• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Kata Morfologi berasal dari kata Morphologie. Kata Morphologie berasal dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Kata Morfologi berasal dari kata Morphologie. Kata Morphologie berasal dari"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

8

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data pada bab selanjutnya.

2.1 Morfologi

Kata Morfologi berasal dari kata Morphologie. Kata Morphologie berasal dari bahasa Yunani, kata Morphe yang digabungkan dengan kata Logos. Morphe berarti bentuk dan Logos berarti ilmu. Bunyi (o) yang terdapat diantara kata Morphed dan Logos adalah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan unsur makna pembentukannya, morfologi berarti ilmu tentang bentuk kata.

O’Grady (1997: 132) mengemukakan pendapatnya bahwa “Morphology is the system of the categories and rules involved in word formation and interpretation”. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem kategori dan peraturan mengenai pembentukan dan interpretasi kata. Katamba (1993: 3) mengatakan bahwa “Morphology, the study of the internal structure of words did not emerge as a distinct sub-branch of linguistics until the nineteenth century”. Menurutnya, Morfologi ialah studi struktur internal kata-kata yang tidak muncul sebagai sub-cabang yang berbeda dari linguistik sampai abad ke-19.

Namun, Burling (1992: 38) berpendapat bahwa “Morphology is a study of the way words are built up from smaller parts”. Morfologi adalah ilmu yang

(2)

mempelajari bagaimana cara suatu kata dibentuk dari bagian yang kecil. Hal yang serupa dikemukakan oleh Spencer (1998: 1), “Morphology is at the conceptual centre of linguistics. This is not because it is the dominant sub discipline, but because morphology is the study of word structure”.

Dalam studi kebahasaan berarti morfologi ialah ilmu yang mempelajari bentuk kata. Secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi yaitu morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Maka dari itu, morfologi adalah suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata. Dari beberapa pendapat tentang morfologi tersebut dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari morfem atau bagian-bagian kata yang mengalami pembentukan kata.

2.2 Morfem

Aronof dan Fudeman (2005: 2) dalam bukunya menyatakan “A major way in which morphologist investigate words, their internal structure, and how they are formed is through the identification and study of morphemes, often defined as the smallest linguistic pieces with a grammatical function”.

Chaer (2003: 146) menyatakan bahwa Morfem diartikan sebagai satuan fungsional, morfem merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Morfem bersifat arbriter, yang berarti hubungan antara bunyi dari suatu morfem dan maknanya sama sekali berbentuk konvensional, bukan pada objek yang diwakilinya.

(3)

Yule (2006: 63) mengatakan bahwa “Morpheme is a minimal unit of meaning or grammatical function” yaitu morfem adalah satuan makna atau fungsi gramatikal terkecil.

Sebagai kesatuan pembeda makna, morfem merupakan bentuk terkecil atau tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang lebih kecil. Dengan kata lain pengertian umum morfem adalah kesatuan bentuk gramatikal terkecil dan sudah mengandung arti serta tidak dapat diuraikan lagi.

2.2.1 Root(base) dan Stem

Root digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksional maupun derivasionalnya dihilangkan, Chaer (2007: 160). Misalnya, kata ‘untouchable’, proses pembentukan kata ‘untouchable’ adalah kata ‘touch’ yang mendapatkan prefiks –un- dan suffiks ‘able’ dan yang menjadi root nya adalah kata touch.

Menurut O’Grady dan Guzman (1997: 114-115) “the root morpheme constitutes the core of the word and carries the major component of its meaning. Roots typically belong to a lexical category –noun(N), verb(V), adjective(A), or preposition(P)”. Lalu beliau menambahkan,”A base is the form to which an affix is added. In many cases the base is also the root”. Jadi, maksud dari pengertian tersebut adalah root merupakan sebuah inti dari kata dan memiliki makna selain itu root juga

(4)

memiliki kelas kata atau kategori leksikal seperti noun, verb, adjective, atau preposition.

Menurut Zapata (2007: 3), Roots (or bases) are the morphemes (free or bound) that carry the principal or basic concept, idea or meaning in a word. They generally constitute the nuclei or cores of words. When roots are free morphemes, they constitute content (and function) words by themselves, such as book, dog, house, carry, quick, early, etc.

Lalu beliau menambahkan bahwa stems are free roots to which derivational affixes have been added or are likely to be added. In this sense, a stem = a root, as in fish, place; a stem = a root + one or more derivations, as in comfortable, uncomfortable, uncountableness.

Maksud dari pendapat tersebut adalah root(base) merupakan sebuah morfem yang mempengaruhi konsep dasar, ide, atau makna dalam sebuah kata. Root adalah inti dalam sebuah kata. Disaat root merupakan morfem bebas, root merupakan fungsi dari kata itu sendiri. Namun stem adalah sebuah root bebas yang sudah mengalami penambahan derivasional afiks seperti kata comfort menjadi comfortable karena ada penambahan afiks –able pada kata tersebut. Maka kata tersebut dapat disebut stem. Dari penjelasan yang dijelaskan berdasarkan teori di atas, root adalah sebuah kata dasar yang tidak memiliki imbuhan dan memiliki makna beserta kategori leksikal yang terkandung dari kata itu sendiri. Stem merupakan sebuah kata dasar yang mendapat imbuhan derivasional dalam kata tersebut.

(5)

2.2.2 Morfem Bebas

Morfem bebas (free morpheme) dapat berupa kata dasar yakni kata-kata yang belum memperoleh imbuhan tetapi sudah mengandung arti penuh pada waktu digunakan dalam pembicaraan atau penuturan. Dengan kata lain morfem bebas adalah morfem yang dapat diucapkan secara tersendiri. Sedangkan pengertian morfem bebas (free morpheme) menurut Kirsten Mills (1998) “A morpheme that can stand alone as a word without another morpheme. It does not need anything attached to it make a word”. Contoh pada kata cat dan book.

