• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yasa, 1996), hlm Ahmad Baiquni, Al-Qur an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yasa, 1996), hlm Ahmad Baiquni, Al-Qur an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DALAM AL-QURAN A. Asal Mula Penciptaan Manusia

Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia menggunakan beberapa lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz yang berbeda tersebut pada dasarnya merupakan suatu tahapan penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara lafadz-lafadz yang sering digunakan al-Qur‟an dalam mengungkapkan asal mula penciptaan manusia adalah sebagai berikut:

1. Turab (tanah)

Para mufassir dalam memaparkan “turab” dengan kata “tanah” sekalipun dalam kamus diartikan dengan kata “debu” atau “serbuk tanah” yaitu sesuatu yang berukuran sangat kecil. Turab adalah zat renik, jadi awal manusia

tercipta dari zat renik, yaitu sel telur yang sangat kecil.1

Penciptaan manusia dalam al-Qur‟an diungkapkan melalui kata “turab” yang berarti zat renik yang dalam badan manusia kita kenal sebagai sel kelamin, yang dapat tumbuh menjadi bayi melalui tahapan dalam rahim seorang ibu. Ketika berlangsungnya proses fusi terjadi percampuran kromosom sel jantan dan sel betina yang kemudian pada akhirnya beberapa sifat ayah dan ibu dalam gen-gen kromosom akan dimiliki dan menurun pada

kepribadian anak selanjutnya.2

Allah Swt mendeskripsikan manusia yang tercipta dari tanah, kemudian setelah berproses menuju kesempurnaannya, Tuhan menghembuskan ruh (Qs Shad/38:71-72). Kejadian manusia yang berawal dari tanah sangat dipengaruhi oleh kekuatan alam seperti makhluk lainnya. Dengan “ruh”

manusia diarahkan ke tujuan yang immateri.3

1

Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 84

2

Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 186

3

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 54

(2)

Dalam lisan Al-Arab lafadz turab berarti debu, tanah gemuk.4 Tanah memiliki beberapa lapisan yang disebut dengan struktur tanah (soil structure). Tanah yang di bagian atas yang biasanya berwarna hitam disebut tanah gemuk atau tanah subur (top soil), tanah yang berada di lapisan bawah biasanya keras

dan tidak subur. Tanah yang bagian atas umumnya tidak padat dan berdebu.5

2. Thin (tanah liat)

Lafadz thin berarti tanah yang mengandung banyak air, lumpur.6 Maurice

Bucaile berpendapat bahwa lafadz thin merupakan komponen penting dalam pembentukan fisik manusia awal dari penciptaan manusia pada umumnya adalah bermula dari Thin (tanah liat yang basah) sebagai lafadz untuk penyebutan awal terciptanya nabi Adam yang kemudian menjadi sperma atau

ovum. Pada akhirnya dari thin tersebut bercabang menjadi dua.7

3. Thin lazib (tanah yang melekat dan keras)

Lafadz lazib berarti “menjadi kuat, tetap” dan lafadz tersebut biasa diartikan dengan yang pekat, keras, dan lekat. Thin lazib dapat didefinisikan

sebagai “tanah liat yang lengket dengan keras”.8

4. Hama’ (lumpur hitam)

Lafadz hama’ berarti “tanah yang bercampur air dan berwarna

kehitam-hitaman. Sedangkan lafadz masnun berarti “wadah cetakan”.9 Lafadz hama’

dalam Al-Qur‟an selalu beriringan dengan masnun seperti terdapat dalam Qs al-Hijr/15:26.

5. Shalshal (tanah liat kering yang dibuat untuk tembikar)

Dalam kamus kata shalshal berarti lumpur yang kering, yang gemerisik karena keringnya. Lafadz tersebut juga berarti lempung yang merupakan bahan porselin atau lumpur murni yang bercampur dengan pasir. Shalshal

4

Al-Ishfahani, Lisan Al-Arab, Jilid 8 hlm. 270 5

Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia, ibid, hlm. 204 6

Al-Ishfahani, Lisan al-Arab, Ibid, hlm. 323 dan 270 7

Ibid, hlm. 28. 8

Ibid, hlm. 470 dan 730 9

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang: Thahaa Putra, 1987), Jilid 5, hlm. 20

(3)

sebagai material semacam lempung dan dalam hal ini dapat dipergunakan untuk membuat tembikar. Oleh karenanya shalshal diartikan sebagai

“semacam lempung” (tembikar).10

Imam Al-Razi dalam tafsirnya menjelaskan Lafadz shalshal dalam Qs al-Hijr/15:26 berarti tanah yang sudah kering, setelah sebelumnya basah dan

lembab.11 Dalam al-Qur‟an bentuk dari shalshal seperti al-Fakhkhar yakni

kerangka matang berbentuk manusia.

Fase shalshal merupakan fase terakhir dari proses penciptaan manusia pertama yakni Nabi Adam. Dengan kata lain, gambaran tanah yang hendak dijadikan Nabi Adam telah sempurna, telah matang, telah melalui beberapa tahapan yang memakan waktu sangat lama, hingga tidak ada seorang pun mengetahui lamanya waktu penciptaan Nabi Adam.

