Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶͳ KAJIAN FONETIS KOSAKATA DASAR BAHASA MELAYU BALI
Umiliyah SMA Situbondo
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penulisan kosakata dasar bahasa Melayu Bali secara fonetis dan bentuk variasi fonetis bahasa Melayu Bali. Adapun variasi fonetis tersebut ditinjau dari segi (1) Bentuk Penulisan Kata Kosakata Dasar Melayu Bali, dan (2) Bentuk Varisi Fonetis Kata Kosakata Dasar Bahasa Melayu Bali. 1. bentuk Penulisan Kata Kosakata Dasar Bahasa Melayu Bali. Bentuk penulisan kata kosakata dasar bahasa Melayu Bali adalah huruf pego. 2. bentuk Variasi Fonetis Kosakata Dasar Bahasa Melayu Bali
Variasi fonetis bahasa Melayu Bali sangat variatif. Variasi fonetis banyak terjadi pada vokal /i/ dan vokal /u/. Adapun variasi fonetis kosakata dasar bahasa Melayu Bali adalah a) vokal /i/ bervariasi sebanyak dua buah vokal yaitu vokal /e/ dan vokal /E/. b) variasi fonetis pada vokal /i/. Variasi fonetis pada vokal /i/ tidak hanya variasi dengan vokal /e/, tetapi juga variasi dengan vokal vokal /E/. Variasi fonetis pada vokal /i/ kosakata dasar bahasa Melayu Bali juga lebih banyak dibandingkan dengan variasi fonetis vokal /i/ kosakata dasar bahasa Indonesia. Variasi fonetis vokal /i/ pada bahasa Indonesia hanya sampai pada vokal /e/ saja, sedangkan variasi fonetis vokal /i/ tidak hanya sampai pada vokal /e/ tetapi juga sampai pada vokal /E/. c) vokal /u/ bervariasi sebanyak 2 buah vokal, yaitu vokal /o/ dan vokal / /. variasi fonetis vokal /u/ tidak hanya sampai pada vokal /o/, tetapi juga sampai pada vokal / /. d) vokal /a/ bervariasi sebanyak satu buah vokal, yaitu vokal /a/ bervariasi dengan vokal /F/. e) variasi fonetis konsonan /h/ kosakata dasar bahasa Melayu Bali lebih sedikit dibandingkan dengan variasi fonetis konsonan /h/ kosakata dasar bahasa Indonesia. Perbedaan variasi ini terletak pada letak konsonan yang mengalami variasi. Pada kosakata dasar bahasa Melayu Bali, variasi terjadi di awal dan di akhir kata, sedangkan pada kosakata dasar bahasa Indonesia hanya terletak di awal kata. f) variasi fonetis bahasa Melayu Bali yang tidak terdapat pada variasi fonetis kosakata dasar bahasa Indonesia adalah: (a) Konsonan /k/ berealisasi dengan konsonan /?/.(b) Konsonan /q/ berealisasi dengan konsonan /?/.
Kata kunci: fonetis, kosakata dasar, dan bahasa Melayu
PENDAHULUAN
Bahasa daerah merupakan alat
komunikasi yang sangat alami yang diper oleh seseorang, dan bagian dari pengalaman
batiniah. Pemakaian bahasa daerah juga sangat sesuai digunakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya daerah dan pengalaman
Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶʹ yang sifatnya tidak institutional formal
(Alwasilah, 1993: 143).
Indonesia termasuk Negara yang sangat kaya akan bahasa daerah. Bahasa-bahasa yang ada di Indonesia menurut Esser (dalam Saidi, 1989: 15) berjumlah ku rang lebih 200 bahasa, yang dibagi menjadi 17 kelompok. Sedangkan J. Gonda (dalam Saidi, 1989: 15) mengemukakan bahwa bahasa yang ada di Indonesia seba nyak 250 bahasa. Akan tetapi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menge mukakan bahwa, bahasa yang ada di Indonesia kurang lebih ada 418 bahasa (Saidi 1989: 15). Salah satu dari 17 kelompok bahasa Indonesia menurut Esser (dalam Saidi, 1989: 15) adalah kelompok Bali-Sasak.
