• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

“Broadcast Yourself” adalah slogan yang digunakan Youtube dalam menjalankan fungsinya. Situs yang didirikan oleh Stev Chen, Chad Hurley, dan Jared Karim pada 14 Februari 2005 ini berbasis di San Bruno, California. Youtube bisa diakses dalam lima puluh empat versi bahasa dari seluruh dunia. Youtube adalah situs berkarakter user generated content. Artinya, isi dari situs itu sendiri disediakan oleh para anggotanya. Lewat Youtube, pengguna internet dari seluruh dunia bisa mengakses, mengunggah, mengunduh berbagai macam video, dari mulai produksi rumahan, iklan, klip musik, tayangan televisi, sampai film. Penggunaannya yang praktis membuat Youtube populer di semua lapisan pengguna, dari mulai individu, kelompok masyarakat, hingga institusi. Sejak dibeli oleh Google pada November 2006, Youtube beroperasi sebagai subsider Google.

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan jangkauan internet dan konvergensi teknologi begitu pesat. Akses yang intens terhadap media sosial menjadi kebutuhan sekaligus gaya hidup. Akibatnya, tidak sedikit pihak yang memanfaatkan Youtube sebagai media untuk mempropagandakan ide-ide mereka. Selain karena mudah dan murah, aksesibilitas Youtube semakin meningkat.

Streaming video kini tak hanya bisa dinikmati lewat komputer pribadi saja,

melainkan juga lewat komputer jinjing (laptop), ponsel pintar (smartphone), dan

tablet. Komunikator berkesempatan memiliki khalayak sasaran yang lebih besar.

Kampanye politik melalui media pun menjadi opsi yang krusial bagi tokoh-tokoh politik yang hendak membidik suara calon pemilih.

Beberapa pihak pun mulai berspekulasi dan mempelajari kemungkinan Youtube mengubah diskursus politik dan praktik politik pemilu. Heldman (2007) menyebutkan beberapa dampak potensial Youtube terhadap politik pemilu. Pertama, dia berspekulasi bahwa Youtube memungkinkan kandidat yang kurang kuat—dengan sumber daya ekonomi dan sosial yang relatif lebih kecil—mampu bersaing dengan kandidat yang disokong oleh pendanaan yang lebih besar. Internet, dan Youtube khususnya, memungkinkan peserta kampanye untuk

(2)

menyebarkan pesan dalam bentuk iklan politik secara gratis (Ridout, Fowler, & Branstetter, 2010: 4).

Heldman menyatakan bahwa berkampanye di Youtube dapat menarik perhatian segmen dari populasi yang biasanya tidak terlibat di dalam politik, khususnya kaum muda, yang tertarik kepada format online (Ridout, Fowler, & Branstetter, 2010: 4).

Salah satu bukti kesuksesan Youtube dalam kampanye politik adalah video musik “Yes We Can” karya personil grup Black Eyed Peas, will.i.am. “Yes We Can” adalah bentuk kolaborasi musisi, penyanyi, dan aktor-aktor tenar Amerika untuk mendukung naiknya Obama sebagai presiden. Uniknya, walaupun liriknya murni petikan dari pidato konsensi kepresidenan Obama di New Hampshire, tim kampanye Obama sendiri tidak terlibat dalam proyek ini. Dirilis perdana pada 2 Februari 2008, video musik ini dilihat lebih dari sepuluh juta kali pada bulan pertama. Pada 22 Juli 2008, “Yes We Can” sudah dilihat lebih dari dua puluh satu juta kali. Prestasi itu membuat video ini dianugrahi penghargaan Daytime Emmy Award.

Prinsip dasar dari politik Youtube adalah memberi jalan pada orang-orang baru untuk memasuki proses politis. Secara ringkas, Klotz berkata, “Warga diberdayakan oleh demokratisasi dari pengeditan video, produksi, dan distribusi” (2010: 146). Agar warga menjadi berpengaruh, video-video ini harus “tersebar denga pesat”, yang berarti mereka “menjadi amat populer saat mereka disebarkan dari satu orang ke orang lainnya lewat email, pesan instan, dan situs berbagi media (Wallsten, 2010: 164) (Ridout, Fowler, & Branstetter, 2010: 5).

Kampanye lewat media sosial seperti Youtube tidak hanya terjadi di luar negeri. Indonesia menjadi saksi suksesnya kampanye demikian pada pemilihan umum gubernur DKI Jakarta. Tahun 2012, animo masyarakat terhadap pesta demokrasi di ibukota mencapai puncaknya. Terdapat enam calon orang nomor satu DKI yang bersaing meraup suara. Mereka adalah Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, Hendardji Sopenadji – Ahmad Riza Patria, Joko Widodo – Basuki Tjahja Purnama, Hidayat Nur Wahid – Didik J. Rachbini, Faisal Batubara – Biem Benjamin, dan Alex Noerdin – Nono Sampono.

(3)

Perhitungan cepat (quick count) Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada pemilihan gubernur putaran pertama tanggal 11 Juli 2012 lalu menghasilkan Foke-Nara (34,42%), Hendardji-Riza (1,85%), Jokowi-Basuki (42,85%), Hidayat-Didik (11,80%), Faisal-Biem (4,75%), dan Alex-Nono (4,41%). Mengingat tak ada pasangan kandidat yang mencapai hasil suara lebih dari lima puluh persen, maka pemilihan putaran kedua pun diadakan pada 20 September 2012. Hasil tersebut menyisakan dua kubu yang nyata bersaing sengit dalam memperebutkan suara warga. Rivalitas kubu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pun berlanjut. Ranah dunia siber menawarkan banyak opsi demi menarik simpati publik. Pada momentum inilah, Youtube memainkan perannya.

Di Youtube, ada beberapa video relawan Jokowi-Basuki yang cukup terkenal, seperti video “Jokowi-Basuki Parodi Curahan Hati” milik akun Andre Winardi dan “Film Dokumenter Jakarta Baru” milik akun Sekilas Info. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa akun relawan Jokowi-Basuki yang paling fenomenal adalah Cameo Project.

Cameo Project adalah sebuah grup di Jakarta yang berminat di bidang fotografi dan sinematografi. Anggotanya terdiri kaum muda dengan latar belakang pendidikan dan profesi yang beragam. Cameo Project bergabung di Youtube pada tanggal 12 Agustus 2012. Proyek mereka terbagi atas empat kategori: Cameo TV, Cameo Music, Shortmovies (film pendek), dan Clips. Sampai saat ini, akun Cameo Project sudah mengunggah dua puluh dua video di Youtube. Tema video yang mereka buat beragam, mulai dari parodi, politik, hingga fenomena sosial.

Gebrakan mereka di dunia siber ditandai dengan diunggahnya video "Jokowi dan Basuki - What Makes You Beautiful by One Direction [Parody]" pada 26 Agustus 2012. Video ini menyoroti masalah-masalah yang kronis di Jakarta, seperti kemacetan, birokrasi, kemiskinan, suap, dan korupsi anggaran pembangunan. Empat tokoh utama dalam video ini menyerukan bahwa mereka membutuhkan Jokowi dan Basuki untuk memimpin Jakarta. Berkat kepekaan mereka dalam menangkap fenomena sosial, video ini sudah dilihat lebih dari 1,7 juta kali.

(4)

Ada cerita tersendiri di balik video parodi satu ini. Lee, salah satu anggota Cameo Project, mengaku bahwa Jokowi dan Basuki tak tahu soal pembuatan dua video itu. Namun, mereka telah meminta izin terlebih dulu kepada salah satu tim sukses pasangan tersebut. Cameo Project tak mau karya mereka dianggap kampanye terselubung. Setelah mendapat izin, barulah video tersebut diunggah ke Youtube.

Sepak terjang Cameo Project tidak berhenti sampai di situ. Selesai dengan video pertama, mereka kembali dengan video berjudul “Takotak Miskumis”. Video berkategori nonprofits dan activism ini diunggah pada 11 September 2012 dan telah dilihat lebih dari 750 ribu kali. Dua puluh tujuh pemain terlibat di video ini, termasuk empat pemain utama yang telah lebih dahulu tampil di video parodi berlatar lagu What Makes You Beautiful milik One Direction. Berbeda dengan video pendahulunya, “Takotak Miskumis” memiliki lagu orisinal yang diaransir oleh Ronald Steven. Liriknya ditangani oleh Yosi Mokalu dari Project Pop, yang hadir sebagai special appearance.

