• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mobilitas Residensial di Kota Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mobilitas Residensial di Kota Surabaya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Mobilitas residensial adalah perpindahan yang dilakukan di dalam kota sehingga tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap kegiatan utama dari pelakunya. Mobilitas residensial akan menimbulkan pola hunian atau struktur ruang yang baru sehingga memicu pengembangan permukiman yang disesuaikan dengan pola perpindahan penduduk tersebut. Perpindahan rumah dilakukan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Perpindahan tersebut dapat disebabkan oleh lima dimensi, yaitu Life-Cycle, Housing Supply, Affordability, Accessibility dan dimensi Location. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mobilitas residensial yang terjadi di Kota Surabaya dengan mengambil empat kecamatan sampel yang berfungsi sebagai kawasan pinggiran. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, dilakukan survey langsung terhadap 182 responden dengan teknik simple random sampling yang disebar di Kecamatan Rungkut, Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Sukolio dan Kecamatan Mulyorejo. Alat analisa yang digunakan oleh penulis adalah kuisioner dengan skala likert, validitas dan realibilitas serta teknik analisa korelasi. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa mobilitas residensial terjadi di Kota Surabaya dan faktor yang menyebabkannya adalah status, pekerjaan, ketersediaan dan pertumbuhan rumah, kedekatan lokasi rumah dengan kantor, sarana pendidikan dan sarana perdagangan.

Kata Kunci— Affordability, Accessibility, Housing Supply, Kawasan Pinggiran, Life-Cycle, Location, Mobilitas Residensial, Permukiman, Struktur Ruang.

I. PENDAHULUAN

EIRING perkembangan kebutuhan yang bervariasi, maka perpindahan dilakukan untuk mempermudah mendapatkan kebutuhan tersebut. Menurut E.G. Ravenstein 1885 (dalam Cadwallader, 1992), mayoritas pelaku perpindahan (migran) bergerak hanya dalam jarak yang pendek, dan melewati serangkaian langkah untuk mencapai bentuk utama perpindahan mereka. Setiap aliran perpindahan memicu adanya aliran perpindahan yang lain. Perpindahan adalah penyebab maupun akibat dari perubahan sosial. Komposisi demografi dan sosial-ekonomi dari suatu wilayah dipengaruhi oleh arus perpindahan (Cadwallader, 1992).

Setiap kota akan mengalami dampak yang berbeda akibat perpindahan penduduk (Fullaondo; Cladera, 2006). Perpindahan penduduk akan memengaruhi struktur kota disebabkan oleh penduduk yang berpindah mencari akses untuk kebutuhannya. Perpindahan ini akan memengaruhi pembentukan harga lahan dan bahkan struktur kota untuk jangka waktu yang panjang. Perpindahan juga berpengaruh pada pola penggunaan lahan kota. Oleh karena itu mobilitas residensial dapat menjelaskan keterkaitan integrasi transportasi dan tata guna lahan (Fullaondo; Cladera, 2006).

Terdapat suatu hubungan yang kuat antara mobilitas residensial dan struktur ruang kota di mana hubungan tersebut memberikan efek yang bersifat siklus dan kumulatif pada sisi permintaan akan perumahan dan struktur perkotaan (Ahmed, 1995). Menurut Brown dan Holmes (dalam Ahmed, 1995) perubahan lokasi perumahan di wilayah perkotaan memainkan peran penting dalam mengubah sistem perkotaan dan tata ruang perkotaan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Timur perpindahan penduduk dan penduduk yang datang di kecamatan-kecamatan Kota Surabaya memiliki pertumbuhan yang fluktuatif dan dinamis. Dalam mobilitas residensial sangat terkait dengan pasar permukiman di mana setiap perpindahan akan menimbulkan sebuah permintaan akan lokasi hunian yang baru (Fullaondo; Cladera, 2006). Pelaku mobilitas residensial tidak mengalami perubahan kegiatan utama, sehingga perpindahan tersebut terkait dengan pemilihan alternatif lokasi hunian yang baru terutama di daerah pinggiran Kota Surabaya yang masih relatif dapat dikembangkan untuk kawasan perumahan dan permukiman. Pada kecamatan pinggiran juga terjadi fluktuasi migrasi penduduk yang cukup tinggi, khususnya Kecamatan Rungkut, Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Mulyorejo.

