• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERCAPAIAN INDIKATOR STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA SMP NEGERI 18 KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETERCAPAIAN INDIKATOR STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA SMP NEGERI 18 KOTA BANDUNG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

181

ANALISIS KETERCAPAIAN INDIKATOR STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA SMP NEGERI 18 KOTA BANDUNG

Oleh:

N.Dede Maryam1), Sinta Nurhayati2), Dan Setyo Aji3)

(Mahasiswa Prodi PAI Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati ) Email : dmaryam811@gmail.com

Email : Sintahayati01@gmail.com Email : Setyoaji96@gmail.com

ABSTRACT

This article aims to find out the achievement of the standards of educators and education staff in SMP Negeri 18 Bandung. This research is a descriptive qualitative study with data collection in the form of observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the standard achievement of Educators and education personnel in SMP Negeri 18 Bandung is 89.424% when compared with the entire maximum score that should be achieved in standard forms of educators and education staff. This study recommends exploring the indicators that have not been optimally achieved, especially indicators of guidance and counseling educators and library staff. Even though it has been good, the service for students at school must be improved. This is inten ded to improve the quality of education services and satisfaction of community expectations.

Keywords: Profile of achievement of indicators, standards of educators and education

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 18 Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian standar Pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 18 Bandung 89,424 % jika dibanding dengan seluruh skor maksimum yang seharusnya dicapai pada borang standar pendidik dan tenaga kependidikan. Penelitian ini merekomendasikan untuk mendalami indikator-indikator yang belum tercapai dengan optimal khususnya indikator tenaga pendidik bimbingan dan konseling serta tenaga perpustakaan. Walaupun sudah baik, namun pelayanan, terhadap peserta didik disekolah harus ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dan pemuasan harapan masyarakat.

Kata Kunci: Profil ketercapaian indikator, standar pendidik dan tenaga kependidikan

(2)

182 A. PENDAHULUAN

Regulasi mutu pendidikan ditandai dengan adanya Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pengaturan standar nasional pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Hakekatnya, pengaturan standar pendidikan dimaksudkan untuk memastikan setiap lembaga pendidikan memiliki kelayakan sebagai lembaga yang memberikan pelayanan yang optimal. Sehingga setiap lembaga pendidikan wajib memiliki semua layanan dengan mengacu kepada depalan standar nasional pendidikan. Karena standar tersebut berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Lembaga pendidikan yang bermutu ditandai dengan kualitas tenaga pendidik yang bersertifikasi. Diketahui bahwa tenaga kependidikan yang bersertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan yang bersertifikasi non-kependidikan, dan untuk melaksanakan tugas kedua tenaga kepandidikan tersebut, diperlukan pengaturan, pengendalian atau pengelolaan melalui manajemen kependidikan dengan wawasan sumber daya kependidikan (SDK) (Khumaidi, 2014). Salah satu factor yang mempengaruhi kualitas pendidik dan tenaga kependidikan adalah profesionalisme kepala sekolah/madrasah (Novianti, 2017). Sesuai dengan penjelasan permendikbud no 16 tahun 2007 tentang kompetensi profesional guru, maka seorang guru agama islam baik yang mengajar di madrasah maupun di sekolah umum wajib memiliki wawasan keilmuan yang terkait dengan mata pelajaran pendidikan agama islam yaitu mata pelajaran Al-Quran-Hadits, Fikih, Akidah-Akhlak, dan Sejarah Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Rumusan tujuan pendidikan tersebut mendapat legal formal dengan adanya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana implementasinya dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan

(3)

183

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang sekarang diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, dimana salah satu standarnya adalah standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Impelentasi juga bisa diartikan sebagai suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix. Di bawah ini ada beberapa definisi tentang implementasi. Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2005:65) Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Kemudian menurut Mulyasa (2015:178) Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Kemudian Erwan Agus Purwanto dan Diah Ratih Sulistyastuti (2015:21) Mengatakan bahwa Implementasi adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementer kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan.

