• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berupa uang/surat-surat berharga lainnya. hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. berupa uang/surat-surat berharga lainnya. hidup krama desa untuk menunjang pembangunan."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian LPD

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 LPD adalah salah satu unsur kelembagaan desa pekraman yang menjalankan fungsi keuangan desa pekraman untuk mengelola potensi keuangan desa pekraman. Lembaga ini sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan memenuhi kepentingan desa itu sendiri.

Fungsi LPD sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 adalah:

1) LPD adalah salah satu lembaga desa yang merupakan unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang/surat-surat berharga lainnya.

2) Pendayaan LPD diarahkan kepada usaha-usaha peningkatan taraf hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.

Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 disebutkan bahwa tujuan didirikannya LPD adalah:

1) Mendorong pembangunan masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal kerja yang efektif.

(2)

13

2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu di pedesaan.

3) Menciptakan pemrataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja pedesaan.

4) Meningkatkan daya beli/lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa.

Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka bidang usaha yang dilaksanakan LPD seperti tertuang pada Peraturan Daerah Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 yaitu:

1) Menerima simpanan uang dari warga masyarakat desa dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka.

2) Memberikan pinjaman untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada sektor pertanian, industri/kerajinan kecil, perdagangan dan usaha-usaha lain yang dipandang perlu.

3) Usaha-usaha lain yang bersifat pengerahan dana desa. 4) Penyertaan modal pada unsur-unsur lainnya.

5) Menerima pinjaman-pinjaman dari lembaga keuangan.

2.1.2 Pengertian Hutang

Munawir (2002:18) menyatakan hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang itu merupakan sumber dana atau modal perusahaan. Sudirman (2000:88) menyatakan dana masyarakat atau dana pihak ketiga yang ada di

(3)

14

lembaga keuangan merupakan hutang bagi lembaga tersebut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana dalam lingkup LPD dana tersebut didapat dari masyarakat atau dana pihak ketiga.

2.1.3 Efektivitas Pengelolaan Hutang

Efektivitas pengelolaan hutang akan tampak pada perhitungan cost of debt dan perhitungan spread management. Menurut Muljono (1999:155) rumus perhitungan spread management adalah:

Spread management = Return on total assets – Cost of debt ... (1) Dimana:

Earning Before Interest and Taxes

Return on Total Assets = ………(2) Total Assets

Total Interest Expenses

Cost of Debt = ... (3) Total Debt

 Earning before interest taxes yaitu laba usaha sebelum dikurangi pajak dan biaya bunga.

 Total asset yaitu jumlah aktiva secara keseluruhan yang dimiliki oleh perusahaan.

 Total interest expense yaitu seluruh biaya bunga yang dibayarkan kepada pihak ketiga.

(4)

15

2.1.4 Pengaruh Efektivitas Pengelolaan Hutang pada Rentabilitas

Menurut Muljono (1999:154) besar kecilnya laba yang diperoleh suatu bank akan tergantung dari fungsi berbagai faktor produksi yang membentuknya. Secara konkrit dapat pula dikatakan besar kecilnya laba bank akan tergantung pada kemampuan manajemen bank di dalam mengelola assets dan liabilities yang ada. Efektivitas liabilities management akan tampak pada perhitungan spread management diperoleh dari selisih return on total assets dengan cost of debt. Return on total assets yaitu hasil pembagian earning before interest and tax dibagi dengan total assets. Sedangkan cost of debt yaitu hasil pembagian antara total interest expense dibagi dengan total debt (Muljono, 1999:155)

Semakin tinggi nilai spread management menunjukkan semakin efektif pengelolaan hutang, hal ini karena penghasilan lembaga keuangan atas total asetnya akan melebihi biaya bunga yang harus dibayarkan kepada penabung, sehingga semakin efektif manajemen lembaga keuangan mengelola hutangnya, maka rentabilitasnya juga akan meningkat.