Mobilitas residensial dipandang sebagai bentuk spekulasi untuk menjual rumah, permintaan dan ketersediaan rumah, urban renewal, dan sebagai dampak dari pendapatan, ukuran keluarga dan gaya hidup (Ahmed, 1995). Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa faktor yang berkaitan dengan Life-Cycle memiliki pengaruh besar terhadap mobilitas residensial. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah perubahan pekerjaan, kelahiran anak, fluktuasi lapangan pekerjaan. (Habib, 2007). Selain itu, penelitian yang dilakukan di Kota Metropolitan Toronto oleh Habib (2007) ditemukan juga faktor lain seperti durasi, ukuran rumah tangga, lokasi (pekerjaan-rumah-CBD) dan suku bunga. Sanchez (2011) dalam penelitiannya menambahkan bahwa faktor transaksi, housing supply dan akses pada pinjaman memiliki pengaruh terhadap keputusan rumah tangga untuk melakukan mobilitas residensial.

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui fenomena mobilitas residensial dan mencari faktor yang berpengaruh pada mobilitas residensial.

Mobilitas Residensial di Kota Surabaya

Alen Miftahul dan Ardy Maulidy Navastara

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: ardy.navastara@urplan.its.ac.id

(2)

II. METODEPENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, dilakukan survey primer dengan menggunakan kuisioner berskala likert pada Kecamatan Rungkut, Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Mulyorejo. Kecamatan tersebut dipilih berdasarkan tipologi kawasannya yang merupakan kawasan pinggiran dan memiliki jumlah penduduk datang tertinggi pada lima tahun terakhir. Berdasarkan survey primer yang dilakukan, didapatkan responden sejumlah 182 rumah tangga pelaku mobilitas residensial yang tersebar pada empat kecamatan.

Selain survey primer, survey sekunder juga dilakukan guna membantu penulis untuk mengintepretasi data. Survey sekunder terdiri dari survey instansi dan literatur yang dilakukan di berbagai macam instansi pemerintahan, swasta, bank dan developer perumahan.

B. Metode Analisa

Untuk mengetahui mobilitas residensial di Kota Surabaya diperlukan beberapa tahapan analisa. Adapun tahapan analisa tersebut adalah:

1. Identifikasi faktor yang memengaruhi mobiltas residensial di Kota Surabaya berdasarkan indikator Life cycle, Housing Supply, Affordability, Accesessibility, dan Location.

Untuk mencapai hasil dari sasaran ini digunakan metode deskripsi. Sasaran ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor mobilitas residensial sehingga dapat digunakan untuk analisa selanjutnya yaitu menentukan faktor yang berpengaruh terhadap mobilitas residensial di Kota Surabaya.

2. Analisa faktor yang memengaruhi mobilitas residensial di Kota Surabaya.

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Untuk menentukan nilai validitas, angka korelasi (r) harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi r. Angka kritis untuk responden sebesar 182 rumah tangga dengan α = 5% adalah sebesar 0.144. Pertanyaan valid jika nilai r (korelasi) > r tabel.

Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variabel penelitian reliabel atau tidak. Kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner tersebut dilakukan pengukuran berulang, akan medapatkan hasil yang sama. Pengukuran reliabilitas ini menggunakan teknik aplha cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki koefisien alpha cronbach ≥ 0.60 atau koefisien aplha cronbach > r tabel (Yamin, 2009). Jika persyaratan kurang maka faktor dikeluarkan dari tabel.

Kuisioner berskala likert dilakukan dengan cara melalui wawancara terhadap responden. Pengambilan responden berdasarkan pada keberadaan responden itu sendiri dengan jumlah sebesar 182 rumah tangga. Adapun skala pengukuran likert disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Skala Pengukuran Likert

Skala

Pengukuran Keterangan

1 Keputusan untuk berpindah sama sekali tidak terpengaruh variabel ini 2 Rumah tangga tidak mempertimbangkan variabel ini 3 Menjadi salah satu pertimbangan atas keputusan untuk berpindah 4 Keputusan rumah tangga sangat bergantung pada variabel ini Sumber: Penulis, 2012

Analisa ini digunakan untuk mengetahui nilai indeks masing-masing faktor terhadap mobilitas residensial. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan nilai pada masing-masing faktor yang diperoleh atas dasar ukuran atau nilai yang didapat dari pernyataan responden atas wawancara kuisioner yang disebar melalui survey primer.