6. Sulalah (sari pati tanah)

Kata sulalah mengandung arti “sari” yaitu sesuatu yang dikeluarkan dari sesuatu yang lain, dalam hal ini tanah. Dengan demikian “sulalah” ditafsirkan

sebagai ekstrak (dari tanah).12

Lafadz sulalah juga mengandung arti “mencabut, mengeluarkan”. Sulalah berarti “sesuatu yang tercabut”. Sulalalatin min thin berarti sesuatu yang berasal dari tanah. Dalam hal ini imam Al-Razi memaparkan dua pendapat. Pertama, al-Razi berpendapat bahwa sulalah berarti Adam yang merujuk pada riwayat Ibnu Abbas dari Ikrimah, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian keturunannya berasal dari “air yang hina”. Pendapat yang kedua mengutarakan bahwa lafadz al-Insan dalam Qs al-Mu‟minun/23:12 mengandung arti anak cucu Adam, dan lafadz al-Thin merupakan nama Adam. Lafadz sulalah sendiri berarti unsur-unsur dari tanah yang

terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses menjadi air mani.13 Sedangkan

10

Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Ibid, hlm. 83 11

Fakhruddin Al-Razi, Mafatih Al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Ihya, Tanpa Tahun), Jilid 10, hlm.348 12

Ibid, hlm. 82 13

(4)

Hamka mengemukakan bahwa lafadz sulalatin min thin mengandung arti air

saringan dari tanah.14

7. Nuthfah (pembuahan sel sperma terhadap sel telur)

Salah satu kata yang sering digunakan al-Qur‟an dalam menyebutkan asal mula penciptaan manusia adalah nuthfah. Nuthfah adalah setetes air mani yang dipancarkan (min maniyyin yumna). Dalam hal ini Allah berfirman,















Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), Para ahli bahasa mendefinisikan huruf min dalam kalimat diatas dengan “sebagian”. Hal tersebut telah terbukti secara ilmiah yang menyatakan bahwa air mani mengandung sperma yang merupakan 99% kandungan air mani. Yakni, produk kalenjar prostat, gelembung sperma, dan lainnya. Satu pancaran mani membawa 200 juta sperma, sedangkan yang membuahi ovum hanya satu sperma saja. Demikianlah yang menyebabkan nuthfah dinamakan

sebagai air yang dipancarkan.15

Kata nuthfah juga dalam bahasa al-Qur‟an adalah “setetes yang dapat membasahi”. Pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia sedangkan yang berhasil

bertemu dengan ovum hanya satu.16

Kata nuthfah dalam al-Qur‟an juga dapat diartikan sebagai air yang hina dengan ciri terpancar. Perhatikanlah firman Allah berikut.

































14

Abdulmalik AbdulKarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1982), jilid 18, hlm. 17

15

Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm. 196

16

(5)

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan?”

“Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,”

“yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”

Pengamatan ilmiah yang relevan dengan al-Qur‟an dalam penamaan tersebut, sebab pemancaran berdasarkan ilmu pengetahuan modern adalah kontraksi dinding kalenjar prostat dan saluran pemancar mani, dengan kontraksi otot kelamin. Maka saluran mani akan mendorong kandungannya yang terdiri dari berjuta-juta sperma melalui urethra sampai kelubang

kemaluan.17

Dalam tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dafiq mengisyaratkan bahwa air itu sendiri yang memiliki sifat memancar. Ia tidak dipancarkan tetapi memancar dengan sendirinya, sehingga jika seseorang bermaksud menahan pancarannya maka orang tersebut tidak akan mampu

menahannya. Air yang dimaksud adalah air mani.18

Main dafiq dalam tafsir al-Azhar mengandung arti air yang melancar.

Maksud dari yang melancar adalah air mani. Dari puncak kelezatan bersetubuh, melencarlah dengan cepatnya mani itu keluar, laksana meloncat mendesak keluar. “yang keluar dari antara shulbi dan taraib. Shulbi adalah

tulang punggung pria sedangkan taraib adalah tulang dada bagi perempuan.19

Pemaknaan lafadz shulbi wa al-taraib oleh Quraish Shihab merujuk pada sperma pria yang keluar diantara tulang punggung dan tulang dadanya. Tentunya arti keluar tidak harus dipahami dalam arti terpancar, tetapi kata tersebut dipahami dalam arti awal pergerakannya serta cikal bakal

kejadiannya.20

17

Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an, Ibid, hlm. 201 18

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 180 19

Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm.7959 20

(6)

Pengertian nuthfah dalam al-Qur‟an sama halnya dengan lafadz min

maniyyin yumna (Qs Al-Qiyamah/75:37), main mahin (Qs Al-Muralat/77:20),

dan main dafiq (Qs Al-Thariq/86:6).21

Lafadz main mahin dalam pandangan al-Razi adalah air mani itu sendiri, karena asalnya dari tanah maka sesungguhnya dapat disebut dengan air yang

hina.22 Berbeda halnya dengan penafsiran yang ditawarkan oleh Hamka.

Lafadz min main mahin memiliki arti lemah. Syeikh Abdurrauf juga mengartikan mahin dengan arti lemah. Penafsiran mahin dengan lemah lebih dekat kepada maksud. Air mani jauh lebih rendah daripada air biasa. Air biasa bisa meruntuhkan gunung, menghantam lurah, dan mampu membuat sungai dan lautan. Tetapi mani adalah lemah kalau Allah tidak menjadikan mani tersebut masyaajin yakni bercampur diantara mani laki-laki dengan mani

perempuan, jelaslah mani jadi air yang lemah saja.23

8. „Alaqah (segumpal darah yang mengental dan membeku)