Mills berpendapat (1991: 490) “A free morpheme is a grammatical unit that can occur by itself. However, other morpheme such as affixes can be attached to it”. Menurut pendapatnya adalah sebuah morfem bebas merupakan sebuah unit gramatikal yang dapt berdiri sendiri. Namun, morfem-morfem lain seperti afiks, dapat dilekatkan. Yule (2006:63) menjelaskan bahwa, “Free morphemes, morpheme that can stand by themselves as single word, for example open and tour”. O’Grady, dkk (1997: 714) menyebutkan bahwa “Free morpheme is a morpheme that can be a word by itself”. Morfem bebas adalah morfem yang dapat menjadi sebuah kata dari kata itu sendiri. Sejalan dengan beberapa pendapat diatas, morfem bebas adalah sebuah kata dasar yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya imbuhan dan memiliki makna atau fungsi kelas kata.

(6)

2.2.3 Morfem Terikat

Pengertian Morfem terikat (Bound morpheme) menurut Mills (1998) adalah, “A sound or a combination of sounds that cannot stand alone as a word”. Pada suffix –s dalam kata Cats merupakan morfem terikat dan tidak mempunyai arti tanpa morfem Cat. Morfem terikat (bound morpheme) terbagi menjadi dua yaitu Inflectional morpheme dan Derivational morpheme.

Mills (1998) menyatakan, “This morpheme can only be a suffix. The s in cats is an inflectional morpheme. An Inflectional morpheme creates a change in the function of the word”. Inflectional morpheme ini digunakan untuk menunjukan kata yang bersifat jamak atau tunggal dan tidak mengubah kelas kata. Contoh morfem infleksi –s pada kata books menunjukan kata benda jamak. Sedangkan bentuk Derivational morpheme menurut Kirsten Mills (1998), “This type of morpheme changes the meaning of the word or the part of speech or both. Derivational morphemes often create new words”. Jadi derivational morpheme adalah morfem yang dapat merubah makna atau kelas kata yang membentuk kata baru. Contoh penambahan morfem un- pada kata sifat happy akan berubah menjadi unhappy dan memiliki makna yang berbeda.

O’Grady (1997: 134) berpendapat bahwa “Bound morpheme is a morpheme that must be attached to another element”. Maksud dari pendapat tersebut adalah morfem terikat adalah suatu morfem yang harus dihubungkan dengan unsur lain. Yule (2006: 63) mengatakan bahwa, “Bound Morpheme, which are those forms that can’t normally stand alone and are typically attached to another form”. Jadi, morfem

(7)

terikat adalah sebuah imbuhan yang tidak memiliki arti dan tidak dapat berdiri sendiri, morfem terikat ada yang dapat merubah makna dan tidak pada suatu kata.

2.3 Kata

Kata merupakan suatu satuan gramatikal dari jenis teoritis yang sama seperti morfem dan kalimat. Kata juga dapat didefinisikan sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat berdiri sendiri, yang terjadi dari morfem tunggal atau morfem gabungan. Kata adalah satuan terkecil dalam bahasa yang biasa berdiri sendiri. Sedangkan menurut Trask (1999: 342), “A linguistic unit typically larger than a morpheme but smaller than a phrase”. Sebuah unit bahasa yang lebih besar dari sebuah morfem tapi lebih kecil dari frasa.

Katamba memberikan pengertian tentang kata yang terdapat dalam sebuah tulisan. Katamba (1993: 18-19) menyatakan bahwa “Words refers to a particular physical realization of that lexeme in speech or writing. Word can also be seen as a representation of a lexeme that is associated with certain morph-syntactic such as noun, adjective, verb, tense, gender, number, etc”. Sejalan dengan pendapatnya, kata mengacu pada realisasi fisik leksem tertentu baik dalam ujaran maupu tulisan. Kata juga dapat dilihat sebagai representasi dari sebuah leksem yang berhubungan dengan morfem sintaksis tertentu seperti noun, adjective, verb, tense, jenis kelamin, nomor, dan sebagainya. Penulis dapat menyimpulkan bahwa kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.

(8)

2.3.1 Kelas kata (Kategori Leksikal)

Menurut Leech (2006: 126), “Word class (traditional term; part of speech) is a set of word which form. A class in terms of their similarity of form, function, and meaning”. Leech berpendapat bahwa kelas kata adalah kumpulan kata-kata yang terbentuk. Kelas kata yang didalamnya memiliki kesamaan bentuk, fungsi, dan arti. Sedangkan menurut Richard (1989: 209) “Part of speech is a traditional term to describe the different types of word which are used to form sentences, such as noun, pronoun, verb, adjective, adverb, preposition, conjunction and interjection”. Kelas kata adalah istilah umum untuk menjelaskan perbedaan dari kategori kata yang digunakan untuk membuat sebuah kalimat.

Menurut Payne (1997:32) Lexical categories may be defined in terms of core notions or ‘prototypes’. Given Forms may or may not fit neatly in one of the categories (see Analyzing lexical categories). The category membership of a form can vary according to how that form is used in discourse. Kategori leksikal dapat didefinisikan ke dalam hal gagasan utama. Kategori dapat bervariasi sesuai dengan bagaimana bentuk yang digunakan dalam wacana.

O’Grady dan Guzman (1997: 114-115) menjelaskan “Roots typically belong to a lexical category –noun(N), verb(V), adjective(A), or preposition(P)”. Dari beberapa teori yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam kategori leksikal/kelas kata diantaranya adalah noun, pronoun, verb, adjective, adverb, dan preposition. Berikut adalah penjelasan rinci dari kelas kata/kategori leksikal:

(9)

2.3.1.1 Noun

Menurut Sue Baugh (1993: 04) “noun refer to a person, place, or thing (objects,concepts, ideas, or events)” Artinya noun mengacu pada kelompok kata yang menunjukkan orang, tempat, atau benda.

