18
S
ejak dahulu Indonesia terkenal sebagai negara maritim. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia terdiri lebih dari 13 ribu pulau yang dipisahkan oleh lautan. Kondisi geografis ini disadari oleh pemerintah sebagai dasar dalam pembangunan Indonesia. Pembangunan di Indonesia tidak bisa hanya berfokus di pulau Jawa, tetapi juga harus berdasarkan wawasan Nusantara. Moda transportasi yang paling cepat dan efisien sebagai penghubung antar pulau-pulau di Indonesia adalah pesawat terbang. Mengingat luasnya wilayah perairan di Indonesia dan sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, maka dibutuhkan sebuah moda transportasi yang bisa beroperasi di darat maupun di air. Pesawat amfibi adalah pesawat yang bisa melakukan take-off dan landing di daratan maupun di perairan. Ada 2 jenis pesawat amfibi:PEMANFAATAN PESAWAT AMFIBI
UNTUK MENDUKUNG INDONESIA
SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA
Abian Nurrohmad - Pusat Teknologi Penerbangan, LAPAN e-mail: abian.nurrohmad@lapan.go.id
Gambar 1. Pesawat amfibi tipe flying boat (sumber : traveler.com.au)
Vol. 13 No. 2 Desember 2018
SOSIALITA
19
23
Gambar 2. Pesawat amfibi tipe floatplane/seaplane (sumber : couriermail.com.au)
Teknologi pesawat amfibi sebenarnya telah
dikembangkan sejak pertengahan abad 20. Pemerintah
Indonesia dahulu menggunakan pesawat ini untuk
menembus blokade Belanda terutama melalui
sungai-sungai yang ada di Pulau Kalimantan. Sampai saat ini
kebutuhan akan pesawat amfibi masih ada dan terus
meningkat. Hal yang menarik lainnya adalah beberapa
perusahaan pesawat di dunia mengembangkan
pesawat amfibi dengan memodifikasi pesawat
transport atau komuter. Salah satunya adalah pesawat
Twin Otter pabrikan Kanada yang dimodifikasi menjadi
pesawat amfibi dengan cara menambahkan komponen
tambahan berupa float. Komponen ini berguna untuk
memberikan daya apung pada saat pesawat berada di
air. Akan tetapi konsekuensi dari pilihan ini adalah
jumlah penumpang yang bisa ditampung pada pesawat
semula akan berkurang untuk mengakomodir
pemasangan komponen tambahan ini.
Pemanfaatan Pesawat Amfibi di Indonesia
Salah satu upaya untuk menjadikan Indonesia
sebagai poros maritim dunia adalah meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan
memanfaatkan potensi sektor laut. Banyak sekali
potensi lautan di Indonesia yang belum dieksplorasi
secara maksimal. Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Perhubungan juga tengah menggodok
peraturan tentang penggunaan pesawat amfibi atau
seaplane ini. Aturan tersebut akan mengatur
aerodrome (pelabuhan amfibi) untuk amfibi maupun
seaplane. Hal ini merupakan wujud keseriusan
pemerintah dalam pengembangan pesawat amfibi di
Indonesia. Berikut akan dipaparkan beberapa
pemanfaatan pesawat tipe amfibi untuk mendukung
Indonesia sebagai poros maritim dunia:
1. Pendukung Potensi Pariwisata Bahari Indonesia
Pesawat tipe amfibi sangat cocok digunakan
untuk mendukung pengembangan pariwisata
khususnya yang bertema kelautan atau bahari.
Sebagaimana yang diketahui bahwa Indonesia
merupakan salah satu destinasi wisata lautan yang
terkenal di dunia. Terumbu karang Indonesia
menyumbang sebanyak 21% kekayaan terumbu karang
dunia dan 75% jenis karang di dunia dapat ditemui di
Indonesia. Beberapa obyek wisata bahari yang
dimaksud antara lain adalah Taman Laut Bunaken, Bali,
Kepulauan Seribu, Raja Ampat, dan lain-lain.