2.1.5 Kredit (Loan)

Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sri Y Susilo, dkk

(5)

16

(2000:69) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antarbank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajiban setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Pinjaman atau kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk penggunaan dana bank yang paling besar dalam usaha untuk mendapatkan penghasilan. Hasil dari penggunaan dana tersebut dapat berupa bunga kredit (Sudirman, 2000:32). Perjanjian kredit mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk jangka waktu dan bunga yang telah ditetapkan bersama serta masalah sanksi apabila penerima kredit atau debitur tidak menepati perjanjian yang telah dibuat bersama (Kasmir, 2004:93)

2.1.6 Loan to Deposit Ratio (LDR)

Fungsi utama dari sebuah LPD adalah mengumpulkan dana dari masyarakat berupa tabungan dan deposito serta menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat. LPD harus mampu melaksanakan fungsi tersebut seefisien mungkin, dalam artian semakin banyak dana yang dihimpun dari masyarakat maka LPD harus sedapat mungkin menyalurkan dana tersebut kembali ke masyarakat untuk memperoleh pendapatan. Dalam lembaga perbankan, 75 persen penghasilan lembaga perbankan berasal dari pendapatan bunga (Simorangkir, 2000:6), itu artinya jika LPD

(6)

17

ingin mendapatkan penghasilan yang besar maka LPD harus mengoptimalkan kreditnya.

Kredit yang disalurkan kepada masyarakat diukur dengan loan to deposit ratio. Muljono (1999:86) menyatakan loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga. Sri Y Susilo, dkk (2000:31) menyatakan bahwa loan to deposit ratio adalah perbandingan kredit dengan dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga ditambah dengan modal sendiri yang dimiliki, karena berdasarkan paket kebijakan 29 Mei 1993, pengertian deposit diperlunak. Ketentuan tersebut memberi pengertian deposit tidak hanya dana pihak ketiga tetapi juga modal sendiri. Jadi loan to deposit ratio (LDR) dinyatakan dengan rumus:

Kredit yang Diberikan (Loans)

LDR = x 100% ... (4) Dana Pihak Ketiga + Modal Sendiri

2.1.7 Pengaruh Loan to Deposit Ratio pada Rentabilitas

Pada lembaga perbankan, kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk penggunaan dana bank yang paling besar dalam usaha untuk mendapatkan penghasilan (Sudirman, 2000:32). Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara kredit dengan jumlah dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga ditambah dengan modal sendiri yang dimiliki (Sri Y Susilo, dkk, 2000:32). Jika semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka semakin banyak pendapatan bunga yang akan diterima lembaga keuangan, sehingga

(7)

18

rentabilitas juga akan semakin meningkat. Dalam memberikan kredit lembaga keuangan juga harus mempertimbangkan risiko kredit dan risiko likuiditas. Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan debitur mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan sedangkan risiko likuiditas merupakan risiko yang dihadapi ketika nasabah melakukan penarikan dana dalam jumlah besar (Muchdarsyah Sinungan, 1999:76). Apabila lembaga keuangan tidak mempertimbangkan risiko kredit dan risiko likuiditas, tingkat kredit yang disalurkan yang tinggi justru akan menurunkan kemampuan dalam menghasilkan laba.

Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu lembaga perbankan adalah sekitar 85 persen. Namun batas toleransi berkisar antara 85 persen sampai 100 persen atau menurut Kasmir (2004:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110 persen. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh LPD memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya.

2.1.8 Nasabah

Kasmir (2004:207) menyatakan nasabah adalah masyarakat yang mempunyai kepentingan langsung dengan bank. Mereka pada umumnya para penyimpan uang baik dalam bentuk giro deposito atau tabungan, para penerima kredit bank, penerima transfer uang, pengirim transfer uang,

(8)

19

serta para perantara pedagang besar pasar modal. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, menyebutkan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Terdapat dua kelompok nasabah yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (ayat 1 pasal 17). Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (pasal 1 ayat 18). Jadi, yang dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang memiliki kepentingan langsung untuk menggunakan jasa bank.

