• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BEKASI TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BEKASI TAHUN 2012"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA PERAWAT

DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BEKASI TAHUN 2012

ADINDA MEISA

ABSTRACT

Nosocomial infections are a serious problem for all health care institutions around the world that

arise due to failure to perform hand hygiene. Washing hands is the means that have a major

influence in deciding the transmission of infection when it's done properly. Based on data from

Awal Bros Hospital Bekasi by 75% of nurses who served in the nursing room, did not wash their

hands before patient contact. Correlation descriptive study aims to determine nurse handwashing

behavior and factors associated. Data was collected through accidental sampling method on 123

nurses. These results indicate poor handwashing behavior of 30.9% and there was a significant

association between age, gender, education, and attitude to handwashing behavior in nurses. And

there is also no significant association between work units, nosocomial infection prevention

training time, knowledge and rules with hand washing behavior. From these findings the hospital

needs to be continuous and consistent supervision after training, so that appropriate hand

washing procedures would be applied daily.

Keywords: Behavior, Hand Wash, Nurses

PENDAHULUAN

Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang

berkembang. Kejadian infeksi ini dapat

menghambat proses penyembuhan dan

pemulihan pasien, bahkan dapat menimbulkan peningkatan morbiditas dan mortalitas serta perpanjangan lama hari rawat, akibatnya biaya perawatan meningkat dan akhirnya mutu

pelayanan kesehatan akan turun. Usaha

pencegahan infeksi nosokomial ini sangat dipengaruhi oleh perilaku petugas kesehatan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. Cuci tangan adalah sarana yang mudah, murah dilakukan namun mempunyai pengaruh besar dalam memutus penularan infeksi jika dilakukan dengan baik dan benar.

Menurut WHO (2005) secara universal tingkat kesalahan proses kebersihan tangan berkisar 50%. Penelitian mengenai perilaku mencuci tangan pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi sampai saat ini belum dilakukan. Data mengenai perilaku mencuci tangan, sebesar 75% perawat yang bertugas di ruang keperawatan hanya melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan ke pasien dan tidak melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien. Penulis juga melakukan observasi di beberapa ruang keperawatan dan menemukan beberapa kesalahan dalam mencuci tangan, yaitu : (1) peneliti menemukan tiga perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan ke pasien, (2) perawat yang hanya melakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan ke pasien.

Perilaku mencuci tangan pada perawat merupakan salah satu unsur kinerja, karena

(2)

dengan patuh mencuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan akan menurunkan

kemungkinan kejadian infeksi nosokomial. Dari

data yang telah disebutkan sebelumnya

menerangkan bahwa perilaku mencuci tangan perawat disana secara umum masih kurang dalam melakukan mencuci tangan sebelum melakukan kontak dengan pasien. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menyusun Penelitian tentang gambaran perilaku mencuci tangan pada perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

Tujuan penelitian Tujuan Umum

Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan pada perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan antara umur dengan

perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

b. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin

dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

c. Diketahuinya hubungan antara pendidikan

dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

d. Diketahuinya hubungan antara unit kerja

dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

e. Diketahuinya hubungan antara waktu

pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

f. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012. g. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan

perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

h. Diketahuinya hubungan antara peraturan dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer dengan desain kuantitatif yang dianalisa secara analitik.

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi dan pengambilan datanya dilakukan pada bulan November 2012.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi.

Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling yaitu

sampel yang kebetulan ada pada saat

pengambilan sampel penelitian, karena

pengambilan sampel dilakukan pada jam kerja shift siang selama 2 minggu. Besarnya sampel

pada penelitian ini dihitung dengan

menggunakan rumus :

Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel 123 perawat.

Faktor Individu : Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Unit Kerja, Pelatihan, Pengetahuan. Faktor Psikososial : Sikap Faktor Organisasi : Peraturan PERILAKU CUCI TANGAN n = N . Z1-/2 . P ( 1 – P ) (N – 1) . d 2 + Z1-/2 . P ( 1 – P)

(3)

Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan data primer yang berupa kuesioner. Kuesioner ini diambil dari penelitian sebelumnya pada penelitian Joko Susilo pada tahun 2009 di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. Kuesioner terdiri dari 5 bagian, yaitu : bagian pertama yang berhubungan dengan karakteristik individu, bagian kedua tentang pengetahuan, bagian ketiga tentang sikap, bagian keempat tentang peraturan dan yang kelima tentang perilaku.

