• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Perhitungan Arah Qiblat dan Awal Waktu Shalat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelatihan Perhitungan Arah Qiblat dan Awal Waktu Shalat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

255

M. Ma’rifat Iman KH1, Nur Melinda Lestari2

1, 2 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, JL. Limau II, RT.3/RW. 3, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130

Email: nurmelinda_lestari@uhamka.ac.id Abstrak

Warga Muhammadiyah diharapkan akan menjadi warga yang mampu menentukan sendiri cara menghadap qiblat dengan benar dan melakukan shalat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yakni dalam waktu-waktu yang telah ditetapkan (selevel dengan melakukan tarjih maupun ijtihad), dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam ibadah sholat masyarakat, Dr. Ma’rifat Iman KH (Alm) mengatakan membekali warga Muhammadiyah dengan pengetahuan dan wawasan mengenai perhitungan arah kiblat dan awal waktu shalat merupakan tugas utama kita sebagai manusia karena membantu melandasi tugas manusia sebagai ‘abdullah yang senantiasa harus semakin hari semakin baik kualitas ibadahnya. Hal tersebut menelatarbelakangi urgensi pengabdian masyarakat ini, pelaksanaan pengabdian masyarakat ini bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok. untuk menentukan arah qiblat dapat dilakukan dengan menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Penghitungan dan pengukuran dilakukan dengan derajat sudut dari titik kutub utara, dengan menggunakan alat bantu mesin hitung atau kalkulator. Atau dapat ditentukan dengan cara mengetahui jam bayang-bayang qiblat setiap hari di permukaan bumi ini. Menentukan waktu-waktu shalat, sebagaimana disebutkan dalam surat 4/al-Nisâ’ ayat 103, dikemukakan bahwa shalat fardhu itu ditentukan waktunya. Sedangkan waktu shalat itu dijelaskan dalam surat 17/al-Isrâ’ ayat 78 dan surat 11/Hud ayat 114. Pada surat yang pertama, Fakultas Agama Islam (FAI) UHAMKA bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok dalam mensosialisasikan Perhitungan Arah Qiblat Dan Awal Waktu diselenggarakan pada tanggal 24 maret 2019 dalam rangka kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang merupakan salah satu tugas utama dosen selain mengajar atau mendidik dan melakukan penelitian.

Kata Kunci : Ilmu Falak, Perhitungan Arah Kiblat, Perhitungan Awal Waktu Shalat Abstract

Muhammadiyah’s members are expected to be citizens who are able to determine their own way to face the qibla correctly and perform prayers in accordance with the guidelines of Islamic teachings, namely in the times that have been set (at the level of performing tarjih or ijtihad), and can apply them in daily life in community prayer services, Dr. Ma'rifat Iman KH (Alm) said that equipping Muhammadiyah people with knowledge and insight regarding the calculation of the Qibla direction and the beginning of prayer time is our main task as humans because it helps underlie the human task as ‘Abdullah who always must be getting better and better the quality of worship. This is the background of the urgency of this community service, the implementation of this community service in collaboration with the Head of Muhammadiyah Branch (PCM) Depok. to determine the direction of Qibla can be done by using the Science of Spherical Trigonometry. Calculations and measurements are carried out in angular degrees from the north pole point, using a calculator or calculator. Or it can be determined by knowing the hours of Qibla shadow every day on the surface of the earth. Determining the times of prayer, as mentioned in Surah 4 / al-Nis' verse 103, it is stated that the prayer of fard is determined by the time. While the prayer time is explained in letter 17 / al-Isrâ 'verse 78 and letter 11 / Hud verse 114. In the first letter, UHAMKA Islamic Faculty (FAI) in collaboration with Depok Branch Muhammadiyah (PCM) leaders in socializing Calculation Of Qiblat And Directions The Beginning Of Time will be held on March 24, 2019 in the context of Community Service Activities which is one of the main tasks of lecturers in addition to teaching or educating and conducting research.

(2)

256

PENDAHULUAN A. Arah Qiblat

Arah Qiblat, dua kata ini yang akan dicari formulasi dan hitungan

penentuannya. Kata arah berarti jurusan, tujuan dan maksud (Departemen P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999), Imam Syafi’i berpendapat mencari arah qiblat dengan sungguh-sungguh dan arah yang terdekat. Demikian juga memberi arti menghadap jarak terdekat (Saadoe’ddin Djambek, Arah Qiblat, 1956) yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi. Yang lain mengartikan dengan kata jihat, syathrah dan

azimuth (Departemen Agama, Pedoman Penentuan Arah Qiblat, 1994).

Sedangkan kata Qiblat berarti Ka’bah yang terletak di dalam Masjid al-Haram kota Mekah. Para ulama sepakat menghadap ke arah qiblat merupakan syarat sahnya shalat, maka kaum muslimin wajib menghadap ke arah qiblat dalam melakukan ibadah shalat. Dengan demikian arah qiblat adalah suatu arah (qiblat di Mekah) yang wajib dituju oleh umat Islam ketika ibadah shalat.

Arah kota Mekah yang terdapat Ka’bah (sebagai qiblat kaum muslimin) dapat diketahui dari setiap titik yang berada di permukaan bola bumi, maka untuk menentukan arah qiblat dapat dilakukan dengan menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Penghitungan dan pengukuran dilakukan dengan derajat sudut dari titik kutub utara, dengan menggunakan alat bantu mesin hitung atau kalkulator. Atau dapat ditentukan dengan cara mengetahui jam bayang-bayang qiblat setiap hari di permukaan bumi ini.

Untuk perhitungan arah qiblat, ada 3 buah titik yang harus dibuat, yaitu: 1. Titik A, diletakkan di Ka’bah (Mekah)

2. Titik B, dletakkan di lokasi tempat yang akan ditentukan arah qiblatnya. 3. Titik C, diletakkan di titik kutub utara.

Titik A dan titik C adalah dua titik yang tetap (tidak berubah-ubah), karena titik A tepat di Ka’bah (Mekah) dan titik C tepat di kutub utara (titik sumbu), sedangkan titik B senantiasa berubah, mungkin berada di sebelah utara equator dan mungkin pula berada di sebelah selatannya, tergantung pada tempat mana yang akan ditentukan arah qiblatnya.

B. Awal Waktu Shalat

Demikian halnya menghitung awal waktu shalat, karena setiap shalat ditentukan waktunya masing-masing, dilakukan dengan menggunakan “ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri)”.

Menentukan waktu-waktu shalat, sebagaimana disebutkan dalam surat 4/al-Nisâ’ ayat 103, dikemukakan bahwa shalat fardhu itu ditentukan

(3)

257 78 dan surat 11/Hud ayat 114.2 Pada surat yang pertama, Allah SWT

memerintahkan agar shalat didirikan sejak Matahari tergelincir (dulûk

syams) sampai gelap malam (gasâq lail), dan waktu Shubuh (qur’ân al-fajr). Pada surat yang kedua disebutkan agar shalat didirikan pada tepi siang,

pagi dan petang (tarafay al-nahâr) dan pada bagian permulaan malam (zulafan min al-lail). Dari kedua ayat di atas, Rasulullah SAW seperti dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dari ‘Abdullâh bin ‘Umar memberikan penjelasan bahwa shalat wajib dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari semalam dengan batas-batas waktu tertentu.3 Pengunaan

ilmu falak sangat membantu dan dapat menjadi pedoman praktis, karena pada umumnya kaum muslimin sekarang tidak lagi melihat perjalanan Matahari dalam menentukan kapan dimulai shalat, tetapi hampir secara keseluruhan praktik kaum muslimin melihat pada jam waktu dalam hal memulai pelaksanaan shalat, atau dalam mengumandangkan adzan sebagai tanda memulai waktu shalat tersebut.

C. Awal Bulan Qamariyah

Penentuan awal bulan qamariyah itu persoalan yang pelik dan kompleks, karena bukan hanya menyangkut masalah agama semata, tetapi juga berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan, khususnya astronomi atau ilmu falak, bahkan dengan masalah-masalah sosial dan politik. Persoalan akan muncul, misalnya manakala hasil pemahaman terhadap ketentuan agama

1 Lihat Q.S. 4/al-Nisâ ayat 103 berikut:

ا اوُميِقَأَف ْمُتْنَنْأَمْطا اَذِإَف ْمُكِبوُنُج ىَلَع َو اًدوُعُق َو اًماَيِق َهللا او ُرُكْذاَف َةَلاَّصلا ُمُتْيَضَق اَذِإَف َنيِن ِم ْؤُمْلا ىَلَع ْتَناَك َةَلاَّصلا َّنِإ َةَلاَّصل

:ءاسنلا( اًتوُق ْوَم اًباَتِك 301

.)

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

2 Q.S. 17/al-Isra adalah 17, adalah:

اًدوُهْشَم َناَك ِرْجَفْلا َناَء ْرُق َّنِإ ِرْجَفْلا َناَء ْرُق َو ِلْيَّللا ِقَسَغ ىَلِإ ِسْمَّشلا ِكوُلُدِل َةَلاَّصلا ِمِقَأ :ءارسلإا(

87 .)

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)”.

Sedangkan Q.S. 11/Hûd ayat 114:

ِل ى َرْكِذ َكِلَذ ِتاَئِِّيَّسلا َنْبِهْذُي ِتاَنَسَحْلا َّنِإ ِلْيَّللا َنِم اًفَلُز َو ِراَهَّنلا ِيَف َرَط َةَلاَّصلا ِمِقَأ َو :دوه( َني ِرِكاَّذل

111 .)

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.

3 Hadis tersebut berbunyi:

ِإ ِرْهُّظلا ُتْق َو :َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَا ُهْنَع ُهللا َي ِض َر َرَمُع ِنْب ِهللا ِدْبَع ْنَع ِلُج َّرلا ُّلِظ َناَك َو ُسْمَّشلا ِتَلا َز اَذ لا َّرَفْصَت ْمَلاَم ِرْصَعْلا ُتْق َو َو ، ِرْصَعْلا ُتْق َو ْرُضْحَي ْمَلاَم ِهِل ْوُطَك ُتْق َو َو ،ُقَفَّشلا ِبْيِغَي ْمَلاَم ِب ِرْغَمْلا ِةَلاَص ُتْق َو َو ، ُسْمَّش َمَتْسُي َو ِرْجَفْلا ِع ْوُلُط ْنِم ُهُل َّوَا ِحْبُصلا ِةَلاَص ُتْق َو َو ،ِطَس ْوَلأْا ِلْيَّللا ِفْصِن ىَلِا ِءاَشِعْلا ِةَلاَص هاور( ُسْمَّشلا ِعُلْطَت ْمَلاَم َّر .)ملسم “Dari ‘Abdillah bin ‘Umar Ra., bahwasanya Nabi SAW bersabda: Waktu Zhuhur ialah bila Matahari sudah tergelincir (ke arah Barat), hingga bayang-bayang orang sama dengan panjangnya selama belum masuk waktu ‘Ashar. Akhir waktu ‘Ashar itu selama belum menguningnya Matahari, dan waktu shalat Maghrib hingga sebelum hilangnya awan (mega) merah, dn waktu shalat ‘Isya ialah hingga tengah malam. Sedangkan waktu shalat shubuh itu mulai terbit fajar hingga sebelum terbit matahari” (H.R. Muslim). Lihat al-Sayyid al-Imâm Muhammad bin Isma‘îl al-Kahlâny, Subul al-Salâm, Juz I, hal. 106.

(4)

258 bulan Ramadhan merupakan bagian dari agama yang terkait erat dengan fenomena Bulan yang menjadi obyek kajian ilmu pengetahuan.

Jika bulan-bulan qamariyah yang dijadikan sebagai penentu waktu-waku ibadah, misalnya puasa Ramadhan, maka persoalan penentuan awal bulan itu dimulai atau kapan tanggal satu bulan baru terjadi menjadi sangat penting dan tidak dapat diabaikan, sebab tanpa mengetahui kapan awal bulan itu dimulai tidak akan pernah mengetahui tanggal-tanggal berikutnya, bahkan tidak akan mengetahui bulan itu sendiri.

Selanjutnya, aktivitas dalam pengabdian ini yang ditekankan adalah pelatihan perhitungan awal bulan tersebut, bagaimana tatacara dan langkah-langkahnya. Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi yang modernis, namun tidak semua warganya memiliki pandangan dan faham akan modernisasi, apalagi pada level akar rumput, yaitu tingkat daerah, cabang dan ranting-rantingnya. Di samping pemahaman terhadap astronomi Islam atau ilmu falak yang menjadi induk metode perhitungan arah qiblat dan waktu-waktu shalat merupakan ilmu yang langka dikuasai oleh setiap orang. Esensi dan kebutuhan akan pengetahuan tersebut sangat besar, terutama untuk dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan ajaran agama (Islam), yakni memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan ibadah, sehingga setiap warga Muhammadiyah dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.

Demikian halnya realitas yang terjadi pada warga Muhammadiyah, khususnya di kota Depok Jawa Barat yang menjadi sasaran program pengabdian masyarakat ini. Sebahagian besar warga Muhammadiyah Cabang Sukmajaya Kota Depok belum memahami dengan benar tatacara perhitungan arah qiblat dan waktu-waktu shalat, serta bagaimana praktik pengukuran arah qiblat tersebut. Bahkan, para pengurusnyapun hanya sebatas pemahaman keagamaan, di mana sebelum melakukan shalat itu harus terpenuhi syarat-syaratnya terlebih dahulu, di antaranya harus menghadap qiblat dan sudah memasuki waktu. Namun, bagaimana cara perhitungannya sebahagian besar juga tidak mengetahuinya.

Kegiatan perlatihan perhitungan arah qiblat, awal waktu shalat dan awal bulan qamriyah ini sangat berperan besar bagi warga Muhammadiyah (khususnya di daerah Kota Depok), karena telah menjadi komitmen persayarikatan, bahwa setiap warganya tidak boleh bersikap taqlid (mengikuti suatu pandangan/faham tanpa memahami dalil atau argumentasinya). Setiap warga Muhammadiyah, sekurang-kurangnya (paling minim) adalah bersikap

ittiba’ (mengikuti suatu pandangan/faham dengan memahami dalil atau

alasannya. Bahkan, diharapkan mampu melakukan tarjih (melakukan upaya dengan berfikir lebih luas, memilah dan memilih yang terbenar, terbaik dan terkuat), serta ber-ijtihad (melakukan kajian secara mendalam, diiringi analisa yang tajam, serta kemampuan memproduksi suatu hukum).

Dengan pelatihan perhitungan arah qiblat, waktu-waktu shalat dan awal bulan qamariyah ini diharapkan agar para peserta yang mengikutinya sekurang-kurangnya mampu memahami dasar pemikiran pentingnya melakukan perhitungan yang menjadi syarat sahnya ibadah shalat tersebut (selevel dengan ittiba’), bahkan diharapkan akan menjadi warga yang mampu menentukan sendiri cara menghadap qiblat dengan benar dan melakukan

(5)

259 telah ditetapkan (selevel dengan melakukan tarjih maupun ijtihad), dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam ibadah sholat masyarakat

D. Pelatihan ini ditujukan:

Terbentuknya kader-kader Muhammadiyah yang memahami dan mahir perhitungan falakiyah, khususnya perhitungan waktu-waktu ibadah (arah qiblat waktu-waktu shalat dan awal bulan qamariyah), dengan kemampuan-kemampuan dibawah ini:

a. Memiliki dasar-dasar ilmu geografi (mengetahui letak geografis suatu tempat di permukaan bumi) dengan baik;

b. Memiliki dasar-dasar pengetahuan ilmu falak/astronomi; c. Memliki dan mampu menggunaklan kalkulator scientific;

d. Memiliki sarana/alat untuk mengukur arah qiblat, seperti: kompas, penggaris panjang, segitiga siku dan busur derajat; e. Mampu menggunakan/mengaplikasikan software winhisab; dan f. Mampu menghitung dan mengukur bayang-bayang matahari

dalam menentukan arah qiblat setiap kali terjadi. E. manfaat yang diperoleh dari pelatihan ini:

a. Terjalinnya kerjasama dengan para mitra kerja, yang dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan lainnya di masa mendatang. b. Meningkatnya tingkat pengetahuan (Literasi) masyarakat akan

perhitungan arah kiblat yang dapat dimanfaatkan dalam ibadah sehari-hari.

MASALAH

Menguasai perhitungan arah qiblat dan waktu-waktu shalat (awal waktunya) sangatlah penting bagi umat Islam, termasuk warga Muhammadiyah yang

notabene semuanya pemeluk agama Islam agar mereka dapat memenuhi

syarat-syarat dan melaksanakan shalat tersebut dengan benar.

Sementara itu, sebagaimana dikemukakan di muka melalui perolehan data awal bahwa permasalahan mitra sangat minim dalam memiliki kemampuan perhitungan arah qiblat, waktu-waktu shalat dan awal bulan qamariyah, serta teknik pengukurannya, yakni hanya 6% (3 orang dari 50 orang/responden yang dijadikan sampel).

Selanjutnya, dapat diidentifikasi permasalahan untuk memiliki kemampuan perhitungan dengan benar harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan dan semangat yang tinggi untuk belajar; 2. Memiliki sikap disiplin dan tidak mudah bosan (pantang putus asa);

3. Memiliki pemahaman dasar agama tentang persyaratan melakukan ibadah shalat;

4. Memiliki landasan ilmu hitung (dasar-dasar matematika) dengan baik; 5. Memiliki dasar-dasar ilmu geografi (mengetahui letak geografis suatu

tempat di permukaan bumi) dengan baik;

6. Memiliki dasar-dasar pengetahuan ilmu falak/astronomi; 7. Memliki dan mampu menggunaklan kalkulator scientific;

(6)

260 penggaris panjang, segitiga siku dan busur derajat;

9. Mampu menggunakan/mengaplikasikan software winhisab; dan

10. Mampu menghitung dan mengukur bayang-bayang matahari dalam menentukan arah qiblat setiap kali terjadi.

Dari identifikasi yang dikemukakan di atas, pada umumnya (sebagian besar) para peserta (sasaran latih) hanya memiliki kemampuan dan semangat yang tinggi untuk belajar dan kemungkinan memiliki sikap disiplin. Sebagian besar belum memiliki kriteria yang terindentifikasi tersebut.

Oleh karena itu, bersama mitra (Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat) para peserta latihan mampu menghitung arah qiblat dan waktu-waktu shalat, serta mengukur arah qiblat dengan baik dan benar.

METODE PELAKSANAAN

Untuk tercapainya maksud dan tujuan, serta target kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan tercapai dengan baik, diperlukan metode pelaksanaan sebagai berikut:

1. Memberikan motivasi agar para peserta memperkuat kemauan dan semangat belajar yang tinggi, serta sikap yang sungguh-sungguh dan disiplin yang tinggi;

2. Memberikan wawasan umum dan dasar-dasar ilmu falak tentang letak geografis suatu tempat di permukaan bumi;

3. Memberikan ilmu perhitungan awal bulan qamariyah.

Agar tercapainya program pengabdian masyarakat (target sasaran pelatihan) ini dengan baik, lancar dan sukses ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

No. Aktivitas Kegiatan Rentang Waktu (3 bulan) Keterangan

April 2019 Mei 2019 Juni 2019 1. Penyusunan proposal dan

permohonan kemitraan . Pelaksanaan kegiatan dilaklukan selama 3 (tiga) bulan, diren-canakan sejak bulan April sampai dengan Juni 2019 2. Persiapan untuk melakukan

studi pendahuluan 3. Studi pendahuluan dan

rumusan hasil 4. Pelaksanaan kegiatan

pelatihan

5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan

6. Laporan hasil pelatihan

Dalam melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa kegiatan pelatihan Awal Bulan Qamariyah tersebut, dilakukan sebagai berikut:

(7)

261 perhitungan awal bulan qamariyah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini diiringi dengan permohonan kepada para mitra (PCM Sukmajaya Kota Depok) untuk kesediaannya menjadi mitra kerja. Penyelenggaraan kegiatan ini direncanakan mulai dilaksanakan pada bulan April 2019. 2. Kegiatan persiapan studi pendahuluan, yaitu menentukan siapa-sapa saja

Tim pelaksana yang akan melakukannya, menyusun dan menghitung anggaran biaya yang diperlukan, di samping menegaskan untuk memperkokoh kerjasama dalam kemitraan kegiatan program pengabdian masyarakat ini. Persiapan diperkirakan dapat dilakukan dalam 3 (tiga) minggu, yakni di bulan April 2019.

3. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan melalui survey lapangan dengan mengunjungi mitra kerja (PCM Sukmajaya Kota Depok) serta mengukur kemampuan sasaran pelatihan untuk mengetahui asumsi awal tentang kemampuan calon-calon peserta latihan. Tim pelaksana kegiatan bekerjasama dengan mitra untuk mengundang dan mendatangkan para calon peserta latihan. Dari studi pendahuluan ini akan diketahui tingkat kemampuan awal sasaran latihan tersebut, yang kemudian dianalisis dan diprediksi, serta ditentukan bagaimana cara penerapan praktik dan metode pelatihan tersebut. Aktivitas kegiatan studi pendahuluan dengan analisis dan penentuan metode pendekatan yang akan diterapkan dalam pelatihan dilakukan pada bulan Mei 2019.

4. Pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilakukan selama 3 (tiga) bulan (April 2019 – Juni 2019) akan mengerahkan seluruh komponen Tim Pelatih dengan dukungan mitra, baik Bupati maupun PCM Sukmajaya Kota Depok, dilakukan dalam 3 (tiga) minggu (di minggu kedua sampai minggu keempat).

5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah melakukan interpretasi pelaksanaan kegiatan, adakah ditemukan kekurangan, kelebihan dan tantangan serta hambatan ataupun hal-hal yang mendukung terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut, yakni dengan melakukan analisis SWOT. Selanjutnya, dirumuskan kesimpulan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Evaluasi ini dilaksanakan pada minggu pertama sampai minggu ketiga bulan Mei 2019

6. Laporan kegiatan pengabdian masyarakat berkenaan dengan pelatihan perhitungan arah qiblat, waktu-wakltu shalat dan awl bulan qamariyah, serta praktikum pengukuran arah qiblat disiapkan, disusun dan kemudian diserahkan ke Ketua Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) UHAMKA, yang akan dilakukan pada bulan Juni 2019.

PEMBAHASAN

Fakultas Agama Islam (FAI) UHAMKA bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Depok dalam mensosialisasikan PERHITUNGAN

ARAH QIBLAT DAN AWAL WAKTU SHALAT (Sesuai Standar Kementerian Agama Republik Indonesia) diselenggarakan pada tanggal 24

(8)

262 yang merupakan salahsatu tugas utama dosen selain mengajar atau mendidik dan melakukan penelitian. Menurut ketua tim dosen FAI UHAMKA Dr. Ma’rifat Iman KH (Alm) membekali warga Muhammadiyah dengan pengetahuan dan wawasan mengenai perhitungan arah kiblat dan awal waktu shalat merupakan tugas utama kita sebagai manusia karena membantu melandasi tugas manusia sebagai ‘abdullah yang senantiasa harus semakin hari semakin baik kualitas ibadahnya.

Muhammadiyah sebagai ormas Islam kedua di Indonesia mempunyai tugas menjaga kehidupan bermasyarakat di Indonesia mendukung penuh kualitas beribadah umat muslim, salah satunya adalah dengan menjaga standar pelaksanaan dan fasilitas peribadatan umat, salah satu standar yang telah ditetapkan adalah perhitungan arah kiblat dan awal waktu shalat yang telah ditetapkan kementrian agama, yang didalamnya Muhammadiyah mempunyai andil membuat standar, mengawasi dan mensyiarkan jalannya standar tersebut, untuk itu pengabdian masyarakat inin dirasa sangat penting baik segi akademisi maupun bagi perkembangan kualitas umat muslim di Indonesia, khususnya warga Muhammadiyah itu sendiri.

Oleh karena itu, tim dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (FAI-UHAMKA) yang beranggotakan ibu Nur Melinda Lestari, SE.I, MH. merasa perlu untuk memberikan workshop perhitungan arah kiblat dan awal waktu shalat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini yang diselenggarakan di kantor Pimpinan csbang Muhammadiyah bertujuan agar masyarakat mampu menentukan arah qiblat dan awal waktu shalat dimanapun dan kapanpun mereka akan beribadah shalat, sekalipun diwilayah yang kita tidak mendapat akses melihat arah qiblat dan awal waktu shalat, sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak melaksanakan shalat dimanapun dan dalam keadaan apapun kita berada, karena shalat sejatinya menjadi tiang agama

Mitra yang dipilih untuk pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah pimpinan cabang Muhammadiyah (PCM) Depok Pertama, Ranting ini berlokasi dekat dengan kampus UHAMKA, sehingga suatu keharusan agar shilaturahim antar warga persyarikatan terus terjalin. Kedua, Kegiatan cabang ini perlu terus didukung oleh sumber daya insani dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), sehingga kualitas kegiatan dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah semakin beragam dan semakin berkemajuan.

(9)

263

KESIMPULAN

Kegiatan perlatihan perhitungan arah qiblat, awal waktu shalat dan awal bulan qamriyah ini sangat berperan besar bagi warga Muhammadiyah (khususnya di daerah Kota Depok), karena telah menjadi komitmen persayarikatan, bahwa setiap warganya tidak boleh bersikap taqlid (mengikuti suatu pandangan/faham tanpa memahami dalil atau argumentasinya). Setiap warga Muhammadiyah, sekurang-kurangnya (paling minim) adalah bersikap ittiba’ (mengikuti suatu pandangan/faham dengan memahami dalil atau alasannya. Bahkan, diharapkan mampu melakukan tarjih (melakukan upaya dengan berfikir lebih luas, memilah dan memilih yang terbenar, terbaik dan terkuat), serta ber-ijtihad (melakukan kajian secara mendalam, diiringi analisa yang tajam, serta kemampuan memproduksi suatu hukum).

Dengan pelatihan perhitungan arah qiblat, waktu-waktu shalat dan awal bulan qamariyah ini diharapkan agar para peserta yang mengikutinya sekurang-kurangnya mampu memahami dasar pemikiran pentingnya melakukan perhitungan yang menjadi syarat sahnya ibadah shalat tersebut (selevel dengan

ittiba’), bahkan diharapkan akan menjadi warga yang mampu menentukan sendiri

cara menghadap qiblat dengan benar dan melakukan shalat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yakni dalam waktu-waktu yang telah ditetapkan (selevel dengan melakukan tarjih maupun ijtihad), dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dalam ibadah sholat masyarakat

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan Pelaksanaan kegiatan ini tentu dapat terlaksana dengan baik, lancar dan sukses karena juga berkat dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami sebagai pelaksana kegiatan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Para Pimpinan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA), yang memberikan kebijakan berupa vasilitas pendanaannya;

2. Dekan Fakultas Agama Islam UHAMKA yang ikut memberikan motivasi agar pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat berjalan dengan sukses;

3. Ketua Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UHAMKA, yang menyetujui kegiatan ini, sehingga dapat terselenggara pelaksanaannya;

4. Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sukmajaya Kota Depok, yang juga menjadi mitra kerja dalam kegiatan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat;

5. Teman-teman dosen yang ikut memberi support sehingga Tim Pelaksana bersemangat mengerjakannya;

6. Isteri dan anak-anak yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, sehingga hati menjadi tegar dalam melaksanakan kegiatan pelatihan ini;

7. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatunya, yang telah memberikan dorongan agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik, lancar dan sukses.

(10)

264 Abdullah, dkk., M. Amin, Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multikultural, Cet. I,

Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga – KKS, 2002.

‘Abd al-Raziq, Jamâluddîn, “Bidâyat wa Bidâyat al-Lail wa al-Nahâr”.

________, “al-Taqwîm al-Islâmi: al-Muqârabah al-Syumûliyyah”, makalah, disampaikan pada The International Symposium “Toward A Unified International Islamic Calendar”, diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Jakarta, 4-6 September 2007.

Ahmad SS., Noor, Risâlah Sayms al-Hilâl, Kudus: Madrasah Tasywiqât-Tullâb Salâfiyah, t. th.

Azhari, Susiknan, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Cet. II, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

Ba’albaki, Munir, al-Mawrid A Modern English-Arabic Dictionary, Cet. VII, Beirut: Dâr al-‘Ilm li al-Malâyin, 1974.

Dawanas, Djoni N., Dasar-dasar Astronomi Bola.

Diponingrat, Muhammad Wardan, Ilmu Hisab (Falak), Cet. I, Yogyakarta: Toko Pandu, 1992.

Fathurohman SW, Oman, “Kalender Muhammadiyah: Konsep dan Implemen-tasinya”, Software, disampaikan dalam Musyawarah AhIi Hisab Muhammadiyah, Yogyakarta, tanggal 29-30 Juli 2006.

Ilyas, Mohammad, A Modern Guide to Astronomical Calculation of Islamic

Calendar, Times & Qibla, Kuala Lumpur: Berita Publishing Sdn. Bhd., 1984.

_______, Mohammad, The Quest for a Unified Islamic Calendar, Penang, Malaysia: International Islamic Calendar Programme, 2000.

Kasânî, Badâ’i Shanâ’i fî Tartîb Syarâ’i, Cet. II, Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabî, 1419/1998.

Khair bin Hj. Mohamad Taib, Mohamad, Takwim Istilah (Hijhrah-Masehi)

1401-1500 H./1980-2077 M., Kuala Lumpur: Jabatan Perdana Menteri [Bahagian

Ugama] Pusat Islam, t. th.

al-Khatib, Ahmad SH, A New Dictionary of Scientific & Technical Terms, Cet. IV, Libanon: Maktabah Libanon, t. th.

(11)

265 terdapat dalam http://www.hijracalendar.com/article2.htm, akses 24 Oktober 2008.

Nasution, Harun, dkk. Ensiklopedi Islam di Indonesia, hal. 320. Baca pula “Penanggalan Hijriyah dan Miladiyah”, dalam Panji Masyarakat, No. 622, 1-10 Shafar 141-10 H., 1-1-10 September 1999 M.

Nurwendaya, Cecep, “Berlakunya Batas Tanggal Internasional Awal Bulan Komariyah”, Makalah, disampaikan dalam Musyawarah Nasional Penyatuan Kalender Hijriyah, diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI, 17-19 Desember 2005

Panji Masyarakat, No. 582, 7-16 Dzulhijjah 1408/21-30 Juli 1988, hal. 74-76.

Baca pula Panji Masyarakat, No. 718, Tahun XXXIV, 28 Syawal – 7 Dzulqa’dah 1412 H./1-10 Mei 1992 M.

Rachim, Abdur, Ilmu Falak, Cet. I, Yogyakarta: Liberty, 1983.

Raharto, Moedji, “Sistem Dua Tarikh dan Perlunya Kesepakatan Kalender Islam”, dalam harian REPUBLIKA, 2 Maret 1995.

Rahman, Abdur. “Timur dan Barat dalam Perspektif Islam”, Artikel, terdapat dalam http://www.mesjidui.ui.edu, akses 24 Oktober 2008.

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab & Rukyat telaah Syari’ah, Sains dan

Terknologi, Cet. I, Jakarta: Gema Insan Press, 1996.

Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, Jakarta: P.T. Amythas Publicita, 2007.

Shadiq al-Falaky, Sriyatin: Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris Hisab Rukyat Surabaya: al-Hasib, 2005.

Shiddieqy, Nourouzzaman, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya, Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Siddiq, Suwandojo, “Imkan al-Ru’yah sebagai Basis Terwujudnya Kalender Islam Internasional (International Islamic Calendar Based on Expected First

Crescent Visibility)”, Makalah, disampaikan pada Simposium “Upaya

Penyatuan Kalender Islam Internasional”, yang diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Hotel Syahid Jaya, Jakarta, 22-24 Sya’ban H./4-6 September 2007 M.

Siradj, Said Aqil, “Memahami Sejarah Hijrah”, artikel, dimuat dalam harian

(12)

266 dalam www.amazon.com, akses 19 Oktober 2008.

Syakir, Ahmad Muhammad, Awâil al-Syuhûr al-‘Arabiyyah, terjemahan KH. Mahrous Ali, Cet. I, Surabaya: Pustaka Progresif, 1993.

Referensi

Dokumen terkait

Penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh parameter peneybab degradasi lahan seperti tekstur tanah, kemiringan, erosi dan teknik konservasi mekanik.. Citra yang

Apabila probabilitas signifikan lebih lebih 5%, maka hipotesis nol ditolak, yang menyatakan variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

UPZ UJUNGBATU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf

Julukan ini kemudian dipakai juga oleh David Bauscher dalam The Original Aramaic Gospels in Plain English untuk kelompok sarjana Alkitab yang menganggap bahwa

Praktik jual beli anak kucing ras dalam masa menyusui yang terjadi di Pasar Mingguan Gading Fajar II Sidoarjo seperti halnya jual beli pada umumnya yang terjadi di

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa (a) komoditas unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan adalah jagung manis, cabe dan ubi jalar, (b)

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek dan atraksi wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan

Ghasani A.Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun kelor ( Moringa oleifera Lam ).. Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa dan Diameter Tubulus Semineferus