• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA,

KOTA DENPASAR OLEH :

KADEK SRI WAHYUNI Kadeksriwahyuni9@gmail.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Pembimbing I Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag.

Pembimbing II

I Gede Sutarya, SST., Par., M.Ag. ABSTRAK

Perkawinan di dalam agama Hindu biasa dikenal dengan konsep wiwaha samskara. Upacara wiwaha samskara merupakan salah satu yadnya yang silakukan oleh umat Hindu. Korban suci secara tulus iklas yang merupakan bagian dari manusa yadnya. Suddhi wadani merupakan media penyucian bagi seseorang yang mulai menganut agama Hindu, namun upacara suddhi wadani ini tidak hanya berkaitan dengan status seseorang yang akan melaksanakan upacara perkawinan secara agama Hindu, melainkan kepada siapa saja yang mulai masuk atau menjadi penganut agama Hindu. Pentingnya peranan upacara suddhi wadani terhadap peralihan status seseorang dalam upacara perkawinan agama Hindu khususnya di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan suatu penelitian. Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain : bagaimana proses pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar ?, apa fungsi pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar ?, dan apa makna filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar ?.

Proses penelitian diawali dengan merancang proposal, penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, lalu menentukan lokasi penelitian, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kualitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis hasil penelitian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah. Untuk menjawab rumusan masalah peneliti menggunakan tiga teori yaitu teori religi yang digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan suddhi wadani, teori fungsi yang digunakan untuk mengetahui fungsi pelaksanaan suddhi wadani , dan juga teori simbol yang digunakan untuk mengetahui makna sarana upakara suddhi wadani.

Pelaksanaan suddhi wadani terdiri dari berbagai bagian atau proses dalam pelaksanaannya diantaranya, yaitu administrasi perkawinan suddhi wadani, proses pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu, proses upacara suddhi wadani, dan proses pengesahan. Suddhi wadani mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi sebagai penentuan status, fungsi melanjutkan keturunan, dan fungsi untuk meyelamatkan leluhur. Serta memiliki makna filosofis yaitu suatu penyucian lahir bathin. Membersihkan segala hal-hal yang kotor dari masing-masing mempelai

(2)

dan ungkapan rasa bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi guna untuk mencapai keluarga harmonis.

Kata Kunci : Makna Filosofis, Suddhi Wadani, Perkawinan Hindu.

PENDAHULUAN

Melangsungkan perkawinan dibenarkan oleh agama Hindu. Agama Hindu memberikan tuntunan kepada umatnya berupa Catur Asrama yaitu Brahmacari, Grehastha, Wanaprastha, dan Sanyasin. Grehasta adalah tahapan hidup untuk membangun rumah tangga. Tahapan ini dapat dilaksanakan asal telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Secara umum sudah memenuhi persyaratan umur dan persyaratan lain seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 atau persyaratan lain menurut ketentuan agama Hindu atau adat Bali. (Mas, 2002:38).

Pelaksanaan perkawinan tidak bisa lepas dari upacara dan upakara, dimana upacara tersebut sangat banyak macamnya demikian pula dengan upakaranya yang sangat beragam. Upacara yang dilakukan tentunya memiliki suatu tujuan dan diharapkan dengan upacara yang digunakan dalam upacara tersebut dapat menjaga keseimbangan hidup baik secara sekala maupun niskala. Selain itu diharapkan juga dari pelaksanaan upacara suddhi wadani bisa memberikan kebahagiaan pada para kerabat mempelai dan terutama pada pasangan suami istri yang bersangkutan (Arthayasa,dkk, 1998:1).

Arus globalisasi yang melanda dunia saat ini sebagai akibat dari kemajuan teknologi menyebabkan pergaulan manusia tidak bisa dibatasi hanya sebatas pergaulan antara golongan, agama, suku, dan ras, namun pergaulan manusia telah berkembang secara sangat luas sehingga tidak menghiraukan lagi akan adanya perbedaan golongan, agama, suku dan ras, sehingga pergaulan yang bebas seperti ini sering menyebabkan adanya perkawinan antara pria dan wanita yang latar agamanya berbeda (Arthayasa,dkk, 1998:1).