2.1.9 Pengaruh Jumlah Nasabah pada Rentabilitas

Suatu lembaga keuangan akan dapat menghasilkan laba apabila lembaga keuangan tersebut memiliki tingkat pertumbuhan jumlah nasabah yang meningkat baik nasabah penyimpan maupun nasabah debitur. Hal tersebut karena kegiatan suatu lembaga keuangan terkait dengan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Semakin meningkat jumlah nasabah, maka semakin banyak jumlah dana yang terkumpul dan yang disalurkan, apabila dikelola dengan baik, maka pendapatan juga akan meningkat yang berarti juga meningkatkan rentabilitas. Jumlah nasabah penyimpan dan nasabah debitur hendaknya berimbang sehingga dana yang diterima dapat disalurkan kembali dan tidak ada dana yang menganggur.

(9)

20 2.1.10 Badan Pengawas

Salah satu cara yang ditempuh untuk menjaga kegiatan operasional tetap berjalan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku adalah dengan menempatkan badan pengawas. Kehadiran badan pengawas pada suatu lembaga bertugas untuk mengawasi kegiatan operasional dan pengurus untuk mencegah dan meminimalisir adanya tindakan penyelewengan atau penyimpangan dari tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2008 tentang pengurus dan pengawas internal Lembaga Perkreditan Desa (LPD), pengawas internal yang selanjutnya disebut badan pengawas yang dibentuk oleh desa yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan LPD. Pengawas internal yang baik bermanfaat untuk menjaga keamanan harta kekayaan perusahaan (LPD), memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntasi, meningkatkan efisiensi dalam akuntansi dan membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini Badan Pengawas LPD diangkat dan diberhentikan oleh Krama Desa Adat melalui paruman desa adat dan ditetapkan oleh Kepala Daerah (Bupati/Walikota). Bendesa adat serta beberapa anggota (minimal 2 orang), anggota badan pengawas dapat dipilih secara langsung oleh ketua badan pengawas. Anggota badan pengawas yang dipilih hendaknya memahami pembukuan sehingga memudahkan kerja badan pengawas dalam melakukan

(10)

21

pengawasan terhadap laporan keuangan yang dilaporkan oleh pengurus LPD. Badan pengawas memiliki tugas sebagai berikut.

1) Mengawasi pengelolaan LPD.

2) Memberikan petunjuk kepada pengurus dan ikut menyelesaikan permasalahan.

3) Mensosialisasikan keberadaan LPD.

4) Mengevaluasi kinerja pengurus secara berkala.

5) Menyusun dan menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Paruman Desa.

Corporate Governance dalam penelitian Utama (2003) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dari kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan suatu perusahaan. Menurut Ariyonto (2000) tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Sedangkan Organization for Economic, Corporation and Development (OECD) mendefinisikan Corporate Governance sebagai struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengawasi kinerja (Tjager dkk, 2003:26)

(11)

22

2.1.11 Pengaruh Komposisi Badan Pengawas pada Rentabilitas

Penelitian Akadita Putra (2010) menunjukkan bahwa komposisi badan pengawas yang diukur dari tingkat pendidikannya berpengaruh terhadap profitabilitas LPD. Badan Pengawas bertindak auditor internal LPD yang akan mengawasi pengelolaan LPD dan melaporkannya. Untuk menjalankan semua tugas dengan baik, badan pengawas hendaknya memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup. Kompetensi ini diukur dari pendidikan formal, pelatihan yang bersifat praktis dan pendidikan profesional yang berkelanjutan (Putri Exsiani, 2010:35). Pendidikan Badan Pengawas di bidang keuangan sangat diperlukan agar dapat mengarahkan LPD dalam kegiatan operasionalnya. Apabila Badan Pengawas mampu mengarahkan LPD dengan baik maka rentabilitas ekonomi akan meningkat.