Dalam kitab Zad Al-Masir, Ibnu Al-Jauzi mengemukakan tentang „alaqah yang memiliki arti sejenis darah yang bergumpalan dan kental. Sifatnya

lembab dan bergantung dengan yang berhubungan dengannya.24 Sedangkan

Sayyid Quthb menafsirkan kata „alaqah dengan sesuatu yang melekat.25

Senada dengan Sayyid Quthb, Quraish Shihab juga mengartikan „alaqah

dengan sesuatu yang berdempet di dinding rahim.26

9. Mudghah (segumpal daging)

Pandangan Quraish Shihab tentang mudghah yakni sesuatu berupa sekerat

daging dan sebesar apa yang dapat dikunyah.27

21

Kementrian Agama, Penciptaan Manusia, (Jakarta: Kemenag RI, 2012), hlm. 81 22

Fakhruddin Al-Razi, tafsir Mafatih Al-Ghaib, Jilid 9, hlm. 141 23

Abdulmalik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Ibid, hlm.7827 24

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender, Ibid, hlm. 218 25

Ibid, hlm. 218 26

M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 486 27

(7)

10. Idzam (proses pembentukan tulang belulang)

Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa kata Idzam

merupakan sebuah proses dari pembentukan daging menjadi tulang-tulang.28

11. Lahm (proses pembalutan tulang belulang dengan daging)

Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa lahm merupakan

sebuah proses tulang belulang yang diliputi dengan daging.29

Dari ulasan di atas, maka dapat dipahami bahwa awal dari penciptaan Adam dalam al-Qur‟an menggunakan lafadz turab yang berarti tanah (QS. Ali

Imran/3:59),30 sebagai awal dari penciptaan nabi Adam yang jasmaninya

terbentuk dari bahan makanan yang berasal dari tanah yang kemudian

berproses menjadi darah,31 kemudian proses lanjutan dari turab adalah thin

yang berarti tanah liat atau tanah yang sudah dicampur air (QS. Al-An‟am/6:2), proses selanjutnya adalah perubahan dari thin menjadi thin lazib (tanah yang melekat dan keras), kemudian thin lazib berproses menjadi

hamain (lumpur hitam), kemudian lumpur hitam tersebut mengalami proses

lanjutan yakni shalshal (tanah liat kering yang dapat dibuat untuk tembikar),

setelah perubahan shalshal menjadi al-Fakhkhar (tembikar),32 kemudian

menjadi Adam sebagai manusia pertama (QS. Hijr/15: 26; Qs

Al-Rahman/55:14).33

Sementara awal dari penciptaan manusia pada umumnya adalah bermula dari nuthfah (air jernih bernama mani), kemudian berproses melalui beberapa tahapan hingga menjadi ‘alaqah, lalu berproses menjadi mudghah, lalu berproses menjadi ‘idzam, lalu berproses menjadi lahm, lalu berproses menjadi khalqan akhar (manusia). Demikianlah tahapan-tahapan proses

28

Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Juz 18, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 17

29

Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, ibid, hlm. 17 30

Salaman Harun, Mutiara Al-Qur’an, Ibid, hlm.32 31

Tanthawi Jawhari, Al-Jawahir Al-Qur’an, jilid 9, Ibid, hlm. 14. 32

Ibid, hlm.12 33

(8)

penciptaan manusia, mulai dari Nabi Adam sebagai manusia pertama sampai penciptaan manusia berikutnya.

B. Manusia dalam Al-Quran

Alam jagat raya beserta isinya merupakan suatu sistem yang bersatu di bawah naungan perintah Tuhan. Semua yang ada dalam sistem ini diciptakan untuk kepenthingan manusia, suatu anugerah yang selalu dibarengi dengan peringatan

spiritual agar manusia tidak menyekutukan Allah dengan yang lain.34 Peruntukan

bumi bagi manusia mengandung arti bahwa bumi ini tidak hanya disediakan untuk satu generasi belaka, melainkan untuk semua generasi yang ada di bumi. Tuhan telah meninggikan derajat manusia di atas ciptaan-Nya yang lain. Hal demikian, karena Tuhan menganugerahkan akal kepada manusia, suatu kapasitas

untuk menangkap pengetahuan.35

Manusia telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang dahsyat dalam kehadiran di muka bumi ini. Dengan adanya kesempurnaan struktur otaknya manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidupnya,

bahkan mereka mampu menantang masalah-masalah yang mereka hadapi36.

Selain dari itu, kelebihan kemampuan manusia telah menjadikan mereka mampu

menggali kekayaan bumi ini bagi kemudahan hidupnya.37

Endang Saifudin Anshari berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenara. Mencari jawaban tentang Tuhan, alam dan manusia, arthinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan manusia. Jadi

pada akhirnya: manusia adalah makhluk pencari kebenaran.38

Manusia merupakan makhluk berakal. Akal dalam pandangan Islam, bukanlah otak akan tetapi daya pemikiran yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal sendiri

34

Kemenag, Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Quran dan Sains, (Jakarta: Kemenag, 2012), hlm. 121.

35

Kemenag, Ibid, hlm. 121. 36

Abdul Mujieb AS, Tujuan Hidup dalam Pandangan Islam, (Surabaya: Karya Utama, Tanpa Tahun), hlm. 9.

37

Abdul Mujieb AS, Tujuan Hidup dalam Pandangan Islam, Ibid, hlm. 10 38

(9)

merupakan gabungan dari beberapa komponen yakni pikiran, perasaan dan kemauan. Berkaitan dengan ini T.M Utsman El Muhammady mengemukakan bahwa bila gabungan dari ketiganya tidak ada maka tiada akal. Akal adalah alat yang menjadikan manusia dapat melakukan pemilihan alternatif antara yang betul

dan salah.39

Status dan fungsi manusia di atas dunia ini adalah sebagai khalifah (wakil Tuhan), untuk melaksanakan segala yang diridhai Allah di atas bumi ini, untuk mengkulturkan natural dan dalam waktu yang sama untuk mengislamkan kultur. Kemudian manusi dilengkapi Allah dengan berbagai macam hidayat (insthing,

indra, akal, Agama, dan hidayat taufiq).40

Kelebihan manusia dengan berbagai macam hidayat menjadikan ia berada dalam sebuah perjuangan moral yang tak berkesudahan. Di dalam perjuangan ini Allah berpihak kepada mansusia asalkan ia melakukan usaha-usaha yang diperlukan. Manusia harus melakukan usaha-usaha ini karena diantara ciptaan-ciptaan Tuhan ia memiliki posisi yang unik, ia diberi kebebasan berkehendak agar ia dapat menyempurnakan missinya sebagai khalifah Allah di atas bumi. Misi tersebut akan menciptakan sebuah tata sosial yang bermoral di atas dunia yang

dikatakan al-Quran sebagai “amanah” dalam surat al-Ahzab/33: 72.41

Al-Quran menyatakan bahwa kelemahan manusia yang paling dasar dan yang menyebabkan semua dosa-dosa besarnya adalah “kepicikan” (dha’f) dan “kesempitan fikiran” (qathr). Al-Quran secara tak henti-henthinya menyebutkan

kelemahan ini di dalam bentuk-bentuk dan konteks-konteks yang berbeda.42

Dalam al-Quran dijelaskan bahwa manusia mempunyai sifat yang goyah yakni bersifat keluh kesah lagi kikir. Jika mendapatkan kemalangan atau keburukan ia pun berkeluh kesah tetapi jika mendapatkan kesenangan atau

39

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi, (Yogtakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 158.

40

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-pkok Pikiran Islam tentang Ummatnya, (Bandung: Pustaka ITB, 1983), hlm. 172.

41

Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 27. 42

(10)

kebaikan ia berusaha agar kebaikan itu tidak sampai kepada orang-orang lain (Qs al-Ma‟arij: 19-21).

Al-Quran mementingkan tiga macam pengetahuan untuk manusia. Yang pertama adalah pengetahuan mengenai alam yang telah dibuat oleh Allah tunduk kepada manusia, atau sains-sains alamiah. Yang kedua adalah pengetahuan sejarah dan geografi: al-Quran senantiasa mendesak manusia untuk berjalan di muka bumi sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi pada kebudayaa-kebudayaan masa lampau dan mengapa demikian dapat bangkit dan runtuh. Yang ketiga adalah pengetahuan mengenai dirinya sendiri karena “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di dalam cakrawala (alam eksternal) dan di dalam diri mereka sendiri sehingga mereka dapat memahami

kebenaran.43

Senada dengan pernyataan di atas, al-Quran juga menjelaskan bahwa untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia dianugerahi keistimewaan-keistimewaan. Keistimewaan tersebut yaitu, akal yang dapat digunakan untuk berfikir, memiliki potensi ilmiah, secara fitrah manusia diciptakan cenderung

pada kebenaran (hanif ), dan terdapat unsur-unsur Ilahi dalam dirinya.44

Menurut kandungan ayat-ayat al-Quran manusia itu pada hakikatnya adalah makhluk yang utuh dan sempurna yaitu sebagai makhluk biologis, pribadi, sosial, dan makhluk religius. Sedikit menilik tentang konsep psikologi yang menyatakan manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki potensi dasar yang menentukan kepribadian manusia berupa insting. Manusia hidup pada dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut keterangan ayat-ayat al-Quran potensi

manusia yang relevan dengan insthing ini adalah nafsu.45

Manusia dalam Quran disebutkan dengan menggunakan kata Insan,

al-Basyar, Bani Adam, dan An-Nas. Penggunaan lafadz al-Insan merujuk akan nama

43

Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, (Bandung: Pustaka, 1996), hlm. 51 44

Azyumardi Azra dan Abudin Nata, Kajian Tematik Al-Quran tentang Konstruksi Sosial, (Bandung: Angkasa,2008), hlm. 319.

45

Iin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 13.

(11)

manusia yang ditinjau dari kelompoknya, atau secara keseluruhan, sedangkan kata

al-Basyar diperuntukkan bagi manusia yang seorang diri, bukan dari kelompok.

Selain dari itu, Bani Adam merupakan istilah yang digunakan al-Quran untuk menyebut manusia yang dianalisis dari asal keturunannya dan kata an-Nas merujuk kepada manusia yang ditinjau dari segala permasalahan hidup yang

dialaminya.46

Pendapat lain tentang al-Quran yang memberikan gambaran tentang manusia. Kata insan digunakan al-Quran untuk menunjukkan kepada manusia segala totalitasnya, jiwa dan raga. Kemudian dari akar kata yang sama dengan basyar lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki kulit yang jelas dan berbeda denga kulit binatang yang lain. Yang terakhir menggunakan kata bani adam dan dzuriyat Adam menunjukkan bahwa manusia yang terlahir sesudah ada pada dasarnya merupakan keturunan adam sebagai

manusia pertama dan menjadi keluarga alam.47

Keadaan manusia laksana sebuah sayap malaikat diambil dan diikatkan pada ekor keledai sehingga keledai itu secara kebetulan juga menjadi malaikat berkat cahaya yang dibawa oleh malaikat itu. Demikian Rumi menggambarkan hakikat ganda dari manusia, suatu dualitas yang bukan terdiri dari badan dan jiwa

melainkan kemungkinan-kemungkinan.48

Konsep manusia ideal dalam al-Quran disebut dengan istilah Muhsin. Muhsin merupakan sebutan bagi manusia yang merasakan kehadiran dan kebersamadaan dengan Allah. Kekuatan spiritual ini melahirkan semangat melakukan perbuatan baik dan memperindahnya secara terus menerus serta membentengi diri dari perbuatan buruk yang berpotensi merusak eksistensinya baik dalam dimensi

46

Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta: Gema Insan Press, 1994), hlm. 79.

47

Abdul rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif kajian Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 53.

48

(12)

hubungan vertikal dengan-Nya maupun dalam dimensi hubungan horizontal

dengan sesama makhluk.49

Al-Quran juga menerangkan bahwa sejak awal fitrah manusia adalah beragama tauhid, sebelum melihat dunia ini manusia telah bersaksi akan keesaan Allah dan penerima kebenaran yang fitrah itu tidak akan pernah berubah. Selain itu, hakikat manusia adalah umat yang satu, akan tetapi setelah timbul perselisihan menjadi berubah yang kemudian Allah mengutus Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia yang kerap kali melakukan

perbuatan dosa.50

Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur, yang berbeda dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa. Unsur-unsur itu merupakan suatu senyawa antara alam nyata dan metafisis, antara rasa dan non rasa (materi), antara jiwa dan raga.51

Diciptakan dari sari pati tanah dan asal usul yang rendah dan sederhana, demikian al-Quran, secara alamiah manusia adalah makhluk lemah, selalu berada dalam bahaya, godaan dan bujuk rayu dari kekuatan-kekuatan kejahatan. Tetapi pada akhirnya manusia naik ke tingkat yang lebih tinggi, di atas derajat kehidupan tanaman dan binatang, hingga mncapai status kenabian, meningkat ke posisi kedekatan dengan Allah karena diperkuat oleh inspirasi ilahiyyah atau ruh qudus

sehingga ia mampu menaklukan kejahatan.52

Allah Swt menjelaskan akan kemuliaan manusia di dalam al-Quran yang ditentukan oleh jiwa manusia sendiri (akal, hati, rasio dan nafsu) dan petunjuk. Bukan hanya itu, diri manusia akan menjadi saksi atas dirinya sendiri di hari

kiamat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia.53

49

Slamet Firdaus, Konsep Manusia Ideal dalam Al-Quran, (Tanggerang: Makmur Abadi, 2011), hlm. 80

50

Choiruddin Hadhiri, Ibid, hlm. 97 51

Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 118.

52

Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, (Jogjakarta: Lkis, 2000), hlm. 114 53

(13)

Dari al-Quran ditemukan banyak sekali ayat-ayat yang berbicara tentang kegiatan manusia yang selalu dikaiitkan dengan aktiftas malaikat. Para malaikat

selalu menunjukkan keterlibatannya dalam keseharian manusia54. Kata kami

dalam Qs Qaf/50: 16-18 pada kalimat, kami telah menciptakan dalam arti Tuhan bersama bersama ibu dan bapak karena ayat ini berbicara tentang reproduksi

manusia.55

Dalam al-Quran Adam diberikan kemuliaan. Allah menegaskan, telah Aku ciptakan manusia dengan tangan-Ku sendiri dan Kutiupkan kepada-Nya Ruh-Ku. Allah menjadikan Adam sebagai khalifah-Nya di bumi dan mengajarkannya nama-nama segala sesuatu dan karena pengetahuan ini ia ditempatkan di atas para

malaikat.56

Eksistensi manusia dalam al-Quran lebih ditekankan kepada kapasitasnya sebagai hamba (Qs Dzariyat/51:56), dan sebagai wakil tuhan di bumi (Qs al-An‟am/6:165). Manusia adalah satu-satunya makhluk eksistensialis, karena hanya makhluk ini yang bisa naik turun derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia

ciptaan terbaik, ia tidak mustahil akan turun ke derajat paling rendah.57

C. Proses Penciptaan Manusia dalam Al-Quran

Berkaitan dengan proses penciptaan manusia dinyatakan bahwa Allah memberikan bimbingannya dalam al-Qur‟an terhadap manusia untuk memahami ayat-ayat yang menggambarkan alam semesta dan melukiskan sebuah fenomena-fenomena ilmiah yang terjadi di dalamnya, salah satunya adalah tentang asal mula

manusia.58

Dalam Al-Qur‟an surat Yunus ayat 101 terdapat lafadz undzuru yang berarti periksalah dengan nadzor. Kalau diamati dengan baik maksud Allah bukanlah

54

M. Quraish Shihaab, Malakat Yang Halus dan Tak Terlihat dalam Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. 62

55

M. Quraish Shihab, Ibid, hlm. 63 56

Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Quran Pendekatan Gaya dan Tema, (Bandung: Marja, 2002), hlm. 179

57

Nasaruddin Umar, Ibid, hlm. 220 58

Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 21

(14)

hanya melihat akan tetapi memperhatikan akan kekuasaan dan kebesaran Alla

Swt serta mengungkap makna dari fenomena yang terjadi.59

Pertanyaan tentang kapankah kehidupan di bumi ini mulai ada telah dijawab dengan tegas oleh al-Quran. Al-Quran menjelaskan bahwa kehidupan bermula

saat alam semesta tercipta.60 Hal demikian dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat

30 berikut.







































“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q. S. Al-Anbiya‟: 30)

Manusia sebagai salah satu spesies makhluk biologis, asal-usulnya berasal

dari tanah,61 sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat al-Quran, salah satu

contohnya adalah:

























“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (Q.S. Nuh/70: 16)

Dalam Qs Nuh/70:16 juga mengisyaratkan bahwa perkembangan kejadian dan proses penciptaan manusia itu melalui jalur bertahap dan evolutif. Perkembangan evolusi itu mulai dari thingkat yang sederhana menuju arah

kesempurnaan.62 Berkaitan dengan penciptaan sudah nampak jelas bahwa Allah

59

Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Ibid, hlm. 20 60

Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Saains, (Jakarta: Kemenag RI, 2012), hlm. 74

61

Nasarudin Umar, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 212

62

Juhaya S Praja, Tafsir Hikamah Seputar Ibadah Muamalah, Jin dan Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 180

(15)

Swt adalah pencipta manusia melalui berbagai proses mutasi yang disebut

al-Quran sebagai sunnatullah (Qs Al-Rum/30:30).63

Perempuan dan lelaki dinyatakan al-Quran bersumber dari unsur yang sama dan dalam mekanisme yang sama. Tidak terdapat perbedaan secara substansial dan secara struktural antara keduanya. Dengan demikian, secara alamiah dalam

proses keberedaan laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan.64

Dalam penciptaan makhluk, termasuk di dalamnya manusia beberapa ayat

menjelaskan peranan tanah liat, di samping peranan air65. Seperti yang kita

temukan dalam QS. al-An‟am/6: 2, QS. al-Hijr/15: 26, QS. al-Mu‟min/40: 12, dan QS. as-Shaffat/37: 11.

Pada masa Plato dan Aristoteles, banyak pro-kontra mengenai teori terciptanya embrio. Teori pertama percaya bahwa embrio manusia berbentuk manusia mikro dan tertanan di sperma laki-laki. Teori kedua juga tidak ada bedanya dengan yang pertama, kecuali bahwa embrio yang berbentuk manusia mini itu tertanam dalam rahim wanita dan terbentuk dari darah menstruasi. Teori tentang proses reproduksi manusia sebenarnya sudah di jelaskan dalam berbagai surat ratusan tahun sebelumnya. Ayat ke-2 surat al-Insan mengindikasikan adanya campuran antara unsur yang datang dari laki-laki dan wanita dalam pembentukan

embrio.66

Penting untuk disadari bahwa al-Quran menyatakan secara jelas akan kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada volume cairan yang disemburkan. Gagasan bahwa sejumlah sangat kecil cairan sebagai sepenuhnya

bersifat efektif tidak segera tampak nyata.67

Lebih dari seribu tahun sebelum kemajuan spermatozoa ditemukan di awal abad 17 al-Quran mengungkapkan gagasan-gagasan yang terbukti benar

63

Juhaya S Praja, Ibid, hlm. 181 64

Nasarudin Umar, Argument Kesetaraan Gender, Ibid, hlm. 218 65

Kemenag RI, penciptaan Manusia perspektif al-Aur’an dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI, 2012), hlm. 75.

66

Kemenag RI, Ibid, hlm .78 67

Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Al-Quran Bibel dan Sains, (Bandung: Mizan, 1989), hlm. 216

(16)

berdasarkan penemuan identitas unsur pembuah yang diukur dalam satuan perseribu milimeter. Adalah benar-benar spermatozoalah yang terdapat di dalam cairan benih yang mengandung pita DNA. Berdasarkan nalar dari Qs 80: 19 terdapat fakta bahwa warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang

menentukan jenis kelamin sesorang.68

Penciptaan manusia dan aspek mukjizat ini ditekankan di dalam banyak ayat. Sebagian ayat ini begitu rinci sehingga mustahil bag seseorang yang hidup di abad ke-7 mengetahuinya. Dari sebagian ayat dinyatakan bahwa manusia tercipta dari keseluruhan mani,tetapi hanya bagian manis yang sangat sedikit. laki-lakilah yang menentukan jenis bayi. Embrio manusia melekat pada uterus ibunya seperti

lintah serta embrio berkembanga di tiga daerah gelap di dalam uterus.69

Cairan-cairan yang bercampur yang dirujuk oleh al-Quran hanya khas bagi cairan sperma yang kompleksitasnya demikian terpaparkan. Al-Quran juga menjelaskan kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan sperma.



















“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”.

Kata sifat “ yang hina” mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri melainkan juga pada fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing. Mengenai kata “ saripati” kita sekali lagi bertemu dengan lafadz Sulalat, yang kepadanya kita tadi merujuk dalam memperbincangkan pembentukan manusia, selama penciptaan dari saripati lempung. Hal itu menunjuk pada “ sesuatu yang

diambil dari sesuatu yang lain”.70

Penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat al-Quran yang dalam hal ini menggunakan kata „Alaqah (sesuatu yang bergantung).

68

Maurise Bucaille, Ibid, hlm. 217 69

Harun Yahya, Pesona Al-Quran, (Jakarta: Rabbani Press, 2002), hlm. 58. 70

Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan, 1989), hlm. 218

(17)



























“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya.”

Sebuah penemuan ilmiah pada abad ke-20 menginformasikan bahwa pancaran mani yang berasal dan menyembur dari alat kelamin laki-laki mengandung sekitar 200 juta benih manusia sedangkan yang berhasil bertemu dengan ovum hanya satu saja. Demikianlah yang dimaksud al-Quran dengan nutfatan min maniyyiin

yumna (nutfah dari mani yang memancar).71

Ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Suatu keajaiban penthing dari al-Quran terungkap. Ketika merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan

kata „Alaq dalam Qs al-Alaq/96: 1-3.72

Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim kira-kira pada hari keenam setelah pembuahan meengikuthinya dan secara anatomis sungguh telur tersebut

merupakan sesuatu yang bergantung.gagasan tentang kebergantungan

mengungkapkan arti asli dari kata „Alaq.73

Daging yang digulung-gulung (sesuatu yang bergantung) terus tampak sampai kira-kira hari kedua puluh ketika secara bertahap mengambil bentuk manusia. Jaringan-jaringan tulang belulang mulai tampak dalam embrio yang secara

berturutan diliputi oleh otot-otot.74 Gagasan tersebut diungkapkan dalam al-Quran

sebagai berikut:

71

Nanang Gojali, Manusia Pendidikan dan Sains dalam perspektif tafsir Heurmenetik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 108

72

Harun yahya, Al-Quran dan Sains, ( Bandung: Dzikra, 2004 ), hlm. 106. 73

Maurice Bucaile, Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran dan Sains, Ibid, hlm. 219. 74

(18)













































“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.

Dua tipe daging yang diberi nama berbeda di dalam al-Quran, yang pertama “daging yang digulung-gulung” disebut sebagai mudraj, sedang yang kedua “daging yang masih utuh” ditunjukkan oleh kata Lahm yang memang menguaraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot itu.al-Quran juga

menyebutkan munculnya indera-indera dan bagian-bagian dalam tubuh.75

Segumpal daging yang diterangkan dalam Qs al-Hajj/22: 5 dibahasakan dengan mudghah. Embrio berubah bentuk dari tahapan „alaqah ke permulaan tahapan mudghah pada hari ke 24 atau 26. Waktunya relatif lebih cepat ketimbang

perubahan dari tahap nutfah ke ‘alaqah.76

Penunjukkan kepada al-Quran kepada organ-organ seksual mesti diperhatikan. Karena perujukan olehnya sungguh sangat tepat sebagaimana Qs an-Najm: 45-46 berikut.























“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. Dari air mani, apabila dipancarkan”.

Unsur pembuah pria, yaitu spermatozoa mengandung hemicrosom yang

menentukan jenis kelamin calon manusia itu.77

75

Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan, 1989), hlm. 220

76

Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains, (Jakarta: Kemenag RI, 2012), hlm. 88

77

(19)

Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam Qs al-Mu‟minun/23:14, bahwa dalam rahim ibu, tulang-tulang terbentuk lebih dahulu, kemudian terbentuklah otot-otot yang membungkus tulang-tulang

ini78. Penelitian dithingkat mikroskopis menunjukkan bahwa perkembangan

dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan pada Qs

al-Mu‟minun/23:14.79

Dalam al-Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya. Fase-fasenya mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari

perkembangan bayi. Secara ringkas, ciri-ciri utama tahap perkembangan80

tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra-embrionik

Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpulan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar sel-sel penyusunnya pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga lapisan.

2. Tahap Embrionik

Tahap kedua berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai embrio.pada tahap ini organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.

3. Tahap Fetus

Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai manusia, dengan wajah da kedua tangan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung kurang lebih selama 30 minggu, dan perkembangan berlanjut sampai minggu kelahiran.

78

Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, ( Bandung: PT Syamil Citra Media, 2004 ), hlm. 107 79

Harun Yahya, Ibid, hlm. 107 80

(20)

Berkaitan dengan tahapan penciptaan manusia, kita juga dapat menilik QS As-Sajdah/32:7, QS Nuh/71:14, QS al-Infithar/82:7-8 sebagai informasi yang membuktikan bahwa penciptaan manusia dilakukan dengan bertahap-tahap. Apa yang disebut Darwin sebagai seleksi alam memanglah seleksi alami dalam pengertian bahwa Allah Tuhan semesta alamlah yang mengatur seleksi itu sebagai bagian dari proses penyempurnaan, proses penyelarasan terhadap keadaan lingkungan dan proses perakitan dalam bentuk yang diberikan-Nya

kepada manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi ini.81

Para mufassirin tekstual percaya bahwa Allah menciptakan makhluk hidup satu demi satu, spesies demi spesies. Tetapi sebaliknya para mufassirin kontekstual yakin bahwa makhluk hidup diciptakan secara evolusi tahap demi

tahap.82 Bertentangan dengan pendapat pada umumnya dianut oleh mufassirin

kontekstual yang mengatakan bahwa makhluk hidup pertama diciptakan di bumi, maka mufassirin kontekstual berpendapat bahwa makhluk hidup

pertama adalah justru dalam air.83

Perbedaan penggunaan kata Turab dan Thin dalam al-Quran ketika menceritakan tentang penciptaan manusia memiliki maksud tersendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam Qs Ali Imran/3: 59 yang membahas Adam As dengan menggunakan kata turab, sedangkan ayat al-Quran yang berisi kata

thin yakni dalam Qs al-An‟am/6:2 menguraikan Adam dan manusia sebagai

anak cucunya. Di sini terdapat kesinambungan bahwa turab berarti tanah, dan

thin berarti tanah yang sudah dicampur air. Hal ini berarti bahwa thin

merupakan lanjutan dari tanah.84

Dalam al-Quran disebutkan bahwa dari thin itulah penciptaan kemudian bercabang dua. Dari thin itu dibuat thin lazib (QS. al-Shaffat/37: 11) yang merupakan proses lanjutan dari penciptaan Adam. Dari thin pula diciptakan

81

Andi Hakim Nasoetion, Pengantar ke Filsafat Sains, (Bogor:Litera AntarNusa,1989), hlm. 181. 82