Menurut agama Hindu agar perkawinan dianggap sah haruslah kedua belah calon pengantin disamakan dahulu agama dengan upacara suddhi wadani, dengan persyaratan si wanita lain agama Hindu rela mengikuti agama suaminya. Suddhi artinya penyucian dan wadani artinya ucapan atau pernyataan berupa kata-kata. Jadi suddhi wadani artinya penyucian perkataan (Anom, 2010:9). Setelah dilaksanakan upacara suddhi wadani status seseorang yang sebelumnya beragama di luar Hindu dapat disahkan menjadi penganut agama Hindu, wajib menjunjung tinggi dan melaksanakan ajaran agama Hindu. Dengan demikian tidak lagi dianggap perkawinan beda agama dan perkawinan tersebut sudah sah menurut agama Hindu maupun oleh Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974, diharapkan pula dengan telah diadakannya upacara suddhi wadani pasangan suami istri akan hidup rukun, damai, dan bahagia dalam menjalani hidup berumah tangga, harmonis dan hubungan dengan kerabat dekat maupun masyarakat luas tetap terjaga (Pudja, 1983:41).

Penulis memilih judul ini karena penulis melihat kenyataan dilapangan adanya perkawinan agama Hindu yang berbeda agamanya yang dapat disahkan menurut undang-undang perkawinan dan menurut hukum Hindu melalui pelaksanaan suddhi wadani. Karena dengan proses pelaksanaan suddhi wadani seorang yang beda keyakinanya dapat menjadi satu keyakinan yaitu sama-sama beragama Hindu, dan dimana dalam kehidupan sosialnya juga sangat berbeda dengan agama sebelumnya karena sudah sah menjadi penganut Hindu, dimana yang harus mengikuti seluruh aktivitas yang berhubungan dengan umat Hindu. Dan biasanya pada umumnya

(3)

pelaksanaan suddhi wadani yang diselenggarakan hanya berkaitan dengan status seseorang yang akan melaksanakan perkawinan secara agama Hindu.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, penulis dapat menarik beberapa rumusan masalah yaitu Bagaimana proses pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar?, apa fungsi pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar ?, dan apa makna filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar ?.

Adapun tujuan penelitian dibagi menjadi dua yaitu Secara umum tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada masyarakat luas tentang pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis lebih dalam mengenai proses, fungsi, serta makna filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan suddhi wadani yang dilaksanakan sebelum seseorang melakukan perkawinan.

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan suddhi wadani yang dilaksanakan sebelum seseorang melakukan perkawinan di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, untuk mengetahui fungsi pelaksanaan suddhi wadani yang dilaksanakan sebelum seseorang melakukan perkawinan di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, serta untuk mengetahui makna filosofis yang terkandung dalam sarana upakara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suddhi wadani di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Manfaat dalam karya ilmiah ini dapat dilihat dari dua segi yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya mengenai suddhi wadani. Bagi masyarakat umum diharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk mengetahui proses, fungsi, dan makna filosofis yang terkandung dalam sarana upakara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suddhi wadani tersebut. Dan diharapkan juga penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi para peneliti berikutnya yang akan meneliti hal yang sama. Manfaat praktis penelitian ini adalah semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sendiri tentang makna filosofis pelaksanaan suddhi wadani dalam pekawinan Hindu, dapat dijadikan pedoman oleh masyarakat umum yang hendak melaksanakan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu, dan bagi Lembaga Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sebagai bahan perbendaharaan perpustakaan sehingga dapat dipakai sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang “Makna Filosofis Pelaksanaan Suddhi Wadani Dalam Perkawinan Hindu Di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar” adalah pendekatan kualitatif. Strauss dan Corbin (2003:4) mengungkapkan bahwa pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan bentuk hitungan-hitungan lainnya dengan contoh berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. penelitian kualitatif pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan konsep atau mengembangkan pemahaman terhadap suatu fenomena. Dalam hal ini tentang “Makna Filosofis Pelaksanaan Suddhi Wadani dalam Perkawinan Hindu di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar”.