Di negara lain seperti Maladewa sudah banyak
pesawat tipe amfibi yang digunakan untuk menjelajah
keindahan alam lautan yang ada. Pemerintah
Indonesia sendiri menargetkan penerimaan devisa
pada tahun 2019 dari pariwisata sebesar 20 milyar
USD. Tahun ini pemerintah telah menetapkan 4
(empat) tujuan wisata super prioritas yaitu: Borobudur,
Mandalika, Labuan Bajo, dan Danau Toba. Tiga nama
terakhir ini merupakan kawasan yang berbasis wisata
air. Dengan begitu pengembangan pariwisata di lokasi
tersebut akan menjadi prioritas utama.
• Flying boat: pesawat amfibi yang mengambang di permukaan air menggunakan fuselage atau lambung pesawat. Lambung pesawat didesain atau dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gaya apung pada saat berada di air. Pesawat ini banyak digunakan untuk misi pemadam kebakaran karena memudahkan pada saat mengambil air karena fuselagenya mengalami kontak langsung dengan air.
• Seaplane/floatplane: pesawat amfibi yang mengambang di permukaan air menggunakan komponen tambahan yang sering disebut sebagai float. Fuselage pesawat jenis ini berada di atas permukaan air.
Teknologi pesawat amfibi sebenarnya telah dikembangkan sejak pertengahan abad 20. Pemerintah Indonesia dahulu menggunakan pesawat ini untuk menembus blokade Belanda terutama melalui sungai-sungai yang ada di Pulau Kalimantan. Sampai saat ini kebutuhan akan pesawat amfibi masih ada dan terus meningkat. Hal yang menarik lainnya adalah beberapa perusahaan pesawat di dunia mengembangkan pesawat amfibi dengan memodifikasi pesawat transport atau komuter. Salah satunya adalah pesawat Twin Otter
pabrikan Kanada yang dimodifikasi menjadi pesawat amfibi dengan cara menambahkan komponen tambahan berupa float. Komponen ini berguna untuk memberikan daya apung pada saat pesawat berada di air. Akan tetapi konsekuensi dari pilihan ini adalah jumlah penumpang yang bisa ditampung pada pesawat semula akan berkurang untuk mengakomodir pemasangan komponen tambahan ini.
Pemanfaatan Pesawat Amfibi di Indonesia
Salah satu upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan potensi sektor laut. Banyak sekali potensi lautan di Indonesia yang belum dieksplorasi secara maksimal. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan juga tengah menggodok peraturan tentang penggunaan pesawat amfibi atau seaplane ini. Aturan tersebut akan mengatur aerodrome (pelabuhan amfibi) untuk amfibi maupun seaplane. Hal ini merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam pengembangan pesawat amfibi di Indonesia. Berikut akan dipaparkan beberapa pemanfaatan pesawat tipe amfibi untuk mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia:
1. Pendukung Potensi Pariwisata
Bahari Indonesia
Pesawat tipe amfibi sangat cocok digunakan untuk mendukung pengembangan pariwisata khususnya yang bertema kelautan atau bahari. Sebagaimana yang diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu destinasi wisata lautan yang terkenal di dunia. Terumbu karang Indonesia menyumbang sebanyak 21% kekayaan terumbu karang dunia dan 75% jenis karang di dunia dapat ditemui di Indonesia. Beberapa obyek wisata bahari yang dimaksud antara lain adalah Taman Laut Bunaken, Bali, Kepulauan Seribu, Raja Ampat, dan lain-lain.
Di negara lain seperti Maladewa sudah banyak pesawat tipe amfibi yang digunakan untuk menjelajah keindahan alam lautan yang ada. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan penerimaan devisa pada tahun 2019 dari pariwisata sebesar 20 milyar USD. Tahun ini pemerintah telah menetapkan 4 (empat) tujuan wisata super prioritas yaitu: Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Danau Toba. Tiga nama terakhir ini merupakan kawasan yang berbasis wisata air. Dengan begitu pengembangan pariwisata di lokasi tersebut akan menjadi prioritas utama.
