• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DITINJAU DARI STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT PADA ANGGOTA DIREKTORAT SABHARA KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH ANGGUN WINARIS SUDIYONO PUTRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA DITINJAU DARI STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT PADA ANGGOTA DIREKTORAT SABHARA KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH ANGGUN WINARIS SUDIYONO PUTRO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

145 KINERJA DITINJAU DARI STATUS IDENTITAS ACHIEVEMENT PADA

ANGGOTA DIREKTORAT SABHARA KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH

ANGGUN WINARIS SUDIYONO PUTRO Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status identitas

achievement dengan kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif status identitas achievement dengan kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng. Semakin individu mencapai status identitas achievement maka semakin tinggi kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng, dan sebaliknya. Peneliti menggunakan 257 anggota Dit Sabhara Polda Jateng. Penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Teknik Analisis Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara satus identitas

achievement dan kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng yang ditunjukkan

dengan nilai Spearman rho = 0,357 p = 0,000 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata kunci: kinerja, status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng

CORRELATION OF WORK PERFORMANCE AND ACHIVEMENT OF IDENTITY STATUS AMONG THE DIRECTORATE OF SABHARA

KEPOLISIAN DAERAH JAWA TENGAH

Abstract

This research aims to know the relationship between identity status achievement with performance on the members Recorded Sabhara Polda Jateng. The hypothesis in this study is there is a positive relationship of identity achievement status with a performance on the members Recorded Sabhara Polda Jateng. The more individuals achieve identity achievement status then the higher performance on Extension Sabhara members And Police, and vice versa. Researchers using 269 Polda Jateng Extension Sabhara members.

This research is a study of the population. Product Moment Correlation Analysis Techniques. The results showed that there was a very significant positive relationship between identity status and performance on achievement members Recorded Sabhara Polda Jateng, indicated by the value of Spearman rho = 0,357

p = 0,000 (p < 0,01) so the hypothesis in this study was received.

Keywords: performance, member status on identity achievement OF Sabhara Polda Jateng

(2)

146 Pendahuluan

Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber daya yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan jaman. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga dan dikembangkan. Suatu badan organisasi yang diharapkan dapat menunjukkan eksistensinya dalam hal positif artinya mampu menunjukkan kinerja yang baik di mata pihak lain, khususnya masyarakat. Peningkatan kinerja anggota organisasi secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas. Kinerja karyawan yang tinggi akan membuat karyawan semakin loyal terhadap organisasi, semakin termotivasi untuk bekerja, bekerja dengan rasa senang dan yang lebih penting kepuasan kerja yang tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas yang tinggi pula (Hidayati, dkk, 2008: 92).

Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah seberapa banyak karyawan memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk, kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif (Mathis dan Jackson, 2002: 78). Individu yang memiliki kinerja baik akan menunjukkan kuantitas dan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005: 67).

Kinerja bukanlah kepribadian (McKirchy, 2004: 1). Lebih lanjut Suntoro (dalam Pabundu, 2006: 121) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Anggota Polri Dit Sabhara Polda Jateng

dengan kinerja maksimal akan dapat menunjukkan usaha dalam memenuhi setiap tanggung jawab yang diterimanya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.

Hasil penelitian Mc.Clelland (dalam Mangkunegara, 2005: 68) tentang pencapaian kinerja menunjukkan bahwa individu dapat mencapai kinerja yang maksimal jika individu memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Motivasi berprestasi tersebut harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan.

Berbagai keadaan dan tuntutan, pengaruh dari lingkungan, serta kondisi kepribadian yang cenderung kurang kuat, akan berakibat kurang baik dalam kehidupan sehari-hari anggota Polri di lingkungan tugas maupun di luar tugas. Perilaku anggota Polri akan menjadi berbeda dengan perilaku rekan-rekan sesama anggota Polri. Perilaku anggota Polri lebih dipengaruhi emosi yang mendalam yang berkaitan dengan kondisi tertekan/stres (stress

emotions). Peristiwa yang menghebohkan,

khususnya di kalangan anggota Polri yang menyangkut perilaku anggota Polri yang jauh dari tujuan reformasi Polri dan terjadi di Semarang. Peristiwa tersebut antara lain, penembakan Wakapoltabes Semarang yang dilakukan oleh anak buahnya, di NTB anggota Polri menembak istrinya dan teman laki-lakinya, ia sendiri bunuh diri, di Papua anggota Polri menembak mantan anak buahnya, anggota Polri dikeroyok warga karena mabuk, dan masih banyak lagi peristiwa yang lain yang menunjukkan kondisi psikologi yang rapuh (Sumantri, 2011: 3-7). Kondisi tersebut dimungkinkan karena kemampuan dalam menghayati setiap nilai dalam pekerjaan yang berdampak pada kurangnya penerimaan terhadap situasi kerja dan dapat berpengaruh pada kinerja yang diunjukkan anggota Polri.