Setelah menghimpun data dari seluruh responden, maka dilakukan teknik skoring. Dalam teknik skoring, dihitung nilai indeks dari tiap faktor dengan cara menjumlahkan jawaban dari setiap faktor dikalikan dengan skor jawabannya. Kemudian hasil dari penjumlahan tersebut dibagi dengan jumlah skala pengaruh (n=4). Hasil perhitungan ini memberikan nilai tertentu bagi setiap faktor.

3. Menjelaskan pengaruh faktor-faktor terhadap mobilitas residensial.

Sasaran ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena mobilitas residensial di Surabaya berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya dari berbagai macam sisi. Pada sasaran ini juga diperlihatkan korelasi antara frekuensi perpindahan yang dilakukan oleh penduduk dengan variabel yang memengaruhinya. Untuk mengetahui fenomena mobilitas residensial dengan lebih jelas, digunakan alat analisa deskripsi dan korelasi. Data yang akan diolah pada tahap ini adalah:

1. Matriks lokasi mobilitas residensial

2. Pengaruh perubahan status terhadap mobilitas residensial 3. Kaitan antara ketersediaan rumah dengan mobilitas

residensial

4. Pekerjaan dalam pengaruhnya terhadap mobilitas residensial

5. Frekuensi mobilitas residensial

6. Faktor Lokasi Terhadap Mobilitas Residensial III. HASILDANDISKUSI

A. Identifikasi faktor yang memengaruhi mobiltas residensial di Kota Surabaya berdasarkan indikator Life-Cycle, Housing Supply, Affordability, Accesessibility, dan Location

Sasaran ini bertujuan untuk menemukan faktor yang sesuai dengan karakteristik mobilitas residensial di Kota Surabaya.

a. Indikator Life-Cycle

Fenomena mobilitas residensial juga dipengaruhi oleh keputusan pelaku yang didasarkan atas kejadian yang dialami sehari-hari. Indikator ini terdiri dari terdiri dari lima variabel yaitu, Umur kepala keluarga, Status (menikah atau bercerai), Jumlah anggota keluarga, Pekerjaan dan Durasi tinggal. Semakin meningkatnya umur kepala keluarga menunjukkan tingkat mobilitas yang rendah. Status menikah atau bercerai dapat membuat penduduk (individu) untuk melakukan

(3)

perpindahan rumah dalam kota. Variabel pekerjaan yang dimaksud adalah meningkatnya karir pekerjaan yang menjadi pemicu untuk meningkatkan kualitas hunian mereka. Durasi tinggal adalah variabel yang menjelaskan semakin lama suatu rumah tangga mendiami suatu rumah maka tingkat mobilitasnya akan semakin rendah karena rumah tangga telah merasa nyaman dengan rumahnya sekarang.

b. Indikator Housing Supply

Terdapat dua variabel di dalam indikator ini; jumlah pasokan rumah tiap tahun (supply) dan pertumbuhan rumah tiap tahun. Seperti yang dikemukakan oleh Dieleman (2001) bahwa mobilitas residensial terbagi atas dua tahap. Tahapan pertama, rumah tangga merasa tidak puas dengan kondisi permukiman mereka sekarang. Fase kedua ketika terjadi peningkatan rasa tidak puas, menyebabkan rumah tangga mencari alternatif yang baru. Ketika rumah tangga menemukan lokasi hunian baru yang dirasa lebih cocok (supply), maka keputusannya adalah berpindah. Namun jika tidak menemukan lokasi baru, maka rumah tangga cenderung untuk tidak berpindah.

c. Indikator Affordability

Dalam indikator ini terdapat tiga variabel yaitu pendapatan, harga rumah dan suku bunga bank. Meningkatnya pendapatan menyebabkan rumah tangga ingin mendapatkan kualitas hunian yang lebih baik. Harga rumah yang terjangkau oleh rumah tangga yang sedang mencari rumah memberikan bobot pada keutusan untuk berpindah menjadi lebih berat. Salah satu cara rumah tangga untuk menjangkau harga rumah yang tinggi adalah dengan meminjam dana pada bank. Terutama pengajuan kredit pemilikan rumah yang memang didesain oleh pemerintah untuk memudahkan penduduk mendapatkan rumah. Suku bunga yang rendah akan meringankan rumah tangga untuk mendapatkan rumah baru sehingga mobilitas residensial juga dapat terjadi.

d. Indikator Accessibility

Aksesibilitas adalah kemudahan seseorang untuk mendapatkan rumah. Kemudahan ini dinilai dari kemudahan dalam bertransaksi, kemudahan dalam mendapatkan kredit (KPR), dan kemudahan dalam pengurusan perijinan. Dengan kemudahan-kemudahan ini tingkat mobilitas residensial akan semakin meningkat.

e. Indikator Location

Faktor lokasi memiliki peranan yang khusus terhadap fenomena mobilitas residensial. Dalam penelitian ini, indikator location dijabarkan lagi menjadi empat variabel; dekat dengan kantor, dekat dengan pusat kota, dekat dengan sarana pendidikan, dan dekat dengan sarana perdagangan. Kedekatan dengan kantor dapat menjadi faktor karena adanya kecenderungan untuk efisiensi terhadap jarak dan waktu yang ditempuh untuk mencapai kantor. Kelengkapan sarana dan prasarana pada pusat kota menyebabkan rumah tangga berkeinginan untuk memiliki hunian dekat dengan pusat kota. Bagi rumah tangga yang memiliki anak, salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah kedekatan dengan fasilitas pendidikan. Agar lebih mudah, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, rumah tangga cenderung untuk memilih rumah yang berdekatan dengan sarana perdagangan.

f. Faktor-faktor mobilitas residensial

Setelah dilakukan identifikasi terhadap setiap variabel pada indikator- indikator, didapatkan bahwa faktor-faktor dalam

mobilitas residensial di Kota Surabaya adalah sebagai berikut:  Indikator Life-Cycle: Umur kepala keluarga. Status,

Jumlah anggota keluarga, Pekerjaan dan Durasi tinggal.  Indikator Housing Supply: Jumlah pasokan rumah tiap

tahun (supply) dan Pertumbuhan rumah tiap tahun.  Indikator Affordability: Pendapatan, Harga rumah dan

Suku bunga bank.

Indikator Accessibility: Kemudahan dalam bertransaksi, Kemudahan dalam mendapatkan kredit (KPR) dan Kemudahan dalam pengurusan perijinan.

Indikator Location: Dekat dengan kantor, Dekat dengan pusat kota, Dekat dengan sarana pendidikan dan Dekat dengan sarana perdagangan

B. Analisa faktor yang memengaruhi mobilitas residensial di Kota Surabaya

1. Uji Validitas dan Realibilitas

Pada hasil dari kuisioner dilakukan uji validitas dan realibilitas Nilai realibilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted sedangkan untuk nilai validitas dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation.

Tabel 2

Uji Validitas dan Realibilitas Faktor-Faktor Mobilitas Residensial di Surabaya

Faktor (r table= 0,144) Validitas Realibilitas (α= 0,6) Keterangan Umur kepala

keluarga 0,032 0,704 dan Reliabel Tidak Valid Status 0,317 0,678 Valid dan Reliabel Jumlah anggota

keluarga 0,017 0,710 dan Reliabel Tidak Valid Pekerjaan 0,156 0,695 Valid dan Reliabel Durasi tinggal 0,355 0,674 Valid dan Reliabel Jumlah pasokan

rumah tiap tahun

(supply) 0,543 0,646

Valid dan Reliabel Pertumbuhan

rumah tiap tahun 0,467 0,662 Valid dan Reliabel Pendapatan 0,637 0,626 Valid dan Reliabel Harga rumah 0,395 0,667 Valid dan Reliabel Suku bunga bank 0,058 0,703 dan Reliabel Tidak Valid Kemudahan dalam bertransaksi 0,002 0,703 Tidak Valid dan Reliabel Kemudahan dalam mendapatkan kredit (KPR)

