• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstract. Keywords: Cooperative Learning Model, Group Investigation, Contextual Approach, and Constructivism Approach. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstract. Keywords: Cooperative Learning Model, Group Investigation, Contextual Approach, and Constructivism Approach. Abstrak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES

PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION DIBANTU PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DAN KONTRUKTIVISME

PADA SUB KONSEP KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

(The Differences Result of Learning Using Cooperative Learning Model Type Group Investigation were Helped Contextual and Constructivism Approach on Sub

Concept of Environment Balance)

Sandra Novita Indrayani, Purwati Kuswarini. S dan Hj Ai Sri Kosnayani

Program Study Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, University of Siliwangi Jl. Siliwangi no: 20 Tasikmalaya -Jawa Barat, Gmail:

sandranovita63@gmail.com

Abstract

The purposed of this research to know differences of student studies result which learning process used cooperative learning model type of group investigation were helped contextual and constructivism approach on sub concept of environment balance. This research conducted on October 2013 until April 2014 at the 8th public senior high school Tasikmalaya. The method that used in this research was pre-experiment. The population of this research were the whole of students of Xth grade mathematic and natural science (MNS) at the 8th public senior high school Tasikmalaya as much 145 students divided into five classes. The interpretation of sample used proposive sampling technique selected X MNS-1 class were helped constructivism approach and X MNS-2 class were helped contextual approach. The measure of study used an instrument study result of test. Data analysis technique used t test with the standart signifikan α = 0,05. The average of the result of students’ learning process by using constructivism approach as 27,7 and contextual approach as 24,5. Grounded on result of analyzing the data and testing the hypothesis can be concluded that the were a difference betwen the result of students’ learning by using contextual and constructivism approach. Constructivism approach more appropriate used on sub concept of environment balance of Xth grade MNS Class at 8th public senior high school Tasikmalaya .

Keywords: Cooperative Learning Model, Group Investigation, Contextual Approach, and Constructivism Approach.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekataan Kontekstual dan Kontruktivisme Studi Eksperimen pada Sub Konsep Keseimbangan Lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014 di SMA Negeri 8 Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pre-experiment. Populasinya adalah seluruh peserta

(2)

2 didik kelas X MIA SMA Negeri 8 Tasikmalaya sebanyak 145 orang yang terbagi atas lima kelas. Sampel yang diambil dengan cara purposive sampling terpilih kelas X MIA 1 dengan pendekatan kontruktivisme dan kelas X MIA 2 dengan pendekatan kontekstual. Untuk mengukur hasil belajar digunakan instrument berupa tes hasil belajar. Teknik analisis berupa uji t dengan taraf signifikan α = 0,05. Rata-rata hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan kontruktivisme sebesar 27,7 dan pendekatan kontekstual 24,5. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis didapat kesimpulan bahwa ada perbedaan proses belajar siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual dan kontruktivisme. Pendekatan kontruktivisme lebih cocok digunakan dalam pembelajaran sub konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas X MIA SMA 8 Tasikmalaya.

kata kunci: Model Kooperatif, Group Investigation, pendekatan kontekstual dan kontruktivisme

Pendahuluan

Pendidikan sangat berhubungan erat dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dinamis untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria untuk menetapkan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak. Secara umum dapat dilihat dari dua segi, yakni kriteria ditinjau dari sudut proses pembelajaran itu sendiri dan kriteria yang ditinjau dari sudut hasil atau produk belajar yang di hasilkan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas X SMA Negeri 8 Tasikmalaya, rata-rata nilai ulangan biologi pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas tersebut yakni 70,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum adalah 75,00. Hal ini menunjukkan kurangnnya kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran biologi khusunya sub konsep Kesimbangan Lingkungan, sehingga siswa tidak mampu memecahkan dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru SMA Negeri 8 umumnya sudah menerapakan model pembelajaran kooperatif, tetapi masih banyak guru yang menggunakan model dan pendekatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sehingga tujuan dari proses pembelajaran tersebut belum bisa tercapai. Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian, diperlukan upaya berupa pengembangan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta perlu pengembangan teknik

(3)