Pengumpulan Data

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan data primer dan observasi. Data primer dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan tertutup dan terbuka untuk mempermudah responden dalam menjawab. Cara pengisian kuesioner (data primer) terhadap responden dilakukan dengan mengisi sendiri.

Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dan diolah menggunakan komputer, beberapa pengolahan data yang dilakukan adalah:

a. Editing, adalah proses pemilihan data

langsung ke lapangan sehingga

mendapatkan informasi yang benar yang

dilakukan dengan memeriksa dan

mengamati apakah semua pertanyaan sudah dijawab oleh responden.

b. Pengelompokan data dengan sistem recode

sesuai dengan hasil ukur dan skala kategori pada tujuan penelitian.

c. Coding, yaitu proses pemberian kode yang dianalisis melalui masing-masing jawaban yang telah diberi kode angka sesuai dengan ketentuan sebelumnya.

d. Entry Data, memproses data agar dapat dianalisis dengan memasukkan data dari format tulisan ke komputer untuk pengujian secara statistik.

e. Cleaning data, jika masih terdapat kesalahan pemasukan data, maka dapat dilakukan revisi atau pembetulan data.

f. Scoring, penilaian data dengan memberi skor dilakukan untuk pertanyaan yang menyangkut variabel pengetahuan, sikap, peraturan dan perilaku.

Berikut penjelasannya :

Variabel pengetahuan

Variabel pengetahuan dibagi menjadi kategori baik dan kurang baik. Jumlah pertanyaan variabel ini ada tujuh butir. Terdapat tiga pilihan pada setiap butir

pertanyaan. Cara penilaian data

dilakukan dengan memberi skor untuk setiap jawaban yang dipilih, skor 2 untuk jawaban yang benar dan skor 1 untuk jawaban yang salah. Responden hanya diperbolehkan menjawab satu pilihan yang dianggap benar. Rentang skor antara 7 – 14. Pengkategorian variabel ini diambil dari nilai mean.

Variabel sikap

Variabel sikap dibagi menjadi dua kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif. Jumlah pertanyaan ada delapan butir yang terdiri dari lima pertanyaan positif dan tiga pertanyaan negatif. Pada pertanyaan positif skor yang diberikan adalah : setuju diberi skor 2 dan tidak setuju diberi skor 1. Pemberian skor

pada pertanyaan negatif adalah

kebalikan dari pertanyaan positif yaitu : sangat setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 2. Rentang skor antara 8 – 16. Pengkategorian variabel ini dari nilai mean.

Variabel peraturan

Variabel peraturan dibagi menjadi dua kategori yaitu ada peraturan dan tidak ada peraturan. Jumlah pertanyaan ada 3 dan setiap pertanyaan itu memiliki petanyaan untuk merinci pertanyaan tersebut sebagai pelengkap. Cara

penilaian data dilakukan dengan

memberi skor untuk setiap jawaban yang dipilih, skor 2 untuk jawaban ya dan skor 1 untuk jawaban tidak. Pengkategorian variabel ini dari nilai mean.

Variabel perilaku

Variabel perilaku dibagi menjadi

(4)

pertanyaan variabel ini ada duabelas butir. Cara penilaian data dilakukan dengan memberi skor untuk setiap jawaban yang dipilih, skor 3 untuk jawaban selalu, skor 2 untuk jawaban kadang-kadang dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah. Pengkategorian variabel ini diambil dari nilai mean.

Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang sudah dientry ke komputer, akan dianalisis secara statistik di

komputer. Analisis ini dilakukan untuk

menjawab tujuan khusus penelitian. Variabel penelitian ini dianalisis menggunakan dua jebis analisa, yaitu:

1. Analisa Univariat yaitu analisa yang

digunakan untuk melihat distribusi frekuensi responden serta untuk mendeskripsikan variabel dependen dan independen, analisa

berupa informasi yang berguna dan

disajikan dalam bentuk tabel.