Contoh:

(7) Rendy is a doctor

Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa kata Rendy merupakan kata dengan kelas kata noun demikian juga pada kata doctor yang memiliki kelas kata noun.

(8) She go to the beach

Dari contoh di atas terdapat kata she yang berfungsi sebagai noun dan kata beach yang memiliki kelas kata sebagai noun.

2.3.1.2 Pronoun

Sue Baugh (1993: 06) menyatakan bahwa, “Pronouns take a place of one or more nouns or a group of words in a sentence. Like nouns, they can be used to refer to a person, place, or thing”. Menurutnya, pronoun mengacu pada satu noun atau lebih atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.

Contoh:

(10)

Kata she merupakan pronoun yang mengacu pada kata Nina pada kalimat sebelumnya.

2.3.1.3 Verb

Verb merupakan suatu kata yang menyatakan tindakan, pernyataan, keadaan, kondisi, dan aktivitas sesuai dengan kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Menurut Trask (1999: 34), “Verb is the part of speech which includes like go, see, understand, and seem”. Kata kerja atau verb adalah kata yang menyatakan pekerjaan atau aktifitas atau kata yang dalam kalimat berfungsi sebagai predikat.

Contoh:

(10) Karent drink a cup of coffee.

Kata drink merupakan verb yang menyatakan suatu tindakan yang dilakukan oleh subyek Karent.

(11) My father give me some money.

Dalam kalimat tersebut terdapat kata give yang berfungsi sebagai verb karena merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh subjek my father.

(11)

Kata hug dalam kalimat di atas merupakan verb yang menyatakan suatu tindakan yang dilakukan oleh subjek I.

2.3.1.4 Adjective

Kelas kata sifat atau adjective memiliki fungsi untuk menerangkan atau menambahkan makna terhadap noun, Pada umumnya dapt ditandai dengan frasa; very dan most. Kroeger (2005: 33) menjelaskan bahwa “Adjective is a word that describe a state”.

Contoh:

(13) The restaurant has a delicious pasta.

Kata delicious dalam kalimat tersebut merupakan adjective karena menerangkan noun pasta.

(14) Cats are clean animals.

Kata clean dalam kalimat di atas memiliki kelas kata adjective yang menerangkan sebuah noun dari kata cats.

(15) It was a nice day.

Dalam kalimat tersebut terdapat kata nice yang berfungsi sebagai adjective yang menerangkan sebuah noun dari kata day.

(12)

2.3.1.5 Adverb

Klammer (1999: 79) menyatakan bahwa “adverbs modify verbs (she swims quickly), adjective (Bill’s car is mechanically sound), other adverbs (Andrew drove incredibly fast), and even hole sentence (obviously, someone ate the rest of the pizza)”. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa adverb adalah kata yang menerangkan verb, adjective, kata keterangan lainnya, atau keseluruhan kalimat.

Berdasarkan pendapat diatas, adverb dapat digunakan untuk menerangkan cara (manner), waktu (time), dan tempat (place).

Contoh:

(16) She walk slowly (menerangkan cara).

Kata slowly pada kalimat di atas merupakan kata yang menerangkan cara pada kata walk.

(17) Roy have a breakfast this morning (menerangkan waktu)

Kata this morning pada kalimat di atas merupakan kata yang menerangkan waktu yang dilakukan saat kejadian tersebut berlangsung.

(18) Jane stay here (menerangkan tempat).

Kata here pada kalimat di atas merupakan kata yang menerangkan tempat yang ditujukan dari kata stay.

(13)

2.3.1.6 Preposition

Preposisi berfungsi sebagai penunjuk hubungan posisi, arah, waktu dan lainnya antara satu kata dengan lainnya.

Contoh:

(19) She wrote a letter for her brother this morning.

Pada kalimat di atas, kata letter dan her brother dihubungkan dengan menggunakan prepposition for.

(20) I put the book on the table.

Dalam kalimat tersebut terdapat kata on yang menunjukkan hubungan posisi antara kata book dan table.

2.4 Proses morfologis

Spencer (1998: 1) menyatakan bahwa, “Morphology is at the conceptual centre of linguistics. This is not because it is the dominant subdiscipline, but because morphology is the study of word structure”. Menurutnya, morfologis adalah cara pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lainnya. Dalam berbagai bahasa terdapat beberapa proses pembentukan kata seperti (Affixation), (Compounding), (Blending), (Clipping), dan (Conversion).

(14)

Yule (1985: 51) menyatakan bahwa “Word formation process is a way of forming new words or terms from the use of old word. The processes consist of affixation, compounding, blending, clipping, back-formation, conversion, acronyms, and derivation”. Hal yang senada juga dikemukakan oleh O’Grady (1996: 143-163) yang menyatakan macam-macam proses pembentukan kata meliputi Affiixation, Compounding, Blending, Clipping, Back-formation, Acronym, Conversion, dan Derivation. Berikut ini adalah macam-macam proses pembentukan kata beserta contohnya:

2.4.1 Affixation

Afiks adalah suatu suku kata (yang bukan merupakan suatu kata). Afiks dapat ditambahkan pada kata untuk menghasilkan kata yang lainnya. Sedangkan Menurut O’Grady (1997: 117), “An extremely common morphological process in language is affixation, the addition of an affix”. Kemudian Aronoff (1988: 234), berpendapat bahwa “Affix is bound morphem that attaches to a root or a steam to form a new lexeme (derived from) or an inflected from or stem of an existing lexeme”. Afiks adalah bagian dari bound morpheme yang melekat pada akar kata untuk membentuk leksim baru dan tidak dapat berdiri sendiri seperti kata pada umumnya.

Katamba (1993: 44) menyatakan bahwa “an affix is a morpheme which only occurs when attached to same other morpheme or morphemes such as a root or stem or base”. Menurut pendapatnya afiks merupakan morfem yang terjadi ketika melekat pada beberapa morfem lainnya atau morfem seperti root atau stem atau base.

(15)

Sedangkan O’grady dan Guzman (1997: 117) berpendapat bahwa, “normally, linguists distinguish among three types of affix. An affix that is attached to the front of its base is called a prefix whereas an affix that is attached to the end of its base is termed suffix”. Menurut beliau, ada tiga jenis afiks yaitu afiks yang melekat pada bagian depan pokok kata disebut prefiks dan sufiks ialah afiks yang melekat dibagian belakang pokok kata. Lalu beliau menambahkan, “Far less common than prefixes and suffixes are infixes, a type of affix that occurs within a base”. Afiks selain prefiks dan sufiks adalah infiks yaitu dengan cara menyisipkan imbuhan di tengah suatu kata.

Jadi maksud dari beberapa pendapat tersebut, afiks merupakan imbuhan yang melekat pada kata dasar dan dapat merubah makna atau kelas kata pada kata tersebut. Sejalan dengan pendapat teori di atas, terdapat tiga jenis yaitu prefiks, sufiks, dan infiks. Namun dalam bahasa inggris hanya terdapat dua afiks saja yang dimiliki yaitu sufiks dan prefiks, imbuhan infiks dapat ditemukan dalam bahasa asing lainnya. Berikut penjelasannya:

1. Prefiks

Prefiks ialah afiks yang mendahului sebuah pokok kata, atau prefix merupakan afiks yang harus dirangkaikan di depan sebuah pokok kata. Dengan kata lain prefiks merupakan imbuhan yang melekat sebelum root seperti :

Contoh :

(16)

Kata dislike tersebut memiliki prefiks yaitu dis-. Karena imbuhan dis- tersebut mendahului pokok kata yaitu kata like atau dengan kata lain imbuhan dis- tersebut melekat sebelum (root) like.

2. Sufiks

Sufiks adalah afiks yang ditambahkan di akhir sebuah kata. Sufiks adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhiran kata dari suatu morfem bebas yang biasanya merubah kelas kata dari morfem yang dilekatkannya. Sufiks adalah imbuhan yang melekat setelah root.

Contoh:

(22) -er  dancer

Kata dancer tersebut memiliki sufiks yaitu –er, karena imbuhan -er tersebut dilekatkan pada akhiran kata dari suatu morfem bebas yaitu kata dance atau dengan kata lain imbuhan –er tersebut diletakkan setelah kata dance.

3. Infiks

Infiks adalah imbuhan yang disisipkan di tengah atau di dalam root itu. Proses infiks dapat ditemukan dalam bahasa asing lainnya seperti pada bahasa filiphina berikut;

(17)

(23) lakad (base) + –um  l(-um)akad = lumakad

Kata lumakad di atas memiliki infiks –um, karena imbuhan –um tersebut disisipkan ke dalam root yaitu lakad. Dengan kata lain imbuhan –um tersebut dimasukkan di tengah root.

(24) takbuh (base) + -um  t(-um)akbuh = tumakbuh

Kata tumakbuh di atas memiliki infiks –um, karena imbuhan –um tersebut disisipkan ke dalam root yaitu takbuh. Dengan kata lain imbuhan –um tersebut dimasukkan di tengah root.

2.4.2 Derivation

Definisi derivation menurut O’Grady (1997: 122) adalah “Derivation forms a word with a meaning and/or category distinct from that of its base through the addition of an affix”. Kemudian beliau menambahkan bahwa “They formed by adding the suffix –er to a verb to form a noun with the meaning one who does X. “Writer” usually refers to someone who writes for a living, “comparable” means simillar rather than able to be compared”. Menurut pendapatnya derivasi merupakan proses membentuk sebuah kata dengan menambah afiks pada sebuah kata dasar/root sehingga makna atau kategori kata pada kata tersebut mengalami perubahan.

(18)

(25) write  writer

Kata writer merupakan kata yang mengalami penambahan sufiks –er di akhir kata pada kata write. Sehingga kategori dan maknanyapun berubah menjadi noun yang bermakna someone who writes for a living.

2.4.3 Compounding

Compounding adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan dua kelas kata atau lebih menjadi satu bentuk baru. Fabb (2001:68) menyatakan bahwa “A compound is a word which consists of two or more words”. Menurutnya, Compounding adalah kata yang susunan penggabungannya memiliki dua kata atau lebih.

Zapata (2007: 4), berpendapat bahwa “consists in the combination of two or more (usually free) roots to form a new word. For example, the word blackboard, heartfelt, brother-in-law are compound words; they are made up of the roots (at the same time words themselves) black and board, heart and felt, brother, in and law, respectively.

Jadi, Compounding adalah kombinasi antara dua huruf terpisah yang digabungkan dan membentuk kata baru. Sedangkan menurut O’ Grady dan Guzman (1996: 151), Compounding dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori , yaitu: Compound noun, Compound verb, dan Compound adjective.

(19)

Compound noun adalah kata yang terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih yang dapat berdiri sendiri, dimana kata tersebut terbentuk dari noun dan noun.

Contoh:

(26) Classroom (n)  class(n) + room(n)

Kata classroom merupakan bentuk Compound noun karena kata classroom tersebut terbentuk dari gabungan dua kata yaitu class yang memiliki kelas kata noun dan room yang juga memiliki kelas kata noun.

b. Compound verb

Compound verb adalah kata yang terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih yang dapat berdiri sendiri, dimana kata tersebut terbentuk dari noun dan verb.