Gambar 2. Pesawat amfibi tipe floatplane/seaplane (sumber : couriermail.com.au)
20
SOSIALITA
Gambar 3. Potensi wisata bahari di Indonesia (sumber :teknologiraf.com)
Gambar 4. Pesawat amfibi sebagai sarana evakuasi medis(sumber : aerosociety.com)
Pesawat amfibi dapat digunakan sebagai
wahana untuk mengangkut wisatawan dari daratan,
mengelilingi area wisata untuk melihat keindahan
alamnya, mendarat di air untuk mendukung aktivitas
seperti snorkeling dan olahraga air, dan kemudian
mengantar wisatawan kembali lagi ke daratan. Selain
itu ada pula beberapa tempat wisata yang sulit diakses
menggunakan kapal atau pesawat konvensional karena
lokasinya yang terpencil. Penggunaan kapal akan
menjadi tidak efisien untuk lokasi wisata yang berada
cukup jauh dari pelabuhan utama.
2. Wahana Pendukung Medevac dan Penanggulangan
Bencana
Pesawat amfibi merupakan wahana transportasi
yang memiliki keunggulan gabungan dari pesawat
terbang dan kapal laut. Dibandingkan pesawat
konvensional, pesawat amfibi bisa melakukan
pendaratan dan tinggal landas dari perairan.
Sedangkan dibandingkan kapal laut, pesawat amfibi
bisa bergerak lebih cepat karena beroperasi di udara
sehingga gaya hambatnya lebih kecil. Keunggulan ini
yang bisa dimanfaatkan untuk sarana pengangkutan
SOSIALITA
Gambar 3. Potensi wisata bahari di Indonesia (sumber :teknologiraf.com)
Gambar 4. Pesawat amfibi sebagai sarana evakuasi medis(sumber : aerosociety.com)
Pesawat amfibi dapat digunakan sebagai
wahana untuk mengangkut wisatawan dari daratan,
mengelilingi area wisata untuk melihat keindahan
alamnya, mendarat di air untuk mendukung aktivitas
seperti snorkeling dan olahraga air, dan kemudian
mengantar wisatawan kembali lagi ke daratan. Selain
itu ada pula beberapa tempat wisata yang sulit diakses
menggunakan kapal atau pesawat konvensional karena
lokasinya yang terpencil. Penggunaan kapal akan
menjadi tidak efisien untuk lokasi wisata yang berada
cukup jauh dari pelabuhan utama.
2. Wahana Pendukung Medevac dan Penanggulangan
Bencana
Pesawat amfibi merupakan wahana transportasi
yang memiliki keunggulan gabungan dari pesawat
terbang dan kapal laut. Dibandingkan pesawat
konvensional, pesawat amfibi bisa melakukan
pendaratan dan tinggal landas dari perairan.
Sedangkan dibandingkan kapal laut, pesawat amfibi
bisa bergerak lebih cepat karena beroperasi di udara
sehingga gaya hambatnya lebih kecil. Keunggulan ini
yang bisa dimanfaatkan untuk sarana pengangkutan
Pesawat amfibi dapat digunakan sebagai wahana untuk mengangkut wisatawan dari daratan, mengelilingi area wisata untuk melihat keindahan alamnya, mendarat di air untuk mendukung aktivitas seperti snorkeling dan olahraga air, dan
kemudian mengantar wisatawan kembali lagi ke daratan. Selain itu ada pula beberapa tempat wisata yang sulit diakses menggunakan kapal atau pesawat konvensional karena lokasinya yang terpencil. Penggunaan kapal akan menjadi tidak efisien untuk
lokasi wisata yang berada cukup jauh dari pelabuhan utama.