0,184 0,692 Valid dan Reliabel Kemudahan

dalam pengurusan perijinan

0,473 0,670 Valid dan Reliabel Dekat dengan

kantor 0,226 0,687 Valid dan Reliabel Dekat dengan

pusat kota 0,411 0,671 Valid dan Reliabel Dekat dengan

sarana

pendidikan 0,294 0,680

Valid dan Reliabel

(4)

Faktor (r table= 0,144) Validitas Realibilitas (α= 0,6) Keterangan Dekat dengan sarana perdagangan 0,250 0,686 Valid dan Reliabel Sumber: Hasil Analisa, 2012

Berdasarkan hasil analisa, diketahui bahwa faktor umur, jumlah anggota keluarga, suku bunga bank dan kemudahan dalam bertransaksi tidak memiliki validitas yang cukup untuk dianggap sebagai faktor yang memengaruhi mobilitas residensial.

2. Analisa Skala Likert

Dari analisa skala likert, didapatkan dua tipologi faktor dengan indeks rata-rata sebagai ambang batas. Faktor dengan nilai indeks di atas indeks rata-rata merupakan faktor yang memiliki pengaruh terhadap mobilitas residensial di Kota Surabaya. Sedangkan faktor yang memiliki nilai indeks di bawah indeks rata-rata, termasuk faktor yang tidak memiliki pengaruh.

Tabel 3

Hasil Analisa Skala Likert Pada Faktor-Faktor Mobilitas Residensial di Surabaya

Indikator Faktor 1 Tingkat Pengaruh 2 3 4 Indeks Nilai Life-Cycle Status Pekerjaan 10 9 51 61 60 88 64 21 133,75 115,25 Durasi tinggal 24 110 40 8 99 Housing

Supply

Jumlah pasokan rumah tiap tahun

(supply) 11 99 58 14 109,75 Pertumbuhan rumah

tiap tahun 19 99 47 17 106,5 Affordability Pendapatan Harga rumah 12 27 74 58 38 86 44 24 106,75 121,5 Accessibility Kemudahan dalam mendapatkan kredit (KPR) 160 16 3 3 53,25 Kemudahan dalam pengurusan perijinan 148 17 11 6 59,75 Location

Dekat dengan kantor 0 125 39 18 109,75 Dekat dengan pusat

kota 3 130 40 9 104,75

Dekat dengan sarana

pendidikan 0 77 44 61 132,5 Dekat dengan sarana

perdagangan 0 94 41 47 124,75

Total 1377,25

Rata-rata 105,94

Sumber: Hasil Analisa, 2012

Berdasarkan hasil analisa likert, diketahui bahwa faktor yang berpengaruh pada mobilitas residensial di Kota Surabaya adalah: 1) Status, 2) Pekerjaan 3) Jumlah pasokan rumah tiap tahun (supply), 4) Pertumbuhan rumah tiap tahun, 5) Pendapatan, 6) Harga rumah, 7) Kedekatan dengan kantor, 8) Kedekatan dengan sarana pendidikan, 9) Kedekatan dengan sarana perdagangan

C. Menjelaskan pengaruh faktor-faktor terhadap mobilitas residensial

1. Matriks Lokasi Mobilitas Residensial

Pada penelitian ini, kecamatan yang dipilih untuk dijadikan sampel adalah kecamatan dengan klasifikasi kawasan pinggiran. Terdapat 58 responden yang berasal dari kecamatan dengan klasifikasi kawasan pusat kota. Sisanya, responden berada pada kecamatan dengan klasifikasi pinggiran. Dari

survey primer terhadap 182 responden, tidak terdapat rumah tangga yang berasal dari kecamatan dengan klasifikasi kawasan transisi.

Jika dilihat dari jenis pekerjaannya, terdapat 31 rumah tangga dengan kepala keluarga sebagai wiraswasta yang berpindah dari kawasan pusat kota menuju ke pinggiran. Sedangkan wiraswasta yang berpindah dari kawasan pinggiran ke pinggiran berjumlah 66 rumah tangga. Perubahan dalam kondisi kerja membuat sebagian rumah tangga memutuskan untuk berpindah rumah. Berdasarkan survey primer yang dilakukan kepada 182 responden, sebagian responden yang bekerja sebagai wiraswasta berpendapat bahwa mereka membutuhkan hunian yang bisa dijadikan tempat usaha. Atau rumah mereka berada pada pasar usaha yang dilakukan oleh mereka.