2.1.12 Pengertian Rentabilitas

Menurut Munawir (2002:33) rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Riyanto (2001:35) menyatakan rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan

(12)

23

laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Simorangkir (2004:152) mendefinisikan rentabilitas sebagai kemampuan dalam memperoleh laba. Dengan demikian yang dimaksud dengan rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dinyatakan dalam persentase sebagai perbandingan antara laba dengan modal yang digunakan.

Riyanto (2001:37) menyebutkan bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah mendapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan/modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya.

Rentabilitas suatu perusahaan dapat dinilai dengan dua cara berdasarkan pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu:

1) Rentabilitas ekonomi, yaitu kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh aktiva yang bekerja didalamnya yang berasal dari modal sendiri ditambah modal asing untuk menghasilkan laba.

2) Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha, yaitu kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

(13)

24

Penelitian ini membahas satu jenis penilaian rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomi. Rentabilitas ekonomi dapat menjadi ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah manajemen telah menggunakan seluruh modal yang ada dengan optimal untuk menghasilkan laba.

2.1.13 Pengertian Rentabilitas Ekonomi

Sutrisno (2003:254), menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Rumus untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah sebagai berikut:

Rentabilitas Ekonomi = x 100% ... (5) Menurut Suad Husnan (2004:72) rentabilitas ekonomi merupakan rasio yang mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil usaha yang diukur maka dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba adalah aktiva operasional. Rasio rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai berikut:

Rentabilitas Ekonomi = x 100% ... (6) Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa rentabilitas ekonomi adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

(14)

25

laba dengan seluruh modal yang dimilikinya baik yang berasal dari modal sendiri maupun modal asing yang ditanamkan dalam bentuk aktiva dalam satu periode tertentu yang dinyatakan dalam persentase sebagai perbandingan antara laba dengan modal atau aktiva yang digunakan.

2.1.14 Unsur-Unsur Rentabilitas Ekonomi

Laba bersih operasi yaitu laba yang diperoleh semata-mata dari hasil aktivitas operasional perusahaan, yang merupakan hasil yang diperoleh dari hasil penjualan setelah dikurangi semua biaya yang terjadi selama suatu periode tertentu sebelum dikenakan beban bunga dan pajak. Riyanto (2001:30) menyatakan modal atau aktiva operasi (operating capital atau operating assets) adalah seluruh modal atau aktiva yang bekerja di dalam perusahaan, baik yang berasal dari modal sendiri maupun modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba. Sedangkan menurut Munawir (2002:87) yang dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Srilaksmi Martini (2004) dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Intensitas Pengelolaan Hutang dan Loan to Deposit Ratio terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Bank-Bank

(15)

26

yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2002” memperoleh hasil bahwa secara serempak tingkat perputaran kas, intensitas pengelolaan hutang, dan loan to deposit ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi dengan kontribusi 87,1 persen. Secara parsial hanya tingkat perputaran kas dan intensitas pengelolaan hutang yang berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi sedangkan loan to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi. 2) Penelitian Krisna Susani (2005) dengan judul “Pengaruh Tingkat

Perputaran Kas, Piutang dan Persediaan terhadap Rentabilitas Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Jepara Tahun 2002-2004” memperoleh hasil bahwa tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi KPRI di Kabupaten Jepara sebesar 76,9%. Tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap variabel rentabilitas.

3) Nisa Fitria (2007) dengan judul “Analisis Efisiensi Modal Kerja Dan Pengaruhnya Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI Di Semarang menggunakan variabel tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan sebagai variabel bebas serta rentabilitas ekonomi sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam

(16)

27

penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat disimpulkan ada pengaruh antara perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi. Hasil pengujian parsial menunjukkan perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi. Sedangkan variabel tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi secara parsial.

