• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD. Ika Mery Widharningsih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD. Ika Mery Widharningsih"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah

Vol. 10, No. 1, Januari-April 2020

ISSN 0854-2172

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Ika Mery Widharningsih

SD Negeri 2 Gintungan Kabupaten Purworejo Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 19 siswa dan objeknya adalah hasil belajar siswa . Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pada tahap pra siklus yaitu 54,21 dan memiliki ketuntasan belajar sebesar 37% dan pada akhir siklus pertama nilai rata-rata menjadi 65,26 dengan ketuntasan belajarnya menjadi 53 % dan pada akhir siklus kedua nilai rata-rata naik menjadi 76,58 dengan ketuntasan belajar mencapai 74%. Selain dari meningkatnya hasil belajar siswa, proses pembelajaran di dalam kelas juga ikut mengalami peningkatan.

© 2020 Dinamika Kata Kunci: Hasil belajar IPS; model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab II Pasal 4 menjelaskan bahwa “kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan Nasional”. Sebagai agen pembelajaran, guru merupakan komponen pendidikan yang berperan penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke arah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Selama ini dalam proses pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) guru masih mendesain siswa untuk mengingat dan menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru, seolah-olah guru adalah sumber utama pengetahuan dimana pembelajaran berpusat pada guru saja. Teknik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar karena pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang monoton dan pasif tersebut dapat menimbulkan kebosanan pada siswa dan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa.

Demikian halnya yang terjadi pada proses pembelajaran IPS di SD Negeri 2 Gintungan guru belum menyampaikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode yang menarik, menantang, menyenangkan dan sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa pada saat

(2)

pembelajaran. Hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yakni 65.

Selain itu data juga diperkuat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa kelas V yang mengatakan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu hanya seperti itu-itu saja atau kurang menyenangkan karena setiap pelajaran siswa hanya memperhatikan guru dalam menyampaikan materi saja tanpa disuruh melakukan tindakan sehingga siswa sering merasa bosan.

Salah satu cara yang efektif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) yaitu: 1) siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok; 2) siswa aktif membantu dan memotivasi semangat demi keberhasilan bersama; 3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok; dan 4) interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri 2 Gintungan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai inovasi serta penyempurnaan proses pembelajaran.

c. Mendapatkan pengalaman menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan target pembelajaran.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar dalam memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Reber (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Abin Syamsudin (Conny R. Semiawan, 1999: 245) mendefinisikan bahwa belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi. Dan pendapat tersebut diperkuat oleh Garry & Kingsley (Sunaryo Kartadinata, 1998: 57) yang mendefinisikan belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.

Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Pendapat tersebut didukung oleh Anita E. Wool Folk (Sunaryo Kartadinata, 1998: 57) yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil pengertian bahwa sebenarnya ada beberapa kata kunci di balik definisi kata belajar, yaitu perubahan, pengetahuan, perilaku, pribadi, permanen dan pengalaman. Jika dirumuskan maka belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu “Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 2 Gintungan Gebang Purworejo.

(3)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yaitu upaya atau tindakan yang dilakukan guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan penelitian.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup beberapa siklus. Setiap siklus, terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Kegiatan penelitian diawali dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada proses belajar mengajar sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS khususnya materi Perjuangan Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan juga untuk meningkatkan persentase ketuntasan belajar IPS pada peserta didik penelitian tindakan kelas ini selama 6 (enam) bulan dari bulan Januari 2017 sampai bulan Juni 2017 dengan tata waktu sebagai berikut.

a. Penyusunan Proposal: Januari 2017

b. Penyusunan Perangkat Penelitian: Februari 2017 c. Pelaksanaan Penelitian: Maret – April 2017 d. Pelaporan: Juni 2017

Subjek penelitian ini adalah hasil belajar siswa tentang Perjuangan Mencapai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sumber data yang digunakan adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Gintungan yang berjumlah 19 siswa terdiri dari 14 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengungkapkan data tentang peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS. Sementara itu, instrumen nontes digunakan untuk mengungkapkan perubahan tingkah laku peserta didik. Instrumen nontes yang dimaksud berupa pedoman pedoman wawancara, dan dokumentasi foto

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut. 1. Pengamatan kognitif pada proses pembelajaran mencapai > 70%.

Persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai ≥ 70 % dan rata-rata kelas mencapai ≥ 65 atau diatas KKM.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1

Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian. Pada awal pembelajaran (pra siklus) proses pembelajaran belum mengalami ketuntasan, pada siklus I terdapat peningkatan hasil pembelajaran setelah guru menggunakan metode demonstrasi, pada siklus II hasil pembelajaran mengalami ketuntasan setelah guru menggunakan media berupa gambar tabel perkalian, kelereng, biji-bijian dan buah-buahan. Selanjutnya hasil pembelajaran diungkap dalam deskripsi per siklus. Tahap perencanaan pada siklus pertama pembelajaran di kelas direncanakan sekali tindakan dengan pencapaian kompetensi dasar menyederhanakan dan mengurutkan pecahan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode driil dengan media pembelajaran bangun persegi panjang.

Metode yang digunakan berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selanjutnya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Membuat dan menyiapkan media pembelajaran berupa gambar-gambar peristiwa seputra proklamasi dan tokoh-tokoh pejuang, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan evaluasi, serta menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Dalam proses pembelajaran pada siklus pertama ini dilaksanakan dua pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu 2x35 menit

(4)

Data hasil belajar siswa yang mendapat nilai ≥65 sebanyak 10 siswa atau 53% dan siswa yang mendapat nilai ≤65 sebanyak 9 siswa atau 47%. Sedangkan pada rata-rata kelas secara klasikal ada peningkatan sebanyak 16% dari 37% rata-rata hasil belajar siswa pada temuan awal menjadi 53%. Tetapi hasil belajar tersebut belum dikategorikan tuntas, karena belum mencapai target penelitian yaitu 70%.

Secara umum, hasil tes kemampuan hasil belajar IPS materi perjuangan mencapai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut .

Tabel 4.2. Tabel Nilai Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil

1 Rata-rata 65,26

2 Nilai Tertinggi 85

3 Nilai Terendah 50

4 Tuntas Belajar 10 = (53%)

5 Belum Tuntas Belajar 9 = (47%)

Secara umum aktivitas guru sudah meningkat apabila dibandingkan dengan temuan awal. Pada temuan awal masih menggunakan metode ceramah sedang pada siklus I guru sudah tidak lagi menggunakan metode ceramah tetapi menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode diskusi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar IPS berlangsung. Tetapi pada saat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru belum memahami tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dalam pembagian kelompok masih belum merata, karena masih terdapat kelompok yang didominasi oleh siswa yang pandai sehingga siswa yang kurang pandai menjadi pasif.

Aktivitas siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui aspek partisipasi, diskusi kelompok, kerja sama dalam kelompok, berani mengajukan dan menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan siswa lain, keseriusan dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru sudah baik. Kelemahan dari kegiatan ini adalah guru kurang memotivasi siswa sehingga sebagian besar siswa tidak serius dalam mengikuti pelajaran dan kurang aktif dalam kegiatan kelompok atau diskusi, sehingga pada waktu kegiatan evaluasi berlangsung hasil belajar siswa kurang/tidak maksimal.

Hasil belajar siswa selama proses pembelajaran IPS berlangsung sudah mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa diperoleh melalui evaluasi. Hasil evaluasi pada siklus I dibandingkan dari hasil temuan awal sudah meningkat 16% namun hasil tersebut belum mencapai target penelitian sebesar 70%.

Untuk mengatasi kendala-kendala di atas, maka peneliti dan observer menindak lanjuti ke siklus II dengan tetap menggunakan media gambar dengan materi yang berbeda dan tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemudian cara mengajar peneliti lebih memperhatikan tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melakukan pengorganisasian kelompok yang lebih heterogen.

Siklus 2

Pada tahapan ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen antara 4-5 siswa dengan tujuan agar tidak terjadi perbedaan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Pelajaran dimulai dengan penjelasan guru tentang pertempuran mempertahankan kemerdekaan. Guru melakukan apersepsi dan menunjukkan gambar-gambar pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan. Siswa mengamati gambar-gambar tentang pertempuran mempertahankan kemerdekaan tersebut. Selanjutnya guru menunjuk salah satu siswa untuk

(5)

menjelaskan di depan kelas sehingga semua kelompok bisa mengerti. Siswa yang sudah mengerti tentang materinya diminta untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya yang belum mengerti karena setiap kelompok harus menyumbangkan nilai kepada kelompoknya.

Langkah selanjutnya adalah guru memberikan soal evaluasi kepada setiap anggota kelompok. Evaluasi ini dikerjakan secara individual walaupun duduknya berkelompok. Guru mengklasifikasi nilai-nilai setiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil dengan memberikan tanda reward kepada setiap kelompok. Diberikannya penghargaan ini dengan tujuan supaya dapat membangkitkan semangat dan minat belajar siswa untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru semakin meningkat.

Data hasil belajar siswa yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 14 siswa atau 74% dan siswa yang memperoleh nilai ≤65 sebanyak 5 siswa atau 26%. Dan secara klasikal ketuntasan nilai hasil belajar meningkat 21% dari siklus I, 53% menjadi 74%. Hasil tersebut dikategorikan tuntas karena mencapai target penelitian yaitu 70% meskipun terdapat 5 siswa yang belum tuntas.

Secara umum, hasil tes kemampuan hasil belajar IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut .

Tabel 4.3. Tabel Nilai Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil

1 Rata-rata 76,58

2 Nilai Tertinggi 95

3 Nilai Terendah 55

4 Tuntas Belajar 14 = (74%)

5 Belum Tuntas Belajar 5 = (26%)

Dari pembelajaran IPS pada siklus II keberhasilan siswa baik secara kelompok maupun individu sudah tampak sangat meningkat dan hasilnya sangat memuaskan walaupun terdapat 5 siswa yang hasilnya masih belum tuntas. Hal ini terbukti bahwa nilai yang diperoleh siswa dan perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sudah memenuhi target penelitian yaitu 70%.

Oleh karena itu, peneliti tidak menemukan lagi kelemahan pada proses pembelajaran dan penelitian dilaksanakan sampai pada siklus ke II. Sehingga peneliti mempunyai kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada pembelajaran IPS khususnya pada materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pembahasan

Berdasarkan data observasi pada siklus I yang diperoleh dari perhitungan nilai rata-rata dari tiap pertemuan, hasil belajar siswa yang telah mencapai KKM adalah siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih dari 65 diperoleh hasil persentase mencapai 53% (10 siswa) sedang yang tidak tuntas mencapai 47% (9 siswa) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2, sudah menunjukkan peningkatan sebesar 16% dari temuan awal.

Hasil rata-rata dari penelitian pada tindakan siklus I masih rendah dan belum memenuhi target penelitian karena nilai dari semua kegiatan belum mencapai 70%. Dalam hal ini, aktivitas guru ataupun siswa masih kurang maksimal karena pembagian kelompok yang kurang heterogen serta tahapan-tahapan dalam pembelajaran dalam menggunakan model pembelajaran STAD kurang terinci dengan baik, sedangkan untuk hasil belajar siswa masih kurang dikarenakan saat kerja kelompok masih ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam bekerja dan guru kurang memotivasi siswa.

(6)

Untuk mengatasi kendala-kendala pada siklus I peneliti akan meningkatkan motivasi dalam pembelajaran dengan lebih memperhatikan kesesuaian tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melakukan pengorganisasian kelompok yang lebih heterogen. Respon siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah cukup baik.

Berdasarkan data observasi pada siklus II yang diperoleh dari nilai rata-rata dari tiap pertemuan untuk hasil belajar siswa diperoleh hasil persentase mencapai nilai ketuntasan 74% (14 siswa), sedangkan yang tidak tuntas mencapai 26% (5 siswa) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Hasil rata-rata dari penelitian pada tindakan siklus II sudah baik karena sudah mencapai target penelitian 70%. Dalam hal ini, aktivitas guru ataupun siswa sudah baik karena pembagian kelompok yang sudah heterogen, serta tahapan-tahapan dalam pembelajaran dalam menggunakan model pembelajaran STAD sudah terinci dengan baik. Sedangkan untuk hasil belajar siswa juga sudah baik walaupun masih ada 5 siswa yang belum tuntas ,dikarenakan saat kerja kelompok masih ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam bekerja.

Respon siswa dalam siklus II juga sangat memuaskan karena mereka merasa bahwa belajar berkelompok lebih menyenangkan dan lebih cepat memahami materi dalam pembelajaran. Untuk mengatasi kendala-kendala pada siklus II peneliti tetap akan meningkatkan motivasi dalam pembelajaran dengan lebih memperhatikan kesesuaian tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melakukan pengorganisasian kelompok yang lebih heterogen, serta untuk mengetahui ketuntasan pada tujuan pembelajaran.