Sedangkan untuk jenis pekerjaan lainnya, perpindahan lebih banyak dilatar belakangi oleh perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka, baik dari sisi pekerjaan itu sendiri, perubahan status dan mencari tempat tinggal yang lebih nyaman.

2. Pengaruh Perubahan Status Terhadap Mobilitas Residensial

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa semua migran berstatus telah menikah. Dari hasil skala likert juga memperlihatkan bahwa perubahan status memiliki nilai yang paling tinggi. Namun, responden menilai perubahan status dari sisi menikah. Menikah bagi mereka adalah salah satu momen yang paling tepat untuk berpindah dan memiliki rumah dalam hal ini disebut dengan mobilitas residensial.

Dengan perubahan status yaitu menikah, keputusan untuk segera pindah dan mencari lokasi hunian baru akan semakin tinggi. Hal ini merupakan permintaan dari pasar perumahan. Di mana pasangan baru adalah calon konsumen baik bagi rumah di perumahan baru ataupun rumah pada perumahan yang telah berkembang. Maka bisa dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pernikahan, cenderung akan menyebabkan peningkatan pada mobilitas residensial.

3. Kaitan antara Ketersediaan Rumah dengan Mobilitas Residensial

Ketersediaan rumah dan pertumbuhannya merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mobilitas residensial di Kota Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara, ketersediaan rumah tidak hanya terbatas pada kuantitas rumah yang ada akan tetapi juga pada kualitas rumah. Ketika terdapat rumah yang sesuai dengan kriteria rumah tangga, maka keputusan untuk melakukan mobilitas residensial akan semakin tinggi.

Pada lokasi studi, terdapat setidaknya 43 perumahan yang dikembangkan. Perumahan ini terdiri dari berbagai macam kelas dengan pasarnya masing-masing. Pada hasil survey yang dilakukan diketahui bahwa mayoritas pelaku mobilitas residensial memiliki pendapatan per bulan berkisar antara Rp. 750.000,00 hingga Rp. 3.500.000,00 dengan mayoritas pekerjaan adalah wiraswasta. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan rumah yang cukup memadai untuk kriteria rumah tangga tersebut.

4. Pekerjaan dalam Pengaruhnya Terhadap Mobilitas Residensial

Dalam hal ini pekerjaan dapat dijabarkan sebagai perubahan status pekerjaan ataupun rumah tangga mendapatkan

(5)

pekerjaan yang baru sehingga menyebabkan rumah tangga harus melakukan penyesuaian tertentu. Dalam faktor pekerjaan ini juga dipertimbangkan mengenai lokasi tempat kerja baru yang menyebabkan rumah tangga harus berpindah. Dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa mayoritas pelaku mobilitas residensial memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, kemudian ada jenis pekerjaan PNS dan pegawai swasta.

Gambar 1

Jenis Pekerjaan Untuk Setiap Kecamatan Studi

Sumber: Hasil Analisa, 2012

5. Frekuensi mobilitas residensial

Frekuensi mobilitas residensial menunjukkan seberapa sering rumah tangga melakukan perpindahan di dalam kota. Hal ini akan menimbulkan tingginya sirkulasi supply dan demand terhadap housing market di mana rumah tangga dengan frekuensi mobilitas residensial yang tinggi membutuhkan rumah lebih banyak. Dari 182 responden yang dimintai keterangan, didapatkan data mengenai frekuensi mobilitas residensial sebagai berikut.

Gambar 2

Frekuensi Mobilitas Residensial Untuk Setiap Kecamatan Studi

Sumber: Hasil Analisa, 2012

Dari 182 responden, mayoritas di antaranya melakukan mobilitas residensial hanya satu kali. Terdapat 98 rumah tangga atau 53,8% dari total responden merupakan migran dengan frekuensi mobilitas residensial satu kali.

Mayoritas responden memiliki pendapatan berkisar antara Rp. 750.000,00 hingga Rp. 5.000.000,00. Berdasarkan hasil analisa crosstab terlihat bahwa nilai chi square sebesar 45.893 > 0,242 (α = 5% dan df = 45) hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi mobilitas dan besaran pendapatan.