4) Penelitian Dewi (2008) dengan judul “Pengaruh Tabungan dan Deposito terhadap Rentabilitas pada Bank Umum” bertujuan untuk mengetahui pengaruh tabungan dan deposito terhadap rentabilitas bank BRI dan BNI dimana rentabilitas diukur dengan menggunakan ROA dan ROE. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian dalam kurun waktu Desember 2005 – Desember 2007 memperoleh kesimpulan bahwa sumber dana pihak ketiga pada bank BRI dan BNI didominasi oleh tabungan dan secara parsial tabungan dan deposito berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas pada bank BRI dan BNI.

5) Penelitian Adi Kesuma Yudha (2010) dengan judul “Pengaruh Faktor Finansial dan Non-Finansial pada Rentabilitas Ekonomi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) se-Kecamatan Sukawati Gianyar periode 2006-2010” menggunakan CAR atau rasio kecukupan

(17)

28

modal, LDR atau rasio tingkat kredit yang disalurkan, pertumbuhan nasabah kredit, pertumbuhan nasabah tabungan, dan pertumbuhan nasabah deposito sebagai variabel sebagai variabel bebas dan rentabilitas ekonomi LPD se-kecamatan Sukawati sebagai variabel terikat. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat namun secara parsial variabel pertumbuhan nasabah kredit, pertumbuhan nasabah tabungan, dan pertumbuhan nasabah deposito tidak berpengaruh signifikan pada rentabilitas ekonomi LPD Se-kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar untuk periode tahun 2005 sampai dengan 2009.

6) Nancy Elizabeth Iroth (2010) dengan judul “Pengaruh Efektifitas Struktur Pengendalian Intern Kredit pada Rentabilitas Usaha Dengan Likuiditas sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Kasus pada LPD Wilayah Denpasar Selatan Periode 2009)” menggunakan SPI (Sistem Pengendalian Intern), LDR atau rasio tingkat kredit yang disalurkan sebagai variabel bebas, variabel likuiditas sebagai variabel pemoderasi dan rasio BOPO sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SPI, LDR dan variabel moderasi SPI*LDR berpengaruh signifikan secara simultan terhadap BOPO sebagai proksi dari rentabilitas. Variasi pengaruh dari ketiga variabel tersebut terhadap BOPO adalah sebesar 59,4 persen. Efektivitas struktur pengendalian intern kredit, loan to

(18)

29

deposit ratio dan likuiditas berpengaruh pada rentabilitas usaha LPD Kecamatan Denpasar Selatan.

7) Slamet Supriyadi (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Jumlah Nasabah, Pengelolaan Hutang dan Tingkat Kredit yang Disalurkan pada Rentabilitas Ekonomi LPD di Kota Denpasar tahun 2005-2009” memperoleh hasil secara simultan semua variabel bebas dalam penelitian mempengaruhi rentabilitas ekonomis. Namun secara parsial hanya variabel efektivitas pengelolaan hutang saja yang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, sedangkan variabel jumlah nasabah dan tingkat kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya di atas terletak pada variabel terikatnya yaitu rentabilitas ekonomi dan juga teknik analisis data yang digunakan. Sedangkan perbedaan terletak pada varibel bebas yang digunakan dimana dalam penelitian ini menggunakan efektivitas pengelolaan hutang, tingkat kredit yang disalurkan, jumlah nasabah dan komposisi badan pengawas.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang sedang dibahas. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan, serta hasil penelitian sebelumnya,

(19)

30

maka hipotesis yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini sejumlah lima hipotesis.

Penelitian ini terlebih dahulu harus menguji pengaruh variabel-variabel bebas secara serempak terhadap variabel-variabel terikat dengan hipotesis sebagai berikut.

H1: Efektivitas pengelolaan hutang, tingkat kredit yang disalurkan, jumlah nasabah dan komposisi badan pengawas secara simultan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi LPD di Kota Denpasar tahun 2006-2010.

Rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencapai laba sebelum pajak yang diperoleh dengan mengurangi jumlah penjualan dengan biaya operasional. Dengan penjualan yang besar akan memberikan peluang memperoleh laba sebelum pajak yang besar pula sepanjang biaya operasional tidak meningkat. Apabila laba sebelum pajak meningkat, maka peluang rentabilitas meningkatpun semakin tinggi. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang itu merupakan sumber dana atau modal perusahaan (Munawir, 2002:18). Muljono (1999:156) menyatakan efektivitas liabilities management akan tampak pada perhitungan spread management diperoleh dari selisih return on total assets dengan cost of debt. Penelitian yang dilakukan oleh Srilaksmi Martini (2004) dan Slamet Supriyadi (2010) menunjukkan adanya pengaruh antara spread management dengan rentabilitas ekonomi.

(20)

31

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2: Efektivitas pengelolaan hutang berpengaruh positif pada rentabilitas ekonomi LPD di Kota Denpasar tahun 2006-2010.

Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit dengan jumlah dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga ditambah dengan modal sendiri yang dimiliki (Sri Y Susilo, dkk, 2000:32). Jika semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka semakin banyak pendapatan bunga yang akan diterima lembaga keuangan, sehingga rentabilitas juga akan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Adi Kesuma Yudha (2010) menunjukkan adanya pengaruh antara LDR dengan rentabilitas ekonomi. Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3: Tingkat kredit yang disalurkan berpengaruh positif pada rentabilitas ekonomi LPD di Kota Denpasar tahun 2006-2010.

Suatu lembaga keuangan akan dapat menghasilkan laba apabila lembaga keuangan tersebut memiliki tingkat pertumbuhan jumlah nasabah yang meningkat baik nasabah penyimpan maupun nasabah debitur. Hal tersebut karena kegiatan suatu lembaga keuangan terkait dengan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Semakin meningkat jumlah nasabah, maka semakin banyak jumlah dana yang terkumpul dan yang disalurkan, apabila dikelola dengan baik, maka pendapatan juga akan

(21)

32

meningkat yang berarti juga meningkatkan rentabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Matrisyasi Dewi (2010) menunjukkan bahwa jumlah nasabah berpengaruh terhadap rentabilitas LPD. Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H4 : Jumlah nasabah berpengaruh positif pada rentabilitas ekonomi LPD di Kota Denpasar Tahun 2006-2010.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2008 tentang pengurus dan pengawas internal Lembaga Perkreditan Desa (LPD), pengawas internal yang selanjutnya disebut badan pengawas yang dibentuk oleh desa yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan LPD. Penelitian Akadita Putra (2010) menunjukkan adanya pengaruh antara komposisi badan pengawas dengan profitabilitas LPD. Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H5: Komposisi badan pengawas berpengaruh positif pada rentabilitas ekonomi LPD di Kota Denpasar Tahun 2006-2010.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Total Asset Turnover (TATO) tahun 2015-2017 mengalami penurunan pada setiap tahunnya.Pada tahun 2016

Bank Sulselbar Tbk, cabang Makassar dalam membangun komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen dibangun melalui beberapa media yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji koefisien determinasi (R 2 ) diperoleh Adjusted R Square sebesar 40,6% variabel kualitas produk, harga dan citra merek

Madrasah Aliyah Futuhiyyah 1 Mranggen Demak merupakan salah satu madrasah yang berada dibawah naungan yayasan yang berlatar belakang pesantren yaitu Yayasan

Maletzke, yang dikutip oleh Rakhmat (2005:189), “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen

untuk praktikum keguruan. Program ini dijalankan pada cuti semester kedua setiap sesi sebelum pelajar menjalani SGDX4038 Internship dan Praktikum Keguruan.. DAN SGDA2113

Data yang diperoleh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, luas daun, jumlah umbi per rumpun, diameter umbi, berat umbi segar, berat kering umbi

Kurva S-N baja NS 4340 Pada awal pembebanan diambil sekitar ½ dari kekuatan tarik bahan (di bawah batas mulur) untuk semua kondisi temperatur tempering, yaitu pada