• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

76

HUBUNGAN LINGUISTIK DENGAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DATULINA GINTING

DOSEN FKIP. UNIVERSITAS ASAHAN ABSTRACT

The writing of this paper aims to determine the lingustik relationship with English learning methods. Writing this paper using literature review method (library research). From the discussion it can be concluded that a language teacher (teacher) is also a Linguist or Practitioner or Linguisian apprentice who mastered both the language of the student and the foreign language he taught in all its aspects, and understood the basic principles of teaching English by using methods that facilitate the participants Educate and not much to force learners toward language stagnation. As for a student, that learning any language, it takes a process, a lot of practice and a lot of trying.

Keywords: linguistics and learning English

PENDAHULUAN

Bukanlah suatu hal yang baru bahwa salah satu komponen kegiatan belajar mengajar yang harus dikuasai oleh pendidik/guru adalah kemampuan menggunakan metode mengajar dengan baik dan tepat sehingga dapat mengkomunikasikan bahan pelajaran guna terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Perlu diketahui bahwa seiring dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin kompleks pula bahan pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Jelas dalam hal ini gurupun dituntut untuk dapat memilih secara selektif metode mana yang dapat digunakan dan sesuai tujuan, bahan (materi), alat bantu dan evaluasi yang telah ditetapkan.

Dalam pengajaran bahasa pun tidak terlepas dari hal-hal yang telah disebutkan di atas. Ketika seorang guru bahasa mengajarkan tentang bahasa itu sendiri, baik bahasa yang biasa digunakan (bahasa sehari-hari) ataupun bahasa asing maka diperlukan sebuah ilmu bantu guna menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Kemudian salah satu ilmu yang paling terkait dengan pengajaran bahasa adalah linguistik.

LANDASAN TEORI Pengertian Linguistik

Kata linguistic (linguisticsInggris) berasal dari bahasa Latin “lingua” yang berarti bahasa. Dalam bahasa Perancis “langage-langue”; Italia “lingua”; Spanyol “lengua” dan Inggris “language”. Akhiran “ics” bahasa linguistics berfungsi untuk menunjukkan nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa, sebagaimana istilah economics, physics dan lain-lain.

Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda, “linguistic adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan”. Sedangkan AS Hornby membagi kata linguidtics ke dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat berarti “the study of language and languages”. Sedangkan linguistics sebagai kata benda, berarti “the science of language; methods of learning and studying languages”. Dengan demikian,linguistik menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa.

(2)

77

Objek Linguistik

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa objek kajian linguistik tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.

Sementara itu, Ferdinand De Saussure (1857-1913), -seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai bapak linguistik modern- menegaskan bahwa objek linguistik mencakup:

a. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah bahasa pada umumnya b. Langue (Inggris; language) berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris c. Parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan atau tuturan.

Sebenarnya ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan bahasa sebagai objek kajiannya, antara lain:

a. Ilmu tentang bahasa atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini bahasa digunakan dalam arti harfiyah. Inilah yang disebut pure linguistik atau linguistik murni.

b. Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan paralinguistik

c. Ilmu-ilmu yang salah satu dasarnya adalah bahasa. Contohnya adalah fonetik, etnolinguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik.

d. Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode linguistik dan lain-lain.

e. Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke dua puluh dan lain-lain.

Dari kelima jenis ilmu tersebut di atas, maka hanya nomor (a) saja yang bisa disebut sebagai ilmu linguistik yang murni karena objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan objek keempat ilmu lainnya bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari. Bahasa yang menjadi objek linguistik dipelajari dari berbagai aspeknya atau tatarannya. Tataran bahasa itu meliputi aspek bunyi, morfem dan kata, frase dan kalimat serta aspek makna. Cabang linguistik yang mempelajari aspek bunyi bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi. Tataran frase/kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna bahasa dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik. Dungan demikian, dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.