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berarti mendeskripsikan data disertai dengan interpretasi atau gambaran terhadap ketercapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah. Dalam penelitian ini digunakan 3 teknik pengumpulan data, yaitu: 1) Observasi, melakukan penelitian lapangan. 2) wawancara, yakni metode pengumpulan informasi yang dilakukan dengan memberi pertanyaan langsung kepada responden berkaitan dengan 19 indikator pendidik dan tenaga kependidikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah. 3) Dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mencari data melalui beberapa arsip dan dokumentasi, surat kabar, majalah, jurnal, dan buku yang relevan.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti, yaitu data pendidik dan tenaga kependidikan yang diperoleh melalui observasi menggunakan lembar pengamatan pendidik dan tenaga kependidikan. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, yaitu dokumentasi, data administrasi sekolah dan wawancara dengan pihak sekolah. Data dikumpulkan dengan teknik

(4)

184

observasi dan analisis dokumen. Analisis data hasil observasi dilakukan dengan cara mengkompilasi dan menginterpretasikan secara kualitatif.

Analisis data hasil wawancara diberi skor sehingga diperoleh skor total yang menunjukkan tingkat ketercapaian indikator-indikator pada standar pendidik dan tenaga kependidikan. Analisis data hasil pengumpulan dokumen dilakukan untuk melengkapi hasil pengolahan data observasi dan wawancara. Hasil analisis data secara keseluruhan akan dijadikan bahan untuk menyusun kesimpulan dan rekomendasi. Data pendidik dan tenaga kependidikan ini, selanjutnya dibandingkan dengan standar minimum pendidik dan tenaga kependidikan yang tertuang dalam permen nomor 16 tahun 2007 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan untuk dianalisis kelayakannya.

C. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Temuan

Berdasarkan hasil pengambilan dan analisis data tentang ketercapaian indikator pada Standar Pendidik dan tenaga kependidikan pada SMPN 18 Bandung maka dapat disajikan profil ketercapaian indikator Standar Pendidik dan tenaga kependidikan, Distribusi Indikator Standar Pendidik dan kependidikan, dan masalah serta tindak lanjut perbaikan capaian indikator Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan sebagai berikut: (1) Profil Ketercapaian Indikator Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan

Profil ketercapaian indikator standar pendidik dan tenaga kependidikan pada SMPN 18 Bandung dapat ditunjukkan dengan grafik pada gambar 1 berikut.

Gambar 1 menunjukkan profil ketercapaian indikator standar pendidik dan tenaga kependidikan pada SMPN 18 Bandung. Dari 19 indikator, ada 5 indikator yang perolehan 4 5 4 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 0 1 2 3 4 5 6

(5)

185

Skor kurang dari 5, yaitu indikator 1, 3, 9, 16 dan 17. Indikator 9 pada standar pendidik dan tenaga kependidian ini menyangkut aspek jumlah guru BK rasionya satu orang guru BK itu membimbing 150 siswa maksimal dalam satu sekolah Sedangkan indikator 16 dan 17 menyangkut tenaga perpustakaan sekolah yang belum memiliki sertifikat Jumlah skor total yang dicapai pada standar pendidik dan tenaga kependidikan di atas adalah 85 dari skor maksimal 95. Sehingga secara keseluruhan capaian standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah 89,474

