285 kab/kota (87,96%) yang sudah memiliki peraturan daerah KTR.

Grafik 3.6

Capaian Jumlah Kab/Kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2020

Sumber: Laporan Program

Berikut adalah persentase pencapaian indikator secara nasional terkait kab/kota yang memiliki regulasi atau peraturan terkait kawasan tanpa rokok (KTR).

Berdasarkan target dalam perjanjian kinerja tahun 2020, maka capaian kinerja pada indikator ini belum tercapai. Kita tetap mendorong pencapaian indikator kinerja secara kuantitas dan kualitas dalam implementasi kawasan tanpa rokok dengan

260 270 280 290 300 310 320 330 Target Realisasi 324 285

(23)

melakukan pengawasan secara berkesinambungan dan dibentuknya satuan tugas dalam implementasi kawasan tanpa rokok di daerah.

Sebanyak 16 provinsi yang telah memiliki 60% kabupaten/kotanya menerapkan KTR (grafik 3.7). Sebagaimana pada visi presiden 2020-2024 yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong, dengan misi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Pencapaian indikator jumlah kab/kota yang menerapkan kawasan tanpa rokok merupakan upaya-upaya melindungi setiap warga negara dari bahaya paparan asap rokok. Sehingga mendorong terciptanya manusia Indonesia yang sehat, berkualitas dan produktif.

Grafik 3.7

Persentase kab/kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) berdasarkan Provinsi, Tahun 2020

Sumber: SIPTM dan laporan program 3.4 15.4 16.7 26.7 30.3 33.3 33.3 40.0 40.9 47.1 47.4 51.4 52.2 54.3 54.5 57.1 60.0 63.6 64.3 66.7 66.7 66.7 68.4 70.0 70.0 70.0 70.6 71.4 75.0 84.6 85.7 87.5 90.0 92.3 100.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 Papua PapBar DKI Jakarta Sulut Sumut Riau Gorontalo Kaltara NTT Sultra Jatim Jateng Aceh INDONESIA Maluku Kalbar DIY Jambi Kalteng Sulbar Lampung Jabar Sumbar NTB Malut Kaltim Sumsel Kep. Riau Banten Sulteng Kep. Babel Sulsel Bengkulu Kalsel Bali

(24)

Grafik 3.8

Capaian Indikator kab/kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah

RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Capaian kab/kota yang Menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Tahun 2020 sebesar 285 (87,96%) kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 yaitu 424 kab/kota pencepaiannya masih sangat jauh yaitu 67,22%.

e. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian

Kegagalan dalam pencapaian target yang telah ditetapkan bahwa belum semua pemerintah daerah kabupaten/kota memprioritaskan penerapan Kawasan Tanpa Rokok dan masih rendahnya dukungan dari pemerintah daerah dalam membuat regulasi KTR. Hal ini terjadi karena beberapa pimpinan daerah juga perokok. f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

Upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) antara lain: 1) Penyusunan petunjuk teknis implementasi KTR menjadi arah dan strategi dalam

pencapaian penerapan kawasan tanpa rokok di daerah.

2) advokasi kepada 18 pimpinan daerah kab/kota (Kab Oku selatan, Kab Pagar alam, Kab Pandeglang, Kota Cilegon, Kab Pekalongan Kab Tegal, Kota Tasikmalaya, Kab Garut, Kab Lahat, Kab Empat lawing, Kab Pali, Kab Jepara, Kab Brebes, kab Cirebon, Kab. Bojonegoro, Kab. Pacitan, Kab. Tulungagung, dan Kab. Lamongan) yang sama sekali belum memiliki peraturan daerah KTR agar menerbitkan kebijakan terkait dan yang telah mempunyai PERDA.