Sebagian orang menganggap bahasa mencakup semua sarana yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi seperti tulisan, isyarat, gerakan tangan dan bibir yang digunakan oleh kelompok orang tuli dan bisu dan lain-lain. Oleh karena itu perlu ada definisi yang jelas mengenai bahasa yang menjadi objek kajian linguistik. Dalam ilmu linguistik bahasa juga diartikan sebagai alat komuniasi yang dengannya pesan dapat tersampaikan. Namun demikian, ada perbedaan antara bahasa dengan alat komunikasi yang lain berkaitan dengan medianya.

Namun demikian, ketika kita bicara tentang studi bahasa, hal ini jangan disalahfahami dengan studi tentang bahasa tertentu sebagaimana kita kenal dalam perkataan sehari-hari. Sebagai contoh, studi bahasa Inggris yang dilakukan oleh mahasiswa di perguruan tinggi tidak bisa disebut sebagai linguistik.

Istilah “linguis” tidak diperuntukkan secara umum bagi siapapun yang mengetahui dan menguasai berbagai bahasa. Istilah yang tepat untuk mereka adalah “poliglot”. Sedangkan seorang “linguis” adalah seseorang yang ahli dalam menganalisis bahasa-bahasa, karena

(3)

78

pekerjaan utamanya adalah menaganalisis unit-unit penanda bahasa. Seorang linguis juga bisa disebut sebagai “theorist about language” atau teoritisi bahasa karena ia mempelajari apa itu bahasa, bagaimana bahasa itu bekerja dan bagaimana bahasa dipelajari dan digunakan dalam masyarakat.

Linguistik menggunakan metode ilmiah seperti metode induktif dan deduktif dalam meneliti bahasa. Metode induktif digunakan dalam menyusun generalisasi dari hasil penelitian yang diambil dari observasi-observasi yang mendalam. Sedangkan metode deduktif digunakan pada saat seorang linguis ingin menguji validitas atas teori atau hukum yang telah mapan sebelum ia melakukan penelitian.

Salah satu ciri ilmu adalah bahwa ilmu itu tidak bersifat statis tetapi dinamis. Kedinamisan linguistik ditandai dengan keterbukaannya terhadap perubahan terutama jika ada data tambahan atau penemuan baru yang menolak teori-teori sebelumnya. Linguistik adalah ilmu yang selalu tumbuh dan berkembang serta senantiasa memperhatikan temuan-temuan baru. Ini berarti mereka yang menyebut dirinya seorang linguis harus bersikap terbuka dan senantiasa menerima kebenaran-kebenaran baru dari hasil penelitian kebahasaan yang ada.

PEMBAHASAN

Mempelajari linguistik bagi calon guru bahasa akan membantu dalam melaksanakan tugas-tugasnya kelak. Beberapa manfaat yang bisa diambil antara lain:

a. Linguistik –termasuk juga psikolinguistik dan sosiolinguistik- membekali guru tentang teori-teori seputar hakikat bahasa, proses berbahasa, pemerolehan bahasa, penggunaan bahasa secara aktual dalam komunikasi sehari-hari dan lain-lain yang bisa dijadikan asumsi dasar atau panduan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa termasuk di dalamnya adalah pengorganisasian materi.

b. Linguistik membekali guru dengan kemampuan untuk menganalisis aspek-aspek bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, semantik) yang berguna dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran bahasa.

c. Pada dasarnya metodologi pengajaran bahasa adalah cabang linguistik terapan yang menitikberatkan perhatiannya pada kemungkinan teori-teori linguistik dipakai, dimanfaatkan atau dipraktekkan dalam proses pembelajarn bahasa. Dalam bahasa Jos Daniel Parera, ada istilah yang disebut “linguistik edukasional” yang diartikan sebagai suatu cabang linguistik terapan yang khusus menganalisis, menerangkan dan menjelaskan tentang praktek pelaksanaan pengajaran bahasa yang berlandaskan teori-teori kebahasaan.

d. Idealnya, seorang guru bahasa (asing) adalah juga seorang linguis atau praktisi/penerap linguistik yang menguasai dengan baik bahasa siswa maupun bahasa asing yang diajarkannya dalam semua aspeknya.