Contoh:

(27) Pushbutton (n)  push (v) + button (n)

Kata pushbutton merupakan bentuk Compound verb karena kata pushbutton tersebut terbentuk dari gabungan dua kata yaitu push yang memiliki kelas kata verb dan button yang memiliki kelas kata noun.

(20)

Compound adjective adalah kata yang terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih yang dapat berdiri sendiri, dimana kata tersebut terbentuk dari noun dan adjective.

Contoh:

(28) Blackboard (n)  black (adj) + board (n)

Kata Blackboard merupakan bentuk Compound adjective karena kata Blackboard tersebut terbentuk dari gabungan dua kata yaitu black yang memiliki kelas kata adjective dan button yang memiliki kelas kata noun.

2.4.4 Blending

Menurut William O’Grady (1997: 158), “Blends are words that are created from non-morphemic parts of two already existing items”. Sedangkan menurut Arronoff (2005: 133), “Blends also called portmanteau words, are formed by combining parts of more than one word”. Dengan kata lain, blending juga disebut campuran atau portamnteau yang dibentuk dari bagian kombinasi lebih dari satu kata.

Menurut Yule (2010: 55-56), “The combination of two separate forms to produce a single new term is also present in the process called blending. However, blending is typically accomplished by taking only the beginning of one word and joining it to the end of the other word”.

Dengan kata lain Blending adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan dua kata terpisah atau lebih yang menghasilkan istilah bentukan baru

(21)

dan menghilangkan bagian tertentu pada kata yang lama terlebih dahulu sebelum digabungkan menjadi kata baru.

Hal yang serupa dikemukakan oleh Yousefi (2009),

“ A Blending is a combination of two or more words to create a new one, usually by taking the beginning of the other words like spork (spoon + fork), fanzine (fan + magazine), bromance (brother+ romance) or spanglish (Spanish + English) are created. There are of course other ways to create a Blending : for example, you can take both beginnings of a word (cybernetic + organism  cyborg) or take a whole word and combine it with a part of another one (guess + estimate)  guesstimate.

Contoh:

(29) Breakfast + lunch  Brunch.

Kata brunch tersebut merupakan hasil dari penggabungan dari dua kata terpisah yaitu kata breakfast dan lunch. Lalu mengambil bagian kata dari masing-masing kedua kata tersebut sehingga menghasilkan istilah bentukan baru dengan menghilangkan bagian tertentu.

2.4.5 Clipping

Menurut O’Grady and Guzman (1996: 157) menyatakan bahwa “Clipping is a process where a polysyllabic word is eliminated its one or more syllable so that it becomes shorter”. Menurut pendapatnya Clipping adalah sebuah proses dimana suku kata mengalami pemotongan. Dengan kata lain Clipping merupakan proses pembentukan kata dengan cara memotong bagian dari kata itu sendiri. Clipping juga

(22)

didefinisikan sebagai proses pembentukan kata yang berasal dari kata yang memiliki lebih dari satu suku kata yang mendapat proses pemotongan kata pada bagian awal atau akhir.

Sedangkan menurut Zapata Baherra (2007: 8),

“Clipping is the process whereby new words are formed by shortening other words; by eliminating the initial part, the last part, or both parts, of those words. E.g., phone from (tele)phone, plane from (air)plane, ad from ad(vertisement), exam from exam(ination), flu from (in)flu(enza), fridge(esp. BrE) from refrigerator.”

Clipping adalah proses pembentukan sebuah kata dengan memotong bagian kata yang lain dengan menyisakan bagian kata itu baik di bagian awal, tengah, atau akhir kata. Bauer (1983:233) menyatakan bahwa, “Clipping refers to the process whereby a lexeme (simplex or complex) is shortened, while retaining the same meaning and still being a member of the same form class. Frequently clipping results in a change of stylistic level”. Menurutnya, Clipping mengacu pada proses dimana leksem dipersingkat (simpleks atau kompleks), sementara tetap mempertahankan arti yang sama dan masih menjadi anggota dari kelas bentuk yang sama. Sering juga clipping merupakan hasil dalam perubahan tingkat gaya bahasa.

Contoh:

(30) Ad berasal dari kata advertisement

Pada kata Ad tersebut megalami proses pemotongan suku kata dari kata Advertisement menjadi Ad. Kata Ad tersebut berasal dari kata yang memiliki lebih dari satu suku kata yang mengalami proses pemotongan kata –vertisement.

(23)

2.4.6 Back-formation

Back formation adalah suatu proses yang menciptakan kata baru dengan membuang jenis kata aslinya atau membubuhkan dari kata lainnya di dalam suatu bahasa, O’Grady dan Guzman (1996:158).

Contoh:

(31) Edit dari kata editor

Kata edit tersebut merupakan kata baru yang mengalami proses dengan membuang jenis kata aslinya yaitu edit-or menjadi edit.

2.4.7 Acronym

Acronym ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata. Menurut Quirk (1985),

“There are two main types of acronyms, namely, Acronyms which are pronounced as a word e.g., NASA (= National Aeronautics and Space Administration), radar = (radio detecting and ranging), laser (= light amplification by stimulated emission of radiation), UNESCO (= United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), BASIC (= Beginners' All-purpose Symbolic Instruction Code), COBOL (Common Business Oriented Language), etc.”

Lalu dia menambahkan hal yang serupa mengenai tipe acronym lainnya;

“Acronyms which are pronounced as sequences of letters (also called 'alphabetisms'); e.g., C.O.D. (= cash on delivery), MIT (= Massachusetts Institute of Technology), VIP (= very important person). In writing, the more institutionalized formations have no periods between their component letters.

(24)

This tendency is especially more common in British English than in American English; e.g., DIY (= do-it-yourself), FBI (= Federal Bureau of Investigations).”