2. Wahana Pendukung Medevac
dan Penanggulangan Bencana
Pesawat amfibi merupakan wahana transportasi yang memiliki
Gambar 3. Potensi wisata bahari di Indonesia (sumber :teknologiraf.com)
Gambar 4. Pesawat amfibi sebagai sarana evakuasi medis(sumber : aerosociety.com)
Vol. 13 No. 2 Desember 2018
SOSIALITA
21
keunggulan gabungan dari pesawat terbang dan kapal laut. Dibandingkan pesawat konvensional, pesawat amfibi bisa melakukan pendaratan dan tinggal landas dari perairan. Sedangkan dibandingkan kapal laut, pesawat amfibi bisa bergerak lebih cepat karena beroperasi di udara sehingga gaya hambatnya lebih kecil. Keunggulan ini yang bisa dimanfaatkan untuk sarana pengangkutan medis untuk daerah-daerah terpencil di Indonesia dan untuk sarana penanggulangan bencana.
Banyaknya pulau-pulau kecil yang tersebar di Indonesia memunculkan masalah tersendiri di bidang pelayanan kesehatan. Pembangunan fasilitas kesehatan yang memadai di daerah kepulauan terpencil tentunya memakan biaya yang besar dan waktu yang lama. Akan lebih murah dan efisien jika pesawat amfibi digunakan sebagai “ambulans” darurat yang mengangkut tenaga kesehatan ke pulau-pulau terpencil.
Pesawat ini bisa juga digunakan untuk mengangkut pasien dari daerah terpencil ke rumah sakit besar di perkotaan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut apabila keadaannya cukup parah. Selain itu apabila terjadi bencana atau kecelakaan di kepulauan terpencil, maka pesawat amfibi bisa digunakan untuk melakukan evakuasi atau mengangkut bahan-bahan bantuan dengan efektif dan lebih cepat.
3. Sarana Pengangkut Logistik
Potensi Hasil Laut Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Berdasarkan data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap di laut sebesar 6 juta ton. Tidak hanya perikanan untuk dikonsumsi tapi juga potensi perikanan hias mengingat keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia mencapai USD 82 Milyar per tahun.
Tantangan dalam pengembangan potensi perikanan di Indonesia adalah upaya menjaga kesegaran hasil perikanan. Dibutuhkan sarana
angkut yang bisa bergerak cepat dan taktis dalam mengangkut ikan baik dari sungai maupun lautan. Dengan pesawat amfibi maka masalah logistik pengangkutan ikan dari perairan ke daratan bisa teratasi. Keunggulan ini pula yang bisa digunakan untuk mengangkut ikan hias dengan lebih baik. Nilai ekspor ikan hias indonesia pada tahun 2015 mencapai USD 19,7 juta dan menjadi negara eksportir terbesar kelima di dunia. Pada bisnis ikan hias sangat dibutuhkan kecepatan sarana angkut untuk menjaga ikan agar tetap pada kondisi yang segar sehingga nilai jual ikan tidak turun.
Peran LAPAN dalam pengembangan pesawat amfibi di Indonesia
Keberhasilan terbang perdana pesawat N219 pada tahun 2017 memberikan semangat baru pada dunia dirgantara di Indonesia. Pemerintah melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) sedang menyiapkan sebuah program pengembangan pesawat transport nasional varian amfibi. Pesawat N219 akan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa melakukan misi tinggal landas dan pendaratan di air.
Sebagaimana diketahui N219 adalah pesawat komuter dengan jumlah penumpang terbesar di kelasnya. Selain itu, pengalaman PT. DI sebagai produsen pesawat
maupun supplier part untuk pabrikan Boeing dan Airbus telah diakui kemampuannya oleh dunia. Hal ini yang menjadikan pesawat N219 amfibi ini memiliki peluang besar untuk mengungguli pesawat pesaingnya yang telah lama beroperasi di dunia.
Kondisi geografis di Indonesia juga mendukung pengoperasian pesawat amfibi ini. Banyaknya teluk dan perairan yang tenang di pantai-pantai Indonesia memudahkan pesawat amfibi melakukan take-off dan landing. Pembangunan “landasan” untuk pesawat amfibi juga tidak terlalu banyak memakan anggaran jika dibandingkan membangun bandara di daratan. Pesawat N219 amfibi diharapkan juga akan banyak menggunakan material maju “komposit” yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan material alumunium.