Berbicara masalah etnis Bali-Sasak, peneliti hanya mengetahui kelompok tersebut terdiri dari bahasa Bali, bahasa Sasak
(Lombok), dan bahasa Sumbawa. Bahasa Bali adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu. Belum banyak yang mengetahui bahwa di bali ada sekelompok orang yang menggunakan bahasa Melayu sebagai alat komunikasi.
Sumarsono dan Paina (2004: 265-267) mengemukakan bahwa bahasa Me layu tersebut dibawa oleh pelarian pasukan Goa, Sulawesi Selatan, pada abad ke-17. Pada abad ke-18 datang gelombang kedua yang berasal dari pelarian armada Angkatan Laut
Pontianak. Kedua kelompok ini resmi menetap dan menjadi pendu duk Bali pada abad ke-19, tepatnya di desa Loloan Barat dan Loloan Timur yang dibatasi oleh sungai Ijo Gading, Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.
Bahasa Melayu merupakan bahasa minoritas, akan tetapi bahasa Melayu dapat bertahan hingga sekarang, kurang lebih tiga abad lamanya. Hal ini terjadi, karena adanya toleransi antara umat beragama yang sangat tinggi di pulau Bali. Sumarsono dan Paina (2004: 266), mengemukakan bahwa tidak ada batas antara kelompok pemakai bahasa Melayu yang beragama Islam dan kelompok
pemakai bahasa Bali yang beragama Hindu. Bahkan antara kedua kelompok tidak segan-segan menggunakan campur kode (yaitu bahasa Melayu dan Bali) saat berkomunikasi. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan antara bahasa Melayu yang ada di Pontianak dan daerah pemakai bahasa Melayu lainnya, karena bahasa Melayu yang ada di Bali sudah mengalami percampuran dengan bahasa Bali.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan 20 kosakata dasar yang telah disusun oleh Morris Swadesh. Keraf (1984: 123-124), mengungkapkan bahwa Morris Swadesh mengusulkan sekitar 200 kosakata dasar yang dianggapnya universal. Artinya, terdapat pada semua bahasa yang ada di dunia. Ia juga me nyusun sebuah daftar kosakata dasar yang terdiri dari 100 kata. Akan tetapi ada beberapa ahli yang menyangsikan hasil yang akan dicapai dengan daftar yang terdiri dari 100 kata (Keraf, 1984: 126). Artinya, dengan menggunakan 200 kata untuk penelitian jauh lebih baik dibanding hanya menggunakan 100 kata. Dikarenakan, dengan menggunakan 100 kata untuk penelitian kesalahan yang dilakukan akan lebih besar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Keraf (1984: 126), bahwa meru pakan kekeliruan untuk menyusun suatu daftar yang lebih singkat, karena semakin singkat suatu daftar, semakin besar pula peluang untuk membuat kesalahan.
Keraf (1984: 126), juga
mengungkapkan bahwa daftar yang baik adalah daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata. Daftar tersebut membawa keuntungan di dalam penelitian, karena terdiri dari kata-kata yang non-kultural, serta retensi kata dasarnya telah diuji dalam bahasa-bahasa yang memiliki naskah-naskah tertulis. Oleh karena itulah dalam penelitian ini peneliti menggunakan 200 kosakata dasar yang telah disusun oleh Morris Swadesh sebagai alat utama untuk memperoleh kosakata dasar bahasa Melayu Bali.
Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶ͵ Bahasa Melayu yang ada di Bali belum
banyak diketahui keberadaannya, maka dari itu peneliti ingin meneliti tentang bahasa Melayu yang ada di Bali. Peneliti menggunakan bahasa Melayu Bali untuk penelitian ini, dan judul penelitian ini adalah “Kajian ssFonetis Kosakata Dasar Bahasa Melayu Bali”. Peneliti mengharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengungkapkan informasi baru dalam dunia ragam bahasa Indonesia, dan dapat men dukung perkembangan dan pembinaan bahasa Indonesia.
Berdasarkan pengamatan peneliti, penelitian mengenai kosakata ini sudah pernah dilakukan sebelumnya. Salah satu penelitian tentang kosakata ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Bambang Irawan. 2002. “Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Mengarang Siswa Kelas II SLTP Negeri 3 Batu Tahun 2000/2001”. Pada penelitian tersebut mengulas tentang
hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan penggunaan istilah yang tepat, penggunaan EYD, dan diksi atau pilihan kata yang tepat dalam karangan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang wujud kata dasar dan fonetis kata kosakata dasar bahasa Melayu Bali pada masyarakat tutur Desa Loloan Kecamatan Negara Propinsi Bali.
Selama ini orang lebih mengetahui bahwa penduduk pulau Bali hanya
menggunakan bahasa Bali, yaitu bahasa Sansekerta dengan huruf Palawa. Hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa di pulau Bali ada daerah yang penduduknya
menggunakan bahasa Melayu, yaitu bahasa Melayu Bali. Dilihat dari namanya Melayu Bali, jelas, bahwa dalam beberapa persoalan bahasa ini memiliki karakter yang
membedakannya dengan bahasa Melayu Riau dan Pontianak. Contoh: kata pukul dalam bahasa Melayu (Riau dan Pontianak) tetap pukul, dan dalam bahasa Melayu Bali adalah
jagur dan lempag. Kata jagur dan lempag sendiri adalah berasal dari bahasa Bali.
Diketahui juga dalam penulisan, generasi baru berkecendrungan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa tulis, dan tidak dengan huruf pego. Maka dari itulah tidak semua orang dapat menguasai huruf pego, kecuali orang-orang yang berkecimpung di Pondok (Pesantren), atau yang pernah mondok (jadi santri).
Oleh karena itu, dengan adanya
penelitian ini, peneliti mengharapkan pembaca mendapatkan khasanah tentang ragam bahasa Indonesia, khususnya tentang bahasa Melayu Bali. Di daerah mana bahasa tersebut di gunakan, dan bagaimana penggunaannya.
TEORI Definisi Kata
Kata ialah satuan (unsur) bahasa terkecil, yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas (Moeliono, 1998: 395). Kata juga dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang memiliki satu pengertian (Chaer, 2003: 162).
Kata memiliki dua batasan yaitu, pertama, kata memiliki fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah, serta tidak dapat disisipi oleh fonem lain. Misalnya, kata kuku, urutan fonemnya adalah /k/u/k/u/. urutan ini tidak dapat diubah menjadi /u/k/k/u/, juga tidak dapat disisipi oleh fonem lain, seperti /k/u/t/k/u. kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, dapat digantikan oleh kata lain, dan juga dapat dipisahkan dari kata lain (Chaer, 2003: 163).
Penulisan Kata Dasar
Kata dasar ialah kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses morfologi lainnya, ditulis sebagai satu
kesatuan, terlepas dari kesatuan yang lainnya. Contoh, Mereka datang dari Jakarta dan Adik pergi ke sekolah (Chaer, 1988: 54-55).
Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶͶ Menurut Tarigan (1989: 3-4), kosakata
dasar tidak mudah berubah dan kemungkinan dipungut dari bahasa lain sangat kecil. Ia juga mengungkapkan bahwa kosakata dasar sudah termasuk dalam (a) istilah kekerabatan;
misalnya, Ayah, Ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua, (b) nama-nama bagian tubuh; misalnya, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, punggung, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah, nafas, (c) kata ganti (diri, petunjuk); misalnya, saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana, (d) kata bilangan pokok; misalnya, satu, dua, tiga, dan seterusnya, (e) kata kerja pokok;
misalnya, suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sihat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, mati, dan (f) benda-benda universal; misalnya, tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kata dasar merupakan kata asli yang belum mengalami proses imbuhan dan proses morpologi dalam bentuk apapun. Dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan, dan sangat kecil kemungkinan dipungut dari bahasa lain.
Kosakata dasar Morris Swadesh yang peneliti gunakanpun sudah mencakup kriteria di atas. Juga, sudah termasuk dalam kriteria yang disebutkan oleh Tarigan (1989: 3-4) yaitu (a) istilah kekerabatan; misalnya, Ayah, Ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua, (b) nama-nama bagian tubuh; misalnya, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, punggung, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah, nafas, (c) kata ganti (diri, petunjuk); misalnya, saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana, (d) kata bilangan pokok; misalnya, satu, dua, tiga, dan
seterusnya, (e) kata kerja pokok; misalnya, suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sihat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, mati, dan (f) benda-benda universal; misalnya, tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan.
Definisi Fonetik
Fonetik ialah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 2003: 103). Jadi semua bunyi bahasa dapat dipelajari melalui bidang fonetik.
Klasifisikasi fonetik
Fonetik dapat diklafisikasikan menjadi fonetik artikolatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Fonetik artikulatoris bisa disebut fonetik organis atau fonetik fisiologis, yaitu mempelajar tentang mekanis alat-alat bicara manusia yang bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaiman bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam; sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita (Chaer, 2003: 103).
Dari ketiga fonetik di atas yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik ini yang berkenaan dengan masalah bagaiman bunyi-bunyi itu diklsifikasikan atau diucapkan manusia. Fonetik akustik berkenaan dengan bidang fisika; dan fonetik auditoris lebih berkenaan dengan bidang kedokteran (Chaer, 2003: 103).
Hal yang paling utama dalam artikulatoris adalah alat ucap manusia yang berfungsi untuk menghasilkan bunyi bahasa. Adapun alat ucap tersebut juga ada yang
Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶͷ memilki fungsi utama lain yang bersifat
biologis misalnya, paru-paru untuk bernafas dan gigi untuk mengunyah (Chaer, 2003:104).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada tiga klasifikasi dalam fonetik, yaitu, fonetik artikulatoris atau fonetik
organis, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Dari ketiga fonetik di atas, yang digunakan di dalam dunia linguistik adalah fonetik
artikulatoris, karena fonetik inilah yang berkenaan dengan cara penglasifikasian bunyi dan bagaimana bunyi tersebut diucapkan oleh manusia.
Tulisan Fonetik
Tulisan fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf latin yang ditambah dengan sejumlah diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf latin tersebut. Hal ini dilakukan karena abjad latin mempunyai 26 huruf atau grafem, sedangkan bunyi bahasa sangat banyak. Misalnya, dalam huruf latin yang melambangkan bunyi vokal ada lima buah huruf yaitu a, i, e, o dan u, sedangkan
Indonesia memilki enam buah huruf, yaitu, a, i, e, o, u, dan F (Chaer, 2003:109).
Dalam tulisan fonetik, setiap bunyi, baik yang segmental maupun yang
suprasegmental dilambangkan secara akurat. Artinya setiap bunyi memiliki lambang-lambangnya sendiri, meskipun perbedaannya hanya sedikti (Chaer, 2003:110).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa setiap kata dalam sebuah bahasa memiliki bunyi-bunyi bahasa yang berbeda. Juga, setiap bunyi memiliki lambang-lambang sendiri.
Variasi Lafal
Chaer (1988: 39-40) mengungkapkan bahwa dalam pertuturan ada sejumlah kata yang diucapkan orang secara agak berbeda, sehingga kata-kata tersebut seolah-olah mempunyai dua macam bentuk ucapan atau lebih. Kata-kata tersebut antara lain:
a) Yang vokal /u/ bervariasi dengan vokal /o/, atau sebaliknya.
Contoh pada kata Bahasa Indonesia: - kunci konci
- lubang lobang - bungkuk bongkok
b) Yang vokal /i/ bervariasi dengan vokal /e/, atau sebaliknya.
Contoh pada kata bahasa Indonesia: - nasihat nasehat - hakikat hakekat - senin senen
c) Yang vokal /h/ bervariasi dengan yang bukan konsonan /h/, atau sebaliknya. Contoh pada kata bahasa Indonesia:
- hembus embus - hisap isap - hutang utang
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa di dalam sebuah kata, ada huruf yang dibaca berbeda dengan huruf aslinya. Artinya, huruf yang satu dapat berubah posisi menjadi huruf lain setelah diucapkan. Contoh, huruf /u/ berubah menjadi huruf /o/ saat di ucapkan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh pembahasan sebagai berikut. 1) Bentuk Penulisan Kata Kosakata Dasar
Bahasa Melayu Bali Secara Fonetis Bentuk penulisan kata kosakata dasar Bahasa Melayu Bali adalah huruf pego. Sama halnya dengan bentuk penulisan Bahasa Melayu asli, yaitu Pontianak dan Sulawesi Selatan.
2) Bentuk Variasi Fonetis Kata kosakata Dasar Bahasa Melayu Bali
Variasi fonetis bahasa Melayu Bali sangat variatif. Variasi fonetis banyak terjadi pada vokal /i/ dan vokal /u/. a) Vokal /i/ bervariasi sebanyak dua buah
vokal yaitu vokal /e/ dan vokal /E/. Begitupun dengan variasi fonetis pada vokal /i/. Variasi fonetis pada vokal /i/ tidak hanya variasi dengan vokal /e/,
Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶ tetapi juga variasi dengan vokal vokal /E/.
Variasi fonetis pada vokal /i/ kosakata dasar bahasa Melayu Bali juga lebih banyak dibandingkan dengan variasi fonetis vokal /i/ kosakata dasar bahasa Indonesia. Variasi fonetis vokal /i/ pada bahasa Indonesia hanya sampai pada vokal /e/ saja, sedangkan variasi fonetis vokal /i/ tidak hanya sampai pada vokal /e/ tetapi juga sampai pada vokal /E/.
b) Vokal /u/ variasi sebanyak 2 buah vokal, yaitu vokal /o/ dan vokal / /. variasi fonetis vokal /u/ tidak hanya sampai pada vokal /o/, tetapi juga sampai pada vokal / /. Variasi fonetis vokal /u/ pada kosakata dasar bahasa Melayu Bali lebih banyak dibandingkan dengan variasi fonetis vokal /u/ pada kosakata dasar bahasa Indonesia. Variasi fonetis vokal /u/ pada kosakata dasar bahasa Indonesia hanya sampai pada vokal /o/, sedangkan variasi fonetis vokal /u/ pada kosakata dasar bahasa Melayu Bali tidak hanya sampai pada vokal /o/, tetapi juga sampai pada vokal / /. c) Vokal /a/ variasi sebanyak satu buah
vokal, yaitu vokal /a/ vokal bervariasi dengan vokal /F/. Variasi fonetis vokal /a/ pada kosakata dasar bahasa Indonesia tidak ada. Akan tetapi pada kosakata dasar bahasa Melayu Bali ada.
d) Variasi fonetis konsonan /h/ kosakata dasar bahasa Melayu Bali lebih sedikit dibandingkan dengan variasi fonetis konsonan /h/ kosakata dasar bahasa Indonesia. Adapun jumlah konsonan /h/ yang variasi dengan yang bukan konsonan /h/ sebanyak 18 buah kata. Sembilan buah kata terletak di awal kata, sedangkan sembilan buah kata terletak di akhir kata. Perbedaan variasi ini terletak pada letak konsonan yang mengalami variasi. Pada
kosakata dasar bahasa Melayu Bali, variasi terjadi di awal dan di akhir kata,
sedangkan pada kosakata dasar bahasa Indonesia hanya terletak di awal kata. e) Variasi fonetis bahasa Melayu Bali yang
tidak terdapat pada variasi fonetis kosakata dasar bahasa Indonesia adalah:
(a) Konsonan /k/ berealisasi dengan konsonan /?/.
(b) Konsonan /q/ berealisasi dengan konsonan /?/.
KESIMPULAN
Kesimpulan secara umum yang diperoleh, bentuk penulisan kata kosakata dasar bahasa Melayu bali adalah huruf pego. Variasi fonetis kosakata dasar bahasa Melayu Bali lebih banyak dibandingkan dengan kosakata dasar bahasa Indonesia.
Jurnal Artikulasi Vol 4No.2 Agustus 2007ͳͶ DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhrata Karya Aksara.
... dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
..., 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode penelitian dan kajian. Bandung: PT Erosco.
Keraf, Gorys.1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta. Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono, Anton M. 1998. Kamus Besar Bahasa ndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pateda, Mansoer. 1990. Lnguistik Terapan. Bandung: Nusa Indah.
Saidi, Shaleh. 1985. Linguistik Bandingan Nusantara. Denpasar: Nusa Indah.
Sumarsono dan Paina Pratana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.