Namun pada analisa linearitas, hubungan tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan yang linear. Begitu pula analisa menggunakan teknik korelasi pearson, faktor pendapatan tidak memengaruhi frekuensi mobilitas residensial rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, peningkatan jumlah pendapatan akan memicu mereka berpindah untuk menyesuaikan kondisi hunian dengan keadaan ekonomi mereka.

6. Faktor Lokasi Terhadap Mobilitas Residensial

Rumah tangga cenderung untuk mencari lokasi yang berdekatan dengan kebutuhan prioritas mereka.

- Kedekatan Lokasi Terhadap Kantor

Jarak antara rumah dengan kantor menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mobilitas residensial. Penduduk dengan penghasilan rendah cenderung akan mencari lokasi rumah yang dekat dengan kantor atau tempat kerja mereka.

Gambar 3

Besaran Pendapatan Terhadap Preferensi Kedekatan Lokasi Rumah dengan Kantor

Sumber: Hasil Analisa, 2012

Responden dengan pendapatan Rp. 750.000,00 hingga Rp. 1.500.000,00 berpendapat bahwa kedekatan dengan kantor tidak menjadi pertimbangan untuk berpindah. Hal ini cukup menarik mengingat teori dari Turner mengatakan bahwa rumah tangga dengan penghasilan rendah akan cenderung menghuni kawasan yang relatif dekat dengan kantor mereka. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk perjalanan ke kantor dan sebaliknya.

- Kedekatan Lokasi dengan Sarana Pendidikan Dari hasil kuisioner skala likert di atas, jika ditinjau dari umur kepala keluarga, data memperlihatkan bahwa juga terjadi variasi pendapat dalam pengaruh lokasi rumah dengan kedekatan sarana pendidikan. Rumah tangga dengan usia

46-Keterangan:

1 = Sangat Berpengaruh 2 = Berpengaruh 3 = Tidak Berpengaruh

Keterangan:

1 = Sangat Berpengaruh 2 = Berpengaruh 3 = Tidak Berpengaruh Keterangan:

(6)

55 tahun cenderung untuk tidak mempertimbangkan faktor kedekatan lokasi rumah dengan sarana pendidikan.

Gambar 4

Grafik Tingkatan Umur Terhadap Preferensi Kedekatan Lokasi Rumah dengan Sarana Pendidikan

Sumber: Hasil Analisa, 2012

- Kedekatan Lokasi dengan Sarana Perdagangan Berdasarkan data yang dihimpun melalui kuisioner yang disebar kepada 182 responden, dapat diketahui alasan mengenai pemilihan kedekatan rumah dengan sarana perdagangan antara lain karena kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan sehari-hari dan untuk alasan berusaha atau bisnis. Lokasi yang berdekatan dengan sarana perdagangan akan mempermudah para rumah tangga dengan mata pencaharian wiraswasta untuk melakukan usahanya.

Gambar 4

Jenis Pekerjaan Terhadap Preferensi Kedekatan Lokasi Rumah dengan Sarana Perdagangan

Sumber: Hasil Analisa 2012

Dari gambar di atas terlihat bahwa rumah tangga dengan pekerjaan sebagai wiraswasta berpendapat bahwa kedekatan dengan lokasi rumah dengan perdagangan sangat berpengaruh terhadap mobilitas residensial.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

Berdasarkan hasil analisa serta pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

mobilitas residensial terjadi di Kota Surabaya dengan faktor yang berpengaruh adalah Status, Pekerjaan, Jumlah pasokan rumah tiap tahun (supply), Pertumbuhan rumah tiap tahun, Pendapatan, Harga rumah, Kedekatan dengan kantor, Kedekatan dengan sarana pendidikan dan Kedekatan dengan sarana perdagangan. Kesembilan faktor tersebut bersifat parsial dalam artian, mobilitas residensial tidak menuntut semua faktor tersebut terpenuhi. Beberapa faktor saja yang terpenuhi sudah cukup untuk menyebabkan rumah tangga melakukan mobilitas residensial.

Sedangkan kecenderungan mobilitas residensial yang terjadi adalah perpindahan dari kawasan pinggiran ke kawasan pinggiran. Selain itu, mayoritas pelaku mobilitas residensial di Kota Surabaya bekerja sebagai wiraswasta yang cenderung memilih lokasi hunian yang berdekatan dengan sarana perdagangan.