Pengembangan pesawat N219 amfibi juga diperkirakan dapat dijalankan dalam waktu yang lebih cepat karena tidak memulai dari awal. Mengacu pada CASR (Civil Aviation Safety Regulation) yang merupakan regulasi pesawat di Indonesia, ada pilihan “Change” yaitu mengubah sebuah desain pesawat tanpa harus melakukan beberapa tahap pengujian untuk mendapatkan sertifikasi. Di dunia penerbangan, sertifikasi laik terbang adalah hal yang mutlak untuk dimiliki pesawat karena menunjukkan bahwa pesawat memiliki keamanan
25
untuk sarana penanggulangan bencana.
Banyaknya pulau-pulau kecil yang tersebar di Indonesia memunculkan masalah tersendiri di bidang pelayanan kesehatan. Pembangunan fasilitas kesehatan yang memadai di daerah kepulauan terpencil tentunya memakan biaya yang besar dan waktu yang lama. Akan lebih murah dan efisien jika pesawat amfibi digunakan sebagai “ambulans” darurat yang mengangkut tenaga kesehatan ke pulau-pulau terpencil.
Pesawat ini bisa juga digunakan untuk mengangkut pasien dari daerah terpencil ke rumah sakit besar di perkotaan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut apabila keadaannya cukup parah. Selain itu apabila terjadi bencana atau kecelakaan di kepulauan terpencil, maka pesawat amfibi bisa digunakan untuk melakukan evakuasi atau mengangkut bahan-bahan bantuan dengan efektif dan lebih cepat.
3. Sarana Pengangkut Logistik Potensi Hasil Laut Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi perikanan yang sangat besar.
Perikanan pada tahun 2016 produksi perikanan tangkap di laut sebesar 6 juta ton. Tidak hanya perikanan untuk dikonsumsi tapi juga potensi perikanan hias mengingat keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia mencapai USD 82 Milyar per tahun.
Tantangan dalam pengembangan potensi perikanan di Indonesia adalah upaya menjaga kesegaran hasil perikanan. Dibutuhkan sarana angkut yang bisa bergerak cepat dan taktis dalam mengangkut ikan baik dari sungai maupun lautan. Dengan pesawat amfibi maka masalah logistik pengangkutan ikan dari perairan ke daratan bisa teratasi. Keunggulan ini pula yang bisa digunakan untuk mengangkut ikan hias dengan lebih baik. Nilai ekspor ikan hias indonesia pada tahun 2015 mencapai USD 19,7 juta dan menjadi negara eksportir terbesar kelima di dunia. Pada bisnis ikan hias sangat dibutuhkan kecepatan sarana angkut untuk menjaga ikan agar tetap pada kondisi yang segar sehingga nilai jual ikan tidak turun.
Gambar 5. Sebaran lokasi beberapa jenis ikan (sumber:Departemen Perikanan dan Kelautan, kkp.go.id)
Peran LAPAN dalam pengembangan pesawat amfibi
di Indonesia pada tahun 2017 memberikan semangat baru pada Keberhasilan terbang perdana pesawat N219 Gambar 5. Sebaran lokasi beberapa jenis ikan (sumber:Departemen Perikanan dan Kelautan,
kkp.go.id)
Vol. 13 No. 2 Desember 2018
SOSIALITA
22
SOSIALITA
27
Gambar 7. Roadmap Program N219 Amfibi (source: bahan presentasi program N219 Amfibi)
Program N219 amfibi juga telah direncanakan dengan sangat matang untuk meminimalisir hambatan yang mungkin muncul ke depan. Berdasarkan bahan presentasi program N219 amfibi dari LAPAN, pengembangan ini akan dilaksanakan dalam tempo 4 tahun. Dimulai dari feasibility study dan technology
readiness di tahun 2018, dilanjutkan dengan float development pada tahun 2019. Pada tahun 2020 akan
memasuki tahap modifikasi pesawat supaya N219
basic bisa compatible dengan desain float yang telah
“freeze”. Barulah di tahun 2021 diharapkan
N219-Amfibi mendapat STC (Supplementary Type Certificate) Award sehingga memiliki izin untuk beroperasi. Program ini tidak hanya melibatkan LAPAN dan PT DI, tapi juga beberapa stakeholder baik di dalam maupun luar negeri.