Takotak Miskumis menampilkan sekelompok orang yang akan berpartisipasi pada Pilkada Jakarta putaran kedua. Saat mereka tengah menyiapkan TPS dan kotak suara, muncullah Yosi Mokalu dari salah satu kotak suara. Mulailah personel Project Pop ini bernyanyi bahwa ia tidak ingin salah memilih calon gubernur. Warga di sekitar TPS pun turut bernyanyi: “Sebentar lagi kita harus memilih, Foke atau Jokowi jadi gubernur DKI. Tak kotak kotak kotak, miskumis kumis kumis. Pilih pemimpin yang bijak, jangan yang tukang bokis” sembari bergaya dengan atribut kedua calon, yaitu kemeja kotak-kotak dan kumis.

Kubu Jokowi-Basuki dan Foke-Nara memang memiliki janji politik yang mereka representasikan lewat atribut fisik masing-masing. Namun, Cameo Project berkata bahwa “Takotak Miskumis” bukanlah video kampanye. Video ini dibuat agar Pemilukada DKI tahap dua berjalan dengan jujur, demokratis, dan efektif. Lewat karya ini, Cameo Project mengajak warga Jakarta untuk memilih pemimpin terbaik untuk lima tahun ke depan. Mereka berharap bahwa siapa pun gubernur yang terpilih, warga Jakarta akan selalu bersama.

Toto yang merupakan personil Cameo Project berkata bahwa ide untuk video ini muncul setelah melihat statistik golput di Pemilukada DKI Jakarta tahap satu

(5)

yang lebih dari tiga puluh persen. Dia ingin mengemas pesan-pesan politik dalam bentuk hiburan, agar penontonnya tidak bosan. Martin, salah satu talent dalam video "Jokowi dan Basuki" dan “Takotak Miskumis” menambahkan bahwa tujuan Cameo Project adalah ‘mendukung Pemilukada’. Mereka bermaksud membuat Pemilukada yang tadinya kelihatan serius dan tegang menjadi lebih santai. Rekannya sesama talent, Moreno, berkata bahwa ‘mereka ingin ada perubahan di Jakarta, juga untuk Indonesia. Perubahan itu seharusnya dimulai dari kaum muda. Karya-karya mereka diharapkan membuat kaum muda lebih sadar terhadap dunia politik’.

Fiksi dan simbol, terlepas dari nilai-nilai mereka terhadap keberadaan golongan masyarakat, adalah sangat penting terhadap komunikasi manusia. Hampir setiap indivdu berhubungan dengan suatu kejadian yang jauh dari penglihatan dan sulit untuk digenggam. Lippmann (1992) mengamati, ‘“Satu-satunya perasaan yang dapat dimiliki oleh seseorang tentang suatu even yang belum pernah dia alami adalah perasaan yang ditimbulkan oleh kesan mental dari peristiwa tersebut.”’

Hasil Pemilukada DKI Jakarta putaran dua diumumkan pada Sabtu, 29 September 2012. Penetapan dilakukan sesuai dengan hasil rekapitulasi penghitungan suara di tingkat provinsi sehari sebelumnya. Pasangan Jokowi-Basuki meraih 2.472.130 (53,82%) suara, sedang Foke-Nara mendapatkan 2.120.815 (46,18%) suara. Dengan selisih 351.315 (7,65%) suara, Ketua KPUD DKI Jakarta Dahliah Umar menyatakan pasangan nomor urut 3 meraih suara terbanyak dalam putaran kedua.

Youtube ternyata merupakan channel yang sangat potensial untuk berkampanye kreatif. Kampanye tak hanya tentang mobilisasi massa, orasi di tempat terbuka, lalu memaparkan visi-misi. Kampanye kreatif di zaman modern— terlepas dari apa pun kontennya—adalah tentang memanfaatkan media massa untuk pengenalan, pembentukan, dan penanaman citra. Komunikator yang baik mampu menggunakan media sosial untuk menarik simpati khalayak yang kini lebih canggih, kritis, dinamis, dan mobile.