Dari data yang dipaparkan, pada tahap pra siklus, siklus I dan II dapat diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata siswa, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Tabel Perbandingan Nilai Rata-rata

No Uraian Hasil

1 Pra Siklus 54,21

2 Siklus I 65,26

3 Siklus II 76,58

Rata-rata hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan dari mulai tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada siklus II yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 14 siswa atau 74% dan siswa yang memperoleh nilai ≤65 sebanyak 5 siswa atau 26%. Hasil tersebut dikategorikan tuntas karena mencapai target penelitian yaitu 70% meskipun terdapat 5 siswa yang belum tuntas.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS dapat mengatasi hambatan-hambatan yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung seperti, masih banyak anak-anak tidak memperhatikan penjelasan guru, adanya siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mungkin juga adanya anak yang kurang aktif serta kurangnya kerja sama dalam kelompok belajar.

Dengan pembelajaran yang inovatif dan dengan penerapan model pembelajaran yang tepat salah satunya adalah tipe pembelajaran kooperatif tipe STAD guru dapat mengkondisikan siswa untuk siap belajar, guru menyampaikan tujuan dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan siswa memperoleh bimbingan dalam belajarnya maka kualitas pembelajaran yang baik dapat tercipta. Sehingga siswa memiliki tanggung jawab dalam kelompoknya, memiliki sikap saling membantu antar anggota kelompok, tugas yang diberikan segera terselesaikan dengan baik, siswa akan lebih aktif dalam menyampaikan pendapatnya.

Berdasarkan data yang terpapar pada siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa ada peningkatan dalam segala aspek pelaksanaan siklus, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memotivasi siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri 2 Gintungan Kecamatan Gebang Kabupaten

(7)

Purworejo. Pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok diterapkan dalam proses pembelajaran IPS untuk meningkatkan prestasi belajar, karena salah satu karakteristik tipe pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah setiap individu mempunyai tanggung jawab mengerjakan soal dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya sehingga mendapatkan nilai yang memuaskan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 2 Gintungan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa; Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terdapat 6 langkah di antaranya: 1) penyampaian tujuan dan motivasi, 2) pembagian kelompok, 3) presentasi dari guru, 4) kegiatan belajar dalam tim (kerja tim), 5) kuis (evaluasi), dan 6) penghargaan prestasi tim.

DAFTAR PUSTAKA

R.Semiawan, Conny. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Depdikbud.

Solihatin, Etin. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: DEPDIKNAS.

Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS: Filosofi, Kosep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sharan, Shlomo. 2009. Handbook of Cooperative Learning. Imperium

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Kartadinata, Sunaryo dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: Depdikbud.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Undang – Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. .

Gambar

Tabel 4.2. Tabel Nilai Hasil Tes Siklus I
Tabel 4.3. Tabel Nilai Hasil Tes Siklus II
Tabel 4.4. Tabel Perbandingan Nilai Rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya penanganan infertilitas dapat menjadi hal yang mudah dan menarik sepanjang didasari oleh pengetahuan praktis yang penting.Dalam kursus ini Sejawat akan dibantu

Fase eksekusi ini juga sudah menghasilkan kader yang memiliki dorongan untuk berkerja, dan perlu di ingat, karena seorang kader saat ini sudah memegang peran sebagai pelaku atau

8 Riwayat Pekerjaan Kepala Bidang Program dan Pelaporan Tahun 2013 s/d 2014. Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial 2015

Jarak Tegak Lurus dari gaya normal terhadap pivot Gaya normal antara lapisan lining & drum. Kg Kg Kg Kg Kg Kg mm

Diketahui bahwa satu himpunan S dalam sebuah bidang atau dalam sebuah ruang adalah convex polygon (atau himpunan convex) jika dan hanya jika titik X dan Y ada di dalam S,

baik maka akan didapatkan beton yang padat. Mengontrol “workability “ atau sifat dapat dikerjakan aduk beton. Dengan.. gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton

c. Memberi pelatihan pembuatan kerajinan tangan berbahan stik cream berupa vas bunga pada anak- anak dan remaja di Dusun Bantal Watu 2, Sumberwungu,

Tampilan Menu Petunjuk Fasilitas Umum Purwokerto Online Pada Handphone Samsung Wave 525 ... Tampilan Menu About Fasilitas Umum Purwokerto Online Pada Handphone Samsung Wave 525