3) Beberapa kegiatan juga dilakukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian konsumsi tembakau/rokok selama pandemic Covid-19 diantaranya:

0 100 200 300 400 500 600 2020 2021 2022 2023 2024 324 374 424 474 514 285 Target Realisasi

(25)

a. kegiatan webinar pada momentum bulan puasa Ramadhan dengan tema “#Dirumahaja & Ramadhan Momentum Stop Merokok”.

b. Webinar pada peringatan HUT RI dengan tema “Merdekakan Rumah dari Cengkeraman Asap Rokok Menuju Indonesia Emas”

c. Webinar seri kesehatan dengan tema “Penyakit Tidak Menular dan Rokok g. Kendala/masalah yang Dihadapi

1) Belum semua Kementerian dan Lembaga yang memiliki komitmen untuk mengendalikan konsumsi produk tembakau;

2) Kegiatan advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian konsumsi tembakau pada Kab/Kota belum optimal;

3) Belum optimalnya koordinasi antara Lintas Program dan Lintas Sektor di tingkat Kab/Kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok;

4) Daerah yang memiliki kebijakan KTR di daerah masih terbatas jumlahnya, dan penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki kebijakan KTR belum optimal; 5) Masih banyak pimpinan daerah yang mengandalkan CSR Perusahaan Rokok

untuk menopang keuangan daerah yang menyebabkan adanya benturan kepentingan.

h. Pemecahan Masalah

1) Optimalisasi dukungan komitmen lintas sektor dan lintas program melalui upaya advokasi dan sosialisasi pengendalian tembakau serta mendorong pengembangan regulasi Kawasan Tanpa Rokok di berbagai tingkat pemerintahan yang didukung oleh semua pihak terkait dan masyarakat.

2) Untuk memaksimalkan Penerapan Kebijakan KTR di daerah dengan upaya sebagai berikut:

a) Optimalisasi dukungan stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka mencapai Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) termasuk melaksanakan kebijakan KTR.

b) Mendorong penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

c) Mengoptimalkan upaya advokasi dan sosialisasi melalui dukungan Audiensi dari Tim Aliansi Bupati/Walikota peduli Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan PTM kepada Bupati dan Walikota di Indonesia.

d) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penegakan Kebijakan KTR yang telah ditetapkan.

e) Membangun komitmen masyarakat untuk menerapkan KTR di rumah tangga, RT/RW, Kelurahan/desa, dan Kecamatan melalui pemicuan/ FGD partisipatori.

3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi rokok, melalui berbagai media Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) dan berkoordinasi dengan seluruh stakeholder dan mitra kesehatan.

(26)

d. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)

a. Definisi Operasional

kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok paling kurang 40% di dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas dengan tenaga terlatih.

b. Pengertian

Setiap kabupaten/kota yang puskesmasnya telah menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok dan melakukan input data ke dalam SIPTM berbasis web dianggap telah menyelenggarakan layanan UBM

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kabupaten/kota yang memiliki paling kurang 40% dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas telah menyelenggarakan layanan UBM.

Kab/kota yang menyelenggarak an layanan UBM

=

Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan layanan UBM di

wilayah kab/kota ≥ 40% x 100% Jumlah puskesmas di wilyayah kab/kota

d. Capaian Indikator

Indikator jumlah kab/kota yang menyelenggarakan layanan UBM merupakan indikator baru tahun 2020-2024 dengan target tahun 2020 sebesar 50 kab/kota. Pada tahun 2020. Target pada tahun 2020 sebesar 50 kab/kota, realisasi sebesar 13 kab/kota (26%).

(27)

Grafik 3.9

Capaian Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti Merokok, Tahun 2020

Sumber: SIPTM 2020

Kab/ kota tersebut adalah yaitu Provinsi NTB (Kab. Sumbawa Barat, Kab. Lombok Utara dan Kota Bima); Provinsi Kalimantan Utara (Kota Tarakan); Provinsi DKI Jakarta (Kab. Kep. Seribu); Provinsi Gorontalo (Kab. Boalemo); Provinsi Sumatera Barat (Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang); Provinsi Jambi (Kab. Bungo); Provinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Buton Selatan); Provinsi NTT (Kab. Malaka); Provinsi Jawa Barat (Kota Bandung); Provinsi Sumatera Utara (Kab. Labuhan Batu Selatan). 0 10 20 30 40 50 Target Realisasi 50 13

(28)

Grafik 3.10

Persentase Kab/ kota yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti Merokok berdasarkan Provinsi, Tahun 2020

