• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN WARISAN DI PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA KELAS IB SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN WARISAN DI PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA KELAS IB SKRIPSI"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ii

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh ST. RAMLAH NIM : 105 25 11021 16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

(2)

i

SKRIPSI

OLEH

ST. RAMLAH NIM : 105 25 11021 16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/2020 M

(3)

MOTTO

Isy qariman aumutsyahidan (hidup mulia atau mati syahid)

Manusia yang paling lemah ialah orang yang tidak mampu

mencari teman. Namun yang lebih lemah dari itu ialah orang

yang mendapatkan banyak teman tapi menyia-nyiakannya.

(Ali bin Abi Thalib)

orang yang malas telah membuang kesempatan yang

diberikan oleh tuhan, padahal tuhan tidak pernah

menciptakan sesuatu yang sia-sia

kesabaran itu ada dua macam. Sabar atas sesuatu yang tidak

engkau inginkan dan sabar atas sesuatu yang engkau

inginkan.

(Ali bin Abi Thalib)

(4)

skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam saya haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW Beliaulah manusia yang di pilih oleh Allah S.W.T sebagai penyempurna Agama, sebab perjuangan Beliaulah yang menggulung tikar-tikar kebatilah dan membentangkan permadani_permadani keadilan. Tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

Almamater tercinta program studi Hukum Ekonomi Syariah

Ummiku tersayang (Hj. Andi Cendra Dg. Hayati), terimakasih atas pengorbanan, kasih sayang, cinta serta dukungan dan doa yang selalu engkau panjatkan di setiap sujudmu untuk mengiringi setiap langkah dalam hidupku, terimakasih karena ummi tidak pernah menyerah dalam mendukung pendidikan dan cita-citaku.

Ayahku tersayang (Baharuddin), terimakasih atas segala bimbingan, pengalaman dan motifasi serta dukungan ayah selama ini, yang sangat bermanfaat untuk semangat hidup saya dalam menjalani proses.

(5)

Saudara saudaraku, Samsul Bahri, Basri Iskandar, St. Bahra, linsa Mayang Sari dan Abd. Rahman, yang selama ini telah banyak mengajarkan makna kata pengorbanan dan perjuangan serta bantuan moril dan doa tulus yang selalu kalian panjatkan untuk keberlangsungan pendidikan dan hidupku.

Keluarga besar UKM Hizbul Wathan, (Rakanda dan Ayunda) yang telah banyak memberikan pelajaran, semangat, dukungan dan pengalamam yang tidak ternilai harganya bagi saya.

Keluarga besar Ikatan Pelajar Muhammadiyah ujung Tanah), yang selama ini memberi motivasi dan pengalaman dalam berlembaga sebagai pedoman hidup dalam berproses

Teman-teman KKP dan Keluarga besar SD INPRES PEO Desa Belabori, yang mengajarkan arti hubungan social yang sebenarnya dalam hidup saya .

(6)
(7)

NIM : 105 25 11021 16

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Agama Islam

Kelas : A

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 06 Dzulkaidah 1441 H 27 Juni 2020 M Yang Membuat Pernyataan

St. Ramlah

(8)

iv

Jenis penenlitian ini adalah ekspost facto, yang analisis datanya dilakukan secara deskriptif kualitatif dan pengelola datanya dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan tempatnya di pengadilan agama sungguminasa kelas 1b, kemudian dilakukan wawancara berbagai informan dan sumber yang berkompeten.

Tujuan peneliti ini yaitu (1) untuk mengetahui faktor yang mendorong terjadinya sengketa warisan antara penggugat dan tergugat serta (2) memperoleh gambaran tinjauan hakim pengadilan agama sungguminasa dalam memutuskan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.

Berdasarkan pada penelitian diproleh kesimpulan bahwa (1) Faktor yang menjadi sengketa warisan adalah penggugat sebagai isteri yang sah dari pewaris belum mendapat harta warisan atau harta peninggalan dari pewaris oleh karena itu tindakan para tergugat yang menguasai semua harta warisan peninggalan pewaris telah merugikan dan merampas hak waris penggugat dan hak waris 2 (dua) orang anak penggugat sebagai anak kandung pewaris.

(2) Gambaran tinjauan hakim pengadilan agama sungguminasa dalam memutuskan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.

Gugatan Penggugat kabur tidak jelas dan tidak sempurna dan cacat Hukum tidak berdasar Hukum sebagaimana yang diterapkan oleh HIR Pasal 118 dan pasal 120 dalam point 5.6.7 dan Hukum acara Peradilan Agama UU No.7 tahun 1989. Maka maka menurut putusan gugatan penggugat dinyatakan di tolak.

kata kunci:Tinjaun Yuridis, Putusan Warisan, Pengdilan Agama Sungguminasa Kelas IB

(9)

v

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN WARISAN OLEH PENGADILAN AGAM SUNGGUMINASA KELAS IB” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Hukum Ekonomi Syariah di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari hasil Skripsi yang tertuang dalam tulisan ini jahu dari sempurna, oleh karena itu penulis perlu dengan adanya saran-saran yang membangun sebagai penyempurnaan penyusunan karya ini, dengan demikian dapat dijadikan koreksi atas kesalahan guna menunjang kemaslahatan dikemudian hari.

Salah dari sekian pertolongan-Nya yang penulis rasakan adalah uluran tangan dan bantuan dari berbagai pihak dalam hal ini penulis menyadari bahwa penulis tidak bekerja sendiri banyak pihak yang turut membantu, motivasi, memberikan dukungan dan bimbingan guna kelancaran Skripsi ini, maka dari itu suatu kewajiban penulis untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada para pihak yang membantu penyusunan skripsi ini

(10)

vi

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M Selaku Retor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP Selaku Ketua Prodi yang telah membimbing member arahan, member nasehat-nasehat dari awal memasuki Fakultas Agama Islam hingga saat ini

4. Bapak Saidin Mansyur, S.S.,M.Hum Selaku Dosen Pembimbung I dan Ibu Wahidah Rustam, S.Ag.MH Selaku Dosen Pembimbing II yang sudah dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan, bimbingan serta koreksi terhadap penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2016 terkhusus kelas A serta Rakanda dan Ayunda UKM Hizbul Wathan UNISMUH Makassar, terimakasih banyak buat kalian yang selalu baik dan memberikan motivasi.

(11)

vii

Makassar, 22 Juni 2020

(12)

viii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10

A. Pengertian Hukum Waris ... 10

B. Rukun Mewarisi dan Syarat Kewarisan... 14

C. Dasar dan Sumber Kewarisan Islam ... 18

D. Ijtihad Para Ulama... 21

E. Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam... 22

F. Sebab-Sebab Pewarisan Dalam Islam... 23

G. Penghalang Warisan/Hilangnya Hak Waris Mewarisi... 25

H. Ahli Waris dan Bagiannya ... 26

(13)

ix

C. Jenis Data ... 35

D. Instrumen Penelitian... 35

E. Teknik Pengumpulan Data... 37

F. Keajegan... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 52

1. Karakter Informan... 52

2. Faktor Penyebab Terjadinya Sengketa Warisan Antara Penggugat dan Tergugat Dalam Putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM... 54

3. Gambaran Tinjaun Hakim Dalam memutuskanPerkara Warisan Putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM. Di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B ... . 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... . 78

A. KESIMPULAN... . 78

(14)

x

(15)

1

Hukum Islam merupakan satu kesatuan system hukum.Sistem perkawinan menentukan sistem keluarga, sistem keluarga menentukan sistem kewarisan.Bentuk perkawinan menentukan sistem atau bentuk keluarga, bentuk keluarga menentukan pengertian keluarga.Pengertian keluarga menentukan kedudukan dalam sistrem kewarisan. Pada dasarnya keluarga Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti (nuclear family), namun adalah keluarga menengah (middle family) dengan anggota terdiri dari orang tua, istri atau suami, anak atau keturunan dan saudara apabila tidak mempunyai anak.1

Sistem waris merupakan salah satu sebab atau alasan adanya perpindahan kepemilikan, yaitu perpindahan hartabenda dan hak-hak material dari pihak yang mewariskan ke pihak (pewaris), setelah yang bersangkutan wafat,kepada para penerima warisan (ahli waris) dengan jalan pergantian yang didasarkanpada hukum syara’.Terjadinya proses pewarisan ini tentu setelah memenuhi hak-hakyang terkait dengan harta

1Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, Pasal 49, Peradilan Agama

(16)

peninggalan orang yang mewariskan. Dalam menyelesaikan kasus perdata keislaman telah menjadi kewenangan Peradilan Agama.

Sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Undang-UndangDasar Negara Repoblik Indonesia Tahun 1945 menentukan pasal 24 ayat (2) bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkama Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan umum, lingkungan Peradilan agama, lingkungan Peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan pelaku-pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan penegakkan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam. Hal ini di atura dalam Undang-Undang Pasal 49 ayat (1) UU No.7 Tahun 1989 dan di perbaharui dengan pasal 49 UU No.3 Tahun 2006 tentang tugas dan wewenang Pengadilan Agama di bidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infak, Shadaqah, dan Ekonomi Syariah.2

Dengan penegasan kewenangan peradilan tersebt dimaksudkan untuk memberikan dasar hukum kepadaPengadilan Agama dalam menyelesaikan

2http://www.google.com .File:///E:/SKRIPSI TENTANG PERSOALAN PERDATA ISLAM_Weys.Htm

(17)

perkara tertentu, termasuk pelanggaran Undang-Undang tentang perkawinan dan peraturan pelaksanaannya.3

Di Indonesia hukum waris yang berlaku secara nasional ada tiga macam, yaitu hukum waris yang berdasarkan hukum Islam, hukum barat dan hukum adat.Dalam hukum Islam, hukum waris mempunyai kedudukan yang amat penting. Hal ini dapat dimengertikan karena masalah kewarisan akan dialami oleh setiap orang, selain itu masalah warisan merupakan suatu masalah yang sangat mudah untuk menimbulkan sengketa atau perselisihan diantara ahli waris atau dengan pihak ketiga. Masalah-masalah yang menyangkut warisan seperti halnya yang menyangkut masalah-masalah lain yang dihadapi manusia ada yang sudah di jelaskan permasalahannya dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah dengan keterangan yang kongkrit, sehingga tidak timbul macam-macam interpretasi, bahkan mencapai ijma’ (konsesus) dikalangan ulama dan ummat Islam.

Dalam pandangan Islam Allah telah menetapkan aturan main bagi kehidupan manusia di atas dunia ini.Aturan ini dituangkan dalam bentuk titah atau kehendak Allah tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Aturan Allah tentang tingkah laku manusia secara sederhana adalah syariah atau hukum syara yang sekarang disebut hukum islam.

(18)

Dalam kamus hukum, hukum Isalam adalah hukum yang berhubungan dengan kehidupan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist.4Salah satu syariat

yang diajarkan dalam Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya.

Masalah waris ini sering menimbulkan sengketa atau masalah bagi ahli waris, karena langsung menyangkut harta benda seseorang, karena harta oleh manusia dianggap sebagai barang yang berharga. Sehingga sering menimbulkan sengketa ataupun perselisihan karena berebut untuk menguasai harta waris tersebut. Sengketa dalam masalah pembagian waris ini bisa juga disebabkan karena harta warisan itu baru dibagi setelah sekian lama orang yang diwarisi itu wafat. Ada juga karena kedudukan harta yang tidak jelas, bisa juga disebabkan karena diantara ahli waris ada yang memanipulasi harta peninggalan tersebut. Sengketa perselisihan pembagian waris ini bisa membawa dampak buruk bagi ahli waris yang ditinggalkan, karena berebut harta waris hubungan kekeluargaan di antara ahli waris ini bisa rusak atau memutuskan hubungan kekeluargaan di antara ahli waris. Maka dari itu masalah waris ini tidak bisa dianggap remeh. Allah telah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 7 yang artinya:

“….Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)

(19)

dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.

Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa Allah telah memberikan bagian sendiri-sendiri kepada setiap laki -laki dan perempuan dari harta peninggalan orang tuanya maupun kerabatnya. Selain itu juga Hadist Riwayat Al Jama’ah kecuali Muslim dan Nasai, mengajarkan bahwa :

“…..Orang muslim tidak berhak waris atas harta orang kafir dan orang kafir tidak berhak atas harta orang muslim.”5

Menurut Effendi Perangain hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya.6

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 171 ayat (a) dijelaskan bahwa yang di maksud dengan hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masingnya.7

Pembagian warisan dalam agama Islam merupakan suatu kemestian (infaq ijbary) Penetapan dan pembagian warisan yang telah tercantum dalam Al-Qur’an tidak boleh ditolak oleh ahli waris yang berhak menerimanya, sebelum dilakukan pembagian warisan. Salah satu proses penegak hukum

5Ahmad Azhar Basyir,Hukum Waris Islam,UII Perss,Yogyakarta,2001 Hal.8 6Efendi Perangin,Hukum Waris,PT. Rajagrafindo Persada,Jakarta,2011 Hal.3 7Amin Husein Nasution,Hukum Kewarisan, PT.Rajagrafindo Persada,Jakarta, 2012 Hal.35

(20)

adalah melalui badan beradilan yang merupakan sarana/wadah yang berfungsi untuk menyelesaikan persoalan hukum yang timbul dalam kehidupan manusia baik perseorangan maupun kelompok.

Para penegak hukum khususnya para Hakim dalam menerapkan hukum tersebut, tentu berpijak pada hukum yang berlaku dantidak meninggalkan asas hukum, mengingat asas hukum adalah “aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum”. Dalam bahasa Inggris, kata asas diformatkan sebagai ”Principle” sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, asas diartikan dalam tiga pengertian, pertama yaitu dasar yakni sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat, kedua yaitu dasar cita-cita, dan yang ketiga yaitu hukum dasar.8

Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui firman-Nya yang terdapat dalam Al-qur’an, terutama Surah An-Nissa ayat 7,8,11,12 dan 176, pada dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud, arah dan tujuannya. Hal-hal yang memerlukan penjelasan, baik sifatnya terperinci ataupun menegaskan, telah disampaikan oleh Rasullullah SAW melalui Hadistnya. Namun demikian penerapannya masih menimbulkan wacana pemikiran dan pembahasan dikalangan para pakar hukum Islam

8Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan,Kamus Besar Bahasa Indonesia EdisiKedua, Jakarta Balai Pustaka,1995, Hal.60

(21)

yang kemudian dirumuskan dalam ajaran yang bersifat normatif. Aturan tersebut yang kemudian diabadikan dalam lembaran kitab fiqh serta menjadi pedoman bagi umat muslim dalam menyelesaikan permasalahan tentang kewarisan.9

Timbulnya kebutuhan untuk mengetahui kejelasan ketentuan hukum kewarisan tersebut tidak harus menunggu karena adanya sengketa diperkara waris tetapi seyogyanya karena ingin agar dapat melaksanakan ketentuan hukum Islam, mengingat sebagian besar bangsa Indonesia adalah penganut agama Islam.Hukum kewarisan Islam telah merombak secara mendasar sistem kewarisan yang berlaku pada masa sebelum Islam yang pada pokoknya tidak memberikan hak kewarisan kepada wanita dan anak-anak. Dengan demikian, hukum kewarisan islam telah meletakkan suatu dasar keadilan hukum yang sesuai denagn hak asasi dan martabat manusia.

Berkaitan dengan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat hal tersebut sebagai bahan menyusun skripsi yang diberi judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Warisan Di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B”.

9Moh.Muhibbin & Abdul Wahid,Hukum Kewarisan Islam, Sinar Grafika, ,Jakarta 2009/2011 Hal.2

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang dapat dijadikan rumusan masalah dalam menyusun skripsi ini adalah:

1. Apa saja faktor penyebab terjadinya sengketa warisan antara pengguggat dan tergugat dalam putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B ?

2. Bagaimana gambaran tinjauan hakim dalam memutuskan perkara warisan dalam putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.diPengadilan Agama Sungguminasa kls 1B?

C. Tujuan Penelitian

Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan singkat, karena hal ini yang akan dapat memberikan arah pada penelitian yang dilakukan.10Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendorong terjadi sengketa warisan antara pengguggat dan tergugat dalam putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.

10Bambang sugono,Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,Jakarta: 1997 Hal 11.

(23)

b. Untuk memperoleh gambaran tinjauan hakim Pengadilan Agama Sungguminasa kelas 1B dalam memutus perkara warisan dalam putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi si penulis sendiri, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain yang membaca penelitian ini. Adapun manfaat ini meliputi :

a. Manfaat Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan ilmu hukum terkait dengan warisan. Dan dapat memberikan sumbangan khasana terhadap ilmu umum lainnya sehingga menambah wawasan bagi masyarakat mengenai perkara warisan

b. Manfaat Secara Praktis

Sebagai wacana baru, sekaligus memberikan pemahaman yang lebihmendalam mengenai perkara warisan menurut hukum Islam.

(24)

10

Dalam rangka memahami kaidah-kaidah serta seluk belut hukum waris, hamper tidak dapat dihindarkan untuk terlebih dahulu memahami beberapa istilah yang lazim dijumpai dan di kenal. Istilah-istilah di maksud tentu saja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengertian hukum waris itu sendiri. Beberapa istilah tersebut beserta pengertiannya seperti dapat di simak berikut ini:

Waris

Suatu perpindahan berbagai hak kewajiban serta harta kekayaan seorang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.11

Warisan

Berasal dari bahasa Arab Al-miirat, pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain.12

11Muslih Maruzi, Pokok-Pokok Ilmu Waris, PT. Pustaka Reski Putra. Cet, ke-1, Semarang 1997, hlm.6

(25)

Pewaris

Adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.

Ahli Waris

Orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris .

Mewarisi

Yaitu mendapat harta pusaka,biasanya segenap ahli waris adalah mewarisi harta peninggalan pewarisnya.

Proses Pewarisan

Istilah ini memiliki dua pengertian atau dua makna, yaitu penerusan atau penunjukan para waris ketika pewaris meninggal13

Hukum waris dalam ajaran Islam disebut dengan istila”faraid”.Kata faraid adalah jamak dari kata faridah yang berasal dari kata fardu yang berarti ketetapan pemberian (sedekah).14

13Eman Suparman, Hukum waris Indonesia, PT. Refika Aditama,Bandung:2011, Hal.2

(26)

Menurut istilah hukum di Indonesia, ilmu faraid di sebut dengan “Hukum Waris” (ERFRECHT) yaitu hukum yang mengatur tentang apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia.15

Dalam beberapa literature Hukum islam juga di temui beberapa istilah untuk menanamkan Hukum Kewarisan Islam, seperti Fiqih Mawaris, Ilmu Faraid dan Hukum Kewarisan. Perbedaan dalam penanaman ini terjadi karena perbedaan arah yang di jadikan titik utama dalam pembahasan.

Fiqih Mawaris adalah kata yang bersal dari bahasa Arab Fiqih dan mawaris.Untuk mengetahui maksud dan pembahasan lebih lanjut, sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui tentang pengertian Fiqih Mawaris.

Fiqih menurut bahasa berarti mengetahui, memahami yakni mengetahui sesuatu atau memahami sesuatu sebagai hasil usaha mempergunakan pikiran yang sungguh-sungguh.16 Menurut Prof.Daud Ali

memberikan pemahaman bahwa “fiqih adalah memahami dan mengetahui wahyu (Al-qur’an dan Al-hadist) dengan menggunakan penalaran akal dan metode tertentu, sehingga di ketahui ketentuan hukumnya dengan dalil secara rinci”. Singgah di jelaskan dalam surah At-taubah ayat 122.17

Artinya: “……tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuannya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari

tiap-14Amin Husaein Nasution, Hukum Kewarisa, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta:2012 Hal 49

15Subekti, ,Kamus Hukum,Pradnya Paramita,Jakarta:1969 Hak.50 16Syafi’I Karim, Fiqh,Ushulul Fiqh, Pustaka Setia,Bandung:2001, Hal.11

17Daud Ali, Hukum Islam, Ilmu Hukum, dan Tata Hukum Islamdi Indonesia, Raja Gratindo,Jakarta:1998, Hal.43

(27)

tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya…….”18

Kata mawaris diambil dari bahasa Arab.Mawaris dalam bentuk jamak dari miiraats yang berartipeninggalanyang diwarisi oleh ahli warisnya.Jadi fiqih mawaris adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang harta peninggalan, siapa saja yang berhak menerima hara peninggalan serta beberapa bagian masing-masing.19 Sebagai pedoman dalam upaya memahami pengertian hukum waris secara utuh, beberapa definisi diantaranya yaitu:

Menurut Werjono Prodjodikoro. “Warisan adalah soal apakah dan bagaimanakah pembagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu itu meninggal dunia akan beralih kepada orang yang masih hidup”.20

Berdasarkan pasal 171 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa hukum waris adalah hukum yang mengatur

18Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,An-nisa ayat 122 19Moh.Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam, Sinar Grafika,Jakarta:2009/2011, Hal.7

(28)

tentang peralihan-peralihan harta kekayaan yang di tinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya.21

B. Rukun Mewarisi dan Syarat Kewarisan 1. Rukun Mewarisi

Ada tiga unsure yang perlu di perhatikan dalam waris mewarisi, tiap unsure tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan.Unsure-unsur ini dalam kitab fiqih disebut sebagai rukun, dan persyaratan ini di sebut sebagai syarat untuk tiap-tiap rukun.22

Rukun merupakan bagian dari permasalahan yang menjadi pembahasan.Pembahasan ini tidak sempurna jika salah satu rukun ini tidak sempurna, jika salah satu rukun tidak ada. Sehubungan dengan pembahasan hukum waris yang menjadi rukun waris mewarisi ada 3 yaitu sebagai berikut:

1. Harta peninggalan (mauruts)

Yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh si mayat yang akan di pusakai atau di bagi oleh para ahli waris setelah diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi utang dan melaksanakan wasiat.

Pada umumnya di Indonesia, rumah tangga memiliki 4 (empat) macam harta yaitu sebagai berikut:

21Efendi Perangin, Hukum Waris, PT.RajaGratindo Persada.Jakarta:2011, Hal.3 22Moh Muhibbin & Aduk Wahid, Loc.Cip,Hal.57

(29)

a. Harta yang di peroleh sebelum perkawinan, sebagai hasil usaha masing-masing.

b. Harta yang di bawah pada saat mereka menikah, di berikan kepada dua mempelai, mungkin berupa modal usaha atau prabot rumah tangga atau rumah tempat tinggal suami istri itu.

c. Harta yang diproleh selama perkawinan berlangsung, tetapi karena hibah atau warisan dari orang tua mereka atau keluarga.

d. Harta yang di peroleh selama perkawinan atas usaha bersama atau usaha salah seorang yang di sebut harta pencaharian.

2. Pewaris atau orang yang meninggalkan harta warisan (mewarisi)

Yaitu orang yang meninggal dunia dan meninggalkan waris.Didalam kamus Indonesia disebut istilah “pewaris” sedangkan kitab fiqih disebut mawaris.Kematian mawarist menurut para ulama dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

1) Mati haqiqy (sejati)

Adalah hilangnya nyawa seseorang yang semula nyawa itu sudah berwujud padanya.

2) Mati hukmy (berdasarkan keputusan hakim)

Adalah suatu kematian disebabkan oleh adanya vonis hukum, baik pada hakikatnnya, seseorang bebar-benar masih hidup maupun dalam dua kemungkinan antara hidup dan mati.

(30)

3) Mati taqdiry (menurut dugaan)

Adalah suatu kematian yang bukan haqiqy dan bukan hukmy, tetapi semata-mata hanya berdasarkan dugaan keras.

3. Ahli Waris atau Warits

Yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan si mawaris lantaran mempunyai sebab-sebab untuk mewarisi.23

2. Syarat-Syarat Kewarisan

Dalam syarat Islam ada tiga syarat supaya pewarisan dinyatakan ada sehingga dapat member hak kepada seseorang atau ahli waris untuk menerima warisan.24yaitu:

a. Orang yang mewariskan (mawaris) benar telah meninggal dunia dan dapat di buktikan secara hukum bahwa ia telah meninggal.

b. Orang yang mewarisi (ahli waris atau waris) hidup pada saat orang yang mewariskan meninggal dunia dan bisa dibuktikan secara hukum. c. Ada hubungan pewarisan antara yang mewariskan dengan orang yang

mewarisi, yaitu:

1) Hubungan nasab (keturunan kekerabatan), baik pertalian garis lurus ke atas (Ushul al-mayyit), seperti anak, cucu, atau pertalian mendatar/menyamping (al-hawasyi) saudara, paman dan anak 23Moh.Muhibbin & Abdul Wahid, Loc.cip, Hal 56

(31)

turunannya sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah An-nisa ayat 7 yang artinya

“…Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah di tetapkan”.25

2) Hubungan pernikahan yaitu seorang dapat mewarisi disebabkan menjadi suami atau istri dari orang yang mewariskan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 12 yang arinya:

“….danbagi suami seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu jikamereka tidak mempunyai anak dan para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak”.26

3) Hubungan perbudakan (wala) yaitu seorang berhak mendapatkan warisan dari bekas budak (hamba) yang telah dimerdekannya (dibebaskannya), pembebasan seorang budak (hamba) berarti pemberian kemerdekaan, sehingga budak tersebut mempunyai kedudukan yang sama dengan yang manusia lainnya.27

25Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,An-nisa ayat 7, Hal.77 26Ibid,Hal.117

(32)

C. Dasar dan Sumber Kewarisan Islam

Dasar dan sumber utama dari hukum Islam sebagai hukum agama (Islam) adalah nash atau teks yang terdapat dalam Al-qur’an dan sunnah Nabi. Ayat-ayat Al-qur’an dan sunnah Nabi yang secara langsung mengtur kewarisan tersebut antara ain sebagai beriku:

1. Ayat-ayat Al-Qur’an

 QS An-Nisaa’ ayat 8:

َٰﰉْﺮُﻘْﻟا ﻮُﻟوُأ َﺔَﻤْﺴِﻘْﻟا َﺮَﻀَﺣ اَذِإَو

ْﻢُﻫﻮُﻗُزْرﺎَﻓ ُﲔِﻛﺎَﺴَﻤْﻟاَو ٰﻰَﻣﺎَﺘَﻴْﻟاَو

ﺎًﻓوُﺮْﻌَﻣ ًﻻْﻮَـﻗ ْﻢَُﳍ اﻮُﻟﻮُﻗَو ُﻪْﻨِﻣ

Artinya: “..Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat

(kerabat yang tidak mempunyai hak dari warisan dari harta benda pusaka), anak yatim dan orang miskin maka berilah mereka dari harta itu (pemberian sekadarnya itu tidk boleh lebih dari sepertiga harta warisan atau sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”.28  QS An-Nisaa’ ayat 11:

ْﻢُﻛِد َﻻْوَأ ِﰲ ُﻪﱠﻠﻟا ُﻢُﻜﻴِﺻﻮُﻳ

ۖ◌

ِ ْﲔَـﻴَـﺜْـﻧُ ْﻷا ﱢﻆَﺣ ُﻞْﺜِﻣ ِﺮَﻛﱠﺬﻠِﻟ

ۚ◌

َكَﺮَـﺗ ﺎَﻣ ﺎَﺜُﻠُـﺛ ﱠﻦُﻬَﻠَـﻓ ِ ْﲔَـﺘَﻨْـﺛا َقْﻮَـﻓ ًءﺎَﺴِﻧ ﱠﻦُﻛ ْنِﺈَﻓ

ۖ◌

ْﺖَﻧﺎَﻛ ْنِإَو

ُﻒْﺼﱢﻨﻟا ﺎَﻬَﻠَـﻓ ًةَﺪ ِﺣاَو

ۚ◌

ُسُﺪﱡﺴﻟا ﺎَﻤُﻬْـﻨِﻣ ٍﺪ ِﺣاَو ﱢﻞُﻜِﻟ ِﻪْﻳَﻮَـﺑَِﻷَو

َـﺗ ﺎﱠِﳑ

ٌﺪَﻟَو ُﻪَﻟ َنﺎَﻛ ْنِإ َكَﺮ

ۚ◌

ُﻩاَﻮَـﺑَأ ُﻪَﺛِرَوَو ٌﺪَﻟَو ُﻪَﻟ ْﻦُﻜَﻳ َْﱂ ْنِﺈَﻓ

ُﺚُﻠﱡـﺜﻟا ِﻪﱢﻣُ ِﻸَﻓ

ۚ◌

ُسُﺪﱡﺴﻟا ِﻪﱢﻣُ ِﻸَﻓ ٌةَﻮْﺧِإ ُﻪَﻟ َنﺎَﻛ ْنِﺈَﻓ

ۚ◌

ِﺪْﻌَـﺑ ْﻦِﻣ

ۗ◌

ْﻢُﻬﱡـﻳَأ َنوُرْﺪَﺗ َﻻ ْﻢُﻛُؤﺎَﻨْـﺑَأَو ْﻢُﻛُؤﺎَﺑآ

(33)

ﺎًﻌْﻔَـﻧ ْﻢُﻜَﻟ ُبَﺮْـﻗَأ

ۚ◌

ِﻪﱠﻠﻟا َﻦِﻣ ًﺔَﻀﻳِﺮَﻓ

ۗ◌

ﺎًﻤﻴِﻠَﻋ َنﺎَﻛ َﻪﱠﻠﻟا ﱠنِإ

ﺎًﻤﻴِﻜَﺣ

Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian

pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak, jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.Ini adalah ketetapan dari Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.29

 QS. An-Nisaa’ ayat 176:

ِﺔَﻟ َﻼَﻜْﻟا ِﰲ ْﻢُﻜﻴِﺘْﻔُـﻳ ُﻪﱠﻠﻟا ِﻞُﻗ َﻚَﻧﻮُﺘْﻔَـﺘْﺴَﻳ

ۚ◌

َﻚَﻠَﻫ ٌؤُﺮْﻣا ِنِإ

ُأ ُﻪَﻟَو ٌﺪَﻟَو ُﻪَﻟ َﺲْﻴَﻟ

َكَﺮَـﺗ ﺎَﻣ ُﻒْﺼِﻧ ﺎَﻬَﻠَـﻓ ٌﺖْﺧ

ۚ◌

ْنِإ ﺎَﻬُـﺛِﺮَﻳ َﻮُﻫَو

ٌﺪَﻟَو ﺎََﳍ ْﻦُﻜَﻳ َْﱂ

ۚ◌

َكَﺮَـﺗ ﺎﱠِﳑ ِنﺎَﺜُﻠﱡـﺜﻟا ﺎَﻤُﻬَﻠَـﻓ ِ ْﲔَـﺘَﻨْـﺛا ﺎَﺘَـﻧﺎَﻛ ْنِﺈَﻓ

ۚ◌

ِ ْﲔَـﻴَـﺜْـﻧُ ْﻷا ﱢﻆَﺣ ُﻞْﺜِﻣ ِﺮَﻛﱠﺬﻠِﻠَﻓ ًءﺎَﺴِﻧَو ًﻻﺎَﺟِر ًةَﻮْﺧِإ اﻮُﻧﺎَﻛ ْنِإَو

ۗ◌

َﻟ ُﻪﱠﻠﻟا ُﱢﲔَـﺒُـﻳ

اﻮﱡﻠِﻀَﺗ ْنَأ ْﻢُﻜ

ۗ◌

ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٍء ْﻲَﺷ ﱢﻞُﻜِﺑ ُﻪﱠﻠﻟاَو

Artinya: “….Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).

Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu) jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara

(34)

perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan.Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat.Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.30

2. Al-Hadist

Hadist Nabi Muhammad SAW yang secara langsung mengatur tentang kewarisan adalah:

a. Hadist Nabi dari Abdullah Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh imam Bukhari:

“….Berikanlah Faraidh (bagi yang ditentukan) itu kepada yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-laki dan keturunannya laki-laki yang terdekat”.31

b. Hadist Nabi dari Usman Bun Zaid menurut riwayar Tirmidzi:

“….Dari Usmah bin Zaid bahwa Nabi SAW bersabda: Seorang muslim tidak mewarisi harta orang non muslim dan orang non muslim pun tidak dapat mewarisi harta orang muslim”.32

c. Hadist Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat Imam Ibnu Majah:

“…..Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, bersabda: “Orang yang membunuh tidak bisa menjadi ahli waris”.

d. Hadist dari Abu Hurairah menurut riwayat Bukhari:

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW yang berkata : “saya adalah yang utama dari seorang muslim dari diri mereka sendiri, siapa-siapa yang meninggalkan harta untuk membayarnya maka sayalah yang akan melunasinya. Barang siapa yang meninggalkan harta maka harta itu untuk ahli warisnya”.

30Departeman Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, QS. An-Nisa ayat 176: Hal.77 31Al-Bukhari,Shahih Bukhary,jus.IV,Cairo : Daar wa Matha’ Asy-Sya’biy: Hal 181 32Ahmad Azhar Basyir, Hukum waris Islam, Ull Pers,Yogyakarta:2011, Hal.8

(35)

D. Ijtihad Para Ulama

Meskipun Al-qur’an dan Al-Hadist sudah memberikan ketentuan terperinci mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih diperlukan adanya ijtihad, yaitu terhadap hal yang tidak di tentukan dalam Al-qur’an atau Al-hadist misalnya mengenai bagian warisan banci (khunsa), diberikan kepada siapa harta warisan yang tidaak habis terbagi, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan ayah dan suami atau istri dan sebagainya.33

Contoh lain status saudara-saudara yang mewarisi bersama-sama dengan kakek. Di dalam Al-qur’an hal ini tidak dijelaskan.Yang dielaskan hanyalah status saudara-saudara bersama-sama dengan ayah atau bersama-sama dengan anak laki-laki yang dalam kedua keadaan ini mereka tidak mendapatkan apa-apa lantaran terhijah, kecuali dalam masalah kalalah maka mereka mendapatkan bagian.34

Menurut pendapat kebanyakan sahabat dari imam-imam mazhab yang mengutip pendapat Zaid Tsabit.Saudara-saudara tersebut mendapatkan pusaka secara muqasamah dengan kakek.

Status cucu yang ayahnya lebih dahulu meninggal daripada kakek yang bakal diwarisi yang mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara

33Ibid,hal.9

(36)

ayahnya.Menurut ketentuan mereka tidk dapat apa-apa lantaran di hijab saudara ayahnya, tetapi menurut Undang-Undang Hukum Wasiat Mesir mereka diberi bagian berdasarkan atas wasiat wajibah.35

E. Asas-Asa Hukum Kewarisan Islam

Hukum kewarisan Islam mengandung berbagai asas yang memperlihatkan bentuk karakteristik dari hukum kewarisan itu sendiri.

Asas-asas kewarisan Islam tersebut antara lain:36 1. Asas ijbari

Asas yang tedapat dalam hukum kewarisan Islam mengandung arti bahwa peralihan harta seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahliwaris.

2. Asas bilateral

Asas dalam hukum kewarisan Islam yang mengandung arti bahwa harta warisan beralih kepada ahli warisnya melalui dua arah (dua belah pihak) hal ini berarti bahwa setiap orang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihal garis kerabat, yaitu pihak kerabat garis keturunan

35Faturahman, Ilmu Waris, Al ma’arif,Bandung:1975, hal.33 36Ibid, hal .22

(37)

perempuan.Pada perinsipnya asas ini menegaskan bahwa jenis kelamin bukan merupakan penghalang untuk mewarisi atau diwarisi.

3. Asas individu

Asas hukum islam mengajarkan asas kewarisan secara individual, dalam arti harta warisan dapat dibagi-bagi pada masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan.

4. Asas keadilan berimbang

Asas ini mengandung arti senantiasa seimbang antara hak dan kewajiban, antara yang diperoleh seseorang dengakewajiban yang harus ditunaikannya.

5. Asas semata akibat kematian

Asas ini berarti bahwa harta seseorang tidak dapat beralih kepada orang lain (keluarga) dengan nama waris selama yang mempunyai harta masih hidup.

F. Sebab-sebab Pewarisan Dalam Islam

Menurut Sayid Sabiq seseorang dapat mewarisi harta peninggalan karena tiga hal, yaitu sebab hubungan kerabat/nasab, perkawinan dan wala. Adapun literature hukum Islam lainnya disebut ada empat sebab hubungan

(38)

seseorang dapat menerima harta warisan dari seseorang yang telah meninggal dunia yaitu:

1. Hubungan kekerabatan (Nasab)

Salah satu sebab beralihnya harta, seseorang yang tealah meninggal dunia kepada yang masih hidup adalah adanya hubungan nasab yang disebabkan oleh kelahiran.

2.Hubungan perkawinan

Perkawinan yang menjadi sebab timbulnya hubungan kewarisan antara suami dengan istri didasarkan pada dua syarat yaitu:

a. Perkawinan itu sah menurut Syariat Islam. Artinya syarat dan rukun perkawinan itu terpenuhi, atau antara keduannya telah berlangsung akad nikah yang sah, yaitu nikah yang telah dilaksanakan dan telah memenuhi rukun dan syarat pernikahan serta terlepas dari semua halangan pernikahan walaupun belum kumpul (hubungan kelamin)

b. Perkawinan masih utuh. Artinya, suami istri masih terikat dalam tali perkawinan saat salah satu pihak meninggal dunia.

3. Hubungan sebab Al-Wala

Hubungan sebab wala adalah hubungan waris mewarisi karena kekerabatan menurut hukum yang timbul karena membebaskan budak, sekalipun diantara mereka tidak ada hubungan nasab.

(39)

4. Hubungan sesama Islam

Hubungan Islam yang dimaksud di sini terjadi apabila seseorang yang meninggal dunia tidak memiliki ahli waris maka harta warisannya itu diserahkan kepada pembendaharaan umum atau yang disebut Baitul Mall, yang akan digunakan oleh ummat Islam.

G. Penghalang Warisan/Hilangnya Hak Waris-Mewarisi

Penghalang warisan adalah tindakan atau hal-hal atau yang dapat menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi karena adanya sebab atau syarat mewarisi.37 Hal-hal yang menyebabkan ahli waris kehilangan hak mewarisi atau terhalang mewarisi adalah sebagai berikut:

1. Pembunuhan

Para ahli hukum sepakat bahwa tindakan pembunuhan yng dilakukan oleh ahli waris terhadap pewaris, pada perinsipnya menjadi penghalang baginya untuk mewarisi harta warisan pewaris yang dibunuhnya. Berdasarkan hadist Nabi yang artinya:

“…..tidak ada hak bagi pembunuh mewarisi sedikit pun….”

(40)

2. Berlainan agama (Murtad)

Berlainan agama adalah adanya perbedaan agama yang menjadi kepercayaan antara orang yang mewarisi dengan orang yang mewariskan.

3. Perbudakan

Di dalam Al-qur’an telah digambarkan bahwa seorang budak tidak cakap mengurus hak milik kebendaan dengan jalan apa saja, karena dipandang tidak cakap mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan kerabatnya.

H. Ahli Waris dan Bagiannya

Ahli waris yang berhak mendapat bagian warisan menurut agama Islam adalah orang yang mempunyai hubungan pewarisan dengan orang yang mewariskan yaitu kekerabatan yang didasarkan pada hubungan nasab/keturunan, perkawinan perbudakan dan seagama islam.38 Secara umum, ahli waris dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:39

1. Ahli waris dari segi kelamin

Dimana dalam segi kelamin ini ahi waris dibedakan menjadi dua diantaranya:

38Ibid .Hal .99

(41)

a. Ahli waris laki-laki: anak laki-laki, cucu laki-laki sampai dengan laki-laki yang memerdekakan budak

b. Ahli waris perempuan: anak perempuan, ibu sampai dengan perempuan yang memerdekakan budak.

2. Ahli waris dari segi ahknya atas harta warisan. 2.1Ahli waris Dzawil Furudh (Ashabul Furudh)

Yaitu yang mendapatkan bagiannya tertentukan dalam Al-qur’an dan hadist 2/3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8.Jenis ini ada 12 yaitu suami, istri, ayah, ibu, anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, saudara laki-laki seibu, saudara perempuan seibu, kakek dan nenek.40

2.2Yang berhak ½

1) Suami, jika pewaris tidak memiliki anak.

2) Anak perempuan kandung, apabila seorang dan pewaris tidak punya anak laki-laki.

3) Cucu perempuan dari anak laki-laki, apabila seorang dan dia tidak punya anak serta tidak punya ayah atau kakek.

4) Saudara kandung perempuan, apabila seorang dan dia tidak punya saudara kandung laki-laki dan pewaris tidak punya anak serta tidak punya ayah atau kakek

(42)

5) Saudara perempuan seayah, jika seorang, dia tidak punya saudara laki-laki dan pewaris tidak punya saudara kandung perempuan serta pewaris tidak punya ayah atau kakek dan tidak punya anak.

2.3Yang berhak ¼

1) Suami jika istri punya anak atau cucu laki-laki 2) Istri jika suami tidak punya anak atau cucu 2.4Yang berhak 1/8

1) Istri baik seorang atau lebih, jika suami punya anak atau cucu 2.5Yang berhak 2/3

1) Dua anak perempuan kandung atau lebih jika tidak ada saudara laki-laki.

2) Dua anak perempuan dari anak-anak laki-laki, jika tidak ada cucu laki-laki dan pewaris tidak punya anak kandung laki-laki atau perempuan serta pewaris tidak punya dua anak kandung perempuan.

3) Dua saudara kandung perempuan atau lebih, jika tidak ada saudara laki-laki sebagai ‘ashabah dan pewaris tidak punya anak laiki-laki atau perempuan, tidak punya ayah atau kakek serta tidak punya anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki.

4) Dua saudara perempuan seayah atau lebih, jika tidak ada saudara laki-laki seayah dan pewaris tidak punya ayah atau

(43)

kakek serta tidak punya anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki atau saudara kandung (laki-laki atau perempuan).

2.6Yang berhak 1/3

1) Ibu jika pewaris tidak punya anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki dan tidak punya dua saudara atau lebuh, baik laki-laki atau perempuan (baik saudara sekandung atau seayah atau seibu).

2) Dua saudara laki-laki atau perempuan seibu atau lebih, jika pewaris tidak punya anak (laki-laki atau perempuan) dan tidak punya ayah atau kakek.

3) Ashabah (kerabat dari pihak ayah) karena kerabat ayah menguatkan dan melindungi. Ashabah dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Ashabah Sababiyah disebabkan memerdekakan budak. b) Ashabah Nasabiyah (karena nasab, ashabah ini dibedakan

menjadi tiga yaitu:41

c) Ashabah bin Nafsi yaitu ashabah-ashabah yang berhak mendapat semua harta atau semua sisa.

(44)

d) Ashabah bil ghairi yaitu ashabah dengan sebab orang lain, yakni seorang wanita yang menjadi ashabah karena ditarik oleh seorang laki-laki.

e) Ashabah ma’al ghairi yaitu saudara perempuan kandung atau seayah bila bersama anak perempuan (tidak ada anak laki-laki).

f) Dzawil arham yaitu ahli waris yang mempunyai hubungan dengan pewaris tetapi tidak termasuk golongan ash furudh dan ashabah seperti.42:

1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan.

2. Kemenakan laki-laki atau perempuan (anak saudara perempuan kandung atau seayah atau seibu)

3. Kemenakan perempuan (anak perempuan saudara laki-laki kandung atau seayah)

4. Saudara sepupu perempuan (anak perempuan paman) 5. Paman sibu (saudara lai-laki ayah seibu)

6. Paman (saudara laki-laki ibu) 7. Bibi (saudara perempuan ayah) 8. Bibi (saudara perempuan ibu) 9. Kakek(ayah ibu)

10. Nenek buyut (ibunya kakek no.9) 42Johana Jusak,op cit, Hal 14

(45)

11. Kemenakan seibu (anak saudara laki-laki seibu)

Para ulama berbeda pendapat tentang hak warisannya, yaitu:

1. Zaid bin Tsabit, tidak memasukkan sebagai ahli waris, pendapat ini diikuti ulama tabi’in Said bin Musayab, Saib bin Jubair, serta Imam Maliki dan Syafi’i. dia berpegang pada prinsip “tidak ada dalil tidak ada hukum”. 2. Umar, Ali, Ibn Mas’ud, Ibn Abas: memasukkan sebagai ahli waris, dengan

berpegang pada isyarat umum QS. Al-Anfal: 75 yang artinya:

“dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berijitihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga).Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Pendapat ini di ikuti ulama tabi’in Alqamah Ibn Sirin serta Hanafih dan Hambali.43

I. Kerangka Konseptual

Islam sebagai agama yang universal telah mengajarkan dan mengatur berbagai macam peraturan termasuk di dalamnya tentang tata cara pemilikan harta. Harta menurut pandangan hukum Islam, mempunyai fungsi dan nilai yang tinggi dalam kehidupan manusia, karena harta disamping sangat

(46)

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, harta juga diperlukan manusia untuk bekal hidup di akhirat yang direalisasikan dalam bentuk amal shaleh.

Agama Islam telah menetapkan aturan kewarisan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Prinsip-prinsip hukum kewarisan Islam yang diambil dari satu-satunya sumber tertinggi yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagai pelengkap dalam penjabaran Al-Qur’an adalah hasil-hasil ijtihad atau upaya para kualifikasi hukum Islam, telah menetapkan ketentuan-ketentuan untuk menyelesaikan pembagian harta warisan secara jelas dan terperinci sehingga tidak mungkin untuk memilih interpretasi lain.

Peradilan Agama adalah proses pemberian keadilan berdasarkan hukum islam kepada orang Islam yang mencari keadilan di Pengadilan Agama dan Peradilan Tinggi Agama, dalam sistem Peradilan Nasional di Indonesia.44 Peradilan Agama yang merupakan salah satu dari Peradilan

Khusus yang mengatur tentang Perdata Islam diharapkan mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dilingkungannya.Peraturan hukum yang mengatur tentang Waris akan dijadikan pijakan dalam menganalisis yaitu:

(47)

1. Kompilasi Hukum Islam

2. Undang-Undang No 3 tahun 2006 Undang-Undang No 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

(48)

34

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doctrinal yang bersifat Normatif45, yakni data yang

diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan pada hukum yang berlaku di Indonesia berupa undang-undang yang berhubungan dengan skripsi ini yang berdasarkan pada Hukum Islam dari Al-Qur’an, Hadist dan pandangan Para Ulama.Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan jenis penelitian untuk menemukan hukum in-concreto, karena dalam penelitian ini memeliki tujuan untuk mengetahui atau menguji apakah yang menjadi norma hukumnya dari suatu peristiwa konkret tertentu artinya untuk menguji sesuai tidaknya peristiwa konkrit yang diteliti dengan norma yurisprudensi doktrin yang ada.46 Penelitian ini merupakan lapangan (library

research), yaitu penelitian yang dilakukan berupa data yang berwujud

kasus-kasus.47

45Kelik Wardiono, 2005. Metodologi penelitian hukum (Pendekatan Doktrinal), Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal. 6.

46Ibid, hal. 27.

(49)

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIN 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di suatu pengadilan, yaitu Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B yang beralamat di Jalan Masjid Raya No. 25, Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, dengan mendeskripsikan Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Warisan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM.Di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B.Penelitian dilakukan selama dua bulan dimana peneliti melakukan

observasi secara langsung pada objek penelitian di tokoh pengadilan agama

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitan di adakan pada tanggal 1 februari 2020 sampai dengan 1 april 2020 di lakukan pada hari Kamis-Jumat di jam 10:00-14.00 WIB

C.JENIS DATA

Menurut Hasan (2002:82), sumber data merupakan subjek dimana melalui subjek atau informan dapat diperoleh data-data yang di perlukan. Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal baik berupa sesuatu yang diketahui atau suatu fakta yang digambarkan dalam bentuk angka,symbol,kode,gambar dan lain-lainnya. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(50)

1. Data Primer

Data primer yaitu data empiris yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara. Jenis data yang ingin diperoleh melalui informan dan pengamatan langsung mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Warisan DiPengadilan Agama Sungguminasa kelas IB.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh oleh sipenulis yang terdiri dari :

1) Bahan hukum primer yang meliputi :

a) Al-Qur’an

b) Hadist

c) Kompilasi Hukum Islam

d) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 jo Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama

2) Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang terdiri dari literatur literatur dan hasil karya ilmiah para sarjana serta hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai perkara warisan.

(51)

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa item seperti Kamera, Alat Perekam,Lembar Observasi, dll untuk keperluan dalam penelitian agar lebih jelas dan akurat.

E. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Metode ini diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan dan pendataan dengan sistematis tentang putusan warisan yang diselidiki. Penelitian ini lebih bersifat antropologis, oleh karenanya dalam mengumpulkan data digunakan metode pengamatan.

Dalam pengamatan ini diusahakan mampu mengetahui bagaimana tinjauan yuridis terhadap putusan warisan di pengadilan agama sungguminasa kls IB. b. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau sekumpulan orang secara lisan dan langsung.Wawancara dapat dilakukan secara tidak tersusun dan secara tersusun.

Wawancara ini juga dilakukan dalam pengumpulan data. Penulis melaksanakan wawancara dengan cara berdialog atau bertanya secara langsung dengan melibatkan beberapa pegawai dan hakim pengadiln yang

(52)

kemudian dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini dan kemudian dijadikan sebagai rujukan dalam menarik kesimpulan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pikiran peristiwa itu, dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.

d. Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan aspek penelitian berhasil atau tidak.Menurut Schaltz dan Straus tujuan penafsiran data ada tiga jenis, yaitu deskripsi semata-mata, deskripsi kualitatif atauanalitik dan deskripsi substantive.Penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif, yaitu berusaha menggambarkan dan menjelaskan tinjauan yuridis terhadap putusan pengadilan agama sungguminasa kls IB.

Analisis deskriptif kualitatifini dilakukan dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu analisis interaktif.Dalam analisis ini, data yang diperoleh dilapangan disajikan dalam bentuk narasi. Proses analisis datanya menggunakan tiga sub proses yang saling berhubungan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Melalui reduksi data yang meliputi seleksi dan pemadatan data, catatan dan rekaman lapangan diringkas dan disederhanakan, diberi tanda dan dikelompokkan.Data-data tersebut kemudian ditampilkan dalam

(53)

bentuk gabungan informasi dan ringkasan serta sinopsis terstruktur dengan menggunakan teknik penalaran atau berpikir secara induktif dan deduktif. Langkah selanjutnya penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Inimencakup proses pemaknaan dan penafsiran data yang terkumpul

e. Teknik keabsahan data

Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif.Yin (2003) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :

1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang diukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur.Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu.

2. Keabsahan Internal

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian

(54)

tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.

3. Keabsahan Eksternal

Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

F. Keajegan

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama sekali lagi. Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kabupaten Gowa dan Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas IB

Pada mulanya Kabupaten Gowa adalah sebuah Kerajaan di Sulawesi Selatan yang turun temurun diperintah oleh seorang Kepala pemerintah disebut “Somba” atau “Raja”. Daerah TK.II Gowa pada hakikatnya mulai terbentuk sejak beralihnya pemerintah Kabupaten Gowa menjadi Daerah TK.II yang didasari oleh terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah TK.II, Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, yang diperkuat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1959 Tentang Pembentukan Daerah TK.II di Sulawesi (Tambahan Lembaran Negara RI No. 1822).

Kepala Daerah TK.II Gowa yang pertama “Andi Ijo Dg Mattawang Karaeng Lalowang“ yang juga disebut nama Sultan Muhammad Abdul Kadir Aididdin Tumenanga Rijongaya, dan merupakan Raja Gowa yang terakhir (Raja Gowa ke XXXVI). Somba sebagai Kepala pemerintah Kabupaten Gowa didampingi oleh seorang pejabat di bidang agama Islam yang disebut “kadi” (Qadli). Meskipun demikian tidak semua Somba yang pernah menjadi Raja Gowa didampingi oleh seorang Qadli, hanya ketika agama Islam mulai

(56)

menyebar secara merata dianut oleh seluruh rakyat kerajaan Gowa sampai ke pelosok-pelosok desa, yaitu sekitar tahun 1857 M.

Qadli pertama yang diangkat oleh Raja Gowa bernama Qadli Muhammad Iskin. Qadli pada waktu itu berfungsi sebagai penasehat Kerajaan atau Hakim Agama yang bertugas memeriksa dan memutus perkara-perkara di bidang agama, demikian secara turun temurun mulai diperkirakan tahun 1857 sampai dengan Qadli yang keempat tahun 1956.

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957

Setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 terbentuklah Kepala Jawatan Agama Kabupaten Gowa secara resmi , maka tugas dan wewenang Qadli secara otomatis diambil oleh Jawatan Agama. Jadi Qadli yang kelima, setelah tahun 1956, diangkat oleh Depertemen Agama RI sebagai Kantor Urusan Agama Kecamatan Somba Opu (sekaligus oleh Qadli) yang tugasnya hanya sebagai do’a dan imam pada shalat I’ed.

Keputusan Menteri Agama Nomor 87 Tahun 1966

Berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 87 Tahun 1966 tanggal 3 Desember 1966, maka Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Sungguminasa secara resmi dibentuk dan menjalankan tugas-tugas peradilan sebagaimana yang ditentukan didalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957 . Peresmian Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Sungguminasa ialah pada tanggal 29 Mei 1967. Sejak tanggal 29 Mei 1967 tersebut dapat dipimpin oleh Ketua

(57)

Pengadilan Agama/ Mahkamah Syariah K.H.Muh. Saleh Thaha (1967 s/d 1976) Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Sungguminasa menjalankan kekuasaan kehakiman di bidang Agama membawahi 18 Kecamatan yang terdiri dari 46 Kelurahan dan 123 Desa.

B. Pembahasan

1. Informan Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini penulis telah direkomendasikan oleh sekretaris pengadilan, dua orang informan sebagai sumber data yang terdiri dari satu orang hakim madya utama dan satu orang panitera muda hukum Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B.

Berikut tabel untuk menggambarkan karakter informan secara singkat.

No Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan

1 Drs. M. Thayyib HP 60

tahun

L Hakim Madya

Utama 2 Agus Salim Razak, S.H., M.H 48

tahun

L Panitera Muda Hukum

Tabel 1.1 Karakteristik Informan

1.1 Bapak Drs. M. Thayyib HP adalah salah satu Hakim Madya Utama Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B dan telah menjabat dari tahun 2019 s/d sekarang, Bapak Drs. M. Thayyib HP sekarang berusia 60 tahun. Pendidikan terakhir Bapak Drs. M. Thayyib HP yaitu S1 dengan jurusa Hukum Syariah di IAIN Alauddin Ujung Pandang pada tahun 1987. Aktivitas

(58)

yang dilakukan Bapak Drs. M. Thayyib HP dalam kesehariannya di Pengadilan Sungguminasa Kelas 1B yaitu menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan semua perkara yang diajukan di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B.

1.2 Bapak Agus Salim Razak, S.H adalah salah satu Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B dan telah menjabat dari tahun 2016 s/d sekarang, Bapak Agus Salim Razak, S.H sekarang berusia 48 tahun. Pendidikan terakhir Bapak Agus Salim Razak, S.H yaitu S1 dengan jurusa Ilmu Hukum di Universitas Hasanuddin (UNHAS) pada tahun 1998. Aktivitas yang dilakukan Bapak Agus Salim Razak,S.H di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya persidangan serta mengumpulkan, mengola dan mengkaji data, menyajikan statistik perkara, menyusun laporan perkara, menyiapkan arsip berkas perkara atau permohonan grasi dan tugas lain yang diberikan berdasarkan peraturan yang berlaku serta menyimpan barang-barang bukti yang diserahkan jaksa.

(59)

2. Faktor Penyebab Terjadinya Sengketa Warisan Antara Pengguggat Dan Tergugat Dalam Putusan No: 254/Pdt.G/2019/PA SGM. di Pengadilan Agama Sungguminasa Kelas 1B ?

2.1 Dudukan Perkara Warisan Putusan No. 254/Pdt.G/2019/PA Sgm.

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal Februari 2019 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Sungguminasa pada tanggal 19 Februari 2019, dengan register perkara Nomor 254/Pdt.G/2019/PA Sgm, itu juga telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Almarhum H. Sattu bin Coke sebagai Pewaris dalam perkara ini, semasa hidupnya telah memiliki 3 (tiga) orang isteri, yaitu :

1) Isteri I (pertama) adalah Turut Tergugat I yang dikawini sekitar tahun 1959;

2) Isteri II (kedua) adalah Turut Tergugat II yang dikawini sekitar tahun 1989.

3) Isteri III (ketiga) adalah Penggugat yang dikawini tanggal 8 Desember 2002 sesuai bukti Penetapan Pengadilan Agama Sungguminasa tanggal 25 Juli 2018 Nomor: 212/Pdt.P/2018/PA.Sgm;

2. Bahwa perkawinan Pewaris dengan Turut Tergugat I telah dikaruniai 2 orang anak laki-laki yang masing-masing bernama :

(60)

1) Sahiri bin H. Sattu (Tergugat I); 2) Suhardi bin H. Sattu (Tergugat II);

3. Bahwa perkawinan Pewaris dengan Turut Tergugat II sebagai isteri kedua tidak dikaruniai anak keturunan.

4. Bahwa Penggugat adalah isteri ketiga dari Almarhum H. Sattu bin Coke yang menikah pada tanggal 8 Desember 2002, sesuai Penetapan Pengadilan Agama Sungguminasa tanggal 25 Juli 2018 Nomor: 212/Pdt.P/2018/PA.Sgm, dan telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yang masing-masing bernama:

1) Pina Pandiwinata binti H. Sattu, saat ini berumur 17 Tahun; 2) Muh. Iksan Sabri bin H. Sattu, saat ini berumur 8 Tahun;

5. Bahwa Penggugat beserta 2 (dua) orang anaknya, yaitu Pina Pandiwinata dan Muh. Iksan Sabri hendak menggugat harta peninggalan Almarhum H. Sattu bin Coke yang saat ini telah dikuasai Para Tergugat namun terkendala pada umur kedua anaknya yang bernama Pina Pandiwinata dan Muh. Iksan Sabri masih dibawah umur sehingga memerlukan seorang wali yang pada dasarnya hak sebagai wali telah melekat pada Penggugat dan harus ditetapkan oleh Pengadilan Agama. 6. Bahwa pada hari jumat, tanggal 17Juli 2016, H. Sattu bin Coke sebagai

Pewaris telah meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris,yaitu: 1) Bayang binti Sinring sebagai isteri pertama;

(61)

3) Darmawati binti Nurdin sebagai isteri ketiga;

4) Sahiri bin H. Sattu sebagai anak dari isteri pertama; 5) Suhardi bin H. Sattu sebagai dari anak isteri pertama;

6) Pina Pandiwinata binti H. Sattu sebagai anak dari isteri ketiga; 7) Muh. Iksan Sabri bin H. Sattu sebagai anak dari isteri ketiga;

7. Bahwa selain meninggalkan ahli waris, Almarhum H. Sattu bin Coke sebagai Pewaris telah meninggalkan juga harta yang belum terbagi kepada ahli warisnya, yaitu sebagai berikut:

1) Sebidang tanah yang dikuasai oleh Tergugat I, berupa harta bersama yang setengahnya adalah harta warisan dari Pewaris yaitu harta yang diperoleh setelah perkawinan Pewaris bersama Turut Tergugat I, sebagai isteri pertama, yaitu sebidang tanah kebun seluas ± 1 Ha, terletak di Kampung Parangmaha, Kelurahan Bontolerung Kecamatan, Tinggimoncong Kabupaten Gowa, dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara tanah milik Arif; - Sebelah Timur tanah milik Arif; - Sebelah Selatan tanah milik Nasir; - Sebelah barat tanah milik Arif;

2) Sebidang tanah yang dikuasai oleh Tergugat II berupa harta bersama yang setengahnya adalah harta warisan dari Pewaris yaitu harta yang diperoleh setelah perkawinan Pewaris bersama Turut Tergugat I

(62)

sebagai isteri kedua, yaitu sebidang tanah kebun seluas ± 2 Ha, terletak di Bonto Sapa Dusun Salu’ Toa, Desa Parigi Kec. Parigi Kab. Gowa dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara tanah Jalan Poros Provinsi - Sebelah Timur tanah milik Dg. Labbiri - Sebelah Selatan Hutan

- Sebelah barat tanah milik Dg. Sampe

3) Sebidang tanah yang dikuasai oleh Tergugat II, berupa harta bawaan dari Pewaris yaitu harta yang diperoleh Pewaris sebelum menikahi isteri pertama, isteri kedua dan isteri ketiga, yaitu sebidang tanah sawah seluas ± 2.300 M2, terletak di Bukit Parigi, Desa Jonjo, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa, dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara tanah sawah milik Dudding; - Sebelah Timur tanah sawah milik H. Libang; - Sebelah Selatan sungai;

- Sebelah barat tanah sawah milik Samone

8. Bahwa sampai saat ini Penggugat sebagai isteri yang sah dari Pewaris belum mendapat harta warisan atau harta peninggalan dari Pewaris. Begitu pula 2 (dua) orang anak Penggugat sebagai anak kandung Pewaris tidak mendapat harta warisan dari Pewaris. Oleh karena itu tindakan Para Tergugat yang menguasai semua harta warisan

(63)

peninggalan Pewaris pada poin 6 diatas telah merugikan dan merampas hak waris Penggugat dan hak waris 2 (dua) orang anak Penggugat sebagai anak kandung Pewaris.

9. Bahwa karena Penggugat sebagai isteri yang sah dari Pewaris dan 2 (dua) orang anak Penggugat sebagai anak kandung Pewaris belum mendapat harta warisan atau harta peninggalan dari Pewaris, maka berdasar hukum untuk ditetapkan sebagai ahli waris yang berhak atas harta peninggalan dari pewaris sesuai dengan legitimasi porsinya masing-masing.

10.Bahwa untuk menghindari terjadinya pengambil-alihan, pengalihan hak, menggadaikan dan menghilangkan seluruh objek gugatan, maka sangat beralasan hukum jika Pengadilan Agama Sungguminasa meletakkan Sita Jaminan atas seluruh objek warisan tersebut;

Berdasarkan uraian tersebut di atas, para Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Sungguminasa Cq. Ketua dan Anggota Majelis Hakim Yang Mulia agar berkenan untuk memutuskan sebagai berikut:

PRIMAIR:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;

2. Menetapkan Penggugat sebagai wali dari 2 orang anak kandungnya yang masing-masing bernama :

Gambar

Tabel 1.1 Karakteristik Informan

Referensi

Dokumen terkait

Berpaksikan lima matlamat utama dan 19 objektif strategik, UPM akan mempertaruhkan pelan tindakan yang komprehensif bagi menghasilkan graduan yang berkualiti dan

Dalam hak wali atas anak di luar nikah (anak zina) yang tidak adanya nasab antara anak di luar niakh (anak zina) dengan ayah biologisnya, maka jika anak di luar nikah (anak zina)

(=Negara kita berikatan (=bersekutu) laksana parajo (=tali yang dipakai mengikat batang bajakpa luku); tidak putus-putusnya saling bergandengan dan bersandaran; tidak

The material price variance details the difference between what the materials bought for actual production did cost, and, how much it should have cost, according to the standard

Adapun kerangka teori penerapan manajemen pengendalian infeksi yang akan diteliti yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Huber, 2010),

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar senyawa total fenolat, tanin dan aktivitas antioksidan pada kulit melinjo segar dan setelah dilakukan..

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hasil pengembangan model PjBL yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas peserta didik pada mata pelajaran kewirausahaan

Suatu kejadian mewakili satu aliran data atau proses dalam diagram konteks serta deskripsi penyimpanan yang digunakan untuk memodelkan data harus diperhatikan