Fakta menunjukkan masih terdapat target kerja yang belum tercapai sebagai bentuk dari ketidakmampuan anggota Sabhara Polda Jateng dalam menunjukkan kinerja yang maksimal. Berdasarkan hasil rekapitulasi

(3)

147 penanganan operasi Pekat Candi Periode Juli

– Agustus 2012, yang diperoleh dari Bagian Pembinaan Operasi Direktorat Sabhara Polda Jateng, diketahui bahwa terjadi kegagalan dalam pencapaian target operasi.

Mangkunegara (2007: 15) menyatakan bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah atribut individu yang meliputi faktor kepribadian. Allport (dalam Hall dan Lindzey, 1993: 32) menyatakan bahwa fungsi-fungsi vital dari kepribadian manusia, salah satunya adalah identitas diri. Marcia (1966: 557) dalam penelitiannya menyatakan bahwa individu yang berada pada status identitas achievement menunjukkan pencapaian tugas yang lebih baik dari pada status identitas lainnya. Individu lebih tekun dalam menghadapi stres dan dapat mempertahankan tingkat aspirasi realitas. Marcia dan Waterman (dalam Syamsu, 2010: 201) menyatakan bahwa identitas diri merujuk kepada pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan falsafah hidup.

Marcia dan Waterman (dalam Syamsu, 2010: 201) menyatakan bahwa identitas diri merujuk kepada pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan falsafah hidup. Anggota Dit Sabhara Polda Jateng dengan yang telah mencapai status identitas achievement akan dapat menumbuhkan perasaan mampu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dikarenakan adanya kemampuan untuk mengatasi secara langsung permasalahan yang muncul dalam pekerjaan. Anggota Dit Sabhara Polda Jateng yang telah melewati krisis dan komitmen dan mencapai status identitas achievement,

diharapkan dapat menunjukkan kinerja yang

baik pula, sehingga setiap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat tercapai.

Marcia (dalam Santrock, 2003: 345) menyebutkan empat status identitas, yaitu

identity diffusion, identity foreclosure, identity morotarium, dan identity achievement.

Pencapaian status identitas achievement adalah istilah yang digunakan untuk remaja yang telah melewati krisis dan telah membuat komitmen (Marcia, dalam Santrock, 2003: 345). Individu dengan status ini tidak diteorikan sebagai identitas yang permanen, tetap, dan tidak tergantikan. Status identitas achievement

merupakan status identitas terbaik yang mencerminkan individu telah membentuk identitas dirinya secara mantap setelah melewati masa krisis.

Erickson (dalam Papalia, dkk, 2009: 65) menyatakan bahwa identitas (identity) merupakan konsepsi koheren tentang diri sendiri, dibentuk oleh tujuan, nilai dan keyakinan yang mengikat individu secara kuat. Individu dengan status identitas achievement akan dapat memahami diri sendiri bukan merupakan “sejenis tekanan kedewasaan”. Hal ini merupakan bagian dari kondisi yang baik, proses penting yang berdasarkan pencapaian dari tahapan-tahapan sebelumnya, kepercayaan, otonomi, dan industri dan merupakan dasar bagi cara-cara mengatasi tantangan hidup di masa dewasa. Anggota Polri yang telah mencapai masa remaja akhir seharusnya telah mencapai status identitas

achievement yang ditandai dengan adanya

pemahaman terhadap diri dan pekerjaan serta harapan yang ditanamkan pada kehidupan di masa mendatang. Pencapaian status identitas

achievement pada anggota Dit Sabhara Polda

Jateng akan dapat menjadikan anggota mampu memahami beban tugas yang diemban sebagai sebuah tanggung jawab, sehingga ketika pekerjaan terasa berat maka anggota Dit Sabhara Polda Jateng tetap dapat menunjukkan kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi.