Harapan kita bersama dengan dikembangkannya pesawat N219 amfibi ini, selain membangkitkan kembali gairah dunia industri dirgantara, juga turut meningkatkan perekonomian nasional baik dari segi pariwisata, perikanan dan lain sebagainya.
yang memadai sehingga diijinkan untuk beroperasi.
Program N219 amfibi juga telah direncanakan dengan sangat matang untuk meminimalisir hambatan yang mungkin muncul ke depan. Berdasarkan bahan presentasi program N219 amfibi dari LAPAN, pengembangan ini akan dilaksanakan dalam tempo 4 tahun. Dimulai dari feasibility study dan technology
SOSIALITA
dunia dirgantara di Indonesia. Pemerintah melalui
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
bekerjasama dengan PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI)
sedang menyiapkan sebuah program pengembangan
pesawat transport nasional varian amfibi. Pesawat
N219 akan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa
melakukan misi tinggal landas dan pendaratan di air.
Sebagaimana diketahui N219 adalah pesawat
komuter dengan jumlah penumpang terbesar di
kelasnya. Selain itu,pengalaman PT Dirgantara
Indonesia sebagai produsen pesawat maupun supplier
part untuk pabrikan Boeing dan Airbus telah diakui
kemampuannya oleh dunia. Hal ini yang menjadikan
pesawat N219 amfibi ini memiliki peluang besar untuk
mengungguli pesawat pesaingnya yang telah lama
beroperasi di dunia.
Kondisi geografis di Indonesia juga mendukung
pengoperasian pesawat amfibi ini. Banyaknya teluk
dan perairan yang tenang di pantai-pantai Indonesia
memudahkan pesawat amfibi melakukan take-off dan
landing. Pembangunan “landasan” untuk pesawat
amfibi juga tidak terlalu banyak memakan anggaran
jika dibandingkan membangun bandara di daratan.
Pesawat N219 amfibi diharapkan juga akan banyak
menggunakan material maju “komposit” yang memiliki
banyak keunggulan dibandingkan material alumunium.
Pengembangan pesawat N219 amfibi juga
diperkirakan dapat dijalankan dalam waktu yang lebih
cepat karena tidak memulai dari awal. Mengacu pada
CASR (Civil Aviation Safety Regulation) yang
merupakan regulasi pesawat di Indonesia, ada pilihan
“Change” yaitu merubah sebuah desain pesawat tanpa
harus melakukan beberapa tahap pengujian untuk
mendapatkan sertifikasi. Di dunia penerbangan,
sertifikasi laik terbang adalah hal yang mutlak untuk
dimiliki pesawat karena menunjukkan bahwa pesawat
memiliki keamanan yang memadai sehingga diijinkan
untuk beroperasi.
Gambar 6. Ilustrasi Pesawat N219 Amfibi (doc. PT DI) readiness di tahun 2018, dilanjutkan dengan float development pada tahun 2019. Pada tahun 2020 akan memasuki tahap modifikasi pesawat supaya N219 basic bisa compatible dengan desain float yang telah “freeze”. Barulah di tahun 2021 diharapkan N219-Amfibi mendapat STC (Supplementary Type Certificate) Award sehingga memiliki izin untuk beroperasi. Program ini tidak hanya melibatkan LAPAN dan PT
DI, tapi juga beberapa stakeholder baik di dalam maupun luar negeri.
Harapan kita bersama dengan dikembangkannya pesawat N219 amfibi ini, selain membangkitkan kembali gairah dunia industri dirgantara, juga turut meningkatkan perekonomian nasional baik dari segi pariwisata, perikanan, dan lain sebagainya.
Gambar 6. Ilustrasi Pesawat N219 Amfibi (doc. PT DI)
Gambar 7. Roadmap Program N219 Amfibi (source: bahan presentasi program N219 Amfibi)
Vol. 13 No. 2 Desember 2018