3 pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang menekan bahwa siswa sendirilah yang membangun pengetahuannya. Sedangkan guru harus merancang kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan pengetahuannya. Pengembangan kreativitas dan keaktifan siswa untuk maju dan berkembang secara bersama-sama. Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa agar dalam proses belajar mengajar aktif dan giat terutama dalam sub konsep Keseimbangan Lingkungan tentunya banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru. Hal ini dapat berupa penggunaan model dan pendekatan pembelajaran.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, model dan pendekatan pembelajaran merupakan salah satu komponen agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Banyak model pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran yang dipelajari, namun pada kesempatan ini peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan mencoba membedakan pendekatan kontekstual dan kontruktivisme, dimana model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar kelompok heterogen untuk mengembangkan dan menjelaskan materi yang diberikan guru dimana dalam setiap kelompok mendapatkan materi yang berbeda kemudian hasil dari diskusi tersebut akan dipresentasikan dan pada akhir pembelajaran guru akan memberikan penjelasan singkat dan kesimpulan. Hal ini bertujuan agar siswa lebih aktif, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalah materi yang mereka pelajari. Pendekatan kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang diakaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sedangkan pendekatan kontruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada siswa untuk belajar lebih inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal. Kontruktivisme adalah suatu pendekatan dalam belajar

(4)

4 mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran serta inisiatif siswa. Serta siswa membangun pemikiranya sendiri secara sedikit demi sedikit dan hasil pemikiran tersebut disimpulkan bersama teman sekelompoknya dan diperluas melalui konteks terbatas.

Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experiment. Materi yang di bahs dalam penelitian ini adalah keseimbangan lingkungan, sedangkan model dan yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan pendekatan kontekstual dan kontruktivisme. Sampel yang diambil dengan cara purposive sampling. Subjek penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu X MIA 1 dan X MIA 2 SMA Negeri 8 Tasikmalaya berjumlah 58 siswa yang diberikan perlakuan berbeda, yaitu sebagai berikut :

1. Kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakn model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotruktivisme, ). Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme sebagai berikut: a. mengidentifikasikasi materi yang akan dibahas;

b. membagi kelompok berdasarkan ketertarikan siswa pada materi yang akan dibahas dan bersifat heterogen;

c. merencanakan tugas yang berbeda dalam setiap kelompok yang akan dipelajari masing-masing kelompok untuk menggumpulkan data dan informasi dari artikel, internet, ataupun wawancara dengan narasumber, yang berhubungan dengan materi yang disampaikan oleh guru;

d. masing-masing kelompok secara kooperatif menginvestigasi materi-materi temuan yang didapatkan dari artikel, internet, ataupun wawancara dengan narasumber hal ini merupakan fase start;

(5)

5 e. melakukan diskusi kelompok, lalu menyiapkan laporan akhir dan

wakil-wakil kelompok mengkoordinasi rencana presentasi hasil diskusinya mengenai data dan informasi yang telah diperoleh dari artikel, buku, internet, ataupun hasil wawancara, yang mereka diskusikan hal ini merupakan fase eksplorasi;

f. masing-masing kelompok mempresentasikan laporan akhir yang telah dibuat;

g. evaluasi, dalam kasus dimana tiap-tiap kelompok mengkaji aspek yang berbeda dari suatu topik, maka siswa dan guru mengevaluasi kontribusi kelompok terhadap pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat melibatkan asesmen individual maupun kelompok atau kedua-duanya hal ini merupakan fase aplikasi;

2. Kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakn model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotruktivisme, ). Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual sebagai berikut: a. mengidentifikasikasi materi yang akan dibahas;

b. membagi kelompok berdasarkan ketertarikan siswa pada materi yang akan dibahas dan bersifat heterogen;

c. merencanakan tugas yang berbeda dalam setiap kelompok yang akan dipelajari masing-masing kelompok dan mengkaitkan tugas tersebut dengan pengalaman kehidupan nyata (relating);

d. masing-masing kelompok secara kooperatif menginvestigasi materi-materi temuan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar yang pernah siswa alami (experiencing);

e. melakukan diskusi kelompok, lalu menyiapkan laporan akhir dan wakil-wakil kelompok mengkoordinasi rencana presentasi hasil diskusinya (applying);

f. masing-masing kelompok mempresentasikan laporan akhir yang telah dibuat;

(6)

6 g. evaluasi, dalam kasus dimana tiap-tiap kelompok mengkaji aspek yang berbeda dari suatu topik, maka siswa dan guru mengevaluasi kontribusi kelompok terhadap pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat melibatkan asesmen individual maupun kelompok atau kedua-duanya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Analisis Data

Tabel 1

Tes Hasil Belajar Siswa

Statistik Nilai

Kelas X MIA 1 Kelas X MIA 2

Minimum 23 20 Maksimum 34 31 Rentang 11 11 Rata-rata 27,7 24,5 Varians 6,6 7,24 Standar deviasi 2,57 2,62 KKM 26 26

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode ststistik uji t. Uji normalitas data kelas X MIA 1 diperoleh hasil belajar siswa dengan rata-rata 27,7 yang di konversi menjadi nilai 79,00. Hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X MIA 1 mencapai kriteria ketuntasan minimum pelajaran biologi yaitu 75,00. Data yang didapat di kelas X MIA 1 ini berdistribusi normal karena L0 adalah 0,0722 yang dianggap memiliki

nilai lebih kecil daripada Lkritis adalah 0,163 dengan kaidah terima H0 apabila

L0 < Lkritis , sedangkan data siswa kelas X MIA 2 diperoleh dengan rata-rata

24,5 yang di konversi menjadi 70,00. Hal ini menunjukan bahwa kelas ini memiliki nilai rata-rata yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum pada pelajaran biologi adalah 75,00, tetapi data yang didapat di kelas X MIA 2 ini berdistribusi normal karena L0 adalah 0,1146 yang

(7)

7 terima H0 apabila L0 < Lkritis. Uji homogenitas varians dengan menggunakan

F maksimum di peroleh F hitung = 1,1 sedangkan F tabel 1,88. Jadi menurut

perhitungan tersebut, maka di dapat F hitung < F tabel, sehingga dapat disimpulkan

bahwa kedua kelompok tersebut memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji t diperoleh t hitung = 4,64 dan t tabel 2,004. Ini menunjukan ada

perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual dan kontruktivisme pada sub Konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas X MIA SMA Negeri 8 Tasikmalaya.

2. Hasil Belajar Siswa kelas X MIA 1 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan Kontruktivisme.

Pertemuan pertama di kelas X MIA 1 diawali dengan guru menyiapkan LKS kemudian mengindentifikasi materi yang akan dibahas mengenai sub Konsep Keseimbangan Lingkungan yang dibagi menjadi 5 topik yang berbeda, siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen yang beranggotakan 6 orang berdasarkan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan dibahas, masing-masing kelompok melakukan diskusi dan investigasi mengenai materi yang telah diberikan, yang dilakukan di kelas dan di perpustakaan sekolah, karena pada kelas X MIA 1 menggunakan pendekatan kontruktivisme dimana pendekatan ini siswa membangun pengetahuannya sendiri bersama teman sekelompoknya yang mengarah pada suatu konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran secara insiatif, kemudian menyiapkan laporan akhir dan mempresentasikan hasil diskusinya, kemudian ada sesi tanya jawab dengan kelompok lain, dan di akhir pembelajaran guru dan siswa dapat menarik kesimpulan bersama-sama mengenai materi yang dibahas.

Pada pertemuan kedua di kelas X MIA 1 sama halnya dengan langkah-langkah pertemuan pertama, pada pertemuan kedua melanjutkan presentasi dari pertemuan pertama, karena materi sub konsep Keseimbangan Lingkungan untuk dua kali pertemuan sehingga pada pertemuan kedua

(8)

8 melanjutkan dari pertemuan pertama, namun setelah selesai proses pembelajaran pada pertemuan kedua ini dilanjut dengan kegiatan post test untuk melihat hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme.

Adapun hasil belajar siswa dalam kegiatan LKS yang dilaksanakan di kelas X MIA 1 adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Diagram Hasil Lembar Kerja Kerja Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan Kontruktivisme

Dari gambar 1 dapat terlihat hasil belajar siswa dari LKS yang dilaksanakan di kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan berjalan cukup baik karena ada sebagian siswa masih kurang aktif dan antusias dalam pengerjaaan LKS, pada pengerjaan LKS pada pertemuan pertama siswa mengerjakannya tidak hanya di dalam kelas, namun di perpustakaan sekolah juga, hal itu agar informasi dan jawaban yang diperlukan dalam pengerjaan LKS lebih lengkap serta siswa tidak hanya mencari jawaban di dalam berbagai buku saja tetapi siswa juga mencari informasi dan gambar yang berhubungan dengan materi yang mereka bahas dari internet, karena LKS yang diberikan guru berupa kliping mengenai macam-macam pencemaran lingkungan. Selanjutnya siswa melakukan presentasi, karena materi yang dibahas cukup banyak maka presentasi dilanjutkan pada pertemuan kedua dan

(9)

9 dilanjutkan dengan kegiatan post test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme.

Selain faktor model dan pendekatan pembelajaran yang digunakan, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor guru, dan lingkungan, dimana guru harus bisa mengelola kelas serta lingkungan harus nyaman agar tercipta suasa belajar yang menyenangkan. Dalam pelaksanaan di kelas X MIA 1 proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme dapat membiasakan siswa secara mandiri dalam memecahkan masalah, menciptakan kreativitas untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjalin kerja sama dan siswa terlibat langsung dalam melakukan kegiatan, dapat menciptakan pembelajaran lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan siswa menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari dan siswa akan merasa bangga dengan hasil temuannya, melatih siswa berfikir kritis dan kreatif.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme juga memiliki kekurangan diantaranya sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional, guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencakan pelajaran dan memilih atau menggunakan media, siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.

3. Hasil Belajar Siswa kelas X MIA 2 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan Kontekstual.

Pertemuan pertama di kelas X MIA 2 diawali dengan guru menyiapkan LKS, mengindentifikasi materi yang akan dibahas mengenai sub

(10)

10 Konsep Keseimbangan Lingkungan yang dibagi menjadi 5 topik yang berbeda, siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen yang beranggotakan 6 orang berdasarkan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan dibahas, masing-masing kelompok melakukan diskusi dan investigasi mengenai materi yang telah diberikan, dan dilakukan di dalam kelas, luar kelas, dan di luar lingkungan sekolah hal ini karena pada kelas X MIA 2 menggunakan pendekatan kontekstual dimana pendekatan ini merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang diakaitkan dengan konteks kehidupan nyata. Kemudian menyiapkan laporan akhir dan mempresentasikan hasil diskusinya, kemudian ada sesi tanya jawab dengan kelompok lain, dan di akhir pembelajaran guru dan siswa dapat menarik kesimpulan bersama-sama mengenai materi yang dibahas.

Pada pertemuan kedua di kelas X MIA 2 sama halnya dengan langkah-langkah pertemuan pertama, pada pertemuan kedua melanjutkan presentasi dari pertemuan pertama, karena materi sub konsep Keseimbangan Lingkungan untuk dua kali pertemuan sehingga pada pertemuan kedua melanjutkan dari pertemuan pertama, namun setelah selesai proses pembelajaran pada pertemuan kedua ini dilanjut dengan kegiatan post test untuk melihat hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual.

Adapun hasil belajar siswa dalam kegiatan LKS yang dilaksanakan di kelas X MIA 2 adalah sebagai berikut:

(11)

11 Gambar 2

Diagram Hasil Lembar Kerja Kerja Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan Kontekstual

Dari gambar 2 dapat terlihat hasil belajar siswa dari LKS yang dilaksanakan di kelas X MIA 2 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan berjalan cukup baik, pada pengerjaan LKS pada pertemuan pertama siswa mengerjakannya tidak hanya di dalam kelas, namun di luar kelas juga, hal itu agar informasi dan jawaban yang diperlukan dalam pengerjaan LKS lebih lengkap serta siswa tidak hanya mencari jawaban di buku pegangan saja, tetapi siswa juga melakukan penginvestigasian di lingkungan luar kelas, karena materi yang mereka bahas mengenai pencemaran lingkungan yang sering terjadi di lingkungan sekitar mereka, LKS yang dibuat guru untuk kelas ini berupa lembar observasi langsung yang harus di isi berdasarkan fakta dan data yang mereka temukan di lapangan . Dalam pengerjaaan LKS siswa terlihat aktif dan antusias karena siswa belajar untuk bisa memecahkan masalah yang ada dalam materi yang mereka bahas, namun banyak siswa yang menggunakan kegiatan observasi untuk bergurau dan main-main sehingga menyebabkan waktu pembelajaran tidak dapat digunakan secara efektif. Selain faktor siswa, karena mempunyai keterbatasan yang dimiliki guru pun guru tidak dapat menerapkan ke tujuh asas atau pilar yang terdapat dalam proses pendekatan kontekstual. Setelah melakukan diskusi siswa mempresentasikan hasil diskusinya kemudian dilanjutkan dengan kegiatan post test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual.

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual yaitu, dapat membuat siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta dapat membuat siswa

(12)

12 lebih berpikir kritis, kreatif dan dapat membentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok, proses pembelajaran lebih bermakna karena mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata, sehingga siswa mendapat pengetahuan yang jauh lebih luas dan banyak. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual juga memiliki kekurangan yaitu, pendekatan ini di rasa kurang efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama, guru harus lebih intensif dalam membimbing, karena peran guru disini mengelola tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru untuk siswa.

4. perbedaan hasil belajar siswa kelas X MIA 1 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan Kontruktivisme dan siswa kelas X MIA 2 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan kontekstual

Dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji t pada siswa kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme dan siswa di kelas X MIA 2 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotekstual diperoleh data thitung 4,64 dan ttabel 2,004 yang menunjukkan bahwa

thitung terletak di daerah penolakan Ho artinya ada perbedaan hasil belajar

siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotekstual dan kontruktivisme pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas X MIA SMA Negeri 8 Tasikmalaya. Perbedaan hasil belajar siswa yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotekstual dan kontruktivisme pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas X MIA SMA Negeri 8 Tasikmalaya dapat dilihat dari diagram berikut ini:

(13)

13 64 66 68 70 72 74 76 78 80 KKM Kontruktivisme Kontekstual Gambar 3

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dibantu Pendekatan Kontekstual dan Kontruktivisme.

Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan karena adanya pengaruh pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme hasil belajarnya lebih baik dari pada kelas X MIA 2 yang proses model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual. Hal ini dikarenakan kelas X MIA 1 siswanya lebih kompak dalam kegiatan diskusinya yang berlangsung di dalam kelas dan perpustakaan sekolah yang menyebabkan siswa lebih banyak mendapatkan data dan informasi yang mereka cari dari berbagai sumber buku yang mereka investigasi. Sedangkan kelas X MIA 2 yang proses model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual melakukan kegiatan observasi secara langsung, namun pada saat observasi masih banyak siswa yang bermain-main dan tidak serius, serta guru belum bisa menerapkan ke tujuh asas yang terdapat dalam pendekatan kontekstual karena beberapa alasan. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontruktivisme lebih cocok untuk diterapkan pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas X MIA SMA Negeri 8 Tasikmalaya, karena nilai hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group

(14)

14 investigation dibantu pendekatan kontruktivisme ini telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dibandingkan dengan yang proses pembelajarannya yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotekstual

Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan hasil Belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kontekstual dan kontruktivisme pada sub konsep Keseimbangan Lingkungan di kelas X MIA SMA Negeri 8 Tasikmalaya.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibantu pendekatan kotruktivisme lebih cocok diterapkan pada sub konsep keseimbangan lingkungan karena sumber belajar/acuan lebih banyak dan luas.

Daftar Pustaka

Hernawan, Edi (2012). Penganta Statistika Parametrik Untuk Penelitian Pendidikan. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya: Tidak diterbitkan

Sheva, Abraham (2011). Kelemahana dan Kelebihan Pendekatan Kontekstual. [Online]. Tersedia : . [5 Januari 2014]

Slavin, Robert E (2005). Cooperative Learning. (Terjemahan) Yusron, Narulita. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Winataputra, Udi. S Dkk (2008).Teori Belajar dan Pembelajaran (cetakan ke 3). Jakarta. Universitas Terbuka

Gambar

Diagram Hasil Lembar Kerja Kerja Siswa yang Proses Pembelajarannya  Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation  dibantu Pendekatan Kontruktivisme

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan refleks fonem-fonem proto- Austronesia pada bahasa Jawa dialek Banyumas (BJDB) dan Tengger (BJDT), mendeskripsikan

Pada umumnya pihak korban akan langsung menyetujuinya yang kemudian kedua belah pihak akan melakukan perundingan dan pihak korban akan menetapkan sanksi bagi pihak pelaku, jika

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah atau Negara dalam periode tertentu, kenaikan produksi ini bisa

Hubungan saling tergantung antara dua sistem ekonomi atau lebih, dan hubungan antara sistem-sistem ekonomi ini dengan perdagangan dunia, menjadi hubungan

Gambar 1 Grafik pola konsumsi pakan Ayam Kampung umur 8-12 minggu Berdasarkan hasil analilis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan tidak mempengaruhi

Furthermore, women with low education level had 86% greater risk of (pre-)eclampsia (RRa=1.86, P=0.005), while middle education level had 72% greater risk of

Berdasarkan lampiran 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi yang didapatkan responden melalui tenaga kesehatan yang mempunyai sikap positif dalam