(4)

Penelitian ini berlokasi di daerah Denpasar khususnya di wilayah Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara. Dipilihnya lokasi penelitian tersebut melalui beberapa pertimbangan dimana Desa Pakraman Lumintang sendiri terdapat pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu sebagai pokok penelitian yang akan dibahas.

Setiap penelitian yang dilaksanakan memerlukan berbagai data. Data memiliki kedudukan yang penting karena tanpa data yang valid atau akurat, hasil penelitian tidak sempurna. Data yang diperoleh dalam penelitian diharapkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Iqbal (2002:82) menyatakan bahwa data adalah keterangan terhadap suatu hal yang diketahui atau dianggap suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain-lain.

Nawawi (2005:96-97) mengatakan bahwa jenis data penelitian dapat dikelompokan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif banyak digunakan dalam penelitian filosofis, penelitian deskriptif, dan historis. Data kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka, baik yang berasal dari transformasi data kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini mengutamakan data kualitatif dengan pertimbangan penelitian ini bersifat deskriptif dengan menekankan landasan filosofis. Penggunaan data kuantitatif adalah dalam melengkapi dan sebagai bahan untuk lebih meyakinkan penjelasan yang ada kaitannya dengan substansi penelitian. Misalnya gambaran jumlah penduduk, pekerjaaan, perbedaan jenis kelamin dan lain sebagainya yang akan diformat ke dalam bentuk tabulasi data, baik data primer maupun hasil pengolahan data.

Sumber data berupa sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang melakukannya. Data primer ini disebut juga dengan data asli atau data baru (Riduwan, 2004:106). Terkait dengan penelitian ini, sumber data primer diperoleh di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pendeta, para pelaku perkawinan pelaksanaan suddhi wadani, tokoh-tokoh agama Hindu dan bendesa desa pakraman di Lumintang.

Selain data primer, dalam penelitian ini juga digunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya, dan biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 2001:91). Seirama dengan pendapat Azwar, Iqbal (2002:82) menyatakan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada dan data diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, sumber data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung seperti dokumentasi yang dapat mendukung hasil penelitian.

Setiap penelitian tentunya menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen ini tentunya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Mencari data di perpustakaan berbeda instrumennya dengan mencari data pada masyarakat secara langsung. Pada penelitian ini, peneliti akan mencari data di perpustakaan dan di masyarakat secara langsung.

Pada penelitian perpustakaan, peneliti akan menggunakan instrumen alat foto copy dan buku besar yang berisi catatan-catatan penting tentang penelitian perpustakaan. Sedangkan pada penelitian lapangan, peneliti akan menggunakan alat perekam, buku kerja dan garis-garis besar pertanyaan.

Untuk mendapatkan data tentang makna filosofis pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu, peneliti menggunakan informan purposive sampling karena peneliti

(5)

mengetahui orang-orang yang betul-betul tahu dan terlibat langsung serta dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian tentang suddhi wadani dalam perkawinan Hindu. Dengan demikian peneliti langsung menunjuk dan mendatangi orang-orang tersebut sebagai informan seperti Bendesa Pakraman Lumintang Denpasar Utara, pamangku, masyarakat yang ikut dalam pelaksanaan upacara ini dan tokoh-tokoh masyarakat lain yang dianggap mengetahui tentang pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Dengan teknik ini diharapkan terkumpul data untuk dianalisa. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis objek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan, peristiwa ataupun objek benda (Mestika, 2004:104).

Teknik wawancara yang sering disebut dengan interview atau kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari informan (Iqbal, 2002:85). Interview atau wawancara merupakan alat pengumpulan data yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, harapan, aspirasi, keyakinan, persepsi dari responden. Dalam pelaksanaan interview dibedakan menjadi dua antara lain interview bebas adalah wawancara tidak menggunakan pedoman wawancara, yang dilakukan kepada tokoh masyarakat terutama pada awal penelitian, hal ini bertujuan untuk menentukan lokasi atau desa peneliti. Namun pada waktu pelaksanaan peneliti, wawancara tersebut juga masih dipergunakan guna melengkapi data yang diperlukan, dan interview terprogram adalah wawancara yang dilakukan terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan memadukan dua teknik wawancara tersebut memungkinkan wawancara berlangsung luwes dan arahnya bisa lebih terbuka, sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih banyak dan pembicaraan tidak terlampau terpaku pada permasalahan atau tidak menjenuhkan kedua belah pihak.

Di dalam melaksanakan metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki dan mempelajari benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dan dokumen-dokumen yang ada hubunganya dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Adapun teknik dalam metode kepustakaan, peneliti mencari buku-buku yang berhubungan dengan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu. Materi yang berhubungan dengan penelitian ini akan digunakan untuk menambah kelengkapan laporan penelitian ini.

Dalam penelitian ini analisis datanya yang digunakan merupakan penelitian deskripsi sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas. Dalam penelitian ini analisis datanya yang digunakan merupakan penelitian deskriptif karena melakukan analisisnya dan penyajian datanya bersifat menjelaskan atau menggambarkan situasi dan kejadian tentang rangkaian pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Analisis data yang telah diuraikan di atas selanjutnya disajikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang secara sistematis dikemukakan dalam bentuk uraian deskriptif disertai pula dengan narasi dan argumentasi. Jadi data tentang makna filososis pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar yang telah dianalisis tersebut pada tahap akhir akan disusun dalam bentuk uraian yang deskriptif .

(6)

HASIL PENELITIAN Sejarah Desa Lumintang

Lumintang adalah nama sebuah desa yang sangat lama. Kata Lumintang terdiri dari 2 kata yaitu Lu artinya Lama dan Tang artinya desa. Jadi Lumintang adalah sebuah desa yang lama. Desa Lumintang itu di mong oleh Ki Buyut Lumintang.

Letak Geografis Desa Lumintang

a. Sebelah Utara : Desa Peguyangan b. Sebelah Selatan : Desa Dauh Puri Kangin

c. Sebelah Timur : Desa Dauh Puri Kangin dan Desa Dauh Puri Kaja d. Sebelah Barat : Desa Pemecutan Kaja

Proses Pelaksanaan Suddhi Wadani dalam Perkawinan Hindu Administrasi Perkawinan Suddhi Wadani

Sebelum melangsungkan suatu perkawinan diwajibkan terlebih dahulu memenuhi persyaratan administrasi diantaranya : (1) Calon dari non Hindu : a) Surat pernyataan suddhi wadani masuk agama Hindu ditulis dengan sendiri oleh yang bersangkutan, b) Surat keterangan suddhi wadani dan saksi (2) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang bersangkutan sebanyak dua lembar (3) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) orang tua yang bersangkutan sebanyak dua lembar (4) Foto copy saksi I dan II sebanyak dua lembar (5) Foto copy pamuput karya dua lembar (6) Materai Rp.6000,- (enam ribu) untuk di surat pernyataan (7) Pass poto yang bersangkutan ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar berwarna. Setelah surat lengkap baru kemudian melangsungkan upacara wiwaha. Surat keterangan perkawinan (widhi widana) yang ditandatangani oleh rohaniawan pemimpin upacara, para saksi dan pejabat setempat (Pembimas Hindu Provinsi Bali), (6) Surat pengantar dari Pembimas Hindu untuk mendapatkan akta perkawinan di kantor catatan sipil.

Proses Upacara Suddhi Wadani

Pengertian suddhi wadani secara etimologi suudhi wadani berasal dari 2 kata yaitu suddhi yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti penyucian. Wadani :yang berasal dari kata vada yang berarti ucapan/perkataan. Maka dalam agama Hindu upacara suddhi wadani adalah upacara di dalam agama Hindu sebagai pengesahan janji seseorang secara tulus ikhlas menyatakan menganut agama Hindu. Tempat pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu dilaksanakan di tempat/rumah mempelai laki-laki. Upakara yang digunakan dalam suddhi wadani di daerah Lumintang yaitu menggunakan upakara dalam tingkatan utama, yaitu :

1. Byakala : dimana memiliki makna sebagai simbol melenyapkan pengaruh bhuta dan kala yang berpengaruh negatif yang bersarang di tubuh seseorang sehingga seseorang dapat meningkatkan kesucian pribadinya.

2. Prayascita : memiliki makna sebagai simbol penyucian dengan senjata para Dewa.

3. Tataban : memiliki makna sebagai pernyataan ucapan terima kasih atas yadnya yang telah dipersembahkan serta telah dinikmati sebagai ydnya sesa.

Proses Pengesahan

Dalam hukum Hindu sahnya perkawinan adalah sebagai berikut :

(7)

2. Untuk mengesahkan perkawinan harus dilakukan oleh pendeta atau pinandita.

3. Suatu perkawinan hanya dapat disahkan, jikalau kedua mempelai telah menganut agama Hindu.

Fungsi Pelaksanan Suddhi Wadani dalam Perkawinan Hindu Fungsi Sebagai Penentuan Status

Pada umumnya setiap perkawinan diharapkan sah baik secara hukum maupun adat. Di samping ikatan lahir batin perkawinan perlu memperoleh pengesahan berdasarkan hukum formal dan hukum agama. Serta harus memenuhi syarat formal dan syarat agama. Pengaturan secara mutlak perlu karena perkawinan adalah peristiwa penentuan status dari remaja menjadi berkeluarga. Demikian pula di dalamnya terkait hal tentang warisan, hak dan kewajiban suami istri, dan kewajiban adat serta kedudukan anak. Penentuan status perkawinan bagi umat Hindu khususnya masyarakat desa Lumintang dipandang amat penting. Sah tidaknya sebuah perkawinan harus melewati tahapan-tahapan tertentu disertai dengan sarana upacaranya dan disaksikan oleh tri upasaksi. Dan dapat dianggap sah apabila dilaksanakan upacara mapragat (perkawinan). Melalui perkawinan status dari kedua mempelai akan berubah maksudnya setiap masalah yang muncul menjadi tanggung jawab bersama.

Fungsi Sebagai Melanjutkan Keturunan

Manusia adalah ciptaan Tuhan, ia diciptakan dengan jenis kelaminya masing-masing menyandang peran tertentu. Melahirkan anak merupakan salah satu tujuan perkawinan. Dengan melahirkan anak keluarga dapat meneruskan keturunan. Keturunan yang di dambakan adalah anak yang suputra. Ciri-ciri anak suputra yaitu menghormati orang tua, berbudi luhur, mengikuti pendidikan dengan baik, menyelamatkan leluhur dari neraka, mengendalikan (pikiran, perkataan, perbuatan), dan berbakti kepada Tuhan.

Fungsi untuk Menyelamatkan Leluhur

Menurut kitab manawadharmasastra tujuan perkawinan ada 3 macam yaitu Dharma sampati : bersama-sama suami istri mewujudkan pelaksanaan dharma, Praja : melahirkan keturunan, dan Rati : menikmati kehidupan seksual. Ditinjau dari sudut praja yang artinya melahirkan keturunan, istri mempunyai peranan melahirkan putra-putri yang suputra yang dapat menyelamatkan leluhur dari neraka.

Makna Filosofis Suddhi Wadani

Secara etimologi filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophi. Filsafat dalam bahasa Yunani merupakan gabungan 2 kata, yaitu philen atau philos artinya cinta dan sophia atau sofein artinya kebenaran. Jadi filsafat berarti cinta kebenaran, dimana suatu wacana mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan hakikatnya.

Dalam filsafat nyaya darsana adalah filsafat yang relistik yang mendasarkan ilmunya pada logika dan dalam mendiskusikan kebenaran melalui 4 jalan yaitu pratyaksa (pengamatan langsung), anumana (menarik kesimpulan), upamana (perbandingan ), dan sabda (pembuktian langsung).

Hakikat pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri untuk membentuk keluarga bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa melalui tri upasaksi. Sah secara manusa saksi

(8)

mempunyai makna filosofis yaitu adanya pengakuan dari masyarakat bahwa calon yang sudah disuddhi wadanikan sudah menjadi penganut agama Hindu dan terjadinya hubungan sosial bahwa masyarakat menyaksikan upacara tersebut. Sah secara bhuta saksi mempunyai makna filosofis yaitu untuk menetralisir kekuatan bhuta kala yang mempengaruhi kedua mempelai sehingga sukla swanita pada dirinya masing-masing menjadi bersih. Sah secara dewa saksi mempunyai makna filosofis yaitu tanpa adanyaTuhan suddhi wadani tidak berarti apa-apa karena Tuhan merupakan saksi utama.

Hakikat upacara dan upakara suddhi wadani yaitu Byakala, berasal dari kata bya dan kala. Bya artinya membeli, menebus sedangkan kala artinya kekuatan negatif. Jadi makna filosofis dari banten byakala yaitu menebus atau menetralisir kekuatan negatif. Prayascita, berasal dari kata prayas dan cita. Prayas artinya penyucian sedangkan cita artinya pikiran. Makna filosofis banten prayascita yaitu untuk penyucian pikiran. Dan tataban, berasal dari kata natab yang berarti ngayab. Makna filosofis banten tataban yaitu agar Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya yang telah menjiwai banten tersebut menjiwai orang yang diupacarai dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya mengatur gerak hidupnya dengan sempurna.

Jadi suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di Desa pakraman Lumintang memiliki makna filosofis yaitu suatu penyucian lahir batin, membersihkan segala hal-hal yang kotor dari masing-masing diri mempelai. Perkawinan pada hakikatnya adalah suatu yadnya guna memberikan kesempatan kepada leluhur untuk menjelma kembali dalam rangka memperbaiki karmanya. Dengan suatu penyucian kelak akan mempunyai keturunan yang suputra. Dan dalam kehidupan ke depan akan lebih baik dalam menjalani rumah tangga serta tujuan dari seluruh rangkaian dan sarana upakara tersebut ialah untuk mencapai keluarga harmonis.

SIMPULAN

1. Proses pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di Desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar adalah :

a. Suddhi wadani dengan penanda tanganan surat pernyataan keluar dari agama sebelumnya dan masuk agama Hindu yang disahkan oleh tingkat banjar adat atau dinas hingga kecamatan serta oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia setempat.

b. Surat pernyataan kedua belah pihak yang kawin di dasarkan atas suka sama suka yang ditanda tangani oleh kedua calon mempelai yang juga disahkan oleh pejabat terkait dari tingkat banjar adat atau dinas hingga kecamatan dan juga Parisada Hindu Dharma Indonesia setempat.

c. Upacara pebersihan berupa prayascita, byakaonan, dan tataban.

d. Dilanjutkan mulai dari upacara tiga bulanan, mepandes, pejaya-jayan diakhiri dengan upacara pernikahan secara alit, madya, utama.

2. Fungsi pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di Desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar yaitu sebagai bentuk pemusatan pikiran untuk menjalani kehidupan yang harmonis. Disamping itu, pelaksanaan suddhi wadani berfungsi sebagai penentuan status, melanjutkan keturunan dan menyelamatkan leluhur serta dengan melaksanakan suddhi wadani para pengantin baru sah menjadi sepasang suami istri, warga dan dapat melakukan persembahyangan di tempat-tempat suci Desa pakraman Lumintang, Denpasar Utara.

3. Makna filosofis yang tekandung dalam pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di Desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar adalah

(9)

suatu bentuk penyucian lahir dan batin, membersihkan segala hal-hal yang kotor dalam diri mempelai untuk mencapai suatu kehidupan yang harmonis.

Saran

Sebagai uraian akhir penulisan karya tulis ini penulis sampaikan saran sebagai berikut : 1. Mengingat suddhi wadani dalam perkawinan Hindu di Desa pakraman Lumintang,

Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar memiliki kedudukan yang penting, masyarakat desa pakraman agar pelaksanaan suddhi wadani tidak dilakukan secara gugon tuwon tetapi hendaknya ditekuni dan dimaknai sarana-sarana yang dipergunakan dalam suddhi wadani. 2. Parisada dengan pihak terkait dapat memberikan pembinaan secara rutinitas tentang

yadnya-yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali terutama suddhi wadani dalam perkawinan agama Hindu di Desa pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. Dengan cara itu masyarakat diharapkan dapat melaksanakan suddhi wadani secara benar. 3. Bagi Kementerian Agama diharapkan dapat memberikan sumbangan buku-buku tentang

pelaksanaan suddhi wadani dalam agama Hindu.

4. Dengan adanya kemajuan sarana komunikasi dan teknologi diera global, memberikan pemahaman yang lebih tentang pelaksanaan suddhi wadani dalam perkawinan Hindu yang beda agama terhadap pasangan-pasangan pengantin yang berbeda agama dan kedua belah pihak keluarga, sehingga tidak perlu lagi ada permasalahan yang harus muncul dalam sebuah perkawinan karena perbedaan agama. Sesungguhnya tujuan hidup manusia adalah untuk menuju pembebasan atau mencapai kesempurnaan (Brahman).

UCAPAN TERIMAKASIH Om Swastiastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya skripsi yang berjudul “Makna Filosofis Pelaksanaan Suddhi Wadani dalam Perkawinan Hindu di Desa Pakraman Lumintang, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar” dapat terselesaikan.

Tersusunnya karya tulis ini bukanlah hasil pemikiran sendiri, akan tetapi berkat dan dukungan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D. Rektor IHD Negeri Denpasar atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama ini.

2. Bapak Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si. Dekan Fakultas Brahma Widya IHD Negeri Denpasar atas dorongan dan suport serta kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.

3. Ibu Dra. Ni Made Sumertini, M.Ag. Kejur Filsafat Hindu yang telah memberikan pelayanan akademik dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Ibu Jro Ayu Ningrat, S.Ag., M.Ag. Sekretaris Jurusan Filsafat Timur Fakultas Brahma Widya yang sudah bersedia memberikan dorongan serta semangat kepada penulis hingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag. pembimbing I yang sangat murah hati dan sabar dalam memberikan saran-saran serta penajaman pada penelitian ini.

6. Bapak I Gede Sutarya, SST. Par., M.Ag. Pembimbing II yang terus memberikan dorongan selama penelitian.

(10)

7. Para informan yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi-informasi yang sangat mendukung dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Brahma Widya yang sudah memberikan pengajaran selama perkuliahan.

9. Pengelola Perpustakaan IHDN Denpasar yang telah memberikan kesempatan dalam peminjaman buku untuk karya tulis ini.

Hasil penelitian ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada penulis, sehingga kritik dan saran yang kontruktif guna kesempurnaan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan menyelesaikan skripsi ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, April 2013 Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Anom, Ida Bagus. 2010. Perkawinan Menurut Adat Agama Hindu.Denpasar : CV. Kayumas Agung.

Arthayasa, dkk.1998. Petunjuk Teknis Perkawinan Hindu.Surabaya : Paramita. Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mas, Drs.A.A.Gede Raka. 2002. Perkawinan Yang Ideal. Surabaya : Paramita.

Mestika, Zed. 2004. Metodologi Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press. Pudja, I Gede dan Tjok Rai Sudartha.1983. Hukum Kewarisan Hindu yang Direfisir ke dalam

Hukum Adat Bali dan Lombok.CV. Junasco.

Riduwan. 2004. Metode dan Tehnik Penulisan Tesis. Bandung : Alvabeta.

Strauss, Anseim, Juliat, Courbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Disadur Oleh Djunakil Ghoni). Surabaya : PT. Bima Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun lebih dari separo responden istri migran menyatakan bahwa dengan perginya suami untuk bekerja ke Malaysia beban pekerjaan rumah tangga menjadi semakin berat,

Untuk dapat meningkatkan pemanfaatan media lingkungan ini antara lain: (1) kemampuan penyuluh perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendidikan formal dan melalui

Sementara itu, berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dan berdasarkan nilai hasil perhitungan rata-rata (Mean) dari data yang telah

[r]

Mengingat hal tersebut maka strategi yang telah dijalankan Bank XYZ selama ini lebih memfokuskan pada kurs yang bagus/kompetitif, padahal dalam prakteknya banyak faktor

Hasil uji reliabilitas untuk variabel disiplin, motivasi, lingkungan kerja dan kinerja karyawan seperti pada Tabel di bawah ini :..

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 September 2016, dengan kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut : a) Guru

Pada penelitian sebelumnya menurut Fika Erisya Islamey (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Perlakuan Akuntansi Lingkungan Terhadap Pengelolahan Limbah Pada Rumah Sakit