2. Analisa bivariat, untuk melihat hubungan kedua varabel yaitu variabel independen dan varabel dependen dengan menggunakan penghitungan statistik uji chi square dan uji anova dengan rumus matematika sebagai berikut:

Chi Square :

Keterangan:

X² = Statistik Chi Square O = Nilai Observasi E = Nilai Ekspektasi K = Jumlah Kolom B = Jumlah Baris Df = Degree of Freedom Anova : Keterangan:

Sb2 = variansi antar perlakuan Sw2 = variansi dalam perlakuan

Batas kemaknaan yang digunakan adalah 95% (α = 0.5), jika p.value lebih besar dari α (P>0.05), maka kedua variabel tidak memiliki hubungan.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi selama bulan November 2012. Pengumpulan data dilaksanakan dengan

menggunakan kuesioner yang diisi oleh

responden. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Analisis Univariat 1. Umur

Umur responden dikelompokkan menjadi dua yaitu kurang dari atau sama dengan mean dan lebih besar dari mean, dengan nilai mean yang diketahui adalah 28,1. Gambaran distribusi responden menurut umur dapat dilihat pada tabel 5.1.1

Tabel 5.1.1

Distribusi Responden Menurut Umur Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi

Tahun 2012

Umur Frekwensi Persen (%)

≤ mean 68 55,3

> mean 55 44,7

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas maka paling banyak responden umurnya kurang dari atau sama dengan mean adalah sebanyak 68 orang (55,3%).

5.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden dikelompokkan

menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Gambaran distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.2

X² = Ʃ ( O – E ) ² E Df = ( k – 1 ) ( b – 1 )

F = Sb2 Sw2

(5)

Tabel 5.1.2

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi

Tahun 2012

Jenis Kelamin Frekwensi Persen (%)

Laki-laki 10 8,1

Perempuan 113 91,9

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 113 orang (91,9%).

5.1.3 Pendidikan

Pendidikan responden dikelompokkan menjadi dua yaitu pendidikan tinggi (responden yang memiliki pendidikan S1)dan pendidikan rendah (responden yang memiliki pendidikan D3).

Gambaran distribusi responden menurut

pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.1.3 Tabel 5.1.3

Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi

Tahun 2012

Pendidikan Frekwensi Persen (%)

Tinggi 22 17,9

Rendah 101 82,1

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 101 orang (82,1%).

5.1.4 Unit Kerja

Unit kerja responden dikelompokkan menjadi tiga yaitu rawat jalan, rawat inap dan perawatan intensif . Gambaran distribusi responden menurut unit kerja dapat dilihat pada tabel 5.1.4

Tabel 5.1.4

Distribusi Responden Menurut Unit Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi

Tahun 2012

Unit Kerja Frekwensi Persen (%)

Rawat Jalan 19 15,4 Rawat Inap 62 50,4 Perawatan Intensif 42 34,1 TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden bekerja di unit kerja rawat inap yaitu sebanyak 62 orang (50,4%).

5.1.5 Waktu Pelatihan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Waktu pelatihan pencegahan infeksi nosokomial responden dikelompokkan menjadi dua yaitu baru (kurang dari atau sama dengan mean) dan lama (lebih besar dari mean), dengan nilai mean yang diketahui adalah 6,61. Gambaran distribusi responden menurut waktu pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dapat dilihat pada tabel 5.1.5

Tabel 5.1.5

Distribusi Responden Menurut Waktu Pelatihan Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Tahun 2012

Pelatihan Frekwensi Persen (%)

Lama 67 54,5

Baru 56 45,5

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa dari seluruh responden sebagian besar memiliki waktu pelatihan lama yaitu sebanyak 67 orang (54,5%).

5.1.6 Pengetahuan

Pengetahuan responden dikelompokkan

menjadi dua yaitu baik (lebih besar dari mean) dan kurang baik (kurang dari atau sama dengan mean), dengan nilai mean yang diketahui adalah 13,67. Gambaran distribusi responden menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.1.6

(6)

Tabel 5.1.6

Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit

Awal Bros Bekasi Tahun 2012

Pengetahuan Frekwensi Persen (%)

Baik 70 56,9

Kurang baik 53 43,1

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa dari seluruh responden sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 70 orang (56,9%).

5.1.7 Sikap

Sikap responden dikelompokkan menjadi dua yaitu positif (lebih besar dari mean) dan negatif (kurang dari atau sama dengan mean), dengan nilai mean yang diketahui adalah 15,77. Gambaran distribusi responden menurut sikap dapat dilihat pada tabel 5.1.7

Tabel 5.1.7

Distribusi Responden Menurut Sikap Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal

Bros Bekasi Tahun 2012

Sikap

Frekwensi

Persen (%)

Positif 100 81,3

Negatif 23 18,7

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa dari seluruh responden sebagian kecil memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 23 orang (18,7%).