DAFTARPUSTAKA

[1] Cadwallader, Martin, 1992. Migration and Residential Mobility: Macro and Micro Approaches. The University of Winconsin Press. London. [2] McGregor, Duncan. Simon, David, Thompson, Donald. 2006. The

Peri-Urban Interface: Approaches to Sustainable Natural and Human Resource Use. London.

[3] Feijen, Peteke. Van Ham, Maarten. 2007. Residential Mobility and Migration of The Divorced and Separated. Max Planck Institute for Demographic Research. Jerman.

[4] Frick, Ir. Heinz. 1984. Rumah Sederhana. Kanisus. Yogyakarta. [5] Pontoh, Nia K. Kustiwan, Iwan. 2009. Pengantar Perencanaan

Perkotaan. ITB. Bandung.

[6] Y Rustadi, Ernan. Saefulhakim, Sunsun. Panuju, Dyah R. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta.

[7] Sastra M, Suparno. Marlina, Endy. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta.

[8] Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Terjemahan. Jakarta.

[9] Yudhohusodo, Siswono. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta. [10] Yamin, Sofyan. Kurniawan, Heri. SPSS COMPLETE: Teknik Analisis

Terlengkap dengan Software SPSS. 2009. Salemba Infotek. Jakarta. [11] Ahsanul Habib, M. Miller Eric J. (2007) Modeling Residential and

Spatial Search Behaviour: Evidence from Greater Toronto Area. Toronto.

[12] Beatty, Christina. Lawless, Paul. Pearson, Sarah. Wilson, Ian. 2009. Residential Mobility and Outcome Change in Deprived Areas: Evidence from The New Deal for Communities Programme. Sheffield Hallam Universitiy. London.

[13] Dieleman, Frans M. 2001 Modelling Residential Mobility: a Review Of recent Trends in Research. Utrecht University. Belanda.

[14] Davison, Jim. 2001. Housing Policy and Residential Mobility. Australian Housing and Urban Research Institute. Australia.

[15] Fullaondo, Arkaitz. Cladera, Josep R. 2006. Residential Mobility and Foreign Immigration Settlement in the Metropolitan area of Barcelona. Barcelona.

[16] Masood, Ahmed. 1995. Pattern Of Residential Mobility in Bawahalpur City.Islamia University Bahawalpur. Islamabad.

[17] Sanchez, Aida C. Andrews, Dan. 2011. To Move or Not to Move: What Drives Residential Mobility Rates in the OECD? OECD Publishing. Paris.

[18] Tjiptoherijanto, Prijono. 2000. Paper Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional: Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta.

Keterangan:

1 = Sangat Berpengaruh 2 = Berpengaruh 3 = Tidak Berpengaruh

Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang sejarah awal kedatangan Komunitas Suku Jawa di Koto Tinggi, serta dampak keberadaan komunitas suku Jawa

Sedangkan untuk penilaian likuiditas yang diwakili oleh rasio STM selama tiga tahun berada pada kondisi yang sangat baik dengan nilai rasio STM pada Bank Sinarmas

Auditor dapat menambahkan data temuan, auditee dapat menambahkan data tindakan koreksi, admin dapat melakukan pengelolaan data pengguna, lembaga serta update status

persampahanlkebersihan, tentang tata cara pembayaran atau penarikan retribusi persampahan di rumah tangga atau wajib retribusi, yang di laksanakan oleh Dinas Lingkungan

Kriisipsykologi Salli Saari (2000, 278) kuvaa ammattiroolia, eli roolia, joka saattaa suojata henkilökohtaisilta tunteilta. Ammattirooli on yleinen poliiseilla,

Senin 06 April 2015 III Tarbiyah Materi dan Pembelajaran Akidah Akhlak MTs dan MA/C2 37 3 VI R1 (Gedung Baru) 12A Ahmad Falah, M.Ag Ahmad Anif, S.Pd.I, MM Ahmad Afandi, S.Pd.I..

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM), dengan satu variabel bebas yaitu Selebritis Endoser (X) dan dua

Namun, Ra- perda itu tidak segera dibahas oleh ke- lompok kerja (Pokja) Badan Koordinasi Penataan ruang Daerah (BKPRD). Neneng Rahmi mendapatkan informasi bahwa Iwa