Berdasarkan analisis data di atas, diketahui bahwa indikator yang belum mencapai skor optimal adalah jumlah rasio guru BK dalam satu sekolah Seperti halnya disimpulkan oleh kamaludin, (2011) bahwa jumlah guru BK sangat mempengaruhi terhadap pelayanan kepada siswa dimana bimbingan konseling memainkan peranan penting dalam sistem pendidikan dan mereka dianggap sebagai psikolog sekolah. Penyuluh harus mencakup dan mempunyai sasaran untuk mengembangkan serta memperluas potensi siswa. Demikian pula menurut Zamroni dan Raharjo,S (2015) bahwa mendayagunaan secara optimal semua komponen atau sumber daya tenaga untuk menyelenggarakan bimbingan konseling dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Senada dengan kedua hasil di atas, Bakti (2017) bahwa rasio guru BK akan mempengaruhi terhadap implementasi program bimbingan konseling karena harus didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia. yang mendukung pelaksanaan program. Keahlian konselor adalah berkoordinasi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Konselor memiliki kepemimpinan yang kuat dalam menjalankan program bimbingan, dan memiliki keterampilan manajemen waktu yang proporsional yaitu 80% dari waktu layanan bimbingan dan konseling direktif pada peserta didik sedangkan 20% dari waktu layanan adalah untuk kegiatan manajemen program dan dukungan sistem. Bakhan Hearne & Galvin (2015) menyimpulkan pelayanan bimbingan konseling menjadi tugas seluruh pendidik. Indikator yang belum optimal dicapai oleh sekolah SMPN 18 Bandung adalah indikator keenambelas dan ketujuhbelas yaitu menyangkut standar Tenaga perpustakaan sekolah . Seperti halnya BNSP (2006) pasal 29 tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Widiasa, (2007) bahwa pengelolaan perpustakaan di sekolah masih mengalami berbagai hambatan, sehingga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan tersebut berasal dari dua aspek. Pertama aspek struktural, dalam arti keberadaan perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari pihak manajemen sekolah.

Kedua aspek teknis, artinya keberadaan perpustakaan sekolah belum ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat di butuhkan oleh perpustakaan sekolah seperti tenaga, dana serta sarana dan prasarana. Demikian pula Nashihuddin, & Aulianto

(6)

186

(2016) Pustakawan dituntut untuk senantisa meningkatkan kompetensi profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berdasarkan analisis data hasil penelitian-penelitian ini, maka ketersediaan guru BK akan meningkatkan aktifitas layanan kepada peserta didik, sedangkan pelayanan perpustakaan hasil pengambilan dan analisis data tentang ketercapaian indikator pada standar pendidik dan tenaga kependidikan pada SMPN 18 Bandung maka dapat dijelaskan terkait dengan profil ketercapaian dan alternative pemecahan masalah sebagai berikut.

Grafik 1 menunjukan komposisi jumlah guru yang memenuhi indiaktor dari standar pendidik dan tenaga kependidikan yang berjumlah 19 indikator. ada lima indikator perolehan skornya kurang dari 5, yaitu indikator 1, 3, 9,16 dan 17. Pada indikator 9 di SMPN 18 hanya memiliki 2 orang guru BK, sedangkan jumlah siswa di SMPN 18 Bandung sebanyak 1052 siswa. Menurut indikator standar pendidik dan tenaga kependidikan rasio 1 orang guru BK melayani maksimal 150 siswa. Berdasarkan analisis data di atas diketahui bahwa indikator yang belum mancapai skor optimal adalah jumlah guru BK yaitu aspek tidak sesuai dengan rasio jumlah siswa. Indikator yang belum optimal dicapai oleh sekolah SMPN 18 Bandung adalah indikator 16 dan 17. Sedangkan indikator 9 skore nilainya kurang dari 5 Indiaktor yang paling rendah adalah 5,26 % yang tidak memenuhi kualifikasi indikator.

Berdasarkan hasil analisis data dan beberapa hasil penelitian indikator rasio guru BK kemudian berkaitan dengan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi tentang keberhasilan pengelolaan sekolah dapat dicapai, hal ini dapat ditunjukkan oleh antara lain; tingkat kelulusan, pencapaian ketuntasan belajar dan lulusan yang melanjutkan sekolah sudah 100% semuanya, pencapaian nilai akreditasi sekolah A, dan beberapa prestasi yang diraih sekolah mulai tingkat kabupaten, provinsi maupun sampai tingkat nasional. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dengan kepala sekolah dan pendidik tentang kemampuan kewirausahaan kepala sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan usaha-usaha sekolah yang dipergunakan untuk pusat sumber belajar peserta didik juga terlaksana dengan baik. Komposisi kualifikasi Ketercapaian Standar pendidik dan tenaga kependidikan. Adapun komposisi kualifikasi standar pendidik dan tenaga kependidikan dapat ditunjukkan dengan diagram grafik berikut:

(7)

187

Gambar 2 Komposisi kualifikasi dari Standar PTK. Komposisi kualifikasi dari standar pendidik dan tenaga kependidikan menunjukkan komposisi kualifikasi

pemecahan masalah dan kesulitan.

Gambar: 2 menunjukan komposisi kualifikasi pemecahan masalah kesulitan dalam mencapai indiaktor standar pendidik. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, terdapat perbandingan yang signifikan. Dimana tingkat ketercapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan dengan skor maksimal dilambangkan dengan A yakni mendapat persentase sejumlah 73,3%, sedangkan kualifikasi pendidik dengan skor 4 dilambangkan dengan B yakni mendapat persentase sejumlah 10,5%. Sisanya yakni 5,25% ialah jumlah rasio guru BK dengan skor 1 yang dilambangkan dengan E.

Adapun indikator yang tergolong dalam kelompok B yakni indikator 4, indikator 6 sedangkan yang tergolong dalam kelompok C, indikator 16, dan indikator 17. Indikator 9 merupakan pembahasan mengenai rasio guru BK dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling kepada peserta didik, dimana sekolah berusaha memberikan pelayanan bimbingan konseling kepada peserta didik dengan baik dibantu oleh kepala sekolah dan Wali kelas ini dirasa cukup membantu guru BK dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik. Sedangkan Indikator 16 dan 17 merupakan pembahasan mengenai kualifikasi kepala perpustakan dan tenaga perpustakaan serta sarana dan prasarana berserta kelengkapannya, dimana terdapat pustakawan yang belum mempunyai sertifikat dan ruang perpustakaan di sekolah ini belum memadai, sehingga pelayanananya tidak optimal. Sedangkan Indikator 4 merupakan pembahasan mengenai kualifikasi pendidik yang masih belum S1 atau D4 , kesulitan dalam menyelesaikan skripsi, karena ketidak mampuan menggunakan IT, tapi sudah mempunyai sertifikat pendidik, dalam hal ini untuk meningkatkan kompetensinya dengan mengikuti program MGMP sekolah, seminar, workshop, pelatihan dan lain sebagainya.

Indikator 6 membahas mengenai, kualifikasi pendidik yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya dimana sekolah ini, ada 6 orang guru yang tidak memenuhi standar kualifikasi pendidik dengan matapelajaran yang diampunya, mereka kesulitan dalam memahami konsep dasar teori pembelajaran, dan berusaha untuk meningkatkan kompetensi tersebut dengan cara membaca buku,browsing dari internet, bertanya kepada teman sejawat, serta mengikuti seminar, workhop dan pelatihan. Sedangkan Indikator

(8)

188

yang sangat kurang, sehingga memperoleh skor 1 yakni indikator ke 9 yakni membahas jumlah rasio guru BK dengan jumlah siswa, dimana di sekolah ini hanya ada 2 orang guru BK, sedangkan jumlah siswa sebanyak 1052 siswa, sehingga guru BK kewalahan dalam menangani dan melayani peserta didik, untuk menutupi hal tersebut guru BK di bantu oleh kepala sekolah dan wali kelas, dimana masalah pelayanan kepada peserta didik di sekolah ini belum terlayani dengan optimal khususnya apabila peserta didik membutuhkan pelayanan yang menyangkut bimbingan karir. Sedangkan Indikator yang sangat dirasa kurang, sehingga memperoleh skor 1 yakni indikator ke 16 dan 17 yakni membahas standar tenaga perpustakaan, dimana di sekolah ini tenaga perpustakaan belum mempunyai sertifikat sebagai standar minimal tenaga perpustakaan.

Indikator yang belum optimal dicapai dalam penelitian ini adalah indikator 9 yaitu menyangkut jumlah rasio guru BK dengan siswa dan pelayananannya. Seperti halnya disimpulkan Kamaluddin, (2011). Rendahnya mutu layanan bimbingan konseling di sekolah disebabkan jumlah guru BK belum sesuai dengan rasio 1:150 siswa. Demikian pula. Bhakti, (2017). Implementasi program bimbingan konseling harus didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang terampil. Hearne & Galvin (2015) menegaskan bahwa Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tugas seluruh pendidik dan tenaga kependidikan.

Berkaitan dengan standar tenaga perpustakaan, Dewi & Suhardini, (2014). Mengatakan bahwa peran perpustakaan sangat penting disekolah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, namun tenaga perpustakaan sekolah masih dibawah standar yang ditetapkan pemerintah, maka perlu meningkatkan kemampuan tenaga perpustakaan melalui pelatihan pengelolaan perpustakaan sekolah. Demikian pula Johan, (2018). Pustakawan harus kompeten dalam menggunakan TIK, dan mampu mengatur, menafsirkan informasi yang dibutuhkan guru dan siswa. Anggraeni, (2016).menyimpulkan perpustakaan sekolah mempunyai peran penting untuk meningkatkan gemar membaca siswa.

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian-penelitian ini, maka jumlah rasio guru BK 1:150 siswa dan tenaga perpustakaan yang kompeten (profesional) dalam mengelola perpustakaan menjadi penting dalam pengelolaan pendidikan di Sekolah. Adanya guru BK yang sesuai dengan jumlah rasio siswa dapat meningkatkan aktifitas pelayanan kepada peserta didik. Sedangkan tenaga perpustakaan yang kompeten dalam mengelola perpustakaan dapat meningkatkan teknis pelayanan yang prima kepada peserta didik, sehingga siswa nyaman dan senang ketika membaca buku. (1) Alternative solusi untuk menjawab tantangan. Berdasarkan hasil data ketercapaian ini, (masalah/kekurangan, hasil triangulasi) kepala sekolah dan wali kelas berupaya untuk membantu guru BK dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan peserta didik, dan sekolah

(9)

189

berupaya mengajukan usulan penambahan guru BK kepada Pemerintah Kota Bandung melalui dinas pendidikan.

Sedangkan yang berkaitan dengan standar kompetensi dan sertifikasi tenaga perpustakaan, sekolah berupaya untuk meningkatkan kompetensi dan pelayanan perpustakaan melalui pelatihan, workshop, seminar dan lain sebagainya. Selain itu strategi kepala sekolah agar siswa gemar membaca buku melalui program literasi dengan cara membuat perpustakaan kelas, pohon literasi dan membuat peta konsep setiap membaca buku yang sudah dibacanya. Untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi pendidik, sekolah menugaskan pendidik untuk mengikuti seminar, workshop dan pelatihan juga diharapkan untuk kuliah lagi sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

D. SIMPULAN

Jumlah rasio guru BK 1:150 sangat penting dalam melayani peserta didik, karena kalau tidak sesuai dengan rasio tersebut guru BK akan kewalahan ketika melayani peserta didik. Implementasi program bimbingan konseling harus didukung oleh sumber daya manusia yang terampil. Untuk menutupi kekurangan guru BK tersebut sebagaimana di simpulkan oleh Hearne dan Gavin bahwa bimbingan konseling di sekolah menjadi tugas seluruh pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga semua bersinergi dalam menangani permasalahan peserta didik. Strategi sekolah dalam meningkatkan kompetensi dan sertifikasi tenaga perpustakaan adalah dengan mengikutsertakan tenaga perpustakaan untuk mengikuti seminar, workshop dan pelatihan. Selain itu juga untuk meningkatkan kebiasaan gemar membaca bagi peseta didik dengan cara membuat perpustakaan kelas, pohon literasi dan membuat peta konsep dari buku yang sudah di baca.

(10)

190

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, I. (2016). Strategi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Gemar Membaca

Siswa di SMP Negeri 2 Balongbendo Sidoarjo. Inspirasi Manajemen Pendidikan, 4(1).

Arikunto, Suharsim. 2000. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit: Bumi Aksara Jakarta.

BNSP. 2006. Standar Isi. Jakarta

Bhakti, C. P. (2017). Program bimbingan dan konseling komprehensif untuk

mengembangkan standar kompetensi siswa. JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2), 131-132.

Efendi, M. (2013). Pengembangan Media Blog Dalam Layanan Informasi Bimbingan

Dan Konseling. Jurnal BK UNESA

Hadis, Abdul, dan Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Penerbit: Alfabeta Bandung.

Hearne, L., & Galvin, J. (2015). The role of the regular teacher in a whole school

approach to guidance counselling in Ireland. British Journal of Guidance & Counselling, 43(2), 229-240.

Irawan, Suhartono. 2000. Metode Penelitian Sosial. Penerbit: PT. Rosda Karya Johan, R. C. (2018). Analisis Kebutuhan Pelatihan untuk Memenuhi Kompetensi

Literasi Informasi Pengelola Perpustakaan Sekolah. Edulib, 2(2).

Kamaluddin, H.2011. Bimbingan dan konseling sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2011, 17.4: 447-454

Khumaidi, "Tenaga Kependidikan Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Analisis: Aspek Sumber Daya Pendidikan)." Edu-Math 4 (2014).

Nashihuddin, W., & Aulianto, D. R. (2016). Strategi Peningkatan Kompetensi dan

Profesionalisme Pustakawan di Perpustakaan Khusus. Jurnal Perpustakaan Pertanian, 24(2), 51-58.

Novianti, . "Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme

Guru Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 5 Kendari." Phd Diss., Iain

Kendari, 2017.

Undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Widiasa, I. K. (2007). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jurnal Perpustakaan

Sekolah, Tahun, 1, 1-14

Zamroni, E., & Rahardjo, S. (2015). Manajemen bimbingan dan konseling berbasis

(11)

Gambar

Gambar 1 menunjukkan profil ketercapaian indikator standar pendidik dan tenaga  kependidikan  pada  SMPN  18  Bandung
Gambar  2  Komposisi  kualifikasi  dari  Standar  PTK.  Komposisi  kualifikasi  dari  standar pendidik dan tenaga kependidikan menunjukkan komposisi kualifikasi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berpedoman pada PP. 42 Tahun 2006 Tentang Wakaf, Pemerintah dan masyarakat Semarang umumnya, berusaha untuk memperoleh daya guna dan hasil yang optimal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa merak hijau jantan berumur 10 tahun lebih banyak menampakkan tingkah laku reproduksi dibandingkan yang lain, begitupun pada merak hijau

(3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi standar

mempertahankannya, hal itulah yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama dalam mencari solusi yang tepat.Permasalahan utama mengapa bangunan tua bersejarah itu

Sementara itu, dalam perundangan fiqah Islam, konsep hukuman alternatif dapat dilihat dalam konteks ` uqubah badliyyah iaitu satu hukuman yang menggantikan hukuman asal yang

Dalam pertemuan ini Bobby Kennedy menawarkan solusi agar misil-misil Uni Soviet ditarik dari Kuba dan kapal-kapal pengangkut misil yang berusaha memasuki perairan

Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Hubungan Pendidikan Kesehatan Oleh Orang Tua tentang menstruasi

TOYOTA AVANZA G MATIC 2010 Warna Silver Hub. Paus Dlm No. Raya Bangunan Timur No. Letjen Suprapto No. Hub Lauser Jaya Mtr. Merah Hati full Orsinil tng ke 1 dr baru Rp.