Elaborasi tersebut tepat untuk menggambarkan efek video “Takotak Miskumis”. Pertama, video tersebut diunggah di Youtube, situs berbagi video

(6)

terpopuler di dunia sekaligus salah satu situs yang paling banyak diakses di Indonesia. Kedua, penempatan tersebut mengakibatkan terbukanya akses ke segala lapisan masyarakat. Komentar-komentar yang masuk menunjukkan bahwa penontonnya terdiri atas pelajar, mahasiswa, pekerja; orang-orang dengan latar belakang, etnis, serta profesi yang beragam—dan domisili mereka tidak hanya dari Jakarta. Ketiga, “Takotak Miskumis” mengangkat isu Pemilukada yang aktual, relevan, serta menarik bagi warga Jakarta saat itu. Keempat, “Takotak Miskumis” sudah didahului oleh video parodi yang sukses membangkitkan antusiasme khalayak terhadap Pemilukada DKI Jakarta.

Nama Cameo Project melambung sehingga karya mereka tentang isu yang sama ditunggu publik. Kelima, berkat gaung Cameo Project di dunia siber, media-media online dan beberapa stasiun televisi turut meliput mereka. Tentu saja hal ini membuka ekspos yang lebih besar terhadap video “Takotak Miskumis” sendiri, terutama menjelang Pemilukada DKI Jakarta putaran dua.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti video “Takotak Miskumis” dengan menggunakan metode analisis semiotika. Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin kuat dan luas dalam satu dekade terakhir ini, termasuk di Indonesia. Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di dalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual (Piliang, 2012: 337).

Video “Takotak Miskumis” merupakan satu produk komunikasi visual. Di dalam semiotika komunikasi visual melekat fungsi ‘komunikasi’. Yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (message) dari sebuah pengiriman pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan kode-kode tertentu. Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi, tapi bentuk-bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi (signification) yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna (Tinarbuko, 2009: xi).

Cameo Project merangkai fragmen demi fragmen isu maupun berita tentang Jokowi-Basuki dan Foke-Nara hingga menjadi serangkaian cerita di dalam video. Cerita inilah yang berfungsi sebagai ‘realita’ bagi para penontonnya. Realita yang

(7)

dihadirkan di video “Takotak Miskumis” tentunya memiliki konstruksi makna tersendiri. Pemaknaan terhadap pesan video “Takotak Miskumis” itulah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. “Bagaimanakah konstruksi pemaknaan yang ada di dalam video Takotak Miskumis karya Cameo Project?

2. “Mitos seperti apa yang dapat diungkap dari pemaknaan atas tanda yang terdapat dalam video Takotak Miskumis karya Cameo Project?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis konstruksi makna demi menemukan pesan di dalam video “Takotak Miskumis” karya Cameo Project di Youtube.

2. Memetakan dan mengungkap mitos yang dikonstruksikan di dalam video “Takotak Miskumis”.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini mengkombinasikan semiotika—khususnya semiotika signifikasi Roland Barthes—dengan paradigma konstruktivis kritis. Integrasi kajian semiotika dan paradigma konstruktivis kritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Komunikasi.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pemaknaan di dalam kampanye kreatif, khususnya melalui video “Takotak Miskumis”, agar konten bisa dimaknai tidak hanya dari muatan pesan yang tampak (manifest content), tetapi juga muatan pesan yang tersembunyi (latent content).

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam perkembangan kajian media di Ilmu Komunikasi FISIP USU, khususnya

(8)

semiotika. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan refrerensi bila ada penelitian sejenis di kemudian hari.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberian Gaji Bulan Ke-14 Kepada Pegawai

Berkaitan dengan tingkat literasi masyarakat, pada tahun 2019 Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Denpasar telah menyelenggarakan

Dari hasil penelitian KIM dkk (15), menunjukkan amplifikasi dengan first round- nested PCR menggunakan primer TB 1 dan TB2 pada 48 isolat klinik hasil identifikasi dengan tes

6 Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa remaja perempuan sering memberikan penilaian negatif dan tidak puas terhadap tubuhnya sendiri, oleh karena itu remaja

Setelah menyajikan tabel bertetangga, maka untuk menentukan pewarnaan simpul, digunakan algoritma Welch- Powell, yaitu mengurutkan simpul- simpul pada graf dalam

Seiring dengan peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil tersebut, sistem pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang ada selama ini berdasarkan

Dalam sektor UKM kuliner tekwan dan model ini merupakan makanan khas dari Palembang sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kinerja penjualan UKM tekwan dan

Berdasarkan pengamatan di atas, penulis terdorong untuk menjadikan sebuah penelitian dan akan menjabarkan penelitian tersebut ke dalam sebuah bentuk karya ilmiah yang