• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

3.3. Kerangka Pendanaan

3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama

Alokasi Belanja daerah didominasi belanja langsung dengan alokasi rata-rata selama 5 tahun terakhir 56,33%. Alokasi belanja langsung terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 26,80% dari total belanja daerah.

No Uraian Tahun Anggaran

Balanja daerah

A Balanja Tidak Langsung 50.003.271.465 228.752.181.252 286.903.913.640 304.549.027.354 395.328.640.490

1 Belanja Pegawai 194.432.509.252 227.480.728.531 261.238.121.354 348.218.578.683

2 Belanja Bunga 447.000.000 250.000.000 - 2.000.000.000

3 Belanja Subsidi 1.058.295.000 1.227.720.000 1.054.904.000 564.258.400

4 Belanja Hibah 178.000.000 12.221.350.000 23.843.991.000 23.334.971.200

5 Belanja Bantuan Sosial 12.191.498.000 7.699.000.000 1.280.000.000 1.353.191.207

6 BBHKP/Kab/Kota/Pemdes 526.511.000 526.511.000 526.511.000 1.041.351.000

7 BBKKP/Kab/Kota/Pemdes 14.918.368.000 16.250.522.000 15.980.500.000 17.816.390.000

8 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000 21.248.082.109 625.000.000 1.000.000.000

B Belanja Langsung 379.859.650.685 334.679.847.677 393.283.041.689 317.551.699.813 339.355.232.840

1 Belanja Pegawai 28.167.429.792 34.690.540.650 29.586.083.162 41.584.049.476

Pertumbuhan belanja tidak langsung terbesar pada tahun 2008 yaitu 47,65% dan turun drastis pada tahun 2009 menjadi 16,43%. Sementara pada tahun 2010 pertumbuhannya turun lagi menjadi 13,1%. Sedangkan rata-rata pertumbuhannya belanja tidak langsung sebesar 23,64%.

Untuk pertumbuhan belanja langsung terbesar terjadi tahun 2006 sebesar 62,06%. Pada tahun 2007 turun menjadi 48,15%, pada tahun 2008 turun lagi menjadi 26,03% serta pada tahun 2009 pertumbuhannya minus sebesar 16,03%.

Belanja daerah menjadi salah satu alat kebijakan keuangan untuk mencapai sasaran pembangunan daerah selama 5 tahun, perbandingan rata-rata alokasi belanja tidak langsung dan belanja langsung mencapai 47,67% dan 56,33%. Komposisi belanja tersebut secara rata-rata selama 5 tahun terakhir sudah mulai menunjukkan kinerja yang baik dimana belanja langsung sudah besar dari pada belanja tidak langsung. Akan tetapi selisihnya masih relatif kecil. Pembiayaan 1 Pembentukan dana cadangan 2 Penyertaan modal (investas) daerah 2.000.000.000 8.412.500.000 2.450.000.000 1.200.000.000 3 Pembayaran pokok utang 458.988.000 2.146.580.000

4 Pemberian pinjaman

daerah

Jumlah pengeluaran

pembiayaan

Kedepan, alokasi belanja langsung harus lebih besar dari pada belanja tidak langsung karena selisihnya masih kecil dan mayoritas belanja tidak langsung didominasi belanja pegawai. Pada sisi belanja langsung juga didapati belanja pegawai. Oleh karena itu, kedepan harus diupayakan menekan belanja pegawai melalui kebijakan tidak ada lagi penerimaan pegawai negeri sipil baru.

3.3.2 Perhitungan Kerangka Pendanaan

Mengacu pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang – undang Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, dan efektif, transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dankepatutan. Prinsip pengelolaan keuangan daerah ini tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan dan struktur belanja daerah. untuk itu, akan dijabarkan kerangka pendanaan untuk menentukan arah kebijakan umum pendapatan dan belanja daerah anggaran Kabupaten Bungo lima tahun yang akan datang. Seperti yang dimuat kedalam tabel kerangka pendanaan

Tabel ; 3.8. Kerangka Pendanaan APBD Kabupaten Bungo Tahun 2012-2016 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Uraian Tahun Anggaran

2012 2013 2014 2015 2016

1 Pendapatan daerah 724.679 775.406 829.685 887.763 949.906

2 Sisa Lebih (Rill) Perhitungan

Anggaran 8.144 10.000 10.000 10.000 10.000

3 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 0

4

Belanja tidak langsung periodik yang wajib dan mengikat serta prioritas utama

398.474 437.309 479.976 526.858 578.372

a. Gaji pegawai

b. Belanja bagi hasil kab dan pemdes

c. Belanja Bantuan Keu ke pemdes 378.225 1.041 19.206 416.048 1.093 20.167 457.653 1.148 21.175 503.418 1.205 22.234 553.760 1.265 23.346 5

Belanja langsung periodik yang wajib dan mengikat serta prioritas utama

101.895 107.926 114.504 121.682 129.520

a. Sektor pendidikan 20% b. Infrastruktur

c. Program seratus juta per dusun 35.228 53.266 13.400 35.933 58.593 13.400 36.651 64.452 13.400 37.384 70.897 13.400 38.132 77.987 13.400 6 Pengeluaran pembiayaan

yang wajib dan mengikat 14.000 14.000 14.000 4.000 4.000

a. Pembentukan dana cadangan b. Penyertaan modal/ investasi 2.000 12.000 2.000 12.000 2.000 12.000 3.000 1.000 3.000 1.000

Pada kerangka pendanaan APBD Kabupaten Bungo Tahun 2012-2016, pendapatan daerah ini akan digunakan untuk gaji pegawai dan guru serta pegawai honor, belanja bagi hasil kabupaten/ kota dan pemdes. Semua belanja diatas diatas merupakan Belanja Tidak Langsung Periodik

yang wajib dan mengikat serta prioritas utama sesuai dengan visi misi Bupari Bungo 2012 - 2016 untuk mewujudkan Bungo MAS. Pada sisi Belanja lansung Periodik yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama dialokasikan pada sektor pendidikan sesuai dengan Undang-undang pendidikan yang mewajibkan pemerintah daerahmengalokasikan Anggaran sebesar 20% dari APBD. Oleh karena itu, program pendidikan yang merupakan program prioritas utama yang akan dilaksanakan 5 tahun kedepan. Disamping itu, program infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan dan pelabuhan ini juga program prioritas dan utama serta program Seratus Juta Satu Dusun merupakan program prioritas dari Bupati yang akan di alokasikan pada tahun 2012 – 2016 sebesar 13,1 milyar sesuai dengan jumlah dusun yang ada di Kabupaten Bungo dan dapat terjadi jumlah ini bias meningkat untuk 5 tahun kedepan sesuai dengan perkembangan pemekaran dusun di setiap kecamatan Kabupaten Bungo. Namun dalam kerangka pendanaan diasumsi jumlah dusun sebanyak 131 dusun.

Kapasitas rill kemampuan keuangan daerah merupakan pendapatan daerah ditambah pencairan dana cadangan dan sisa lebih rill perhitungan anggaran yang

megikat serta prioritas utama. Dari peerhitungan tersebut diperoleh kapasitas rill kemampuan keuangan daerah.

Kapasitas rill kemampuan keuangan kabupaten Bungo tahun 2012 direncanakan sebesar Rp.218.454 juta, tahun 2013 dibutuhkan Rp.226.171 juta, tahun 2014 diprediksi sebesar Rp.231.203 juta, tahun 2015 dibutuhkan sebesar 246.222 juta dan tahun 2016 diprediksi menjadi Rp.248.014 juta. Kapasitas rill tersebut akan diperuntukkan untuk menunjang program wajib dan program prioritas selama tahun 2012-2016 mendatang.

Sejalan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas rill kemampuan keuangan Kabupaten Bungo tahun 2012 – 2016 maka perlu upaya yang kuat untuk menignkatkan pendapatan daerahterutama yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah khususnya potensi penerimaan dari laba BUMD. Disamping itu, upaya perolehan dana perimbangan yang lebih besar juga diperlukan. Sedangkan belanja daerah untuk belanja pegawai perlu ditekankan baik pada belanja tidak langsung maupun belanja langsung.

Deskripsi lebih rinci tentang kapasitas rill kemampuan daerah Kabupaten Bungo 2012–2016 dimuat kedalam tabel. Adapun tabel tersebut disajikan dibawah ini.

Tabel : 3.9. Kapasitas rill kemampuan keuangan daerah dan penggunaannya Kabupaten Bungo Tahun 2012 – 2016 (dalam jutaan rupiah.

No Uraian Tahun Anggaran (juta)

2012 2013 2014 2015 2016

I Kapasitas rill kemampuan keuangan 218.454 226.171 231.203 245.222 248.014

II Total rencana prioritas pengeluaran I

(II.a-Iib-Iic) 179.551 188.292 197.225 216.334 225.597

II.a Belanja langsung 295.446 310.219 325.730 342.016 359.117

II.B Belanja langsung periodik yang wajib

dan mengikat serta prioritas utama 101.895 107.926 114.504 121.682 129.520

II.c Pengeluaran pembiayaan yang wajib

dan mengikat serta prioritas utama 14.000 14.000 14.000 4.000 4.000

II.d

Sisa kapasitas rill kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II)

38.903 37.878 33.977 28.887 22.416

III Rencana prioritas pengeluaran II

(III.a-III.b) 36.903 19.836 26 -22.854 -49.168

III.a Belanja tidak langsung 435.377 457.146 480.003 504.003 529.203

III.b Belanja tidak langsung periodik yang

wajib dan mengikat serta prioritas utama 398.474 437.309 479.976 526.858 578.372

Bab-4

Analisis Issue Strategis

4.1 Permasalahan Pembangunan Daerah

4.1.1 Infrastruktur Fisik daerah

a. Kondisi fisik jalan dan jembatan yang banyak rusak berdampak negatif terhadap mobilitas orang dan barang dari dan keluar Kabupaten Bungo. Oleh karena itu perlu di perbaiki dan ditingkatkan kapasitas dan kualitas jalan dan jembatan tersebut agar menjamin kelancaran arus orang dan barang di lingkungan internal dan eksternal Kabupaten Bungo.

b. Angkutan sungai merupakan alat transportasi tradisional masyarakat Bungo belum optimal digunakan. Angkutan ini relatif lebih murah karena mampu mengangkut orang dan barang yang lebih besar dengan biaya perawatan sarana dan prasarana yang lebih rendah. Alat angkutan dapat dimanfaatkan untuk angkutan barang dapar

dimanfaatkan untuk angkutan barang tambang dan hasil pertanian dalam skala besar dengan biaya yang lebih murah.

c. Pembangunan bandar udara belum selesai sehingga belum dioperasionalkan. Bandar udara Bungo harus segera diresmikan dan dioperasionalkan agar investasi daerah dapat bernilai guna dan berdampak terhadap ekonomi daerah.

d. Pembangkit listrik sebagian besar masih menggunakan pembangunan listrik tenaga diesel dan ketergantungan pada kiriman listrik dari PLTA di Sumatera Barat masih besar.

e. Mutu air yang terdapat pada sungai batang Bungo sudah tercemar dan debit air berfluktuasi tinggi. f. Masih didapati 24 Dusun yang belum terjangkau

jaringan listrik pedesaan sehingga perlu diprioritaskan untuk dibangun agar dusun tersebut mendapat listrik masuk dusun.

g. Belum tersedia infrastruktur ini pertanian yang lengkap dan berkualitas infrastruktur di perlukan karena bersentuhan dengan kebutuhan dan kesejahteraan pertanian dan peningkatan produksi

4.1.2 Sosial Budaya

4.1.2.1 Pendidikan

a. Masih didapati anak usia sekolah yang tidak sekolah karena kesadaran masyarakat untuk bersekolah masih rendah dan biaya sekolah masih belum semua terjangkau oleh semua masyarakat.

b. Belum meratanya kualitas pendidikan terutama di pedusunan khususnya dusun dusun tertinggal

c. Proses belajar mengajar belum terlaksana dengan baik karena ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai

d. Distribusi alokasi tenaga pendidik yang belum merata antar satuan pendidikan termasuk kebutuhan guru di dusun tertinggal sesuai dengan standar pelayanan minimal pendidikan

e. Sistim informasi manajemen pendidikan belum dapat yang menyajikan data dan informasi pandidikan dengan akurat dan cepat sesuai dengan kondisi nyata dilapangan.

f. Pemberian muatan lokal yang masih belum bercirikan muatan daerah menyentuh langsung kebutuhan daerah terutama kebutuhan lapangan kerja

g. Serapan dunia usaha dan industri untuk menerima tenaga kerja alumni SMU/SMK daerah belum optimal

karena dinilai kurang terampil dan kurang profesional serta tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha

4.1.2.2 Kesehatan

a. Kualitas pelayanan yang baik masih belum merata untuk semua lapisan masyarakat khususnya dipedusunan. Pelayanan kesehatan masih belum maksimal derajat kesehatan masyarakat masih didapati yang rendah.

b. Prilaku masyarakat hidup sehat dan bersih masih rendah dan kualitas kesehatan lingkungan juga rendah khususnya dipedusunan

c. Sarana dan prasaran kesehatan dipedusunan masih belum memadai, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan terpusat di ibukota kecamatan

d. Jumlah sumberdaya kesehatan yang berkualitas belum memadai baik dari segi kuantitas maupun dari segi penyebaran yang tidak merata.

e. Terbatasnya sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan yang berkualitas dan sebarannya juga tidak merata terutama dipuskesmas yang letaknya

4.1.2.3 Kebudayaan dan pariwisata

a. Potensi pariwisata belum didukung maksimal oleh ketersediaan saran dan prasarana, objek wisata dan even wisata yang menarik bagi wisatawan

b. Terbatasnya penggalian, pelestarian dan pengembangan nilai – nilai tradisional dan kearifan loka yang dapat dijadikan objek wisata

c. Kecilnya peran serta swasta dan masyarakat dalam upaya menggali, mengembangkan, dan melestarikan budaya, serta pengembangan dan pelestarian kawasan budaya dan bendda cagar budaya

d. Terbatasnya event budaya yang khas daerah dan menarik untuk dijadikan kalender wisata sehingga dapat mendukung peningkatan kunjungan wisata dan pelestarian budaya lokal

4.1.2.4 Pemudan dan Olahraga

a. Terbatasnya minat pemuda untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam bidang kewirausahaan / dunia usaha

b. Kurang optimalnya pengembangan olahraga dikalangan masyarakat luas baik olahraga profesional maupun olahraga massal

c.Belum optimalnya peran swasta dalam menunjang prestasi olahraga daerah dan pembinaan kader olahragawan khususnya dalam mencetak olahragawan berprestasi

d. Belum meratanya ketersediaan fasilitas olahraga yang berkualitas guna menyiapkan olahragawan berprestasi

4.1.3 Perekonomian Daerah

4.1.3.1 Keuangan daerah

a. Kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah masih kecil (9,01%) berarti ketergantungan pada dana perimbangan (APBD) amat besar (79,60%) atau derajat desentralisasi fiskal masih kecil ( dibawah 10%).

b. Pendapatan daerah yang berasal dari pajak dan retribusi daerah belum optimal karena potensi dan peluan belum digunakan maksimal padahal potensi peluang untuk pajak dan retribusi daerah masih besar

c. Kontribusi BUMD dalam meningkatkan PAD belum optimal dilakukan, masih didapati BUMD yang merugi

manajemen dan sumberdaya manusia BUMD belum profesional sehingga belum optimal dalam menghasilkan laba

d. Proporsi belanja langsung masih dibawah 60% atau proporsi belanja tidak langsung masih diatas 40% belanja tidak langsung masih dominan untuk belanja pegawai bearti belanja untuk membangun daerah masih kecil alokasinya.

4.1.3.2 Sumberdaya Ekonomi

a. Belum berkembangnya agro industri sehingga masih rendahnya nilai tambah sektor pertanian dari komoditas unggulan dan daya serap tenaga kerja juga belum maksimal

b. Pendapatan petani tercermin dari nilai tukar petani masih rendah hal ini menunjukkan baha kemampuan daya beli petani masih rendah karena rendahnya pendapatan.

c. Masih rendahnya produktivitas lahan karena kualitas bibit dan perawaran yang masih maksimal dan kualitas petani dalam bekerja masih rendah karena kurang informasi dan pelatihan.

d. Kesenjangan produktifitas terjadi karena belum meratanya penggunaan dan ketersediaanya

infrastruktur pertanian lainnya seperti jalan produksi, irigasi, pusat pelatihan dan pembibitan.

e. Masih adanya desa rawan pangan dan onsumsi pangan sangat tergantung pada beras sehingga permintaan beras tinggi terutama yang berkualitas sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi f. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan petani dan

masih didapatinya angka kemiskinan dikalangan petani dan perkebungan teruama petani tanaman pangan non irigasi atau petani tradisional.

g. Rendahnya kualitas sumberdaya petani sehingga penguasaan teknoligi jadi terbatas dan kemampuan mengakses permodalan juga terbatas sehingga skala usaha tani belum maksimal dikembangkan.

h. Masih ada oknum masyarakat yang menggunakan alat tangkap ikan terlarang seperti menggunakan tuba/ strum diperairan sungan dan rawa lebak serta danau

i. Penggunaan teknologi budidaya ikan peraitan darat belum maksimal budi daya belum memenuhi standar dan masih rendah terutama dalam memenuhi permintaan pasar

petani dalam mengolah sumberdaya pertanian yang berorientasi pasar.

k. Angkutan jalan raya dan jalan produksi belum lancar menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan ssaprodi dan emasarkan produk sehingga daya saing produk jadi lemah karena harga produksi dan harga jual jadi tinggi.

l. Pendapatan dan skala usaha mikro kecil dan menengah serta koperasi masih rendah terutama yang berkaitan dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia terutama dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan wira usaha m. Koperasi dalam memberikan kontribusi terhadap

perekonomian msih kecil dibandingkan dengan badan usaha lainnya hal ini terjadi karena rendahnya kualiatas kelembagaan dab kopetensi sumberdaya manusia koperasi

4.1.4 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

a. Nilai tambah sektor industri pengolahan berbasis komoditas unggulan masih rendah dan masih berbasis pada industri hulu

b. Belum maksimal perhatian pada perkebunan rakyat sehingga produktivitasnya masih rendah dan

tergantung pada pemilik modal besar yang bermain dipasar

c. Keberlanjutan produksi tanaman pangan dan kehutanan sangat tergantung pada dukungan lahan untuk pangan dan areal hutan produksi untuk kehutanan. Kedua areal tersebut berkurang akibat ekspansi perkebunan besar

d. Kebutuhan energi dari tahun ke tahun terus bertambah kesenjangan antara konsumsi dengan kemampuan memulihkan kembali dan pengelolaan untuk pemanfaatan tidak berimbang. Diperlukan upaya menghemat energi yang bersumber dari minyak bumi dan mengembangkan sumber energi alternatif yang dapat diproduksi secara berlanjut tanpa merusak lingkungan seperti PLTMH dan PLTS e. Minat investasi untuk pengusahaan mineral dan

batubara cukup tinggi tetapi masalah kepastian hukum dan belum didikung oleh infrastruktur jalan yang baik dan jaminan perbaikan dan pelestarian lingkungan diareal dan sekitar tambangan

f. Masih terbatanya kuantitas maupun kualitas sumberdaya profesianal dalam pengusahaan

dikemudian hari dilakukan sumberdaya manusia lokal yang punya kompentensi

g. Reklamasi tambang belum dikelola secara eonlogis dan ekonomis, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian fungsi hidup dan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

h. Tekanan penduduk kepada kawasan konservasi hutan menyebabkan terancamnya habitas satwa dan terjadinya deformasi dan degradasi hutan sehingga bertambahnya areal hutan kritis dan laih fungsi

i. Pasokan dan kebutuhan air yang tersedia tidak seimbang tidak seimbang pada musim hujan dan musim kemarau, menyebabkan ketersedian air yang sangat melimpah pada musim hujan, menimbulkan potensi bahaya banjir. Sedangkan pada musim kemaran, kelangkaan air telah menimbulkan potensi bahaya kekeringan.

4.1.5 Tata Pemerintahan

4.1.5.1 Pemerintahan Umum

a. Upaya untuk meningkatkan keefektifan peratuan daerah sampai saat ini masih terkendalan dengan masih adanya peraturan perundang – undangan ditingkat pusat yang tumpang tindih, tidak konsisten

dan multitafsir sehingga kesulitan dalam membuat aturan turunannya ditingkat peraturan daerah.pelibatan masyarakat sebagai pihak yang menerima dampak dari suatu kebijakn dan bentuk peraturan daerah juga belum sepenuhnya dilakukan b. Permasalahan utama yang menjadi hambatan untuk

melakukan pencegahan korupsi, terkait dengan belum tuntasnya pelaksanaan reformasi birokrasi dan belum tuntasnya reformasi keuangan daerah terutama reformasi perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah.

c. Upaya pencegahan KKN juga masih terkendala dengan belum optimalnya kapasitas pengelolaan manajemen keuangan daerah pengawasannya. Penyebabnya adalah keterbatasan kuantitas dan kualitas pengelola keuangan dan auditor daerah. d. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik telah

dilakukan namun disadari bahwa pemerintah daerah belum dapat menyediakan kualitas pelayanan publik sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyanrakat yang semakin maju dalam persaingan global yang semakin ketat

penerima layannan publik. Disamping itu, sistim manajemen pelayanan publik belum banyak memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memberikan pelayanan publik yang cepat, murah transparan dan akuntabel.

f. Belum optimamalnya penataan kelembagaan instansi pemerintah daerah. akibatnya terjadi tumang tindih kewenangan dan rumusan tupoksi yang kurang jelas sehingga menghambat terjadinya koordinasi dan sinergi dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan g. Upaya pengembangan budaya hukum dan ham

harus dilakukan secara sinergi namun kesadaran hukum dan penghormatan terhadap ham masih belum menggembirakan hal ini ditandai denga masih didapatinya pelanggaran hukum dan pelanggaran ham.

4.1.5.2 Politik

a. Tingginya partisipasi masnyarakat dalam pemilu ternyata tidak menjamin kualitas pemuli baik pemili=u kepala daerah maupun legislatif dan eksekutif. Ada kecenderungan negatif masyarakat menilai pemilu identik dengan jual beli suara dalam bentuk material sehingga berdampak terhadap kecurangan pemilu dan respon masyarakat terhadap program yang ditawarkan kandidat.

b. Partai politik belum menunjukkan upaya yang maksimal dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai parpol. Pada sisi lain menghadapi persoalan internal organisasinya dan keterbatasan saran dan prasara penunjang untuk menjalankan tugas dan fungsinya tersebut.

c. Pemanfaatan informasi peaksanaan pemerintah dan pembangunan masih rendah menyebabkan kesenjangan informasi didalam masyarakat . masyarakat sulit berpartisipasi dan ikut terlibat dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.hal ini terjadi karena terbatasnya ketersediaan, pengelolaan, penyebarluasan informasi publik yang disebabkan pula oleh keterbatasan sumberdaya manusia dan peralatan untuk sistim informasi dan teknologi komunikasi daerah.

4.2 Isu Strategis

Isu strategis daerah Kabupaten Bungo untuk lima tahun mendatang adalah :

1. Masih kecilnya kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Bungo yang menyebabkan derajat

2. Eksploitasi sumberdaya alam khususnya tambang meningkat akan berakibat kerusakan lingkungan dan infrastruktur jalan dan jembatan juga akan meningkat.

3. Kualitas pendidikan di pedesaan masih rendah, karena belum maksimalnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas.

4. Kualitas pelayanan kesehatan di pedesaan masih rendah, karena infrastruktur kesehatan dan ketersediaan paramedis dan obat yang berkualitas juga masih terbatas.

5. Kemiskinan di pedesaan dan pengangguran di perkotaan akan meningkatkan masalah sosial ekonomi masyarakat dan akan memicu pula peningkatan indeks kriminal daerah dan masyarakat penyandang masalah sosial.

6. Meningkatnya kegiatan ekonomi daerah dan mobilitas penduduk akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Akibatnya konsumsi BBM meningkat dan ketergantungan daerah pada BBM juga tinggi.

7. Pengembangan kota dan agroindustri menyebabkan peningkatan permintaan listrik dan air berkualitas, sedangkan sumber daya pembangkit dan pengolah terbatas, khusus listrik tergantung pada pasokan dari luar daerah melalui interkoneksi Sumatera.

8. Masalah Ddemokrasi, HAM, dan kepastian hukum masih mewarnai kehidupan sosial masyarakat yang menuntut keadilan, kesetaraan, dan kearifan stockholder daerah.

9. Komoditas unggulan daerah berupa karet, kelapa sawit dan batubara masih dominan dalam kegiatan ekonomi daerah. Sedangkan komoditas tanaman pangan masih rendah nilai tukar dan produktivitasnya, padahal daya serap tenaga kerjanya masih tinggi.

10. Kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan cenderung meningkat, karena peningkatan kegiatan pertambangan dan perkebunan yang

11. Peningkatan pelayanan publik oleh pemerintah daerah membutuhkan peningkatan kualitas aparatur pemerintah. Akan tetapi peningkatan tersebut membutuhkan pula profesional dan transparansi dalam rekruitmen dan promosi karier Pegawai Negeri Sipil.

12. Peran UKM dan koperasi dalam membangun ekonomi daerah masih besar, karena daya serap tenaga kerjanya besar tetapi investasinya dan daya saingnya masih rendah.

Bab-5

Visi, Misi, Tujuan

dan Sasaran

5.1 Visi Pembangunan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka Visi Pembangunan merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan.

“Bungo Yang Mandiri, Aman, dan Sejahtera Tahun 2016” (Bungo MAS 2016)

Mandiri : Kondisi yang menggambarkan

terwujudnya kemandirian masyarakat dan pemerintah dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik, sehingga menjadikan masyarakat dan pemerintah yang tangguh dan mandiri.

Aman : Kondisi yang memperlihatkan perwujudan memiliki perasaan aman dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah sehingga dapat menikmati kehidupan yang lebih baik, yang dilandasi supremasi hukum dan Hak Azasi Manusia yang tinggi.

Sejahtera : Kondisi semua lapisan masyarakat

dapat terpenuhi hak dasarnya, baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya, terutama pangan, sandang, dan perumahan secara merata.

5.2 Misi Pembangunan

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan 8 (delapan) Misi Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2011 – 2016 sebagai berikut :

1. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa ke hadirat Allah SWT, serta meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan.

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan pelabuhan udara yang mendorong sekaligus mendukung kemajuan perekonomian daerah.

3. Menyelenggarakan pemerintahan yang amanah, efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat secara prima.

4. Meningkatkan kemampuan dan pengembangan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan

5. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara cerdas dan bijaksana demi kepentingan masyarakat luas dan kelestarian lingkungan hidup.

6. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan investasi pembangunan melalui penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja.

7. Mewujudkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui partisipasi aktif masyarakat.

Dokumen terkait