Sumber: SIPTM 2020

Sistem Informasi surveilans berbasis web Direktorat P2PTM menunjukkan bahwa tahun 2020 seluruh kab/kota yang ada di Provinsi NTB sudah menyelenggarakan Layanan UBM, dimana 3 kabupaten/kota telah mencapai 40% puskesmasnya yang menyelenggarakan UBM. Provinsi Bengkulu, Maluku dan Papua Barat belum ada kab/kota yang puskesmasnya menyelenggaran layanan UBM (grafik 3.10)

0.0% 0.0% 0.0% 3.4% 6.7% 8.3% 11.1% 11.8% 14.3% 17.4% 20.0% 20.0% 21.4% 23.5% 25.0% 27.3% 27.3% 30.0% 31.4% 31.5% 33.3% 35.7% 36.8% 50.0% 50.0% 50.0% 51.5% 52.6% 53.8% 55.6% 57.1% 60.0% 66.7% 76.9% 100.0% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% 120.0% Bengkulu Maluku Papua Barat Papua Sulut Sulsel Bali Sultra Kep. Riau Aceh Kaltara Kaltim Kalbar Sumsel Riau Jambi NTT Malut Jateng INDONESIA Lampung Kalteng Jatim Banten Gorontalo Sulbar Sumut Sumbar Sulteng Jabar Kep. Babel DIY DKI Jakarta Kalsel NTB

(29)

Grafik 3.11 memperlihatkan capaian tahun 2020 masih sangat rendah yaitu 13 (26%) kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menegah dalam RAK 2020-2024 dengan target 424 kab/kota yaitu 3,07%, diperlukan upaya akselerasi untuk mencapai sesuai dengan target.

Grafik 3.11

Capaian Indikator jumlah kab/kota yang menyelenggarakan layanan UBM

Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan indikator tahun sebelumnya yaitu persentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan KTR minimal 50% sekolah, namun bisa dijadikan bahan evaluasi. Pada tahun 2019 Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah adalah 50,2% atau 158 kab/kota. Hal ini kemungkinan distribusi sekolah dalam binaan Puskesmas yang sama, sehingga perlu dilakukan identifikasi atau pemetaan dalam penetapan lokus target tahun berikutnya.

Grafik 3.12

Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah Tahun 2015-2018 0 100 200 300 400 500 600 2020 2021 2022 2023 2024 324 374 424 474 514 13 Per sen tase Target Realisasi 0 10 20 30 40 50 60 2015 2016 2017 2018 2019 10 20 30 40 50 8.4 21.2 30 42.4 50.2 Per sen tase Target Realisasi

(30)

e. Analisis Penyebab Kegagalan Kinerja

Kegagalan pencapaian indikator selain belum semua puskesmas yang telah dilatih UBM memberikan layanan UBM kepada masyarakat, sebagian diantara puskesmas yang telah melaksanakan UBM tersebut belum menginput data dalam SIPTM berbasis web. Sehingga pencapaian indikatornya masih sangat rendah.

Oleh karena itu kita perlu terus mendorong kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melakukan input data bila telah menyelenggarakan layanan UBM. Mungkin pencapaian yang masih rendah ini karena masih banyak daerah yang belum melakukan input data kedalam SIPTM dimaksud sehingga tidak ada data yang terpantau. Dengan sistem ini dapat membantu pusat dalam memantau perkembangan layanan UBM di daerah, sehingga berdasarkan data yang tersedia dapat bermanfaat dalam memberikan pembinaan teknis yang diperlukan.

f. Upaya yang dilakukan untuk Mencapai Indikator

Upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelanggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM)antara lain:

1) Penyusunan petunjuk teknis layanan UBM di FKTP sangat bermanfaat bagi petugas untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam penerapan layanan UBM di daerah masing-masing.

2) Penyusunan buku saku UBM dilakukan di internal Direktorat P2PTM dengan masukan dari organisasi profesi terkait seperti Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Iindonesia.

3) Penyusunan modul e-learning UBM. Pembuatan berbagai media komunikasi, informasi, edukasi (KIE) yang sangat membantu masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan akurat dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.