Perkembangan ilmu linguistik yang begitu cepat membawa perubahan-perubahan mendasar yang berkenaan dengan pengajaran bahasa. Ini berarti linguistik sangat berperan dalam memberikan arahan tentang berbagai metode pengajaran bahasa. Mengenai kaitan linguistik dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa. Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan sebaik-baiknya. Sarana pelayanan itu adalah suatu disiplin baru yang disebut linguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran bahasa linguistik terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada:

(4)

79

1. Butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan

2. Pelbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik.

Secara lebih transparan, Ramelan menjelaskan tentang kegunaan linguistik terhadap pengajaran bahasa, antara lain:

1. Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk didalamnya pendekatan, metode dan teknik.

2. Memberi arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang didasarkan pada diskripsi bahasa yang mendetail, termasuk cara mempresentasikan.

Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian. Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa. Ini mungkin tidak dapat dilepaskan dari sikap Chomsky sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah menyatakan dalam suatu konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak pernah bermaksud menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran bahasa (linguists never intended to address themselves to thee problem of teaching a language).

Meskipun demikian, banyak penganut tranformasional yang percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri seseorang (salah satu tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran bahasa, misalnya dengan melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang sedang mereka pelajari.

Sementara kesepakatan linguis struktural tentang peranan linguistik terhadap pengajaran bahasa, juga tidak terlepas dari sikap Bloomfield. Disamping dia seorang linguis, dia juga seorang yang ahli di bidang pengajaran bahasa. Hal ini ditunjukkan dari perhatiannya yang besar terhadap pengajaran bahasa-bahasa modern. Bahkan dia sangat mengkritik penggunaan metode tata bahasa terjemahan (grammar-translation method). Menurutnya tujuan utama pengajaran bahasa asing harus didasarkan pada penguasaan oral bahasa tersebut.

Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode.

KESIMPULAN

Seorang guru (pendidik) bahasa adalah juga seorang Linguis atau Praktisi atau penerap Linguis yang menguasai dengan baik bahasa siswa maupun bahasa asing yang diajarkannya dalam semua aspeknya, dan memahami prinsip-prinsip dasar pengajaran bahasa Inggris dengan menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan banyak mencoba.

(5)

80

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, H. 1999. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic. Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc.

Kerlinger, F N. 2006. Foundations of Behavior Research. 5th Edition, New York. USA: Holt, Renehart and Winston.

Munir, dkk, 2006. Rekonstruksi dan Modernisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

Soeparno, 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Suparno, P. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Tientje, N. N. 2010. Multipel Intelegensi. Jakarta: Rekatama.

Vacca. 1999. Sixth Edition Content Area Reading.Literacy and Learning Across the Curriculum. United States: Addison-Wesley Educational Publisher Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang biaya, manfaat dan relevansi pada era

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh cerobong asap dengan kejadian ISPA dengan p value 0,033 dan OR 2,682 artinya responden yang memiliki cerobong asap

1 Djumialdji FX, Op.. diselewengkan dan hal yang lebih penting dari pada itu semua adalah bagaimana individu itu sendiri menyikapi jika mereka memiliki perjanjian. Kerja

tanaman dapat menghasilkan minyak atsiri dari daun Obat nyamuk losion merupakan salah satu cengkeh diantaranya yaitu eugenol dan terbukti alternatif insektisida yang

h.) Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan ini memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi mitral dan

Pada subbab 2.2 telah dibahas megenai peringatan Sumpah Pemuda tahun Pada subbab 2.2 telah dibahas megenai peringatan Sumpah Pemuda tahun 2013 yang dilakukan oleh organisasi

Jika Peserta tidak membayar Kontribusi setelah Grace Period (masa leluasa) berakhir maka Ujrah asuransi dan Ujrah administrasi secara otomatis akan dikurangkan dari unit yang

Dalam proses pengujian video call dilakukan pengukuran untuk melihat perbaikan QoS (Quality of Service) untuk nilai Delay, Packet Loss dan Throughput dilakukan