Syamsu (2010: 201) menyatakan bahwa identitas achievement berarti bahwa setelah individu memahami pilihan yang realistik,

(4)

148 maka individu harus membuat pilihan dan

berperilaku sesuai dengan pilihannya. Individu yang telah menetapkan pilihan untuk menjadi anggota Polri dengan status identitas

achievement akan berusaha menunjukkan

perilaku sesuai dengan tuntutan profesi sebagai anggota Polri. Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan menjadikan anggota berusaha melaksanakan pekerjaan dengan kesungguhan sehingga dapat tetap dapat menunjukkan kinerja yang maksimal ketika anggota dihadapkan pada situasi pekerjaan yang sulit.

Hasil analisis wawancara survey yang dilakukan peneliti ada tanggal 27 November 2012 terhadap lima orang perwira pada Subdit Gasum Dit Sabhara Polda Jateng, yang terdiri dari Kasubdit Gasum, Kasi Turjawali, Kanit I Turjawali, Kanit II Turjawali, dan Kanit III Turjawali, diketahui bahwa pada dasarnya anggota telah mencapai status identitas

achievement. Pencapaian status identitas achievement tersebut ditandai dengan adanya

kemampuan dalam mengatasi krisis dan adanya komitmen yang terjalin dalam diri anggota Dit Sabhara Polda Jateng. Kemampuan dalam mengatasi krisis ditunjukkan dengan adanya pemahaman secara mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Anggota Dit Sabhara juga dapat membina hubungan baik di tempat kerja. Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng menjadikannya mampu memahami setiap tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tetap dapat bekerja secara mandiri meskipun tidak ada pengawasan dari atasan. Anggota Dit Sabhara Polda Jateng dalam memulai pekerjaan senantiasa memiliki perencanaan yang matang. Selain itu anggota Dit Sabhara juga telah mampu memisahkan berbagai kepentingan, baik kepentingan pekerjaan maupun kepentingan pribadinya. Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara juga ditandai adanya komitmen dalam diri, dimana persiapan yang dilaksanakan sudah matang, bersedia memaksimalkan potensi dalam bekerja, senantiasa mengikuti kegiatan pelatihan agar

kompetensi yang dimiliki dapat semakin meningkat. Anggota Dit Sabhara Polda Jateng juga memiliki tujuan ke depan dengan adanya keinginan pindah ke fungsi lain, sehingga karirnya di kepolisian tidak selamanya akan di Dit Sabhara Polda Jateng.

Individu yang telah mencapai status identitas achievement sudah mengetahui arti tanggung jawab pekerjaan secara menyeluruh maka diharapkan individu akan menunjukkan kinerja yang maksimal pula, dimana ketika terjadi tekanan yang berat dalam pekerjaan dapat teratasi dengan baik. Status identitas

achievement membantu individu dalam memahami kelebihan dan kelemahan, sehingga diharapkan dapat menunjukkan kinerja yang maksimal meskipun berhadapan dengan tugas yang sulit. Kenyataannya, anggota Polri Dit Sabhara Polda Jateng masih menunjukkan kegagalan dalam mencapai target kerja yang atasan.

Kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng

Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah seberapa banyak karyawan memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk, kuantitas output, kualitas output, jangka waktu

output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap

kooperatif (Mathis dan Jackson, 2002: 78). Kinerja bukanlah kepribadian (McKirchy, 2004: 1). Lebih lanjut Suntoro (dalam Pabundu, 2006: 121) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Perusahaan atau organisasi perlu mengadakan penilaian kinerja karyawan untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya (Mangkunegara, 2007: 11).

Dit Sabhara Polda Jateng merupakan sebagian fungsi Kepolisian yang bersifat preventif yang memerlukan keahlian dan

(5)

149 ketrampilan khusus dalam rangka mencegah

atau mengendalikan sesuatu kerumunan massa agar tidak berkembang menjadi gangguan Kamtibmas dan juga tidak diganggu oleh pihak lain. Tujuan dibentuknya Dit Sabhara Polda Jateng yaitu agar dapat lebih meningkatkan keamanan dan ketertiban umum, untuk memungkinkan masyarakat mempunyai kepercayaan dan kemampuan turut mengambil bagian dalam mendukung operasi kepolisian. Sebagai salah satu bagian dari kepolisian, Dit Sabhara Polda Jateng senantiasa membangun kapasitas (capacity

building) Polri sebagai daya dukung yang

handal pada setiap pelayanan para anggota polisi, mulai dari nilai-nilai, budaya, pengetahuan, ketrampilan, kesejahteraan sumber daya manusia, teknologi kepolisian dengan prioritas penyempurnaan efektivitas postur Polri di tingkat Polda Jateng.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng adalah kesuksesan anggota salah satu fungsi Kepolisian yang bersifat preventif dalam rangka mencegah atau mengendalikan aksi massa dalam melaksanakan suatu pekerjaan pada suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

Furtwengler (2000: 1) menyatakan bahwa penilaian kinerja mencakup beberapa hal, antara lain:

a. Kecepatan b. Kualitas c. Layanan d. Nilai

Mathis dan Jackson (2002: 78) menyatakan bahwa aspek-aspek kinerja adalah:

a. Kuantitas output b. Kualitas input c. Jangka waktu output d. Kehadiran di tempat kerja e. Sikap kooperatif

Pengukuran kinerja anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan dilakukan dengan

berdasarkan pada Surat Kapolda Jawa Tengah Nomor : B/7469/VII/2012/Ro SDM tanggal

05 Juli 2012 tentang penjelasan penerapan penilaian sistem kinerja bagi pegawai negeri pada Polri, yaitu penilaian generik, meliputi kepemimpinan, jaringan sosial, komunikasi, pengendalian emosi, agen perubahan, integritas, empati, pengelolaan administrasi, kreativitas, kemandirian dan penilaian spesifik, meliputi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana fungsinya masing-masing. Sebagai contoh salah satu penilaian spesifik pada anggota Pengamanan dan Penyelamatan (Pammat), yaitu melaksanakan pengopersian perlengkapan sar yang terdapat di Subdit Gasum Dit Sabhara, melaksanakan pemeliharaan dan perawatan terhadap perlengkapan sar di subdit gasun dit sabhara, melakukan latihan penggunaan alat-alat sar di Subdit Gasum Dit Sabhara, ketanggapsegeraan dalam menerima laporan kejadian bencana alam dan menindaklanjutinya, serta melaksanakan operasi khusus dan rutin dalam rangka penanggulangan bencana alam.

Status identitas achievement

Pencapaian status identitas achievement adalah istilah yang digunakan untuk remaja yang telah melewati krisis dan telah membuat komitmen (Marcia, dalam Santrock, 2003: 345). Remaja dengan status ini tidak diteorikan sebagai identitas yang permanen, tetap, dan tidak tergantikan. Status identitas achievement merupakan status identitas terbaik yang mencerminkan remaja telah membentuk identitas dirinya secara mantap setelah melewati masa krisis. Mar’at (2006: 216) menyatakan bahwa pada status identity

achievement (pencapaian identitas) remaja

telah berpengalaman dan berhasil menyelesaikan suatu proses krisis mengenai nilai-nilai dan pilihan-pilihan hidup mereka. Remaja telah memiliki komitmen terhadap sebuah pekerjaan, agama dan politik yang didasarkan pada pertimbangan dari berbagai alternatif dan kebebasan relatif yang diberikan orangtuanya. Kroger dan Marcia (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009: 69) menyatakan bahwa individu yang berada pada status identitas achievement lebih matang dan lebih kompeten secara sosial dibandingkan dengan orang dalam ketiga kategori yang lain.

(6)

150 Syamsu (2010: 201) menyatakan bahwa

identitas achievement berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistik, maka remaja harus membuat pilihan dan berperilaku sesuai dengan pilihannya. Fadjukoff (2007: 23) menyatakan bahwa penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa pencapaian status identitas

achievement pada masa dewasa menunjukkan

implikasi positif untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Identitas achievement merupakan prediksi dari peningkatan kebahagiaan pada usia 18 tahun pada laki-laki dan perempuan dan meningkatkan kepuasan hidup pada laki-laki. Marcia (dalam Fadjukoff, 2007: 22) menyatakan bahwa individu yang telah mencapai identitas

achievement percaya bahwa individu dapat

memengaruhi dan memilih perjalanan hidup dan memiliki kepribadian yang bertanggung jawab. Individu percaya bahwa lingkungan eksternal memiliki pengaruh terhadap diri individu.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa status identitas achievement adalah pencapaian status identitas yang mencerminkan individu telah membentuk identitas dirinya secara mantap setelah melewati masa krisis.

Marcia (dalam Papalia, dkk, 2009: 69) menyatakan bahwa ciri-ciri individu yang telah mencapai identitas diri achievement, antara lain:

a. Telah menyelesaikan krisis identitas Selama masa krisis, remaja menghabiskan banyak waktu untuk berpikir dan berjuang secara emosional dalam mengatasi masalah-masalah yang berat dalam hidupnya.

b. Telah membuat keputusan dan mengekspresikan komitmen untuk menjalaninya.

Orangtua mendorong untuk membuat keputusan sendiri, individu mendengarkan ide-idenya dan memberikan pendapatnya tanpa menekannya untuk mengikuti pendapat tersebut.

Mar’at (2006: 211) menyatakan bahwa ciri-ciri individu yang telah mencapai identitas diri achievement, antara lain:

a. Menyadari ciri-ciri khas kepribadiannya, seperti kesukaan dan ketidaksukaan.

b. Aspirasi.

c. Tujuan masa depan yang diantisipasi. d. Perasaan bahwa ia dapat dan harus

mengatur orientasi kehidupannya.

Penulis akan memakai pendapat yang diutarakan oleh Marcia (dalam Papalia, dkk, 2009: 69) bahwa ciri-ciri individu yang telah mencapai identitas achievement adalah telah menyelesaikan krisis identitas dan telah membuat keputusan dan mengekspresikan komitmen untuk menjalaninya.

Hipotesis

Berdasarkan uraian dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis, yaitu ada hubungan positif status identitas achievement dengan kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng. Semakin individu mencapai status identitas

achievement maka semakin tinggi kinerja pada

anggota Dit Sabhara Polda Jateng, dan sebaliknya.

Metode Penelitian

Batasan populasi dalam penelitian ini adalah anggota Dit Sabhara Polda Jateng yang berjumlah 257 personil. Penelitian ini menggunakan Penilaian Kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng, Skala Status Identitas Achievement.

Hipotesis yang diajukan, diuji secara statistik dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment. Semua perhitungan statistik

dalam penelitian ini menggunakan program SPSS.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara status identitas

achievement dengan kinerja pada anggota Dit

Sabhara Polda Jateng. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh Mangkunegara (2007: 15) yang menyatakan bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh

(7)

151 beberapa faktor, salah satunya adalah atribut

individu yang meliputi faktor individu dan faktor psikologis individu, yaitu kepribadian. Marcia dan Waterman (dalam Syamsu, 2010: 201) menyatakan bahwa identitas diri merujuk kepada pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan falsafah hidup. Pencapaian status identitas

achievement pada anggota Dit Sabhara Polda

Jateng akan dapat menjadikan anggota mampu memahami beban tugas yang diemban sebagai sebuah tanggung jawab, sehingga ketika pekerjaan terasa berat maka anggota Dit Sabhara Polda Jateng tetap dapat menunjukkan kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi.

Pencapaian status identitas achievement adalah istilah yang digunakan untuk remaja yang telah melewati krisis dan telah membuat komitmen (Marcia, dalam Santrock, 2003: 345). Individu dengan status ini tidak diteorikan sebagai identitas yang permanen, tetap, dan tidak tergantikan. Status identitas

achievement merupakan status identitas terbaik yang mencerminkan individu telah membentuk identitas dirinya secara mantap setelah melewati masa krisis. Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan menjadikan anggota mampu memahami setiap potensi yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan dalam pekerjaan. Pencapaian status identitas

achievement pada anggota Dit Sabhara Polda

Jateng akan menjadikan anggota mampu memahami setiap tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Polri, sehingga anggota Dit Sabahra Polda Jateng senantiasa menunjukkan kinerja yang maksimal.

Polri sendiri telah melakukan berbagai perubahan baik pada aspek struktural, instrumen, maupun kultural. Perubahan yang direncanakan ini merupakan suatu usaha sistematis untuk melakukan perencanaan kembali organisasi Polri dengan suatu cara yang dapat membantu untuk menyesuaikan

diri dengan tuntutan reformasi dan untuk mencapai sasaran baru. Perubahan organisasi Polri ini dihayati oleh anggotanya tidak selalu positif, sebagian anggota menghayatinya sebagai suatu tekanan, bahkan ancaman akan keberlangsungan hidupnya maupun posisinya. Marcia (dalam Fadjukoff, 2007: 22) menyatakan bahwa individu yang telah mencapai identitas achievement percaya bahwa individu dapat memengaruhi dan memilih perjalanan hidup dan memiliki kepribadian yang bertanggung jawab. Berbagai perubahan dalam tubuh Polri serta tingginya pekerjaan yang harus dilakukan oleh anggota Polri, khususnya anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan dapat teratasi dengan baik dengan status identitas achivement. Anggota Dit Sabhara Polda Jateng dengan status identitas