5.1.8 Peraturan

Peraturan responden dikelompokkan menjadi dua yaitu ada (lebih besar dari mean) dan tidak ada(kurang dari atau sama dengan mean), dengan nilai mean yang diketahui adalah 10,93.

Gambaran distribusi responden menurut

peraturan dapat dilihat pada tabel 5.1.8

Tabel 5.1.8

Distribusi Responden Menurut Peraturan Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit

Awal Bros Bekasi Tahun 2012

Peraturan Frekwensi Persen (%)

Ada 41 33,3

Tidak ada 82 66,7

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa dari seluruh responden sebagian besar menyatakan tidak ada peraturan mencuci tangan yaitu sebanyak 82 orang (66,7%).

5.1.9 Perilaku

Perilaku responden dikelompokkan menjadi dua yaitu baik (lebih besar dari mean) dan kurang baik (kurang dari atau sama dengan mean), dengan nilai mean yang diketahui adalah 33,93. Gambaran distribusi responden menurut perilaku dapat dilihat pada tabel 5.1.9

Tabel 5.1.9

Distribusi Responden Menurut Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit

Awal Bros Bekasi Tahun 2012

Perilaku Frekwensi Persen (%)

Baik 85 69,1

Kurang baik 38 30,9

TOTAL 123 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa dari seluruh responden sebagian kecil memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 38 orang (30,9%).

Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Umur Dengan Perilaku Mencuci Tangan

(7)

Tabel 5.3.1

Hubungan Umur Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal

Bros Bekasi Tahun 2012

Dari tabel diatas, didapatkan jumlah responden yang umurnya kurang dari atau sama dengan mean yaitu sebanyak 68 orang dan yang memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 29 orang (42,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang memiliki umur kurang dari atau sama dengan mean dengan responden yang memiliki umur lebih dari mean (ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku mencuci tangan). Hasil uji statistik juga menghasilkan OR = 3,8 artinya respoden yang memiliki umur kurang dari atau sama dengan mean mempunyai peluang 3,8 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki umur lebih dari mean.

5.3.2 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.2.2

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit

Awal Bros Bekasi Tahun 2012

Jenis Kelamin Perilaku Mencuci Tangan Total OR (95% CI) P-Val ue Baik Kurang Baik n % n % n % 1.5 (1,32-1,72) 0,02 1 Laki-laki 10 100 0 0 10 100 Perempuan 75 66,4 38 33,9 11 3 100 TOTAL 85 69,1 38 30,9 12 3 100

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku mencuci tangan didapatkan jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 10 orang dan semuanya memiliki perilaku mencuci tangan yang baik yaitu sebanyak 10 orang (100%),

sedangkan jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 113 orang dan yang memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 38 orang (33,9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,021 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki dengan responden yang

memiliki jenis kelamin perempuan (ada

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku mencuci tangan). Hasil uji statistik juga menghasilkan OR = 1,5 artinya respoden perempuan mempunyai peluang 1,5 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik dibandingkan dengan responden laki-laki.

5.3.3 Hubungan Pendidikan Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.3.3

Hubungan Pendidikan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal

Bros Bekasi Tahun 2012

Pend idika n

Perilaku Mencuci Tangan Total OR (95 % CI) P-Val ue Baik Kurang Baik n % n % n % 0,36 (0,14-0,94) 0,0 32 Ting gi 11 50 11 50 22 100 Rend ah 74 73,3 27 26,7 101 100 Juml ah 85 69,1 38 30,9 123 100

Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan perilaku mencuci tangan didapatkan paling banyak jumlah responden yang memiliki perilaku mencuci tangan kurang baik pada responden yang berpendidikan rendah yaitu sebanyak sebanyak 27 orang (26,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,032 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku

mencuci tangan antara responden yang

berpendidikan tinggi dengan responden yang berpendidikan rendah (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku mencuci tangan). Hasil uji statistik juga menghasilkan OR = 0,36 artinya respoden yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang 0,36 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik

dibandingkan dengan responden yang

berpendidikan rendah. Umur Perilaku Mencuci Tangan Total OR

(95 % CI)

P-Val

ue Baik Kurang Baik

n % n % n % 3,8 (1,61- 8,99) 0,00 1 ≤ mean 39 57,4 29 42,6 68 100 > mean 46 83,6 9 16,4 55 100 TOTAL 38 30,9 85 69,1 123 100

(8)

5.3.4 Hubungan Unit Kerja Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.3.4

Hubungan Unit Kerja Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal

Bros Bekasi Tahun 2012

Unit Kerja Perilaku Mencuci Tangan Total P-Value Baik Kurang Baik n % n % n % 0,105 Rawat jalan 13 68,4 6 31,6 19 100 Rawat inap 38 61,3 24 38,7 62 100 Intensif care 34 81 8 19 42 100 Jumlah 85 69,1 38 30.9 123 100

Dari tabel diatas, didapatkan paling banyak jumlah responden yang memiliki perilaku kurang baik pada responden yang bekerja di unit rawat inap yaitu sebanyak 24 orang (38,7%), Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,105 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang bekerja di unit rawat jalan, rawat inap dan intensif care (tidak ada hubungan yang signifikan antara unit kerja dengan perilaku mencuci tangan).

5.3.5 Hubungan Waktu Pelatihan Pencegahan Infeksi Nosokomial Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.3.5

Hubungan Waktu Pelatihan Pencegahan Infeksi Nosokomial Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi

Tahun 2012

Pelatihan

Perilaku Mencuci Tangan

Total P-Value Baik Kurang Baik

n % n % n %

0,105

Lama 50 74,6 17 25,4 67 100

Baru 35 62,5 21 37,5 56 100

Jumlah 85 69,1 38 30,9 123 100

Hasil analisis hubungan antara waktu

pelatihan pencegahan infeksi nosokomial

dengan perilaku mencuci tangan didapatkan jumlah responden yang menyatakan waktu pelatihan baru yaitu sebanyak 56 orang dan yang memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 21 orang (37,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai

p = 0,105 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang menyatakan waktu

pelatihan lama dengan responden yang

menyatakan waktu pelatihan baru (tidak ada

hubungan yang signifikan antara waktu

pelatihan pencegahan infeksi nosokomial

dengan perilaku mencuci tangan).

5.3.6 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.3.6

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit

Awal Bros Bekasi Tahun 2012

Pengetahuan

Perilaku Mencuci Tangan

Total P-Valu

e Baik Kurang Baik

n % n % n %

0,52 Baik 53 75,7 17 39,6 70 100 Kurang baik 32 60,4 21 24,3 53 100 Jumlah 85 69,1 38 30,9 123 100

Dari tabel diatas, didapatkan paling banyak responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 70 orang dan yang memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 17 orang (39,6%), sedangkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 orang (75,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,52 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang memiliki pengetahuan

baik dengan responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan).

(9)

5.3.7 Hubungan Sikap Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.3.7

Hubungan Sikap Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal

Bros Bekasi Tahun 2012

Sikap Perilaku Mencuci Tangan Total OR (95 %

CI) P-Value Baik Kurang Baik

n % n % n % 3,9 (1,52 – 9,99) 0,004 Positif 75 75 25 25 100 100 Negatif 10 43,5 13 56,5 23 100 Jumlah 85 69,1 38 30,9 123 100

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku mencuci tangan didapatkan dari jumlah responden yang memiliki sikap positif sebanyak 100 orang 25 orang (25%) memiliki perilaku mencuci tangan yang kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,004 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang memiliki sikap positif dengan responden yang memiliki sikap negatif (ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku mencuci tangan). Hasil uji statistik juga menghasilkan OR = 3,9 artinya respoden yang memiliki sikap negatif mempunyai peluang 3,9 kali lebih besar untuk berperilaku kurang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif.

5.3.8 Hubungan Peraturan Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Tabel 5.3.8

Hubungan Peraturan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pada Perawat Di Rumah Sakit Awal

Bros Bekasi Tahun 2012 Sikap Perilaku Mencuci Tangan Total OR

(95 % CI) P-Value Baik Kurang Baik n % n % n % 3,9 (1,52 – 9,99) 0,004 Positif 75 75 25 25 100 100 Negatif 10 43,5 13 56,5 23 100 Jumlah 85 69,1 38 30,9 123 100

Hasil analisis hubungan antara peraturan dengan perilaku mencuci tangan didapatkan

jumlah responden yang menyatakan ada peraturan yaitu sebanyak 41 orang dan yang memiliki perilaku mencuci tangan yang kurang baik yaitu sebanyak 30 orang (73,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,31 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan antara responden yang menyatakan ada peraturan dengan responden yang menyatakan tidak ada peraturan (tidak ada hubungan yang signifikan antara peraturan dengan perilaku mencuci tangan).

PEMBAHASAN

Hubungan Variabel Independen Dengan

Variabel Dependen

6.2.1 Hubungan Umur Dengan Perilaku

Mencuci Tangan

Hasil penelitian membuktikan ada hubungan antara umur dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.001). Hasil ini sesuai dengan teori Gibson dalam Ilyas (2002) yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang diyakini

bahwa pengalaman serta keterpajanannya

mengenai informasi juga semakin bertambah. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin bertambahnya umur seseorang maka akan

meningkatkan perilaku yang baik. Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan penelitian astuti dalam Susilo (2009), bahwa usia tua lebih patuh mencuci tangan (60%) dibandingkan dengan usia muda (38.7%).

6.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada

hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.021). Hasil ini sesuai dengan teori Gibson (1987) dalam Ilyas (2002) bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam bertingkah laku karena faktor perbedaan pola asuh, hal ini sama dengan Rosemini dan Kurniyanti dalam Susilo (2009) bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih karena perbedaan pola asuhnya.

(10)

6.2.3 Hubungan Pendidikan Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian membuktikan ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.032). Hasil ini sesuai dengan teori

Gibson bahwa pedidikan mempengaruhi

perilaku seseorang dalam menentukan tindakan serta sikap terhadap sesuatu. Teori Soekanto dalam Susilo (2009) pun menyebutkan bahwa tingkat pendidikan, ekonomi dan status sosial keluarga mempengaruhi seseorang untuk patuh terhadap perilaku yang baik bagi diri dan lingkungannya. Hasil yang sama juga diperoleh Astuti dalam Susilo (2009) bahwa pendidikan tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku mencuci tangan.

6.2.4 Hubungan Unit Kerja Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara unit kerja dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.105). Hal ini berbeda dengan teori gibson bahwa tempat kerja berpengaruh terhadap kebiasaan individu di dalamnya. Hasil penelitian ini sama

dengan penelitian Susilo (2009) yang

menyatakan tidak ada perbedaan proporsi kepatuha kebersihan tangan antara responden yang bekerja di unit average care dengan respoden yang bekerja di unit intensive care. Hal ini mungkin karena sudah terbentuk kebiasaan di unit kerja yang membuat responden cenderung untuk berperilaku yang sama dan tidak dapat dirubah dalam waktu singkat hanya dengan metode pelatihan saja.

6.2.5 Hubungan Waktu Pelatihan Pencegahan Infeksi Nosokomial Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian membuktikan tidak ada

hubungan yang signifikan antara waktu

pelatihan pencegahan infeksi nosokomial

dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.105). Hasil ini berbeda dengan teori Rowe at al dalam Susilo (2009), bahwa lama waktu pelaksanaan

pelatihan akan berpengaruh terhadap

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perilaku serta pelatihan. Sehingga semakin

pendek jarak waktu pelatihan dengan

pelaksanaan penelitian akan semakin baik pengetahuan, keterampilan dan perilaku mencuci tangan. Hasil yang berbeda ini dimungkinkan karena kebiasaan mencuci tangan antara responden yang telah lama dan baru mengikuti pelatihan cenderung tidak berubah (mencuci tangan hanya menjadi rutinitas saja). Pelatihan jika tidak disupervisi secara kesinambungan maka hasilnya tidak maksimal karena akan kembali ke perilaku semula sebelum pelatihan. Hasil pelatihan jika tidak diaplikasikan secara terus menerus dalam waktu 6 bulan akan kembali ke perilaku semula lagi.

6.2.6 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.52). Hasil penelitian ini berbeda dengan teori Gibson bahwa tingkat pengetahuan

mempengaruhi perilaku seseorang dalam

menentukan tindakan serta sikap terhadap sesuatu. River (2002) mengemukakan semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang terhadap

instruksi akan semakin patuh seseorang

menjalankan instruksi tersebut. hubunngan tidak

bermakna antara pengetahuan dengan

perilaku/kebiasaan mencuci tangan dapat

dijelaskan dalam teori The Health Belief Model oleh Rosenstock dalam Susilo (2009) yang mengatakan seseorang berperilaku belum tentu didasarkan pada pengetahuan, seperti melakukan

pencegahan penyakit tertentu mungkin

dikarenakan seseorang tersebut merasa terancam akan terkena penyakit tersebut dan bukan karena pengetahuannya tentang penyakit.

6.2.7 Hubungan Sikap Dangan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan anatara sikap dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.004). Hasil ini sesuai dengan teori yang disampaikan Notoatmojo, bahwa sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

(11)

6.2.8 Hubungan Peraturan Dengan Perilaku Mencuci Tangan

Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara peraturan dengan perilaku mencuci tangan (p = 0.43). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Gibson bahwa perilaku indivisu dipengaruhi oleh aturan, penghargaan,

dan punishment sehingga individu akan

berperilaku baik. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena kurang optimalnya sosialisasi peraturan mencuci tangan, kurangnya pengawasan dari pihak tim IPCN tentang kewajiban dan pentingnya mencuci tangan, serta tidak adanya sanksi berupa lisan ataupun tulisan bila perawat lalai/tidak mencuci tangan sesuai prosedur dan reward sebagai duta cuci tangan bagi perawat yang melaksanakan dengan baik.

KESIMPULAN

1. Paling banyak responden umurnya kurang

dari atau sama dengan mean adalah sebanyak 68 orang (55,3%). Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 113 orang (91,9%). Sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah yaitu sebanyak 101 orang (82,1%). Sebagian besar responden bekerja di unit kerja rawat inap yaitu sebanyak 62 orang (50,4%). Sebagian besar responden memiliki waktu pelatihan lama yaitu sebanyak 67 orang (54,5%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 70 orang

(56,9%). Sebagian kecil responden

memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 23 orang (18,7%). Sebagian besar responden menyatakan tidak ada peraturan mencuci tangan yaitu sebanyak 82 orang (66,7%). Sebagian kecil responden memiliki perilaku kurang baik yaitu sebanyak 38 orang (30,9%).

2. Ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

3. Tidak ada hubungan antara unit kerja,

waktu pelatihan pencegahan infeksi

nosokomial, pengetahuan dan peraturan

dengan perilaku mencuci tangan perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012.

SARAN

Bagi Manajemen Rumah Sakit Awal Bros Bekasi

1. Perlu adanya supervisi yang

berkesinambungan dari pihak Tim IPCN agar hasil pelatihan mencuci tangan dapat diaplikasikan secara terus menerus dan dapat menjadi kebiasaan perawat yang bersangkutan.

2. Perlu mengoptimalkan sosialisasi peraturan hand hygiene agar perawat mengetahui akan adanya peraturan mencuci tangan yang berlaku di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi.

3. Perlu mengoptimalkan pengawasan dari

pihak Tim IPCN kepada perawatnya tentang kewajiban dan pentingnya mencuci tangan 5 saat cuci tangan.

4. Perlu adanya sanksi baik berupa lisan dan tulisan apabila perawat lalai/tidak mencuci tangan sesuai prosedur dan reward bagi perawat berupa salah satu penilaian untuk menjadi perawat terbaik rumah sakit, maka dengan demikian akan menjadi suatu kebiasaan dan kejadian infeksi nosokomial dapat diturunkan.

5. Mengadakan ajang duta cuci tangan sebagai

apresiasi atau reward bagi perawat yang telah melakukan cuci tangan sesuai prosedur dan dapat menjadi contoh serta menjadi pemicu bagi perawat lainnya berlomba untuk mencuci tangan dengan baik dan benar.

Bagi Perawat Di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa ditemukan hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap dan ada pula yang tidak signifikan antara unit kerja, waktu pelatihan pencegahan infeksi nosokomial, pengetahuan dan peraturan dengan perilaku mencuci tangan pada perawat di Rumah Sakit Awal Bros Bekasi tahun 2012, seharusnya kesadaran dan kepatuhan dalam mencuci tangan dijadikan budaya di lingkungan kerja bukan hanya sebagai rutinitas saja.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aninda, Rindhaninggar Rindu. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Madrssah Ibtidaiyah Yapimda Pejaten Timur Jakarta Selatan Tahun 2011. Skripsi. FKM UI Depok.

Ashari, Irwan. 2012. Perilaku Mencuci Tangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Oleh Perawat Di Rumah Sakit. http://www.dokterirga.com/perilaku- mencuci-tangan-dan-pemakaian-alat-pelindung-diri-oleh-perawat-di-rs/ diunduh tanggal 30 November 2012.

Astuti. 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di RS

Medistra Tahun 2004.

http://digilib.gunadarma.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2004astuti718& node diunduh tanggal 5 September 2009.

Azwar, Azrul. 1983.Pengantar Pendidikan

Kesehatan. Jakarta.

Binardi, J. 2004. Manajemen perilaku organisasi. Jakarta : Prenada Media.

Depkes RI. 1993. Ditjen Pelayanan Medik. Petunjuk

Penyusunan Pedoman Pengendalian Inseksi

Nasokomial Rumah Sakit. Jakarta.

Fitria, Rita. 2011. Analisis Perilaku Cuci Tangan Perawat Pelaksana Di Unit Perawatan Intensif RSUD Budhi Asih Jakarta Tahun 2011. Skripsi. FKM UI Depok.

Gibson, James L. 1993. Organisations, 4th Edition. Jakarta : Erlangga.

Gibson, James L. 1985. Organisations, 5th Edition. Jakarta : Erlangga.

Hidayat, Azis Alimul.2007. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

Ibrahim, Baihaqi. 2009. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Sarung Tangan Dalam Kaitan Standar Kewaspadaan Umum Bagi Petugas Laboratorium Klinik Di Kota Cilegon Tahun 2009. Skripsi. FKM UI Depok

Ilyas, D. 2002. Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. Depok : FKM UI.

Indonesia. BMKG. 2012. Kumpulan Modul

Dasar-Dasar Manajemen.

http://data.bmkg.go.id/share/dokumen/modul%208-11.pdf. diunduh tanggal 7 Januari 2013.

Khotimah, Nurul. 2009. Gambaran Perilaku Cuci Tangan Perawat Selama Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Ruang Asy-Syfa Bangsal Penyakit

Dalam RSI Amal Sehat Sragen.

http://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/03/ikpiii8 / diunduh tanggal 30 November 2012.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Parsinahingsih, Sri Hunun Dan Supratman. 2008. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi Surakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123

456789/463/1d.pdf?sequence=1 Berita Ilmu

Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.1, Maret 2008 :19-24 diunduh tanggal 30 November 2012. Rifao, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Rajawali Pers.

Siagian, Sondang P. 1989. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Stoner, Jamea A.F. Management, 2nd edition. 1982. Jakarta : Relangga.

Susilo, Joko. 2009. Kepatuhan Mencuci Tangan Pada Perawat Yang Telah Mengikuti Pelatihan Pencegahan Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2009. Skripsi. FKM UI Depok.

Thoha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi : konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

WHO. 2005. Guiddelines on Hand Hygiene in Health Care. Genewa.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor umur, pendidikan formal, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah produksi sebelumnya tidak memiliki hubungan yang nyata dengan dengan motivasi

Tidak Menutup Diri dari Potensi Jaringan Dapat dilihat dari sikap terbuka masyarakat dalam menerima masuknya orang luar baik itu sesama orang yang ingin tinggal kampung

Tulisan ini menawarkan sebuah pembacaan feminis pascakolonial terhadap narasi gundik seorang Lewi yang tercatat dalam Hakim-hakim 19 yang berfokus pada suara subaltern dari

Lembaga keuangan bukan bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan

Meninjau dari pertimbangan hakim secara umum maka hal ini dapat dilihat ketika hakim memberikan putusan tindakan terhadap terdakwa yang didasarkan dengan pertimbangan hakim

Multinomial Naive Bayes digunakan untuk menemukan pemodelan fungsi yang menjelaskan konsep atau kelas data, dengan tujuan untuk memperkirakan kelas dari suatu objek yang

Model algorithma yang diusulkan untuk ekstrasi fitur dalam penelitian ini menggunakan transformasi wavelet diskrit (DWT) yang merubah koefisien sebagai

Diketahui setelah proses aktivitas fisik dan diberi perlakuan masase pada bagian ekstremitas bawah sebagai pemulihan pasif mendapatkan hasil yang signifikan, ketika