Menurut pendapat beliau, terdapat dua jenis tipe acronym yaitu acronym yang cara pengucapannya seperti mengucapkan sebuah kata dan acronym yang cara mengucapkannya hanya menyebutkan huruf bagian depan atau inisial dari setiap kata tersebut. Seperti misalnya NASA dan VIP, NASA merupakan sebuah acronym yang cara pengucapannya seperti mengucapkan sebuah kata, sedangkan VIP sebuah acronym yang cara pengucapannya hanya dengan menyebutkan huruf inisialnya saja.

2.4.8 Conversion

Conversion merupakan proses pembentukan kata yang memiliki fungsi kelas kata lebih dari satu atau lebih yang berubah dari bentuk asli tanpa merubah ejaan walaupun secara maknanya mengalami perubahan dari makna kelas kata semula. O’Grady dan Guzman (1996: 132) menyatakan “Conversion is a process that assigns an already existing word to a new syntactic category. Even though it does not add an affix, conversion is often considered to be a type of derivation because of the change in category and meaning that it brings about”.

Pendapat lain mengatakan, “Conversion is the process by which new words are created by using a word in new functions (i.e., by shifting, changing or converting its original grammatical class to another class), without any change in its form”, Zapata (2007: 10). Menurutnya Conversion adalah proses menghasilkan kata baru dengan menggunakan kata tersebut dalam fungsi baru. Lalu beliau menambahkan,

(25)

“When the word water is used in the following sentence Give me some water, please it is used as a noun, which is probably its original (and more common) use. But when water is used in the sentence The children water the plants every morning, it is used in a new syntactic function, namely, as a verb, and no change in spelling or pronunciation has been made. In other words, the grammatical category of the word water has shifted from noun to verb”. Zapata (2007: 10).

Menurut beliau, ketika kata water digunakan pada kalimat Give me some water please, kata water tersebut berfungsi sebagai noun, yang memiliki bentuk original atau umum digunakan. Tetapi ketika kata water yang terdapat pada kalimat the children water the polants every morning, kata water tersebut berfungsi sebagai verb dan tidak merubah ejaan atau pengucapan yang sudah dibuat. Dengan kata lain, kategori gramatikal dari kata water sudah mengalami conversion dari noun menjadi verb.

Untuk mengetahui bentuk original atau base pada suatu kata yang terdapat dalam proses conversion, menurut Zapata kata original tersebut merupakan kata yang sering ditemukan atau umum digunakan. Dalam hal yang sama O’Grady dan Guzman (1996: 157) menyatakan,

“Conversion is the process of forming words without changing the form of input word that function as base. The base might be in a noun or verb form Katamba, (1993: 54). Occasionally, conversion is identified ‘zero derivation’ since there is a change in class and meaning when it is derived, for this of formation, examples can be seen in the words below; V derived from N: ship (the package), butter (the bread), button (the shirt), N derived from V: (a building) permit, (a new) suurvey, (a long) walk, V derived from A: dry (the clothes), empty (the box), and open (a door)”

(26)

Menurut Ingo Plag (2002: 134-135), “Conversion can be defined as the derivation of a new word without any overt marking. In order to find cases of conversion we have to look for pairs of words that are derivationally related and are completely identical in their phonetic realization”. Menurutnya, Conversion dapat didefinisikan sebagai derivasi dari kata baru tanpa ada tanda perubahan pada ejaan. Untuk menemukan kasus Conversion kita harus mencari pasangan dari kata-kata yang terkait dengan derivasi dan sangat identik dalam realisasi fonetisnya.

Dengan adanya penjelasan di atas conversion memiliki beberapa tipe seperti yang dijelaskan oleh Ingo Plag (2002: 135),

“different types of conversion can be distinguished, in particular noun to verb (1a), verb to noun (1b), adjective to verb (1c) and adjective to noun (1d). Other types can also be found, but seem to be more marginal (e.g. the use of prepositions as verbs, as in to down the can).

Menurutnya, tipe yang terdapat dalam conversion yaitu noun to verb, verb to noun, adjective to verb, dan adjective to noun.

2.5 Tipe Conversion

Dari beberapa teori yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa Conversion proses pembentukan kata yang memiliki fungsi kelas kata lebih dari satu atau lebih yang berubah dari bentuk asli tanpa merubah ejaan walaupun secara maknanya mengalami perubahan dari makna kelas kata semula. Berdasarkan teori diatas, Conversion dibagi menjadi beberapa tipe yaitu Noun to Verb, Verb to Noun, Adjective to Verb, dan Adjective to Noun.

(27)

2.5.1 Noun to Verb

Dalam tipe ini, kelas kata noun berubah menjadi kelas kata verb dengan konteks kalimat yang berbeda. Contoh;

a) (32) There is a bottle on the table b) (33) They bottle the mineral water

Kata bottle dalam kalimat (a) there is a bottle on the table, memiliki kategori leksikal/kelas kata sebagai noun. Selain itu kata bottle tersebut memiliki makna leksikal yaitu container with a narrow neck, for liquids. Namun, pada kalimat (b) They bottle the mineral water, kata bottle tersebut dapat pula memiliki kelas kata yang berbeda yaitu verb sehingga maknanya berubah menjadi to fill into a bottle. Bila sebuah kata dapat memiliki kelas kata dan makna yang berbeda tanpa merubah ejaan, maka kata tersebut telah mengalami conversion. Oleh karena itu kata bottle telah mengalami Conversion dari noun menjadi verb. Karena kata bottle memiliki kategori leksikal yang lebih dari satu (nv), maka secara makna kata bottle telah mengalami pergeseran.

2.5.1 Verb to Noun

Dalam tipe ini, kelas kata verb berubah menjadi kelas kata noun dengan konteks kalimat yang berbeda.

(28)

b) (34) She went into the next room to place her call

Kata call dalam kalimat (a) His name’s Hiroshi but everyone call him Hiro, memiliki kategori leksikal/kelas kata sebagai verb. Selain itu kata call tersebut memiliki makna leksikal yaitu give somebody a name; use particular name when talking to somebody. Namun, pada kalimat (b) She went into the next room to place her call, kata call tersebut dapat memiliki kategori leksikal/kelas kata yang berbeda yaitu noun sehingga bermakna an act or instance of telephoning. Bila sebuah kata dapat memiliki kelas kata dan makna yang berbeda tanpa merubah ejaan, maka kata tersebut telah mengalami conversion. Oleh karena itu kata call telah mengalami Conversion dari verb menjadi noun. Karena kata call memiliki kategori leksikal lebih dari satu (vn), maka secara makna kata call telah mengalami pergeseran.

2.5.3 Verb to Noun

Dalam tipe ini, kelas kata Adjective berubah menjadi kelas kata Verb dengan konteks kalimat yang berbeda.

a) (35) He is a calm person

b) (36) My aunt calm her baby so as not to cry

Kata calm dalam kalimat (a) He is a calm person, memiliki kategori leksikal/kelas kata sebagai adjective. Selain itu kata calm tersebut memiliki makna leksikal yaitu quite; peaceful person. Namun, pada kalimat (b) My aunt calm her baby so as not to cry kata calm tersebut dapat memiliki kategori leksikal/kelas kata

(29)

yang berbeda yaitu verb sehingga bermakna become or make somebody calm. Bila sebuah kata dapat memiliki kelas kata dan makna yang berbeda tanpa merubah ejaan, maka kata tersebut telah mengalami conversion. Oleh karena itu kata calm telah mengalami Conversion dari adjective menjadi verb. Karena kata calm memiliki kategori leksikal lebih dari satu (adjv), maka kata calm telah mengalami pergeseran.

2.5.4 Adjective to Noun

Dalam tipe ini, kelas kata Adjective berubah menjadi kelas kata Noun dengan konteks kalimat yang berbeda.

a) (37) Her father is extremely rich b) (38) The rich sympathize orphans

Kata rich dalam kalimat (a) Her father is extremely rich memiliki kategori leksikal/kelas kata sebagai adjective. Selain itu kata rich tersebut memiliki makna leksikal yaitu having a lot of money or property. Namun, pada kalimat (b) The rich sympathize orphans, kata rich tersebut dapat memiliki kelas kata yang berbeda yaitu noun sehingga bermakna rich people. Bila sebuah kata dapat memiliki kelas kata dan makna yang berbeda tanpa merubah ejaan, maka kata tersebut telah mengalami conversion. Oleh karena itu kata rich telah mengalami Conversion dari adjective menjadi noun. Karena kata rich memiliki kategori leksikal lebih dari satu (adjn), maka secara makna kata rich telah mengalami pergeseran.

(30)

2.6 Makna

Makna mempunyai ruang lingkup yang luas untuk dijabarkan maka tak jarang hal ini menyebabkan adanya keragaman dalam mengartikan makna suatu ujaran dan tulisan. Istilah makna terkadang membuat bingung pembaca ataupun penulis, namun untuk melihat makna suatu kata dapat menggunakan sebuah kamus. Makna yang dijelaskan dalam kamus merupakan makna leksikal. Makna adalah pertautan yang ada dalam unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata dan dapat disejajarkan dengan konsep.

Berikut beberapa definisi makna menurut beberapa ahli bahasa diantaranya Richards (1985: 172) yang mendefinisikan makna sebagai “What a language expresses about the world we live in or any possible or imaginary world”, menurut pendapatnya makna merupakan sesuatu yang diekspresikan oleh bahasa tentang dunia dimana kita hidup atau di dunia khayalan. Lyons (1983: 136) menjelaskan pengertian makna bahwa, “Meaning is ideas or concept, which can be transferred from the mind of hearer by embodying them, as it were, in the forms of one language or another”. Makna adalah gagasan atau konsep yang dapat dipindahkan dari pikiran pembicara ke pemikiran pendengar dengan menerapkan ke dalam bentuk suatu bahasa atau bentuk lain. Dari definisi makna dari Lyons dapat disimpulkan bahwa makna digunakan oleh orang yang menggunakan bahasa.

Selanjutnya O’Grady (1996: 275) mejelaskan, “meaning must be something that exists in the mind rather than the word and that it must be more abstract than pictures and that there is more to it than just features”. Menurutnya makna

(31)

merupakan sesuatu yang seharusnya ada dalam pikiran daripada kata dan bahwa hal itu harus lebih abstrak dari gambar dan bahwa ada lebih dari sekedar fitur.

Dari beberapa definisi makna di atas, dapat disimpulkan bahwa makna merupakan idea tau konsep yang dapat diekspresikan dari pemikiran penutur ke pikiran pendengar dalam hal abstrak kepada suatu bahasa lain dan dapat diaplikasikan kepada seseorang yang menggunakan bahasa.

2.6.1 Jenis-jenis Makna

Makna sangat beragam dan memiliki jangkauan yang luas, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Chaer (1994: 289) bahwa karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan di dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda”. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu kata dapat memiliki lebih dari satu makna dan setiap ungkapan tidak selalu memiliki acuan. Chaer (1994: 289) mengemukakan jenis-jenis makna sebagai berikut:

2.6.1.1 Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau pada leksem meski tanpa konteks apapun. Makna leksikal dapat juga dikatakan sebagai makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna leksikal adalah makna yang ada di dalam kamus. Makna yang ada di dalam kamus lepas dari penggunaan atau konteksnya. Dengan demikian untuk mengetahui makna mana yang paling tepat digunakan kita haruslah melihat

(32)

seluruh rangkaian kata yang ada. Makna leksikal juga dapat didefinisikan sebagai sebuah makna yang berkaitan dengan daftar makna standar dari sebuah makna leksikal sederhana, seperti yang dikatakan oleh Butler (2005:245) “Lexical meaning is a matter of listing standard meaning of simple lexical meaning properties”. Sedangkan O’Grady (1996: 169) berpendapat bahwa makna leksikal adalah makna dari sebuah kata yang relevan pada interpretasi sebuah kalimat, lexical meaning provides the information about the meaning of individual words relevant to the interpretation of sentences”.

Contoh:

(39) Milk

Makna leksem milk adalah white liquid produced by female mammals as food for their young.

2.6.1.2 Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang timbul jika terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi (Chaer, 1994:290). Misalnya afiks un- pada kata unemployment tersebut akan menimbulkan makna yang berbeda dengan kata employment. Proses afiksasi pada kata tersebut dapat memberikan makna yang negatif. Makna gramatikal sering disebut dengan makna struktural karena proses dan satuan gramatikal selalu berkaitan dengan struktur kebahasaan. Menurut Butler (2005: 246) “Grammatical meaning is the some of total

(33)

of the meanings of the constituent words in a complex expression and the result of the way the constituent are combined in the literal meaning”. Maksudnya makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat adanya unsur bahasa dalam struktur atau berfungsinya sebuah kata dalam kalimat.

Memaknai sebuah kalimat dalam makna gramatikal sudah seharusnya dilihat sesuai konteks kalimat, mempertimbangkan aturan kalimat atau grammar yang digunakan dalam setiap kata yang sudah diatur sesuai syarat yang berlaku. Widowson (1996: 54), The grammatical processes can be as playing a supportive role whereby existing units of lexical meaning are organized, modified, and tailored to requirements”.

Contoh:

(40) There are a lot of cats in my house

Dalam bahasa inggris suffiks “-s” pada kata cats di atas mempunyai makna banyak kucing. Cat berarti kucing sedangkan cats berarti banyak kucing. Suffiks –s pada kata cat terjadi proses reduplikasi. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa kata tersebut memiliki makna gramatikal.

2.6.1.3 Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks (Chaer, 1994: 290). Dengan kata lain, makna kontekstual adalah hubungan suatu kata dengan situasi penggunaan bahasanya.

(34)

Contoh:

(41) I want to kill you

Kalimat tersebut merupakan kalimat yang diucapkan oleh seorang wanita kepada kekasihnya. Kalimat ini tidak selalu berarti gadis itu hendak membunuh kekasihnya, melainkan dapat berupa sebuah ungkapan rasa kesal atau benci dari sang wanita kepada kekasihnya. Cruse (1995: 16) menyatakan bahwa, “contextual meaning is the full set of normality relations which a lexical item contracts with all conceivable context”.

2.6.2 Pergeseran Makna

Pergeseran makna terjadi karena perkembangan ilmu, teknologi, dan budaya masyarakat pemakaiannya. Pergeseran makna adalah perubahan makna dari suatu kata yang mengalami pergeseran dari beberapa faktor. Pergeseran makna dapat dipengaruhi oleh sebuah imbuhan morfem kata sehingga memiliki makna baru dari kata aslinya. Conversion merupakan zero derivation, atau proses perubahan kelas kata dan makna tanpa merubah ejaan termasuk penambahan imbuhan. Seperti halnya dalam penelitian ini pergeseran makna yang dimaksud adalah perubahan makna dari makna kelas kata awal berubah menjadi makna pada kelas kata yang lain. Jadi, conversion mengalami perubahan makna leksikal dari kelas kata awal ke dalam bentuk kelas kata yang lain tanpa merubah ejaan kelas kata awal ke dalam makna kelas kata yang berbeda.

(35)

Contoh :

(42) a. Give me some water please

(43) b. The children water the plants every morning

Pada contoh kalimat (a) tersebut terdapat kata water yang berfungsi sebagai noun karena kata water tersebut memiliki makna leksikal yaitu clear colourless liquid that falls as rain, is found in rivers, etc and is used for drinking. Namun jika dilihat dalam contoh kalimat (b), kata water memiliki kategori leksikal yang berbeda yaitu verb dan maknanya pun berubah menjadi pour water on plants. Dari kedua contoh di atas, makna dari kata water mengalami pergeseran walaupun ejaannya tidak mengalami perubahan. Karena kata water tersebut telah mengalami Conversion dari noun menjadi verb, maka kata water tersebut mengalami pergeseran dalam makna leksikal tanpa merubah ejaan atau bisa disebut zero derivation.

Referensi

Dokumen terkait

Tempat atau lingkungan yang nyaman akan meningkatkan motivasi peserta didik di sekolah. Peserta didik akan lebih giat dalam proses belajar sehingga mereka akan lebih

1) Pembentukan Hubungan Interpersonal, dimana pada tahap ini sering disebut sebaya tahap perkenalan yang ditandai dengan usaha kedua belah pihak dalam menggali secepatnya

Dalam hadits tersebut menjelaskan tidak akan masuk syurga orang yang meninggl dalam hadits tersebut, yang dikarenanakan telah membunuh dirinya padahal sesungguhnya

Konsepsi-konsepsi yang berlomba-lomba dan program-program penelitian yang bekali-kali ditandai oleh upaya baru untuk mendefinisikan sosiologi sastra sebagai suatu

Tetapi standar komunikasi matematis yang digunakan berbeda Hasil penelitian dari Dona, dkk yaitu peserta didik dengan gaya kognitif field dependent dapat

Dengan kata lain, kalimat adalah satuan bahasa yang umumnya berdiri sendiri yang terdiri atas konstituen dasar yang berupa klausa, satu atau lebih klausa yang ditata

Bernadib (dalam Aisyah, 2010) mengatakan pola asuh orang tua yang demokratis selalu memperhatikan pertumbuhan anak dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat

Such patterns of word formation that are commonly used to create new words are, for example, compounding combining two existing words into a new one, blending combining some parts of