Ahmad As Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 269

83

Ahmad As-Shouwy, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunah tentang IPTEK, Ibid, hlm. 271 84

(21)

nuthfah (QS. al-Mu‟minun/23:12-14). Uraian di atas semakin menguatkan

kesinambungan dalam kandungan al-Quran yang membuat tuduhan tentang inkonsistensi dan ketidakmenarikan al-Quran menjadi gugur dengan

sendirinya.85

Lafadz lain yang disebutkan dalam al-Quran ketika menerangkan penciptaan manusia adalah salsal. Salsal adalah benda kering berongga yang dibuat dari tanah, sehingga mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda tersebut, kata al-Quran terbuat dari hama’, yaitu tanah hitam yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (masnun) menjadi salsal tersebut. Jadi

Adam dibentuk dari Hama tersebut.86

Dalam al-Quran kata shalshal diulang tiga kali yang semuanya ditemukan dalam Qs al-Hijr/15:26.28,33. Mula-mula Allah menyatakan kepada nabi Muhammad Saw bahwa manusia diciptakan dari salsal itu, kemudian menceritakan bagaimana Dia mengemukakan kepada malaikat tentang rencana-Nya untuk menciptakan makhluk itu, dan pada ayat ketiga Allah mengisahkan pembangkangan Iblis yang menolak sujud kepadanya. Jelaslah bahwa konteks ketiga ayat itu berbeda, sekalipun menceritakan hal yang sama. Pesan ketiga ayat tidak bisa lain bahwa yang dimaksud adalah

penciptaan Adam.87

Demikianlah proses penciptaan Adam. Mengenai penciptaan manusia sebagai anak cucu Adam ditemukan informasinya dalam Qs al-Sajadah/32:8,

bahwa ia diciptakan dari ma’mahin yang telah disebutkan sebelumnya88.

Penciptaan manusia secara umum melalui proses yang melibatkan Tuhan dan Manusia, yaitu ibu dan bapak, sedangkan dalam penciptaan Adam As tidak

melibatkan pihak lain.89

85

Salman Harun, Ibid, hlm. 28 86

Salman Harun, Mutiara Al-Quran, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 29 87

Salman Harun, Ibid, hlm. 29 88

Salman Harun, Ibid, hlm. 30 89

Badriyah Fayumi, Keadilan dan Kesetaraan Gender Perspektif Islam, (Jakarta: Depag RI, 2001), hlm. 37

(22)

Awalnya mani atau sperma pria ditumpah dan dipancarkan kedalam rahim (yumna). Kata yumna, dalam bahasa arab berarti ditakdirkan dan disaring. Maksudnya adalah bahwa air itu sudah disaring dan diolah begitu rupa

sehingga dapat difungsikan untuk menjalankan tugasnya.90

Jika diperhatikan, nampaknya al-Quran menggunakan 12 istilah yang dapat dianggap sebagai substansi kejadian manusia seperti yang telah

dipaparkan di atas.91 Berdasarkan ayat-ayat al-Quran yang mengemukakan

tentang penciptaan manusia kesemuanya tidak dapat dipisahkan dari air, karena manusia adalah bagian dari makhluk hidup dan seluruh organisme

makhluk hidup, termasuk dunia flora dan fauna, berasal dari air.92

Manusia yang hidup ketika al-Quran diturunkan, tentu saja mengetahui substansi dasar kelahiran yang berhubungan dengan mani laki-laki yang dipancarkan selama berhubungan seksual. Dan fakta bayi dilahirkan setelah sembilan bulan jelas merupakan kejadian yang dapat diamati dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tetapi informasi akan manusia yang diciptakan dari mani, lelaki yang menentukan jenis kelamin, embrio melekat pada uterus ibunya seperti lintah diperkuat oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.93

Asal-usul manusia yang bersifat lebih substansial, seperti nyawa atau roh, tidak diuraikan secara terperinci dalam al-Quran. Roh manusia adalah urusan Tuhan, sebagaimana diisyaratkan dalam satu ayat pendek dalam Qs al-Isra/17: 85.94

Banyaknya ungkapan justru memperjelas proses dalam penciptaan. Pengulangan kata dan kisah dalam al-Quran ternyata tidaklah membosankan,

melainkan memberikan kelengkapan dan nuansa yang dinamis.95

90

Salman Harun, Ibid, hlm. 30 91

Nasarudin Umar, Ibid, hlm. 220 92

Maurice Bucaille, Asal Usul Manusia menurut Bibel Al-Quran dan Sains, (Bandung: Mizan, 1989), hlm. 196.

93

Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung :PT Syamil Citra Media, 2004), hlm. 59 94

Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 219 95

(23)

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran menulis, salah satunya dalam penelitian sebelumnya metode STAD digunakan dalam jurnal berjudul “Penerapan Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada

Berdasarkan definisi operasional di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa program tahfidzul Qur‟an di SD Al Azhar 16 Cilacap merupakan kegiatan menghafal Al

Negara Exportir utama komoditas krustasea adalah Negara Ekuador dengan total transaksi yang mencapai 255.928.000 juta USD pada tahun 2014 yang meningkat 10,9%

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Induksi Kalus Akasia ( Acacia mangium ) Dengan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unsur paksaan dan unsur ancaman dalam Pasal 71 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan

Sebuah ungkapan yang juga merupakan filosofi orang Bajo “papu manak ita lino bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna mangelolana”, (Wawancara

Pada pembuatan karya ini metode estetika digunakan sebagai acuan dalam pemilihan sampel tato Dayak dan tato Maori yang akan digunakan, pembuatan desain baik desain