4) Advokasi dan monev UBM dan implementasi KTR di 14 lokus yakni Kab. Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Pagar Alam, Kab. Lahat, Kab. Empat Lawang, Kab. Penukal Abab Lematang Ilir, Kab. Pandeglang, Kota Cilegon, Kab. Pekalongan, Kab. Tegal, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Jepara, Kab. Brebes, Kab. Cirebon. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan unsur di lintas kementerian/lembaga yakni Kementerian Dalam Negeri dan Komnas Pengendalian Tembakau.

5) Layanan Quitline (Layanan Konsultasi Upaya Berhenti Merokok melalui telpon tidak berbayar) telah ada sejak tahun 2016. Animo masyarakat terhadap pelayanan Quitline.INA meningkat pada tahun 2020 yang dibuktikan dengan jumlah telepon terlayani sejumlah sebesar 77.065 kali dan yang tidak terlayani 6 kali lebih banyak dengan jumlah kurang lebih 461.222 kali. Nomor telpon Quitline.INA 0-800 177 6565 tercantum dalam setiap bungkus rokok yang beredar di pasaran sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2017. Layanan telah diakses oleh masyarakat yang ingin mencari informasi

(31)

tentang berhenti merokok atau ingin berkonsultasi dari 34 propinsi setiap bulannya. Usia klien yang menelpon ke Layanan Quitline.INA selama tahun 2020 ini terbanyak pada rentang usia 20-24 tahun. Hal ini merupakan indikasi bahwa kesadaran untuk berhenti merokok di kelompok usia produktif semakin meningkat. Hasil survei kepuasan masyarakat atas pelayanan Quitline.INA Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan Menteri PAN RB nomor 14 tahun 2017 mendapatkan nilai indeks 3,38 atau nilai SKM setelah dikonversi adalah 84,58 yang berada pada klasifikasi A atau sangat memuaskan. Survei sudah diselenggarakan sejak tahun 2018 dengan hasil setiap tahunnya sangat memuaskan. Pada Tanggal 13 Agustus 2019 layanan Quitline.INA mendapat apresiasi sebagai Juara I dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Kategori Pelayanan Publik Inklusif Untuk Memajukan Kesejahteraan Masyarakat.

6) Penyebaran informasi upaya berhenti merokok juga dilaksanakan melalui media sosial baik melalui facebook, Instagram, Path dan juga Tweeter. Jumlah

followers’ platform media sosial Direktorat P2PTM seperti Facebook

@p2ptmkemenkesRI adalah 110.924 orang, Instagram @p2ptmkemenkesri 189.000 orang dan Twitter @p2ptmkemenkesRI 14.200 orang.

7) Pembinaan teknis, pemantauan dan evaluasi program secara berkesinambungan.

8) Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia kesehatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka dapat dilakukan pelatihan lebih lanjut.

g. Kendala/Masalah yang dihadapi

1) Pandemi COVID-19 mempengaruhi capaian program dengan adanya pembatasan sosial dan tetap dirumah sehingga kunjungan masyarakat ke FKTP juga menurun. Sebagian FKTP yang sudah terlatih layanan UBM belum menyelenggarakan layanan karena kendala pandemi COVID-19 sehigga tidak ada klien yang datang untuk konseling berhenti merokok;

2) Sistem pencatatan pelaporan melalui SIPTM belum optimal karena masih banyak Kab/Kota yang tidak menginput SIPTM meskipun FKTP diwilayahnya sudah menyelenggarakan UBM;

h. Pemecahan Masalah

1) Mendorong FKTP untuk melakakukan input data offline layanan UBM yang sudah dilakukan dan mendorong Kab/Kota untuk melakukan upload data tersebut ke dalam SIPTM berbasis web.

2) Penyegaran dalam penggunaan SIPTM berbasis web dan pemanfaatan datanya agar dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam penggunaan SIPTM.

(32)

e. Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥80% Puskesmas

a. Definisi Operasional

Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu PTM dan pasien rujuk balik (PRB) PTM sesuai standar paling kurang di 80% puskesmas. b. Pengertian

Kabupaten/Kota dinilai telah menyelenggarakan PANDU PTM bila 80% Puskesmas telah melakukan PANDU PTM. Puskesmas yang memiliki standar Pandu PTM adalah puskesmas yang membina Posbindu PTM dan menerapkan PPK 1 serta carta prediksi faktor risiko PTM.

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kab/kota yang memiliki paling kurang 80% Puskesmas melaksanakan PANDU PTM sesuai standar

Kab/Kota yang melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ≥ 80% Puskesmas =

Jumlah puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM di wilayah Kab/Kota

X 100% Jumlah puskesmas di wilayah Kab/Kota

(33)

d. Capaian Indikator

Grafik 3.13

Jumlah kab/kota yg melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% Puskesmas, Tahun 2020

Jumlah Kab/Kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% Puskesmas belum mencapai target yang diharapkan. Dari target tahun 2020 yaitu 103 Kabupaten/Kota, sebanyak 70 kab/ kota (67,96%) telah melaksanakan PANDU PTM.

Sedangkan capaian kabupaten/kota yang melaksanakan Pandu di ≥ 80% Puskesmas, berdasarkan Provinsi, Tahun 2020, bisa dilihat pada grafik 3.13. Ada 7 provinsi yang capaian kab/kota nya belum melaksanakan Pandu PTM di ≥ 80% Puskesmas, yaitu Provinsi Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Bali dan Bengkulu.

0 20 40 60 80 100 120 Target Realisasi 103 70

(34)

Grafik 3.14

Provinsi yang kabupaten/kota yang melaksanakan PANDU di ≥ 80% Puskesmas, berdasarkan Provinsi, Tahun 2020

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.03 3.70 4.55 5.26 5.88 6.90 8.33 9.09 10.00 11.43 11.76 13.33 13.62 14.29 14.29 15.38 15.38 15.79 16.67 20.00 21.74 33.33 40.00 45.45 45.83 50.00 57.14 100.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Bengkulu Bali Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Utara Maluku Utara Papua Barat Sumatera Utara Jawa Barat Nusa Tenggara Timur Jawa Timur Sumatera Selatan Papua Riau Maluku Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sulawesi Tenggara Lampung Indonesia Kepulauan Bangka Belitung Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sumatera Barat Gorontalo Kalimantan Utara Aceh Sulawesi Barat Di Yogyakarta Jambi Sulawesi Selatan Banten Kepulauan Riau DKI Jakarta Persentase

(35)

Grafik 3.15

Capaian Indikator kabupaten/kota yang melaksanakan PANDU di ≥ 80% Puskesmas Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah RAK Dit.P2PTM

2020-2024

Grafik 3.15 memperlihatkan capaian tahun 2020 sebesar 70 (67,9%) kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 sebesar 308 maka pencapaiannya masih 22,7%.

.

Grafik 3.16

persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM (PANDU PTM)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2015 2016 2017 2018 2019 10 20 30 40 50 34.4 49.3 49.7 74.0 80.5 Per sen tase Tahun Target Realisasi 0 100 200 300 400 500 600 2020 2021 2022 2023 2024 103 205 308 411 514 70 Target Realisasi

(36)

Walaupun tidak bisa dibandingkan dengan indikator sebelumnya yaitu persentase puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM (PANDU PTM), namun dapat dijadikan bahan evaluasi dalam melakukan upaya pencapaian target untuk tahun berikutnya. Grafik 3.16 adalah jumlah Puskesmas yang melaksanakan Pandu PTM yang tersebar di 34 Provinsi, jika dibandingkan dengan indikator tahun 2020 yaitu Jumlah Kab/Kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% Puskesmas. Hal ini kemungkinan dikarenakan distribusi pencapaian Pandu di kab/kota belum merata, sehingga banyak kab/kota belum mencapai ≥ 80% Puskesmas yang melaksanakan Pandu PTM

e. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian.

Tidak tercapainya target Pandu PTM tahun 2020 karena pembinaan Posbindu PTM oleh Puskesmas di daerah mengalami kendala selama pandemi Covid-19. Selain itu sebagian besar anggaran dan SDM dialokasikan untuk penanggulangan Covid-19. Alternatif solusi yang telah dilakukan adalah mendorong diselenggarakannya Posbindu PTM dengan menerapkan protokol kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan Baru. Pada awal Pandemi didapatkan pembatasan pelayanan kesehatan essensial di Puskesmas sehingga pelaksanaan Pandu PTM tidak bisa dilaksanakan secara optimal. Percepatan orientasi dan sosialisasi PANDU PTM juga terkendala selama Pandemi, sehingga tidak dapat dilaksanakan sesuai yang direncanakan.

Implementasi Pandu PTM telah terlaksana di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia, akan tetapi masih banyak provinsi yang masih jauh atau belum mencapai target yang telah ditentukan, hal ini dikarenakan adanya pandemi Covid-19 sehingga sebagian besar kegiatan dan dana dialokasikan ke anggaran Covid-19.

f. Upaya yang Dilakukan untuk Mencapai Indikator

Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan capaian target PANDU PTM :

1) Meningkatkan kapasitas petugas pelaksana Pandu PTM di daerah dengan mendorong Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai Pelatihan Kesehatan Daerah untuk dapat menganggarkan kegiatan orientasi atau sosialisasi PANDU PTM di FKTP, sebagai bagian dari upaya percepatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan terpadu PTM di FKTP.

2) Penguatan NSPK pelaksanaan Pandu PTM melalui penyelarasan kurikulum modul PANDU PTM dengan seluruh kurikulum modul dilingkup PTM dan menyusun pedoman penyelenggaraan orientasi/workshop PANDU PTM di FKTP.

3) Melaksanakan beberapa kegiatan yang berdampak pada masyarakat luas sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang faktor risiko PTM dan Penyakit Tidak Menular, diantaranya melalui:

a) Webinar “Pengendalian Hipertensi dan DM” pada tanggal 11 September 2020 dengan melibatkan seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi, organisasi profesi (IDI, PPNI, IAKMI dan PAEI), dengan narasumber

(37)

sebanyak 4 orang yang berasal dari PERKENI, INA-SH, Direktur Pelayanan kesehatan Primer Kemenkes dan Direktur P2PTM.

b) Webinar “Fast action pada serangan awal Stroke” tanggal 26 september 2020 dengan melibatkan seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi, organisasi profesi (IDI, PPNI, IAKMI dan PAEI). Narasumber berasal dari Organsasi profesi (PERDOSSI, PERDOSRI, PPNI) dan Kasubdit Pelayanan Kesehatan Primer Kemenkes.

c) Rangkaian Kegiatan Peringatan Hari Hipertensi Sedunia (HHS) 2020 : - Bincang Kesehatan di RRI pada tanggal 2 Oktober 2020 dengan

narasumber Direktur P2PTM dan Ketua INA-SH

- Media Briefing pada tanggal 12 Oktober 2020 yang melibatkan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, dengan narasumber Ketua INA-SH dan Direktur P2PTM

- Dialog interaktif Menteri Kesehatan dengan Kepala Puskesmas Sendana 1 Kabupaten Majene provinsi Sulawesi Barat dan Kader Posbindu di wilayah PKM 7 Ulu Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan pada Puncak Peringatan Hari Hipertensi Sedunia tanggal 15 Oktober 2020

- Webinar Kesehatan tentang Hipertensi pada tanggal 15 Oktober 2020 yang melibatkan seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi, organisasi Profesi (IDI, PPNI, PAEI dan IAKMI). Narasumber berasal dari organisasi profesi (INA-SH, PAPDI dan PERDOSSI)

d) Webinar “CERDIK saat Pandemi cegah PTM” yang dilaksanakan tanggal 24 Oktober 2020. Peserta seminar adalah seluruh pengelola program PTM di 34 provinsi, organisasi profesi (IDI, PPNI, IAKMI, PAEI) dan organisasi peduli PTM. Narasumber sebanyak 5 orang terdiri dari organisasi profesi (ISNA, PDSKO), PT Litbang DPR RI, Direktur P2PMKJN Kemenkes dan sharing best practice dari PT. Nutrifood.

4) Melakukan kegiatan pendampingan implementasi Pandu PTM di 5 Provinsi/ kab/kota

Pelaksanaan Kegiatan pendampingan implementasi PANDU PTM juga mengalami kendala saat pelaksanaan karena masih dalam status Pandemi COVID-19 sehingga hanya beberapa wilayah di 5 Provinsi yang dapat dikunjungi yaitu Jawa Tengah (Kab. Rembang, Kab. Pati, dan Kab. Jepara), Jawa Barat (Bogor, Depok, dan Purwakarta), Bali (Kota Denpasar), Jawa Timur (Kab. Blitar). g. Kendala /Masalah yang Dihadapi

1) Keadaan pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi di seluruh dunia juga berdampak terhadap pelaksanaan program kesehatan di kab./kota sehingga mempengaruhi capaian cakupan Kab/kota.

2) Kab/Kota saat pandemi lebih berfokus pada penangan Covid-19, sehingga banyak SDM yang diberdayakan dalam penanganan pandemi Covid-19

3) Adanya refocusing dana kegiatan Pencegahan dan penanggulangan Penyakit tidak menular di Kab./ Kota pada kegiatan penanganan Covid-19

(38)

4) Cakupan Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM tergantung pada ketersediaan SDM dan penunjang lainnya. Selain itu, adanya pandemi Covid 19 menyebabkan pelaksanaan PANDU PTM di sejumlah Puskesmas terhambat karena pembatasan kunjungan pelayanan yang hanya darurat dan perlu penanganan segera di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 5) Masih ada provinsi yang belum menyerahkan laporan progres PANDU PTM

karena SDM masih terlibat proses penanggulangan COVID 19

6) Belum Optimalnya Pencatatan dan pelaporan menggunakan SI PTM dan banyak kab./Kota yang belum mengisi data terkait PANDU di SI PTM

7) SDM yang sudah tersosialisasi dan terlatih PANDU belum mengaplikasikan pelayanan PANDU dengan menggunakan Charta

8) Masih sulitnya akses internet di beberapa daerah h. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan PANDU PTM melalui sosialisasi atau pelatihan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

2) Melakukan advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi dalam mendukung kegiatan Pandu PTM dengan penyesuaian protokol kesehatan ditengah pandemi Covid-19

3) Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web melalui Refreshing kembali tentang aplikasi SI PTM Terbaru ke Provinsi yang mengundang Kab./Kota melalui virtual

4) Bimtek Virtual dengan Kab. / kota terkait PANDU PTM secara berkala

5) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait cdalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM. f. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40%

populasi.

a. Definisi operasional

Kegiatan deteksi dini gangguan indera adalah kegiatan deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran pada paling kurang 40% populasi di wilayahnya (Kab/Kota).

b. Pengertian

Untuk gangguan penglihatan meliputi deteksi dini katarak dan atau kelainan refraksi, sedangkan gangguan pendengaran meliputi deteksi dini tuli kongenital, Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dan serumen prop.

Kegiatan ini meliputi :

- Pemeriksaan tajam penglihatan dan pendengaran di FKTP/Puskesmas - integrasi dengan program Stimulasi Deteksi Intervensi Tumbuh Kembang

(SDIDTK), penjaringan kesehatan pada anak sekolah/Madrasah, Posbindu, Posyandu Balita, Pos UKK, dll.

(39)

c. Cara perhitungan/rumus

Jumlah kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran pada minimal 40% populasi

kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi

=

Jumlah populasi yang melakukan deteksi dini gangguan penglihatan dan

pendengaran di wilayah kab/kota

X 100% Jumlah Populasi di wilayah Kab/Kota

d. Pencapaian

Pencapaian jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% pada tahun 2020, belum mencapai target yang diharapkan. Target pada tahun 2020 adalah sebanyak 155 kab/kota dari total 514 kab/kota dengan capaian sebesar 7 kab/kota (4,52%) (grafik 3.17).

Grafik 3.17

Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% populasi Tahun 2020

Capaian kabupaten/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera di tahun 2020 belum mencapai target, baru 7 beberapa kab/kota yang mencapai ≥ 40% deteksi selama tahun 2020, hal ini memang dikarenakan Pandemi Covid yang melanda Indonesia sejak Maret 2020. Sehingga kegiatan Posbindu, Posyandu Lansia, dan skrining anak sekolah tidak bisa dilaksanakan. Tujuh kab/Kota yang telah capai target tersebut diantaranya adalah Kabupaten lombok Utara, Sumbawa

0 20 40 60 80 100 120 140 160 Target Realisasi 155 7

(40)

Barat, Hulu sungai Selatan, Morowali Utara, Buton Tengah, Kota Bima dan Kota Surabaya.

Berdasarkan Grafik 3.18 sebaran deteksi dini gangguan penglihatan yang dilaksanakan pada 34 Provinsi di Indonesia dengan persentase tertinggi di Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 17,9%, dan terendah di Provinsi Bengkulu sebesar 0,04%. Dimana capaian secara nasional sebesar 3%.

(41)

Grafik 3.18

Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Penglihatan Berdasarkan Provinsi Tahun 2020

(42)

Grafik 3.19

Capaian Indikator Kab/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini Gangguan Indera pada ≥ 40% populasi Tahun 2020 dibandingkan dengan Target Jangka Menengah

RAK Dit.P2PTM 2020-2024

Grafik 3.19 memperlihatkan capaian indikator jumlah kab/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi Tahun 2020 sebesar 7 (4,52%) kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 sebesar 308 kab/kota maka pencapainnya baru 2,27%. Perlu akselerasi upaya dalam pencapain indikator tersebut.

Grafik 3.20

Persentase Puskesmas yang Melakukan Deteksi Dini dan Rujukan Katarak, Tahun 2016-2019 0 100 200 300 400 500 600 2020 2021 2022 2023 2024 155 206 308 360 514 7 Target Realisasi 0 10 20 30 40 50 60 70 2016 2017 2018 2019 5 10 20 30 4.9 10 25.1 60.8 Per sen tase Target Realisasi

Gambar

Grafik 3.11 memperlihatkan capaian tahun 2020 masih sangat rendah yaitu 13 (26%)  kab/kota, jika dibandingkan dengan target jangka menegah dalam RAK 2020-2024  dengan  target  424  kab/kota  yaitu  3,07%,  diperlukan  upaya  akselerasi  untuk  mencapai ses
Grafik 3.15 memperlihatkan capaian tahun 2020 sebesar 70 (67,9%) kab/kota, jika  dibandingkan dengan target jangka menengah RAK Dit.P2PTM 2020-2024 sebesar  308 maka pencapaiannya masih 22,7%
Grafik 3.19 memperlihatkan capaian indikator jumlah kab/kota yang melaksanakan  deteksi  dini  gangguan  indera  pada  ≥  40%  populasi  Tahun  2020  sebesar  7    (4,52%)  kab/kota,  jika  dibandingkan  dengan  target jangka  menengah  RAK  Dit.P2PTM  202
Tabel 3.5 mengenai target dan capaian output kegiatan tahun 2020, semua output tercapai  pada tahun 2020, penjelasan mengenai target dan capaian sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Kariadi dari tahun 2006-2009 yang berusia berusia di atas 40 tahun, tidak mempunyai riwayat IBD ( Inflammatory Bowel Disease ) serta tidak mempunyai penyakit keganasan

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020-2024 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang

Tugas Pokok Membantu Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam melaksanakan tugas pada lingkup Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Memperhatikan Rencana Aksi Program Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020-2024, Tujuan, Arah Kebijakan, Strategi dan Sasaran Strategis sebagaimana

Menimbang : bahwa untuk akuntabilitas dan pertanggungjawaban dalam penanganan Bantuan Hukum di luar pengadilan maupun dalam perkara atau sengketa di muka

Universitas Sriwijaya Sasaran dan tujuan pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menular sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun

Efisiensi penggunaan sumber daya ini dilakukan dengan membandingkan penjumlahan (∑) dari selisih antara perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran