• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Pengantar - Rencana Pembangunan Daerah Dan Renja Skpd - Pemerintah Kabupaten Bungo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kata Pengantar - Rencana Pembangunan Daerah Dan Renja Skpd - Pemerintah Kabupaten Bungo"

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar

Pertama-tama kami menyampaikan rasa

syukur

kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya, Dokumen RPJMD

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)

Kabupaten Bungo Tahun 2012-2016 ini telah disusun

sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.

Berpedoman kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang SPPN (Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional) dan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010

tentang

RPJMN

(Rencana

Pembangunan

Jangka

(2)

Dokumen RPJMD ini disusun berdasarkan Visi dan

Misi Bupati dan Wakil Bupati Bungo Periode 2011-2016.

Untuk memperkuat substansi Dokumen RPJMD ini, maka

dirumuskan pula secara seksama sasaran, strategi,

program prioritas, dan arah kebijakan umum.

Sebagai sebuah dokumen perencanaan, maka

RPJMD masih sangat terbuka terhadap setiap bentuk

saran/pendapat

dan

kritik

yang

konstruktif,

demi

perbaikan dan penyempurnaan materi yang terdapat

dalam

dokumen

ini.

Terhadap

setiap

bentuk

saran/pendapat dan kritik yang konstruktif dimaksud,

akan menjadi sarana untuk penyempurnaan Dokumen

RPJMD Kabupaten Bungo Tahun 2011-2016.

Akhirnya,

dengan

mengucap

alhamdulillahhirobbil alamin

, kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak

(stakeholder)

yang telah

membantu menyediakan data dan informasi yang

sangat

berguna

dalam

penyusunan

dokumen

perencanaan 5 tahunan ini. Tanpa dukungan data dan

informasi dari berbagai

stakeholder

tersebut, mustahil

(3)

dapat tersusun dengan baik. Semoga dokumen ini akan

menjadi

sarana

mewujudkan

visi

dan

misi

demi

kesejahteraan masyarakat.

Muara Bungo, Nopember 2011

BUPATI BUNGO,

(4)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Dasar Hukum Penyusunan ... 2

1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainya ... 8

1.4. Sistimatika Penulisan ... 11

1.5. Maksud dan Tujuan ... 12

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi ... 15

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 22

2.3. Aspek Pelayanan Umum ... 27

2.4. Aspek Daya Saing ... 31

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu ... 62

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan ... 78

3.3. Kerangka Pendanaan ... 82

BAB IV

ANALISIS ISSU STRATEGIS

4.1. Permasalahan Pembangunan Daerah ... 89

(5)

BAB V

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1. Visi Pembangunan ... 106 5.2. Misi Pembangunan Daerah... 108 5.3. Tujuan dan SasaranPembangunan ... 109

BAB VI

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

6.1. Strategi Pembangunan ... 118 6.2. Arah Kebijakan Pembangunan ... 119

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN DAERAH

7.1. Prioritas Pembangunan Daerah ... 154 7.2. Program Pembangunan Daerah... 155 7.3. Program Lintas Bidang dan Lintas SKPD ... 175

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN

DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

...

214

BAB IX PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DAN PENETAPAN

INDIKATOR KINERJA DAERAH ...

247

BAB X KAIDAH PELAKSANAAN DAN PEDOMAN TRANSISI

10.1. Kaidah Pelaksanaan ... 261 10.2. Pedoman Transisi... 262

(6)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan usaha Tahun 2004-2009 ... 32

Tabel 2.2 Distribusi PDRB Kabupaten Bungo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 – 2009 ... 34

Tabel 2.3 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo tahun 2004-2009 ... 36

Tabel 2.4 Luas Lahan Perkebunan Perusahaan Swasta Nasional di Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 39

Tabel 2.5 Produksi Hasil Hutan Kabupaten Bungo Tahun 2009 40

Tabel 2.6 Luas Tanaman, Produksi, Rata-rata Produksi dan Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 41

Tabel 2.7 Luas Tanaman dan Komposisi Komoditas Perkebunan Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 43

Tabel 2.8 Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap total PDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004-2009 ... 44

(7)

Tabel 2.10 Invenstasi Pihak Swasta pada Sektor Pertambangan Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 47

Tabel 2.11 Perkembangan PDRB Sektor Industri terhadap total PDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004-2009 ... 48

Tabel 2.12 Jumlah Unit Usaha, Investasi Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Kelompok Industri Besar di Kabupaten Bungo 49

Tabel 2.13 Jumlah Unit Usaha, Investasi Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Kelompok Industri Kecil di Kabuapten Bungo 50

Tabel 2.14 Jumlah Perbandingan Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Besar dan Industri Kecil di

Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 51

Tabel 2.15 Perkembangan Kontribusi PDRB Sektor Perdagangan terhadap total PDRB Kabupaten Bungo Tahun

2004-2009 ... 53

Tabel 2.16 Sarana dan Prasarana Perdagangan menurut Jenis di Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 53

Tabel 2.17 Jumlah Investor yang berminat untuk berinvestasi di Kabupaten Bungo Tahun 2009 ... 57

Tabel 2.18 Jumlah penertiban izin KP bahan galian golongan A B dan C di Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 ... 58

Tabel 2.19 Perkembangan jumlah investasi pada sektor industri di Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 ... 59

Tabel 2.20 Sumber Daya Manusia yang bekerja terdaftar di Kabupaten Bungo berdasarkan sektor, periode Tahun 2006-2009 ... 60

(8)

Tabel 3.2 Asset yang dimiliki Kabupaten Bungo 2005-2009 .... 73

Tabel 3.3 Kewajiban Daerah Kabupaten Bungo selama Tahun 2005-2009 ... 75

Tabel 3.4 Ration Liquiditas Kabupaten Bungo selama Tahun 2005-2009 ... 76

Tabel 3.5 Ratio Sovabilitas Kabupaten Bungo selama Tahun 2005-2009 ... 77

Tabel 3.6 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2005-2010 ... 80

Tabel 3.7 Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 ... 81

Tabel 3.8 Kerangka Pendanaan APBD Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010 ... 85

Tabel 3.9 Kapasitas riil kemampuan keuangan daerah dan penggunaannya Kabupaten Bungo Tahun 2012 -2016 ... 88

Tabel 5.1. Misi, Tujuan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2012 - 2016 ... 114

Tabel 6.1. Matrik Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2012 -2016 ... 123

Tabel 7.1. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan

Kabupaten Bungo Tahun 2011 - 2016 ... 180

Tabel 8.1. Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Bungo Tahun 2011 - 2016 ... 221

(9)

Bab-1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Bungo 2011–2016 merupakan

(10)

RPJMD Kabupaten Bungo 2011–2016 merupakan tahapan lima (5) tahun kedua dalam rangka mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bungo 2005–2025, RPJMD 2011– 2016 merupakan pendoman bagi penyusunan Rencana Strategis setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya. Di samping itu, RPJMD 2011–2016 disusun secara terpadu, komprehensif dengan mengedepankan partisipasi masysrakat dengan mempertimbangkan aspirasistakeholder

pembangunan lainnya.

1.2

Dasar Hukum Penyusunan

Landasan ideal dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Bungo ini adalah Pancasila dan Landasan Konstitusional adalah UUD 1945. Sedangkan landasan operasional meliputi perundang-undangan/peraturan yang berkaitan langsung dengan pembangunan daerah yaitu :

1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang

(11)

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam

Lingkungan Daerah Provinsi Jambi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko, Bungo, Tebo, Batanghari, Tanjung Jabung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2755).

3. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903), sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000

tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan

Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3979).

4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

(12)

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Pertanggung Jawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomo 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);

8. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

(13)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

11. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

12. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

13. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undagan,

(14)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Pemerintah Daerah kepada DPRD dan Informasi Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

(15)

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

22. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

(16)

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 01 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jambi Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2011, Nomor 01);

26. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2007 Nomor 1);

1.3

Hubungan

RPJMD

dengan

Dokumen

Perencanaan Lainnya

Dalam sistem perencanaan pembangunan

(17)

dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya adalah sebagai berikut :

1. RPJMD dan RPJPD Kabupaten Bungo

RPJMD Kabupaten Bungo 2011–2016 merupakan rencana pembangunan tahap kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) selain memuat visi, misi dan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati Bungo periode 2011-2016 juga berpedoman pada visi, misi dan arah kebijakan yang termuat dalam RPJPD Kabupaten Bungo 2005 – 2025.

2. RPJMD dan RTRW Kabupaten Bungo

Penyusunan RPJMD memperhatikan dan

mempertimbangkan arahan, pola, dan struktur tata ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bungo sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah di Kabupaten Bungo.

3. RPJMD dan Rencana Strategis

RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan

(18)

indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, yang disusun oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bungo.

4. RPJMD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Bungo 2011 – 2016 setiap tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Kabupaten Bungo yang memuat program prioritas dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. RKPD merupakan bahan utama pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) Daerah Kabupaten Bungo yang

dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat dusun/kelurahan dan kecamatan, hingga tingkat Kabupaten Bungo.

(19)

Gambar : Skema Hubungan RPJMD dengan RPJPD, RTRW, Renstra SKPD dan RKPD

1.4

Sistematika Penulisan

RPJMD Kabupaten Bungo 2011– 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

KERANGKA PENDANAAN BAB IV ANALISIS ISU STRATEGIS

RPJMD

20 tahun

Renstra

SKPD

RPJMD 5 tahun tahun II

RTRW

(20)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB XI PENUTUP

1.5

Maksud dan Tujuan

1.5.1 Maksud

(21)

Dokumen RPJMD Kabupaten Bungo merupakan

acuan dan pedoman resmi bagi Pemerintah

Kabupaten Bungo dalam penyusunan Rencana

Strategis SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dan merupakan acuan dalam penentuan program daerah yang akan dibahas dalam forum

Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) Daerah Kabupaten Bungo secara berjenjang.

1.5.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan RPJMD Kabupaten Bungo Tahun 2011–2016 adalah :

1. Menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan serta program Bupati dan Wakil Bupati Bungo ke dalam arah kebijakan dan program pembangunan yang lebih rinci, terarah, terukur dan dapat dilaksanakan selama tahun 2011– 2016.

(22)

APBD Provinsi Jambi, APBN, dan sumber dana lainnya ;

3. Untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi pembangunan daerah antar SKPD, antar pemerintah kabupaten/kota, serta antara Pemerintah Kabupaten Bungo dengan Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Pusat.

4. Untuk mempermudah pengukuran kinerja dan pengevaluasian kinerja dari SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo

5. Untuk meningkatkan pemerataan pelaksanaan

pembangunan daerah dan hasil-hasil

pembangunan daerah tersebut.

6. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik(good

governance), guna terwujudnya kondisi yang

aman dan kondusif dalam melaksanakan

(23)

Bab-2

Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Daerah

Kabupaten Bungo terletak pada posisi antara 01008’

sampai 01055’ Lintang Selatan dan antara 101027’ sampai

102030’ Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya (Provinsi Sumatera Barat). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo. Posisi tersebut menjadikan Kabupaten Bungo sebagai daerah lintasan antar wilayah barat, timur dan selatan.

Luas Kabupaten Bungo adalah 4.673,16 km2 dengan

(24)

mm/tahun (138 hari/tahun). Jenis tanah yang mendominasi adalah latosol, podsolik, komplek latosol dan andosol. Kondisi lahan yang dimiliki Kabupaten Bungo secara umum berupa morfologi datar, bertekstur agak kasar dengan ketersediaan air yang cukup karena dilalui 4 buah sungai besar. Lahan bergelombang dengan kemiringan tanah kurang dari 40 % yang mencapai 80% dari luas wilayah. Kondisi daerah ini sangat cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan. Sisanya sebanyak 20% luas wilayah berupa kemiringan lebih dari 40% termasuk dalam kawasan lindung.

2.1.2 Potensi Pengembangan Daerah

Potensi daerah yang menjadi andalan dan

merupakan sumber pendapatan sebagian besar

(25)

Pada sisi lain perkebunan yang menjadi primadona adalah karet. Selain karet, tanaman kelapa sawit juga

menjadi jenis yang diminati pengembangannya.

Perkebunan sejak lama menjadi salah satu sektor penghasilan utama masyarakat, kurang lebih 55%

penggunaan wilayah Kabupaten Bungo dijadikan

perkebunan, baik perkebunan karet maupun kelapa sawit. Kehadiran perkebunan besar mempunyai manfaat yang cukup berarti dalam memacu produksi perkebunan.

Luas lahan menempati urutan kedua dalam

penggunaan jenis lahan. Kurang lebih 34% luas wilayah Kabupaten Bungo merupakan kawasan hutan. Hal ini telah sesuai dengan pasal 18 Undang – undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan: minimal 30% dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran proporsional”. Hasil hutan berupa kayu dan non kayu menjadi kontributor terhadap perekonomian secara umum. Baik terhadap penerimaan pembangunan dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) serta pembukaan lapangan kerja.

Menurut data Profil Investasi di Kabupaten Bungo,

Kabupaten Bungo memiliki potensi sumber daya

(26)

dengan kandungan kalori antara 5.000-7.300 kalori. Saat ini bahan tambang batu bara sudah diusahakan oleh beberapa perusahaan, selain itu masih ada perusahaan lain yang tengah dalam proses perizinan.

Potensi emas di Kabupaten Bungo terdiri dari dua sumber yaitu emas primer dan emas sekunder. Potensi ini tersebar di beberapa lokasi antara lain Kecamatan Rantau pandan yang memiliki cadangan emas sebesar 14.400 Kg, Pelepat 87.000 kg, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang 25.000kg, Kecamatan Tanah Sepenggal 10.000 kg, Kecamatan Pelepat Ilir 13.000 kg, serta Kecamatan Jujuhan 11.000 kg.

Kabupaten Bungo juga memiliki indikasi cadangan minyak bumi yang tersimpan di kedalaman 500-800 meter

pada beberapa kecamatan. Kecamatan–Kecamatan

tersebut antara lain Jujuhan memiliki 4 titik bor, Rantau Pandan 4 titik bor, Tanah Sepenggal 2 titik bor, Tanah Tumbuh 3 titik bor dan Pasar Muara Bungo 2 titik bor yang merupakan potensi untuk dieksploitasi.

(27)

2.1.3 Daerah Rawan Bencana

Secara teknis, Kabupaten Bungo tidak memiliki daerah khusus potensi rawan bencana alam. Hal ini terlihat dari topografi Kabupaten Bungo yang relatif datar dan tidak memiliki gunung dan bukit skala besar. Namun memiliki 4 (empat) sungai dan sungai terbesar adalah Sungai Batang Bungo. Potensi bencana yang mungkin muncul adalah bencana banjir akibat meluapnya 4 (empat) sungai tersebut.

Oleh karena Kabupaten Bungo berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin maka potensi limpahan bencana dari Gunung Kerinci dan Taman Nasional Kerinci Seblat kemungkinan terjadi. Gempa bumi yang terjadi di sekitar kabupaten tersebut akan berdampak terhadap Kabupaten Bungo sebagai tempat pelarian yang aman.

Di samping itu Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat juga berbatasan dengan Kabupaten Bungo. Kabupaten tersebut merupakan ulu dari Sungai Batanghari. Bila ulu tersebut banjir bandang, maka akan berdampak terhadap sungai di Kabupaten Bungo.

(28)

perlu diantisipasi sedini mungkin melalui rehabilitasi bekas lahan tambang.

Rawan bencana non alam adalah rawan busung lapar pada dusun kantong kemiskinan terutama sepanjang DAS Sungai Batang Bungo. Hal ini dapat terjadi akibat dampak banjir yang menimbulkan gagal panen sehingga penduduk miskin kekurangan pangan dan gizi sehingga potensi timbulnya bencana busung lapar atau bencana kekurangan gizi.

2.1.4 Kondisi Demografi

Berdasarkan data demografi hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Bungo adalah sebanyak 302.558 orang yang terdiri dari 155.213 orang laki-laki dan 147.345 perempuan dengan sex ratio sebesar 105,34. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 yaitu sebesar 251.096 orang maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bungo mencapai 3,08% pertahun.

(29)

jumlah penduduk tersebut dengan melakukan pemekaran kecamatan dari 6 kecamatan pada tahun 2000 menjadi 17 kecamatan pada tahun 2008 sehingga pelayanan terhadap masyarakat bisa lebih baik. Laju pertumbuhan penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Bungo Dani sebesar 6,36%, selanjutnya Kecamatan Pasar Muara Bungo sebesar 5,19%, dan Kecamatan Bathin II Babeko sebesar 5,17%. Kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Jujuhan Ilir sebesar 1,02%.

Komposisi umur merupakan faktor yang sangat penting dalam analisis kependudukan. Berdasarkan komposisi umur penduduk, penduduk tua adalah penduduk berumur kurang dari 15 tahun maksimal 30 persen dan penduduk umur 65 tahun ke atas minimal 10 persen dari penduduk pada suatu daerah. Sementara, penduduk muda adalah penduduk berumur kurang dari 15 tahun maksimal 40 persen dan penduduk umur 65 tahun keatas maksimal 5 persen.

(30)

menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak produktif.

Besarnya angka ketergantungan, maka besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif, maka semakin besar hambatan atas upaya membangun daerah. Pada sisi lain penduduk Kabupaten Bungo masih bergantung atau mengandalkan sektor pertanian. Hal ini terlihat sebanyak 59,99% dari jumlah penduduk bekerja pada sektor pertanian. Sedangkan yang bekerja pada sektor perdagangan 16,32%, sektor jasa 11,57%, sektor industri pengolahan 0,91% dan lainnya sebesasr 11,22%.

Di samping itu, terindikasi adanya konsentrasi atau pertambahan kelompok penduduk di usia semakin tua. Hal ini disebabkan bertambahnya kualitas kependudukan berkat perbaikan kualitas gizi sehingga membuat meningkatnya angka harapan hidup. Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Bungo mencapai usia 67 tahun.

2.2

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

(31)

PDRB Kabupaten Bungo selama lima tahun terakhir menunjukkan trend peningkatan pendapatan masyarakat dan terjadinya pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder bahkan tersier. Hasil evaluasi kinerja perekonomian biasanya didukung oleh peran usaha mikro, industri kecil dan koperasi, usaha ini merupakan

penggerak perekonomian yang mampu menopang

kehidupan masyarakat dalam menghadapi krisis yang pernah terjadi.

Sampai tahun 2009 , perekonomian Kabupaten Bungo masih didominasi sektor pertanian yang mencapai 29,19%. Kemudian sektor kedua adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 18,43% lalu disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 16,51%.

Pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bungo pun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 pendapatan perkapita masyarakat sebesar Rp.6.130.247,25 per tahun dan kini meningkat mencapai Rp.11.755.963, 20 pada tahun 2009. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bungo dapat memberi indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(32)

daerah Kabupaten Bungo telah berkembang menuju masyarakat yang sejahtera.

2.2.2 Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial diperlukan guna memenuhi amanat konstitusi yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Titik kunci dari pembangunan kesejahteraan sosial adalah bidang pendidikan, kesehatan dan sosial. Khusus untuk sosial sendiri difokuskan kepada penanganan masalah kesejahteraan sosial terutama bagi masyarakat penyandang masalah sosial.

Untuk pendidikan pembangunan kesejahteraan soosial diarahkan kepada pembangunan infrastruktur pendidikan guna meningkatkan APK dan APM. Selama 5 tahun terakhir, APK untuk SD/MI terus meningkat hingga mencapai 112,48% ditahun 2010 dan APK untuk SMP/MTS di tahun yang sama mencapai 96,34% sedangkan APK untuk SMA/SMK mencapai 72,71%.

Sedangkan APM untuk kategori SD/MI telah mencapai 98,67% dan kategori SMP/MTS sebesar 88,13% pada tahun 2010. Pada tahun yang sama APM untuk kategori SMA/SMK mencapai 61,15%.

(33)

juga mengalami penurunan cukup besar yaitu 2 balita dari 22.297 kelahiran. Kematian ibu melahirkan juga menurun di tahun 2010 yaitu hanya 4 ibu dari 6.855 kelahiran hidup.

Khususnya untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial perlu menjadi perhatian. Penyandang masalah tersebut meliputi mantan narapidana, pekerja seks komersial, narkoba/ODHA dan penyandang cacat fisik dan mental. Di samping itu penyandang masalah sosial lain berupa fakir miskin, anak yatim dan orang terlantar juga perlu diperhatikan karena kemajuan ekonomi sosial akan menimbulkan ketimpangan dan permasalahan sosial khususnya di Kota Muara Bungo sebagai ibukota kabupaten yang telah tumbuh dan berkembang pesat.

2.2.3 Seni Budaya dan Olah raga A.Seni Budaya

Seni budaya merupakan potensi yang dapat dijadikan objek pariwisata. Event seni budaya dapat dijadikan kalender pariwisata, potensi seni budaya ini belum optimal digali dan dikembangkan dalam bidang pariwisata dimana pengembangan pariwisata masih terfokus pada objek wisata alam.

(34)

Besar di Malaysia Kabupaten Bungo berhasil masuk 4 besar dan penampilan terbaik dalam Festival Tari Melayu di Palembang.

Kedepan, menggalakkan cinta budaya Bungo perlu dilakukan terutama dalam kegiatan pemerintah Kabupaten Bungo dan masyarakat. Kemudian promosi budaya Bungo juga perlu dilakukan melalui media internet dan festival nasional dan internasional.

B.Pemuda dan Olag raga

Pembangunan pemuda dan olah raga bertujuan mewujudkan pemuda sebagai generasi pewaris nilai budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Pemuda merupakan harapan bangsa dan kader pemimpin, harus segar bugar sehingga perlu berolahraga untuk kesehatan dan prestasi.

Dalam rangka meningkatkan minat berolahraga maka telah dibangun fasilitas olahraga standar nasional

pada tahun 2008 bersamaan dengan pelaksanaan

PORPROV di Kabupaten Bungo. Melalui pengadaan fasilitas olahraga tersebut maka telah diperoleh pula keberhasilan dalam kejuaraan atau kempetisi olahraga.

(35)

Besi. Guna meningkatkan prestasi tersebut maka pembinaan dan pelatihan perlu ditingkatkan

2.3

Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Pelayanan Dasar

Pelayanan dasar yang harus diberikan pemerintah Kabupaten Bungo kepada masyarakat adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua unsur pelayanan tersebut akan menjadi tolak-ukur keberhasilan dalam pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu aspek pelayanan dasar akan difokuskan kepada keberhasilan bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

a.Pendidikan

(36)

96,08% dan 96,34%. Serta APK untuk jenjang pendidikan SMA meningkat sebesar 51,64%, 6,99%, 69,86% dan 72,78%.

Seiring dengan peningkatan APK, APM juga

mengalami peningkatan dimana nilai APM untuk jenjang SD meningkat dari 98,43%, menjadi 98,90%, 99,28% dan 98,97% pada tahun 2010. Demikian halnya untuk jenjang SMP yang meningkat dari 71,46%, 79,00%, 84,05% dan 87,25% serta 88,13% pada tahun 2010. Sedangkan APM untuk jenjang pendidikan SMA sederajat hanya mampu meningkat dari 44,78%, 48,67%, 50,04%, 56,51% dan 61,15% pada tahun 2010.

b.Kesehatan

Tahun 2006 pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo terdapat 799 tenaga kesehatan kemudian meningkat sebesar 8,93% pada tahun 2010 menjadi 1.097 tenaga kesehatan.

(37)

Seiring dengan meningkatnya tenaga kesehatan maka terjadi pula peningkatan jumlah puskesmas yang pada tahun 2006 hanya berjumlah 14 unit meningkat menjadi 18 unit, serta penambahan 1 puskesmas pembantu dari 60 unit pusakesmas pembantu menjadi 61 puskesmas

pembantu. Untuk rumah dokter juga mengalami

peningkatan dari 20 unit menjadi 40 unit pada tahun 2010, rumah para medis juga meningkat dari 53 unit menjadi 71 unit, dan kendaraan roda empat dari 19 unit menjadi 71 unit serta kendaraan roda dua dari 74 unit meningkat menjadi 139 unit pada tahun 2010.

Akibat dari peningkatan jumlah tenaga kerja kesehatan yang diikuti pula oleh peningkatan sarana dan prasarana kesehatan tersebut maka pelayanan dasar dibidang kesehatan juga meningkat. Akibatnya derajat kesehatan masyarakat meningkat dan perilaku hidup bersih dan sehat meningkat pula. Hal ini tergambar dari indikator derajat kesehatan seperti angka harapan hidup, jumlah kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan. Disamping indikator PHBS (prilaku hidup bersih dan sehat).

(38)

Angka kematian ibu Mortality Maternal Rate (MMR) mencerminkan besarnya resiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan persalinan yang disebabkan oleh prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama dari 22.543 anak balita menurun menjadi 2 balita dari 22.297 balita pada tahun 2010.

Angka kematian ibu (MMR) mencerminkan besarnya resiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan persalinan yang disebabkan oleh prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Pada tahun 2006 jumlah MMR adalah 8 orang dari 7.036 kelahiran hidup menurun menjadi 4 orang dari 8.455 kelahiran hidup atau menurun sebesar 50%.

(39)

maupun kabupaten sejak tahun 2006 sampai 2010 telah dilakukan di seluruh kecamatan.

2.4

Aspek Daya Saing

2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah A. Struktur Ekonomi Daerah

Ekonomi Kabupaten Bungo, telah tumbuh dan berkembang lebih cepat selama 6 (enam) tahun terakhir. Perkembangan perekonomian ini dapat diamati dan dianalisis dalam 9 (sembilan) sektor lapangan usaha. Dari 9 (sembilan) sektor lapangan usaha ini, dapat

menggambarkan sektor-sektor ekonomi yang

menentukan dan berpengaruh besar dalam

pembangunan Kabupaten Bungo, sehingga sektor

tersebut merupakan sektor unggulan dalam

perekonomian daerah.

(40)

Tabel : 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2009

Lapangan Usaha

Tahun Rata

Rata 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan perikanan

1,54 2,92 3,00 1,89 3,01 5,12 2,9

2.Pertambangan dan

Penggalian 22,94 25,03 163,4 80,47 62,82 -8,71 57,7

3.Industri Pengolahan 3,08 2,48 2,41 4,91 6,03 6,97 4,3

4.Listrik, Gas dan Air bersih 11,88 16,76 14,53 12,15 11,10 12,29 13,1

5.Bangunan 52,79 24,05 18,65 11,18 13,65 14,87 22,5

6.Perdagangan, Hotel dan

Restoran 6,13 6,89 9,48 11,06 13,92 14,06 10,3

7.Pengangkutan dan

Komunikasi 2,38 10,37 3,04 4,05 4,65 6,88 5,2

8.Keuangan,Persewaan dan

Jasa Perusahaan 5,71 7,38 4,21 4,24 4,28 7,97 5,6

9.Jasa-jasa 1,29 7,23 2,81 4,67 4,16 7,23 4,6

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

(41)

Jasa-jasa 4,6% dan sektor industri Pengolahan sebesar 4,3% serta Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 2,9%.

(42)

Tabel : 2.2. Distribusi PDRB Kabupaten Bungo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 – 2009

Lapangan Usaha

Tahun Rata

-rata 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan perikanan

46,18 44,68 42,45 39,76 36,85 36,41 41,1

2.Pertambangan dan

Penggalian 1,73 2,03 4,93 8,18 11,99 10,29 6,5 3.Industri Pengolahan

5,33 5,14 4,85 4,68 4,46 4,49 4,8

4.Listrik, Gas dan Air

Bersih 0,44 0,48 0,50 0,52 0,52 0,55 0,5 5.Bangunan

4,90 5,71 6,25 6,38 6,53 7,05 6,1

6.Perdagangan, Hotel dan

Restoran 18,34 18,43 18,61 18,99 19,47 20,87 19,1 7.Pengangkutan dan

Komunikasi 8,48 8,80 8,36 8,00 7,53 7,56 8,1 8.Keuangan,Persewaan

DanJasa Perusahaan 4,92 4,97 4,78 4,58 4,29 4,37 4,7 9.Jasa-jasa

9,69 9,77 9,26 8,91 8,35 8,42 9,1

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

(43)

Perusahaan sebesar 4,7% serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 0,5%.

B. Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama Daerah

B.1 Pertanian

Pada hakekatnya pembangunan merupakan suatu upaya yang terorganisir dan berkesinambungan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor yang perlu

menjadi perhatian dalam upaya mempercepat

terciptanya kesejahteraan masyarakat, adalah sektor-sektor pertanian karena menyediakan lapangan usaha terbesar bagi masyarakat. Di samping itu sektor pertanian merupakan basis ekonomi masyarakat dan sebagian besar berada di kawasan perdesaan. Sektor ini

dikembangkan secara komprehensif dengan

memperhatikan potensi dan peluang.

(44)

ekonomi daerah dan pendapatan masyarakat yang berada di kawasan pedesaan.

Kondisi Kabupaten Bungo sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian dalam arti luas. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bungo pada tahun 2004 – 2009 mencapai 40,54% dari total PDRB Kabupaten Bungo. Ini berarti sektor pertanian telah memberikan peran besar bagi pembentukan PDRB Kabupaten Bungo. Untuk lebih rincinya perkembangan PDRB sektor pertanian terhadap total PDRB Kabupaten Bungo tahun 2004 – 2009 dapt diamati berikut ini.

Tabel : 2.3 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004 – 2009

NO Tahun

PDRB Sektor Pertanian

Total PDRB

% Sektor Pertanian terhadap Total

PDRB

1 2004 376.061,96 814.299,66 46,18

2 2005 387.034,22 866.159,27 44,68

3 2006 398.648,56 939.040,98 42,45

4 2007 406.193,89 1.021.261,10 39,76

5 2008 418.410,16 1.135.381,09 36,85

6 2009 439.848,16 1.208.036,66 36,41

Rata-rata 404.366,16 997.434,79 40,54

(45)

Observasi lapangan memperlihatkan kecenderungan pembangunan sektor pertanian lebih diarahkan kepada pengembangan budi daya saja, dan kurang didukung oleh pengembangan industri hulu dan hilir. Diamati lebih jauh, selama pembangunan orde baru, pembangunan sektor pertanian lebih difokuskan kepada pengembangan sektor pertanian tanaman pangan, guna memenuhi swasembada beras. Padahal pembangunan sub sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi guna meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pada bagian lain kebijakan pemerintah pusat, menyerahkannya kepada pihak swasta untuk menggarap sub sektor tersebut. Namun, pemerintah tidak menyiapkan kebijakan yang dapat menguntungkan masyarakat yang berada pada kawasan tersebut. Akibatnya keberhasilan pengembangannya lebih banyak dinikmati oleh pihak swasta/pengusaha.

(46)

Memperhatikan potensi dan sumber daya yang dimiliki Kabupaten Bungo, maka dalam arti luas, sektor pertanian merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan. Sektor pertanian mempunyai prospek yang baik dalam

upaya pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo

dengan basis ekonomi kerakyatan.

Kebijakan pembangunan ekonomi suatu daerah sangat erat terkait dengan alokasi penggunaan lahan. Penggunaan lahan tersebut merupakan salah satu indikator yang perlu dicermati sebagai dampak kebijakan pembangunan ekonomi suatu daerah.

Alokasi penggunaan lahan di Kabupaten Bungo didominasi oleh penggunaan lahan untuk perkebunan dengan luas lahan 46,10% dari total luas lahan. Lahan tersebut mayoritas dikelola oleh Perusahaan Perkebunan

Kelapa Sawit Swasta Nasional dalam bentuk

(47)

Tabel : 2.4 Luas Lahan Perkebunan Perusahaan Swasta Nasional di Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Nama Perusahaan Pola

Luas lahan (Ha) Inti Plasma

1.

PT. Tidar Kerinci Agung PT. Jamika Raya PT. Satya Kisma Usaha PT. Sukses Maju Abadi PT. Sari Aditya Loka II PT. Mega Sawindo Perkasa PT. Aman Pratama Makmur L PT. Mitra Lestari

PT. Prima Mas Lestari PT. Citra Sawit Harum

PBS PIR Trans PIR KKPA PIR KKPA Trans/KKPA PIR KKPA PIR KKPA PIR Kemitraan

2.096

Jumlah 19.061 22.403

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

Disamping itu, penggunaan lahan di Kabupaten Bungo juga didominasi oleh penggunaan lahan untuk Hutan Negara dan Hutan Rakyat dengan luas 19,77 % dari total luas lahan Kabupaten Bungo. Ini berarti pula bahwa sub sektor kehutanan merupakan salah satu potensi ekonomi daerah Kabupaten Bungo yang potensial untuk

pengembangan hutan produksi guna memenuhi

(48)

Tabel : 2.5 Produksi Hasil Hutan Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Jenis Hasil Hutan Satuan Jumlah Produksi

1 2 3

Kayu Bulat Kayu Bulat Kecil Kayu Gergajian

M3

M3

M3

9.514,60 146,65 6.839,51

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

(49)

Tabel : 2.6 Luas Tanaman, Produksi, Rata-rata Produksi dan Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Jenis

Tanaman

Luas Tanaman

(Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Kg/Ha)

Jumlah Petani

1 Casiavera 233 12 300 449

2 Kopi 252 65 500 321

3 Karet 96.670 29.800 699 44.578

4 Kelapa

Dalam

678 441 781 13.383

5 Kelapa

Sawit

47.042 525.800 16.005 4.005

6 Pinang 89 28 596 2.391

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

Dari tabel di atas dapat dicermati bahwa rata-rata produksi tanaman kelapa sawit sebesar 16.005 Kg/Ha/tahun, sedangkan rata-rata produksi tanaman perkebunan lainnya (karet kering) kurang dari 750 Kg/Ha/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit lebih tinggi dari produktivias tanaman lainnya. Kondisi ini disebabkan sebagian besar komoditas tanaman kelapa sawit dikelola oleh perusahaan besar swasta.

(50)

membangun perekonomian daerah amat relevan guna membangun industri yang berbasis pada ekonomi kerakyatan.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, komoditas karet mempunyai nilai ekspor yang baik. Pengembangan komoditas karet dapat berkelanjutan. Guna kepentingan jangka panjang, komoditas karet

punya prospek terutama keterkaitan dengan

mengembangkan industri hilirnya di Kabupaten Bungo.

(51)

Tabel : 2.7 Luas Tanaman dan Komposisi Komoditas Perkebunan Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Komoditas

Luas Tanaman

(Ha)

Komposisi Tanaman

TBM TM TT/R

1 Casiavera 233 185 40 8

2 Kopi 252 23 130 99

3 Karet 96.670 27.923 39.669 29.078

4 Kelapa Dalam 678 76 565 37

5 Kelapa Sawit 47.042 12.761 34.036 245

6 Pinang 89 33 47 9

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo, 2010

Catatan :

TBM = Tanaman Belum Menghasilkan

TM = Tanaman Menghasilkan

TT/R = Tanaman Tua/Rusak

B.2 Pertambangan dan Penggalian

(52)

perkembangan PDRB sektor pertambangan dan penggalian di jabarkan kedalam tabel berikut ini.

Tabel : 2.8 Perkembagan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004 -2009

NO Tahun PDRB Sektor

Pertambangan Total PDRB

% Sektor Pertambang

Thd Total PDRB

1 2004 14.065,69 814.099,66 1,73

2 2005 17.586,42 866.159,27 2,03

3 2006 46.323,05 939.040,98 4,93

4 2007 83.597,81 1.021.691,10 8,18

5 2008 136.110,42 1.135.381,09 11,99

6 2009 124.256,11 1.208.036,66 10,29

Rata-rata 70.323,25 997.434,79 7,05

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

(53)

Tabel 2.9 : Potensi dan Penyebaran Bahan Galian Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Jenis Bahan Galian

Lokasi (Kecamatan) Perkiraan Persediaan

Kualitas

1 Batu Bara Rantau Pandan

Tanah Tumbuh Jujuhan Pelepat

Limbur Lbk Mengkuang

330 juta ton 164 juta ton 413 juta ton 419 juta ton 158 juta ton

6.800-7.300 kk 6.800-7.300 kk 5.700-6.500 kk 5.200-6.500 kk 5.700-6.500 kk

2 Minyak Jujuhan

Rantau Pandan

Limbur Lbk Mengkuang Tanah Sepenggal Tanah Tumbuh Muara Bungo

4 titik bor 4 titik bor 4 titik bor 2 titik bor 3 titik bor 2 titik bor

-3 Emas Rantau Pandan

Pelepat

LimburLbk Mengkuang Tanah Sepenggal

14.400 Kg 27.000 Kg 5.000 Kg 1.500 Kg

Sekunder Berbentuk Pasir Halus 0,76-5,3gr/ton

4 Pasir dan Kerikil Rantau Pandan

Muko-muko Bathin VII Pelepat Ilir

Pelepat Muara Bungo

Limbur Lbk Mengkuang Tanah Tumbuh

Tanah Sepenggal

Belum dkthui SDA

5 Pasir Kuarsa Bungo Dani

Rimbo Tengah Pelepat

Luas 300 Ha Berat jenis 2,26

Bentuk Kristal

heksogonal,

ukuran 0,006-3

mm

6 Andesit Pelepat

Rantau Pandan

Belum diketahui SDA

-7 Granit Pelepat

Rantau Pandan

Luas 500 Ha Luas 800 Ha

-8 Koalin Limbur Lbk Mengkuang Belum

diketahui

-9 Mineral Logam Rantau Pandan Belum

diketahui

-10 Batu Sueseiki Limbur Lbk Mengkuang Belum

diketahui

(54)

-11 Tanah Putih Pasar Muara Bungo Kadar

Konsen-trat 0,5-24,5

gr/M2

Tabel lapisan

pembatas 1,4

m

12 Tembaga Tanah Tumbuh

Pelepat Bathin III Ulu

100 Ha 41-1.072PPM SDA

-13 Timbal Bathin III Ulu

Pelepat

Belum diketahui SDA

-14 Oker Limbur Lbk Mengkuang

Rantau Pandan

Luas3.000Ha Luas8.000Ha

-15 Obsidian/Perlit Limbur Lbk Mengkuang Luas3.500Ha

-Sumber : Dinas Energi dan -Sumber Daya Mineral Kabupaten Bungo, 2010

(55)

Tabel 2.10 :Investasi Pihak Swasta pada Sektor Pertambangan Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Perusahaan/

Investor Kecamatan

Luas Area (Ha)

Jumlah

Produksi Status

1 PT. Nusantara

Termal Coal

Rt. Pandan 2.832 1.370.173,30 PKP2B

2 PT. BPP Rt. Pandan 187,1 25.271,66 KP

3 PT. TPI Jujuhan 199 - KP

4 PT. KIM Jujuhan 199 578.448,97 KP

5 PT. TBA Jujuhan 196 101.928,58 KP

6 CV. NISKA Pelepat 199 - KP

7 PT. S. Pangin

Jaya

Jujuhan 199 27.908.36 KP

8 PT. Altra Kartika

Sejahtera

Pelepat 173 87.973,90 KP

9 PT. DSM Bathin II

Pelayang

200 36.705,21 KP

10 PT. ANI Pelepat 146 7.538,52 KP

11 PT. TPJ Jujuhan 199 8.725,33 KP

12 PT. BUN Pelepat 199 632,32 KP

13 PT. MBT Rt. Pandan 199 16.071,15 KP

14 PT. SCP Rt. Pandan 199 51,35 KP

15 PT. BHB Jujuhan 172 9.817,96 KP

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bungo, 2010

B.3

Industri

(56)

peluang pasar mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka memanfaatkan pasar regional dan ekspor. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut membangun kawasan sentra produksi agar sektor industri dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat lagi.

Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kabupaten Bungo selama 6 tahun terakhir mencapai 4,78% dari total PDRB Kabupaten Bungo. Deskripsi lebih rinci tentang perkembangan kontribusi sektor industri terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.11 : Perkembagan PDRB Sektor Industri terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo Tahun 2004 -2009

NO Tahun PDRB Sektor

Industri Total PDRB

% Sektor Industri terhadap Total PDRB

1 2004 43.417,02 814.099,66 5,33

2 2005 44.492,67 866.159,27 5,14

3 2006 45.566,00 939.040,98 4,85

4 2007 47.803,45 1.021.691,10 4,68

5 2008 50.687,08 1.135.381,09 4,46

6 2009 54.186,45 1.208.036,66 4,49

Rata-rata 47.692,11 997.434,79 4,78

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

(57)

perusahaan Crumb Rubber yang beroperasi dengan total investasi senilai Rp. 64,95 Milyar produksi dari industri berskala besar di Kabupaten Bungo dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.12 : Jumlah Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Kelompok Industri Besar di Kabupaten Bungo No Cabang Industri Unit

Usaha

Nilai Invetasi Tenaga Kerja

Produksi (Rp. 000)

1 Crumb Rubber 2 64.946.085,57 660 499.844.342,45

2 Air Minum dalam

kemasan

2 1.565.000,00 50 1.238.639.576

Jumlah 4 66.511.085,57 710 501.082.982,02

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bungo, 2010

Selain keberadaan industri berskala besar, keberadaan industri berskala kecil juga menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bungo sesuai dengan potensi dan sumber daya yang tersedia. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat atau ekonomi kerakyatan.

(58)

pembuatan kerupuk lanting dan pengolahan emping melinjo. Jumlah unit usaha, investasi, tenaga kerja dan nilai produksi kelompok industri kecil termuat pada tabel di bawah ini.

Tabel : 2.13 Jumlah Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Bungo No Cabang Industri Unit

Usaha

Invetasi (000)

Tenaga Kerja

Produksi (Rp. 000)

1 Kimia Kertas & Pulp 141 11.977.073,67 710 6.012.278,45

2 Agro & Hasil Hutan 476 34.512.789,57 2.165 24.263.010,07

3

Logam Mesin & Perekayasaan Alat Angkut

128 11.430.391,818 679 5.850.400,99

4 Tekstil, Elektronika

& Aneka 138 11.485.820,83 760 7.916.244.530

Jumlah

883 69.406.075,888 4.314 44.041.934,040

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bungo, 2010

(59)

Analisis perbandingan investasi, tenaga kerja dan nilai produksi antara industri besar dan industri kecil terhadap keseluruhan industri di Kabupaten Bungo dimuat pada tabel berikut ini.

Tabel : 2.14 Jumlah Perbandingan Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Besar dan Industri Kecil di Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Cabang Industri Unit

Usaha

Investasi (000)

Tenaga Kerja

Produksi (Rp. 000)

1 Industri Besar 4 66.511.085,57 710 501.082.982,02 2 Industri Kecil 883 69.406.075,88 4.314 44.041.934,04

Jumlah 887 135.917.161,45 5.024 545.124.916,06

% Industri Besar 0,45 48,93 14,13 91,92

% Industri Kecil 99,54 51,06 85,86 8,07

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bungo, 2010

(60)

total produksi Kabupaten Bungo. Angka tersebut lebih besar dibandingkan industri kecil yang hanya mampu berkontribusi sebesar 8,07% dari total produksi.

B.4

Perdagangan

Pembangunan sektor perdagangan di Kabupaten Bungo bertujuan untuk mendukung perkuatan daya saing daerah baik pada tingkat regional, nasional maupun global. Diharapkan hasilnya dapat memperkuat posisi daerah dalam kegiatan perdagangan dan meningkatkan besaran kontribusi sektor perdagangan dalam perekonomian daerah.

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Bungo pada tahun 2004 – 2009 mencapai 19,23% dari total PDRB Kabupaten Bungo. Selama 6 tahun tersebut kontribusi sektor perdagangan terus mengalami peningkatan.

(61)

Tabel : 2.15 Perkembagan Kontribusi PDRB Sektor Perdagangan Terhadap Total PDRB Kabupaten Bungo Th 2004 -2009

NO Tahun PDRB Sektor

Perdagangan Total PDRB

% Sektor Perdagangan

terhadap Total PDRB

1 2004 149.328,65 814.099,66 18,34

2 2005 159.620,07 866.159,27 18,43

3 2006 174.746,89 939.040,98 18,61

4 2007 194.065,44 1.021.691,10 18,99

5 2008 221.071,53 1.135.381,09 19,47

6 2009 252.161,58 1.208.036,66 20,87

Rata-rata 191.832,36 997.434,79 19,23

Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

Kegiatan pada sektor perdagangan perlu ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasarana perdagangan agar kegiatan perdagangan dapat berjalan dengan baik. Adapun jumlah sarana dan prasarana perdagangan di Kabupaten Bungo tersaji pada tabel dibawah ini.

Tabel : 2.16 Sarana dan Prasarana Perdagangan Menurut Jenis Kabupaten Bungo Tahun 2009

No Jenis Jumlah (Unit)

1 Pasar 39

2 Gudang 31

3 Distribusi/Agen/Penyalur 24

4 SPBU 8

5 Pasar Lelang Karet 10

(62)

2.4.2 Infrastruktur

Permasalahan ketersediaan air bersih di Kabupaten Bungo tidak lepas dari cara masyarakat menyediakan dan menggunakan sumber daya air. Sungai Batang Bungo telah sejak lama berfungsi menjadi sumber air baik untuk minum maupun untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pemerintah melalui PDAM Pancuran Telago terus meningkatkan upaya pemenuhan air bersih. Tahun 2001 jumlah pelanggan PDAM Pancuran Telago adalah 3.900 pelanggan kemudian tahun 2005 naik menjadi 3.951 pelanggan, tahun 2008 meningkat menjadi 4.325 pelanggan tahun 2010 mencapai 5.000 pelanggan.

(63)

lebih panjang. Kemudian tahun 2008 kondisi jalan baik menjadi 420,7 km atau naik menjadi 2 kali lebih panjang. Kondisi akan mendatangkan keuntungan bagi Kabupaten Bungo. Keuntungan tersebut perlu terus dikembangkan untuk mendapat keuntungan yang maksimal.

Ketersediaan sarana dan prasarana telekomunikasi, merupakan prasyarat bahwa daerah tersebut memiliki aksesibilitas yang baik. Saluran telepon akan dapat menjamin adanya komunikasi yang baik dari dan ke daerah tersebut. Ketersediaan telepon menjadi salah satu syarat untuk dapat mengakses teknologi informasi. Dalam dekade terakhir terlihat perkembangan sarana telepon meskipun belum tumbuh dengan cepat. Pada tahun 2001 jumlah Saluran Telepon Terpasang adalah 2.301 sambungan. Tahun

2005 menjadi 2.573 sambungan, atau mengalami

peningkatan sebesar 2,7%. Tahun 2008 STT menjadi 3.142 sambungan dan tahun 2010 dapat mencapai angka 4.000 sambungan.

(64)

Sumatera. Jaringan ini telah memungkinkan kekurangan di satu tempat dapat dipasok oleh adanya kelebihan daya di tempat lain. Pada saat ini permasalahan yang dihadapi adalah ketersediaan listrik di perdesaan keberadaannya baru mencapai 62,0%. Kemudian, tingkat elektrisitas rumah tangga baru mencapai 39,9% saja. Angka tersebut di bawah rata-rata tingkat elektrisitas di Provinsi Jambi. Ketersediaan listrik di pedesaan memerlukan penanganan yang berarti. Melambatnya program listrik masuk desa, karena terkendala pada ketiadaan dana membangun jaringan ke pedesaan dan pembangkit listrik untuk pedesaan.

2.4.3 Iklim Berinvestasi

(65)

Tabel : 2.17. Jumlah Investor yang Berminat untuk Berinvestasi di Kabupaten Bungo dari Tahun 2006-2010

No Sektor Investasi Jumlah Perusahaan Jumlah

2006 2007 2008 2009 2010

1 Bahan galian golongan

A ( Batubara)

6 12 15 18 42 93

2 Bahan galian golongan

B (Emas)

4 3 2 2 3 14

3 Bahan galian golongan

C (Sirtu)

10 8 5 6 3 32

(66)

Pemerintah Kabupaten Bungo sejak tahun 2006 – 2010 telah mengeluarkan izin bidang pertambangan seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel : 2.18. Jumlah penerbitan izin kp.bahan galian golongan A, B dan C di Kabupaten Bungo dari tahun 2006 – 2010.

No Sektor Investasi

Jumlah Perusahaan Jumlah

(Buah)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Bahan Galian golongan A (batubara)

- SKIP

- Eksplorasi/ IUP Eksplorasi

- Eksploras/ IUP Produksi

- Pengangkutan & Penjualan

6

2

2

2 5

3

3

3

9

4

2

2

-12

6

-10

34

-20

31

47

7

2 Bahan Galian Golongan B (Emas) 4 3 4 - 3 14

3 Bahan galian golongan C (sirtu) 6 9 10 6 3 29

(67)

Melengkapi investasi diperkebunan sawit maka investor tersebut juga melengkapi investasi pada pabrik pengolahan sawit sebanyak 4 pabrik. Sedangkan investor dikomoditas karet telah membangun 3 pabrik pengolahan karet. Khusus untuk sektor indutri, jumlah investasi di Kabupaten Bungo terus mengalami peningkatan. Tercatat selama tahun 2006-2010 pertumbuhan investasi di bidang industri mencapai 16,43% pertahun. Deskripsi tentang perkembangan jumlah investor di sektor industri dimuat pada tabel berikut ini:

Tabel : 2.19. perkembangan jumlah investasi pada sektor industri Kabupaten Bungo tahun 2006 – 2010

No Tahun Jumlah Investasi dalam

Milyar

1 2006 39,60

2 2007 67,61

3 2008 68,91

4 2009 69,91

5 2010 72,77

2.4.4 Sumber Daya Manusia

(68)

Sedangkan tahun 2004–2007 perkembangannya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Deskripsi lebih rinci tentang perkembangan sumber daya manusia yang bekerja di Kabupaten Bungo dimuat pada tabel berikut ini.

Tabel : 2.20 Sumber Daya Manusia yang Bekerja Terdaftar di Kabupaten Bungo Berdasarkan Sektor Periode Tahun 2004 - 2009

Lapangan Usaha

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1.Pertanian,Peternakan, kehutanandan perikanan

2.798 2.798 2.795 2.940 2.137 2.310

2.Pertambangan dan Penggalian

317 317 243 445 669 677

3.Industri Pengolahan 930 930 1.048 1.050 1.140 1.176

4.Listrik, Gas dan Air bersih 43 43 43 43 60 81

5.Bangunan 347 347 355 355 353 382

6.Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.899 1.899 2.093 2.093 1.100 1.117

7.Pengangkutan dan Komunikasi

44 44 194 218 55 108

8.Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan

194 194 52 112 439 483

9.Jasa-jasa 90 90 120 120 68 80

Jumlah 4.814 6.662 6.943 7.367 6.021 6.416

Laju Pertumbuhan (%) 2,36 38,39 4,22 6,11 (18,27) 6,56 Sumber : BPS Kabupaten Bungo, 2010

(69)

manusia yang bekerja di Kabupaten Bungo mayoritas berasal dari luar, yang datang dan pergi sesuai dengan kesempatan kerja yang ada.

(70)

Bab-3

Gambaran Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Kerangka

Pendanaan

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah

Kabupaten Bungo tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh, baik dari sisi pengelolaan penerimaan pendapatan, maupun pengeluaran daerah melalui belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan pendapatan dan belanja daerah selama tahun 2006 – 2010 telah

menunjukkan efektivitas dan efisiensi yang

(71)

pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini terlihat dengan meningkatnya Penerimaan Daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan terjadinya penghematan dari pengeluaran daerah. Ada tiga sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah Kabupaten Bungo; Pertama, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bungo. Kedua, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jambi, yang pelaksanaannya ditetapkan melalui peraturan daerah Provinsi Jambi. Ketiga,

sumber pembiyaan yang berasal dari Anggaran dan Belanja

Negara (APBN) yang didalamnya terdapat dana

(72)

3.1.2. Pengelolaan Pendapatan Daerah

Hal utama yang harus diperhatikan dalam

pengelolaan keuangan daerah adalah pendapatan daerah. Pendapatan daerah dalam proses pengelolaan daerah harus dituangkan terlebih dahulu. Tanpa sumber-sumber pendapatan daerah, maka pengelolaan keuangan daerah tidak akan dapat dikelola secara sempurna. Untuk mendukung pendaptan ini, baik yang menyangkut Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan maupun lain-lain pendapatan daerah yang sah seperti bagi hasil dari pemerintah lain, maka harus dilakukan secara optimal, guna meningkatkan pendapatan daerah secara optimal pula.

Dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, khususnya PAD, ditempuh berbagai bentuk terobosan dan strategi agar penerimaan PAD mengalami peningkatan. Salah satu terobosan paling penting dalam meningkatkan PAD adalah melakukan program intensifikasi dan

(73)

sulit untuk melakukan ekstensifiksi sumber penerimaan yang baru. Dalam ketentuan peraturan/perundang-undangan ditegaskan bahwa penerimaan pendapatan yang baru tidak boleh memberatkan masyarakat dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Kabupaten Bungo telah mengeluarkan kebijakan untuk peningkatan penerimaan daerah. Kebijakan yang telah dilakukan untuk meningkatkan penerimaan daerah Kabupaten Bungo dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan pengkajian dan penyusunan aspek legalitas

pemungutan pendapatan daerah dengan

melaksanakan perubahan atau penyusunan Perda baru sertya penerapan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Melakukan penggalian dan pengembangan sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang sudah ada maupun mencari sumber-sumber pendaptan baru untuk

menunjang pembiayaan pemerintahan dan

pembangunan

(74)

Pemerintah juga akan melakukan peningkatan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam dana perimbangan.

4. Melakukan pembentukan Satuan Tugas Peningkatan

Pendapatan Daerah yang bertujuan untuk

mengoptimalkan pendapatan asli daerah agar tidak terjadi penunggakan pembayaran.

Secara umum kebijakan yang telah diambil tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap penerimaan daerah. Hal ini tercermin dari meningkatnya penerimaan dari target pendapatan khususnya penerimaan pajak dan retribusi daerah selama tahun 2006 – 2010.

(75)

peningkatan. Kembali deskripsi lebih detil tentang pendapatan daerah dimuat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2006 – 2010

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

I PENDAPATAN DAERAH

1 Pendapatan Asli Daerah 20,857,082,807.68 43,662,550,407.22 64,305,804,619.84 41,987,211,400.00 52,483,279,458.02 a Pajak Daerah 2,823,208,169.18 3,630,330,417.35 5,049,201,632.00 5,931,777,021.00 5,547,552,053.00 b Retribusi Daerah 16,304,604,567.20 19,040,296,495.00 24,309,906,665.33 5,778,636,394.00 5,986,418,425.00 c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang dipisahkan 1,729,270,071.30 1,581,267,621.95 3,035,022,678.89 4,068,601,318.58 5,068,601,318.58 d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 7,452,632,043.82 19,410,655,872.92 31,911,673,643.62 26,208,196,666.42 35,880,707,661.44

2 Dana Perimbangan 365,620,277,353.48 392,134,253,270.00 414,953,971,270.00 415,139,261,658.00 459,252,427,535.57 a Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak 52,976,007,610.00 58,996,153,270.00 56,279,018,406.00 61,405,909,658.00 91,733,576,535.57 b Dana Alokasi Umum 272,081,000,000.00 302,950,000,000.00 317,541,798,000.00 311,260,103,000.00 311,791,251,000.00 c Dana Alokasi Khusus 24,690,000,000.00 30,188,100,000.00 41,133,154,864.00 42,473,249,000.00 55,727,600,000.00 d Dana Perimbangan dari Provinsi 15,873,269,743.48

3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 11,635,821,689.00 47,600,195,288.60 62,872,004,978.40 63,881,904,246.30 117,053,273,507.00 a Hibah 10,000,000,000.00 3,000,000,000.00 4,000,000,000.00 25,460,000,000.00

b Dana Darurat -

-c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi

dan Pemda lainnya 12,633,997,288.60 20,339,655,398.40 17,965,378,196.30 18,349,800,251.00 d Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 24,966,198,000.00 37,782,349,400.00 4,683,662,050.00 2,000,000,000.00 e Bantuan Keuangan dari Provinsi 1,750,000,000.00

atau Pemda Lainnya

-f Bagi Hasil Atas Penerimaan Pemberian

Hak Atas Negara 11,635,821,689.00

398,113,181,850.16 483,396,998,965.82 542,131,780,868.24 521,008,377,304.30 628,788,980,500.59 Jumlah

Berdasarkan tabel Pendapatan Daerah Tahun 2006 – 2010, dapat terlihat bahwa terjadi peningatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Laju sebesar 36,93 % pertahun, yaitu dari Rp. 7.452.632.043,82 pada tahun 2006 menjadi Rp. 35.880.707.661,44 pada tahun 2010.

(76)

Grafik 3.1.1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bungo 2006-2010

0.00 5,000,000,000.00 10,000,000,000.00 15,000,000,000.00 20,000,000,000.00 25,000,000,000.00 30,000,000,000.00 35,000,000,000.00 40,000,000,000.00

2006 2007 2008 2009 2010

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

(77)

Grafik 3.1.2. Pendapatan dari Dana Perimbangan Kabupaten Bungo Tahun 2006-2010

0.00 50,000,000,000.00 100,000,000,000.00 150,000,000,000.00 200,000,000,000.00 250,000,000,000.00 300,000,000,000.00 350,000,000,000.00

2006 2007 2008 2009 2010

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Perimbangan dari Provinsi

(78)

Grafik 3.1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Bungo tahun 2006-2010

0 10000000000 20000000000 30000000000 40000000000 50000000000 60000000000 70000000000 80000000000

2006 2007 2008 2009 2010

Hibah

Dana Darurat

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi

dan Pemda lainnya

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi

atau Pemda Lainnya

3.1.3. Neraca Keuangan

(79)

Sedangkan kewajiban mengalami penurunan selama 5 tahun tersebut. Jika pada tahun 2005 kwajiban yang di miliki Kabupaten Bungo sebesar Rp. 4.264.676.015,52. lalu pada tahun 2009 menurun menjadi Rp. 3.672.855.465,00 untuk ekuitas Kabupaten Bungo mengalami peningkatan selama tahun 2005 – 2009 hampir dua kali lipat tercatat pada pembukuan tahun 2009 jumlah ekuitas telah mencapai Rp. 1.210.661.937.334,76 , sedangkan pada tahun 2005 hanya tercatat sebesar Rp 652.524.051.451,60

3.1.3.1. Asset Daerah

(80)

Sedangkan pemilikan asset tetap terjadi peningkatan hampir dua kali lipat. Pada tahun 2005 nilai asset tetap yang dimiliki adalah sebesar Rp. 1.110.948.511.730,74 pada tahun 2009. Namun untuk asset lainnya yang berupa piutang angsuran dan dana kemitraan dengan pihak ketiga tidak mengalami peningkatan, melainkan terjadi penurunan.

(81)
(82)

3.1.3.2. Kewajiban Daerah

Jumlah kwajiban daerah Kabupaten Bungo selama tahun 2005 – 2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 Kabupaten Bungo memiliki kewajiban berupa utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang sebesar Rp. 4.264.676.015,52 dan kemudian turun menjadi Rp. 3.672.855.465,00 pada tahun 2009. Berarti Pemerintah Kabupaten Bungo selama 5 tahun tersebut berhasil menghapuskan utang jangka panjang sebesar Rp. 2.092.488.814,26.

(83)

Tabel 3.3. Kewajiban Daerah Kabupaten Bungo Selama Tahun 2005 – 2009

3.1.3.3. Analisis Liquiditas dan Solvabilitas

A. Analisis Liquiditias

Dalam analisis liquiditas digunakan dua alat analisis yaitu Current Ratio dan Quick Ratio. Kedua alat analisis tersebut menganalisis kemampuan keuangan daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dilakukan dengan menggunakan asset lancar. Ini berarti kewajiban jangka pendek harus ada jaminan dari asset lancar tanpa mengganggu operasional rutin pemerintahan. Minimal jaminan tersebut adalah dua

No Uraian 31 Des 2005 31 Des 2006 31 Des 2007 31 Des 2008 31 Des 2009 1 KEWAJIBAN

2 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

3 Utang Kepada Fihak Ketiga

4 Utang Perhitungan Fihak

Ketiga (PFK) 1,333,960,809.00 1,550,749,255.00 5,494,403,903.00 2,543,123,723.00 3,672,855,465.00 5 Utang Bunga

6 Bagian Lancar Utang Jangka

Panjang 458,987,514.26 458,987,514.26 - -

-7 Utang jangka Pendek Lainnya 379,238,878.00 8 JUMLAH KEWAJIBAN

JANGKA PENDEK 2,172,187,201.26 2,009,736,769.26 5,494,403,903.00 2,543,123,723.00 3,672,855,465.00

9

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

10 Utang Dalam Negeri

-Pemerintah Pusat 2,092,488,814.26 1,511,798,800.00 - -

-11 Utang Luar Negeri - Obligasi 121,702,500.00 - - -12 JUMLAH KEWAJIBAN

Gambar

Tabel 2.1Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo atas Dasar
Gambar : Skema Hubungan RPJMD dengan RPJPD,
Tabel : 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bungo atas Dasar
Tabel : 2.2. Distribusi PDRB Kabupaten Bungo Atas Dasar HargaKonstan 2000 Tahun 2004 – 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Di Pondok Pesantren Rahmatan Lil’alamin Tuban ) Telah dapat diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) Program Studi Pendidikan Agama

Perbedaan integrasi blob image dengan integrasi IPFS adalah saat file sudah dirubah menjadi buffer dimana pada pesudecode terdapat pada langkah 1.Langkah selanjutnya pada nomor 7,

Jasa kesiagaan informasi (jki) adalah suatu jenis layanan rujukan yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi mengenai bahan pustaka yang baru dalam bidang yang diminatinya.

Dengan kekuasaan yang dimilki oleh presiden maka penafsiran presidenlah yang dianggap sebagai kebenaran karena muatan dalam Undang-Undang Dasar dianggap sakral dengan

Upaya adalah suatu usaha untuk mencapai suatu maksud, untuk memecahkan suatu persoalan.(Tim Ganesha Sains Bandung, 2001: 502) Pengertian Upaya yang dimaksud dalam

Untuk mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis pada pasien anak infeksi saluran

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlak dan memiliki peradaban,

Daftar HD-5.2 ini sudah sampai di BPS paling lambat pada tanggal 20 bulan pencac Subsektor Perikanan Budidaya, juga untuk menyusun Indeks Harga yang4. Pencacahan di