achievement akan dapat memahami perubahan

dalam tubuh Polri demi kebaikan bersama. Anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan dapat menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam pekerjaan, sehingga dapat mencapai kinerja maksimal dan tercapainya tujuan organisasi Kepolisian.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Marcia (1966: 557) yang menunjukkan bahwa individu yang berada pada status identitas achievement menunjukkan pencapaian tugas yang lebih baik dari pada status identitas lainnya. Individu lebih tekun dalam menghadapi stres dan dapat mempertahankan tingkat aspirasi realitas. Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran pentingnya pencapaian status identitas

achivement dalam kesuksesan kerja individu.

Status identitas achivement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng yang memiliki intensitas tugas yang tinggi akan dapat membuat suatu perencaan dalam menjalankan pekerjaan, sehingga dapat menyelesaikan setiap tugas dengan maksimal.

Penutup Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan positif status identitas achievement dengan kinerja pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng.

(8)

152 Semakin individu mencapai status identitas

achievement maka semakin tinggi kinerja pada

anggota Dit Sabhara Polda Jateng, dan sebaliknya, sehingga hipotesis yang diajukan diterima.

Saran

1. Bagi anggota Dit Sabhara Polda Jateng Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada anggota Dit Sabhara Polda Jateng untuk dapat mempertahankan keyakinan diri mengenai kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan falsafah hidup sehingga anggota Dit Sabhara Polda Jateng dapat semakin menunjukkan kinerja yang lebih baik. Pencapaian status identitas

achievement pada anggota Dit Sabhara Polda

Jateng akan semakin meningkatkan kemampuan dalam mengatasi setiap tantangan yang muncul dalam bekerja, serta adanya kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab yang diemban sebagai pelayanan masyarakat sehingga anggota Dit Sabhara Polda Jateng dapat semakin mencapai kinerja yang maksimal.

2. Bagi peneliti lain

Peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian diharapkan dapat melihat faktor lain yang memengaruhi kinerja, seperti faktor sistem nilai, sikap terhadap tugas yang terdiri dari, persepsi, pengetahuan, motivasi, tanggung jawab dan kebutuhan terhadap imbalan, sedang faktor eksternal meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi, lingkungan kerja, aseptabilitas, aksesabilitas, beban kerja, dan dukungan organisasi.

Daftar Pustaka

Fadjukoff, P. 2007. Identity Formation in

Adulthood. Department of Psychology,

Univeristy of Jyvaskyla.

Furtwengler, D. 2000. Penuntun 10 Menit

Penilaian Kinerja. Alih Bahasa: Fandy

Tjiptono. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hall, C. S., dan Lindzey, G. 1993. Teori-Teori

Sifat dan Behavioristik. Alih Bahasa: A.

Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.

Hidayat, R., Purwanto, Y., dan Yuwono, S. 2008. Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan Kinerja Karyawan. Jurnal Psikologi. Vol. 2. No. 1. Hal. 91-96. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mangkunegara, A.A.A.P. 2005. Manajemen

Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Mar’at, D. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mathis, R. L., dan Jackson, J. H. 2002.

Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih

Bahasa: Jimmy Sadeli. Jakarta: Salemba Empat.

Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. Alih Bahasa:

Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

Sumantri, S. 2011. Kinerja Anggota Polri, Apa, Bagaimana, dan Cara Pengembangannya. Jurnal Sespim Polri. Universitas Padjajaran.

Syamsu, Y. L. N. 2010. Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun terdapat ni1ai mean tertinggi, masih terdapat ni1ai yang terkeci1 diantara indikator da1am variabe1 motivasi dan keputusan berkunjung, yaitu pada item

Bahwa memenuhi ketentuan Pasal 186 Ayat (3) dan Ayat (4), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka perlu mengadakan Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 5 Tahun 2002 tentang

(6) sikap yang akan ditanamkan kepada siswa. Dalam merancang pembelajaran bahasa yang terpadu perlu juga memperhataikan rambu-rambu berikut. 1) Pengembangan budaya tulis

Demikhn pengumuman inl kami sampaikan, apabila ada peserta yang keberatan atas pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis atas penetapan pemenang

Hubungan sudut interinsisal terhadap profil jaringan lunak pasien. RSGMP

[r]

Campur kode dalam siaran Béntang Parahyangan Bandung TV.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu