• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. bidang perdagangan umum (supplier). Barang yang diperdagangkan adalah arang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. bidang perdagangan umum (supplier). Barang yang diperdagangkan adalah arang"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

41 4.1. Penyajian Data

4.1.1. Sejarah Perusahaan

CV. Dwi Artha Berjaya adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam

bidang perdagangan umum (supplier). Barang yang diperdagangkan adalah arang tempurung kelapa. Perusahaan ini didirikan oleh Ekbeng Gojanto Baseoki sebagai Direktur utama dengan badan hukum Perseroan Komanditer (CV) dengan akte pendirian nomor 36 pada tanggal 21 Februari 2008. Perusahaan ini dimiliki dan dikelola oleh tenaga-tenaga yang sangat berpengalaman di bidangnya dan senantiasa bekerja dengan dilandasi sikap kerja sama dan tanggung jawab terhadap profesi serta keinginan untuk maju bersama. Dari tahun ke tahun aktivitas penjualan di perusahaan ini mengalami peningkatan Perusahaan ini merupakan perusahaan yang telah di daftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan nomor 03.082.413.0-604.000.

4.1.2. Lokasi Perusahaan

CV. Dwi Artha Berjaya berlokasi di Jl. Raya Raci No 6A, Surabaya. Tepatnya di Kecamatan Pakal. Perusahaan ini berada dikawasan industri yang disekelilingnya ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sama.

(2)

4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam setiap perusahaan, struktur organisasi perusahaan merupakan hal

yang sangat penting sebab struktur organisasi mencerminkan sepenuhnya gambaran tentang kewenangan, tanggung jawab dan kesatuan komando dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi perusahaan, maka pemimpin perusahaan dapat mengetahui penjabaran dari fungsionaris mana yang bertanggung jawab untuk suatu kegiatan tertentu yang ada di perusahaan. Struktur organisasi sendiri di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut : a. Organisasi dengan Sistem Sentralisasi

Adalah suatu sistem yang menghendaki wewenang dan pengendalian yang dipegang oleh perusahaan pusat.

b. Organisasi dengan Sistem Desentralisasi

Adalah suatu upaya-upaya yang mendelegasikan ke tingkat yang lebih rendah.

Sistem yang di pakai pada perusahaan ini adalah sistem desentralisasi, karena perusahaan menganggap dengan sistem desentralisasi ini, persatuan wewenang pada perusahaan dianggap lebih mudah dan efisien.

Struktur organisasi CV. Dwi Artha Berjaya secara garis besarnya didasarkan pada struktur organisasi lini atau yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan wakilnya yang membawahi tiga orang kepala bagian yaitu bagian personalia, bagian operasional dan bagian pemasaran.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan dapat dilihat melalui bagan berikut ini :

(3)

DIREKTUR

Gambar 4.1

Struktur organisasi CV. Dwi Artha Berjaya

Sumber : sub bagian manager personalia

General Manager

Bendahara Umum Sekertaris

Manager Personalia Manager Operasional Manager Pemasaran

Staff personalia

Bagian Akuntansi/ Perpajakan

Staff Pemasaran Bagian Produksi

(4)

Deskripsi Jabatan (Job Describtion)

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat diuraikan mengenai fungsi dan tugas dari masing-masing bagian. Berikut adalah fungsi dan tugas dari masing-masing bagian yang terlibat pada CV. Dwi Artha Berjaya.

a. Direktur

Uraian tugas dari seorang direktur adalah

1. Mengawasi dan mengontrol segala kegiatan perusahaan. 2. Menetapkan kebijakan, keputusan dan tujuan perusahaan.

3. Bertanggung jawab atas segala yang terjadi dengan perusahaan termasuk didalamnya resiko kerugian.

4. Memberikan arahan, intruksi, kepada bawahan/karyawan. b. Gereral manager

Uraian dan tugas dari general manager antara lain:

1. Mengelola kegiatan perusahaan, mengkoordinasi seluruh kegiatan perusahaan dalam kegiatan yang terpadu untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Menetapkan prosedur kerja intern perusahaan. 3. Memberikan laporan berkala kepada direktur. c. Bendahara umum

Uraian tugas dan tanggung jawab bendahara umum antara lain:

1. Menyimpan dan mengeluarkan dana perusahaan atas intruksi direktur dan general manager.

(5)

2. Bertanggung jawab atas segala yang terjadi yang menyangkut keuangan perusahaan.

3. Mengatur kebutuhan mengenai keuangan perusahaan sesuai dengan skedul perusahaan.

d. Sekretaris

Uraian tugas dan tanggung jawab sekretaris antara lain:

1. Bertanggung jawab penuh kepada general manager atas kelancaran tugas sehari-hari.

2. Mengagendakan surat-surat yang masuk sebelum diajukan kepada direktur.

3. Menyampaikan kepada department yang bersangkutan dengan keperluan surat yang masuk.

4. Mengarsip surat-surat yang masuk. e. Manager operasional

Uraian tugas dan tanggung jawab manager operasional antara lain:

1. Memimpin dan mengawasi seluruh tugas-tugas operasional serta bertanggung jawab atas resiko dari kegiatan operasional.

2. Memberikan laporan kepada general manager atas kegiatan operasional perusahaan.

f. Manager personalia

(6)

1. Memimpin dan mengawasi segala kegiatan kerja personalia dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada general manager atas kegiatan personalia perusahaan.

2. Memberikan laporan kerja bagian personalia kepada general manager. 3. Memberikan motivasi dan arahan kepada karyawan (personalia)

g. Manager pemasaran

Uraian tugas dan tanggung jawab manager pemasaran antara lain:

1. Mengambil kebijakan dan keputusan penjualan atas persetujuan general manager.

2. Bertanggung jawab penuh atas kegiatan penjualan produk perusahaan. 3. Memberikan laporan kepada general manager atas kegiatan pemasaran

perusahaan.

h. Staff Personalia

Uraian Tugas dan tanggung jawab dari staff personalia antara lain :

1. Memeriksa kelengkapan syarat Administasi calon pekerja ( data lengkap pelamar pekerjaan).

2. Menyiapkan dan memeriksa daftar hadir karyawan.

3. Melaporkan data absensi pada atasan dan untuk diserahkan pada bagian pembayaran.

i. Akuntansi atau perpajakan

(7)

1. Menyusun laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas.

2. Menyusun laporan keuangan fiskal untuk keperluan perpajakan.

3. Menghitung, memungut, membayar dan melaporkan pajak penghasilan setiap bulan.

4. Mengisi SPT masa pajak penghasilan.

5. Mengisi SPT tahunan pajak penghasilan badan.

j. Staff Pemasaran

Uraian tugas dan tanggung jawab staff pemasaran antara lain:

1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penjualan dan pemasaran agar tercapai jumlah penjualan sesuai dengan target yang telah direncanakan. 2. Bertanggung jawab terhadap penawaran harga yang diberikan kepada

pelanggan dan melaporkan kepada manajer pemasaran.

3. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan dokumen-dokumen export.

k. Staff Produksi

Uraian tugas dan tanggung jawab staff produksi adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan administrasi bidang produksi yaitu memproduksi barang sesuai perintah manajer operasional.

(8)

4.1.4. Tujuan Perusahaan

Tujuan yang di tetapkan oleh suatu perusahaan merupakan alat ukur bagi

keberhasilan perusahaan tersebut, demikian pula dengan CV. Dwi Artha Berjaya didalam menjalankan aktivitasnya juga mempunyai tujuan yang dapat di golongkan menjadi dua bagia yaitu :

a. Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek adalah suatu tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Tujuan jangka pendek yang hendak di capai perusahaan antara lain:

1. Meningkatkan volume penjualan 2. Menjaga kontinuitas penjualan

3. Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan b. Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang adalah suatu tujuan yang akan di capai dalam jangka waktu yang relative panjang. Tujuan jangka panjang yang hendak dicapai perusahaan antara lain:

1. Memperluas pasar

2. Mencapai profit yang maksimum 3. Mengadakan ekspansi atau kerjasama.

(9)

4.1.5. Aktivitas Produksi

Gambar 4.2.

Aktivitas Produksi Barang CV. Dwi Artha Berjaya

Dari gambar diatas, dapat diperjelas lagi bahwa pada saat pembelian barang

(arang), kondisi barang yang dibeli kualitasnya tidak menentu, kebanyakan arang yang di beli kondisinya lembab, hampir semua barang memerlukan proses penjemuran yang memerlukan waktu sekitar 4 jam. Setelah barang kering proses selanjutnya adalah mengayak arang dengan mesin agar supaya terpisah antara arang dengan pasir dan kerikil, setelah arang selesai di ayak, arang lalu di kemas

Pembelian Bahan Baku

Penjemuran Barang

Pemisahan Ukuran

(10)

dan ditimbang, inilah yang menjadi proses terakhir dari produksi yaitu setelah ditimbang lalu dijahit dan di susun dengan rapi dan arang siap di jual.

4.1.6. Penjualan

Perusahaan ini menjual barangnya ke berbagai wilayah luar negeri, diantaranya negara yang menjadi pelanggan tetap adalah negara China, Hongkong, Thailand, Korea dan Malaysia. Perusahaan ini tidak menjual di wilayah Indonesia karena perusahaan ini hanya menjual barang dalam kapasitas besar.

4.2. Analisis Data

Pajak merupakan iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan, yang terutang

menurut peraturan perundang-undangan tanpa mendapatkan imbalan

secara langsung. Sehingga dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak dengan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukannya perencanaan pajak (Tax Planning) dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Dengan menerapkan Tax Planning dalam perusahaan, maka wajib pajak bisa meminimalisasikan pembayaran pajaknya sehingga pembayaran pajak yang dilakukan olehwajib pajak kepada pemerintah bisa lebih efektif.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penerapan perencanaan pajak (Tax Planning ) dapat berjalan efektif, yaitu :

1. Didalammembuat perencanaan pajak, tidak melanggar peraturan perpajaka 2. Perencanaan pajak (Tax Planning ) mempertimbangkan semua transaksi

(11)

3. Sistem informasi perpajakan tersedia di perusahaan dalam bentuk kumpulan peraturan perpajakan.

Ketiga hal diatas harus benar-benar diperhatikan agar perusahaan dapat lebih peka menghadapi semua transaksi yang mempunyai pengaruh terhadap pajak. Dengan memperhatikan ketiga hal diatas maka perusahaan akan lebih efektif dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Ada enam cara yang dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam menerapkan perencanaan pajaknya, yaitu :

a. Pergeseran

Adanya pemindahan atau transfer beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain.

b. Kapitalisasi

Penambahan harga obyek pajak sebesar jumlah pajak yang akan dibayar oleh pihak pembeli, sehingga pajaknya menjadi beban penjual.

c. Transformasi

Pengelakan pajak yang dilakukan dengan cara menanggung beban pajak atas obyek pajak yang dijual tanpa mengurangi keuntungan yang diperolehnya. d. Penyelundupan ( Evasion)

Cara pengelakan pajak dengan melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku, cara ini mengarah pada tindak pidana pajak.

(12)

e. Penghindaran ( Avoidance)

Pengelakan pajak dengan cara melakukan penghindaran pajak dengan tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.

f. Pengecualian pajak (Tax Planning )

Adanya pengecualian pembebanan pajak perorangan atau badan berdasarkan keputusan dan peraturan yang berlaku.

Dari keenam cara penerapan perencanaan pajak (Tax Planning ) diatas, CV. Dwi Artha Berjaya selaku wajib pajak menerapkan perencanaan pajaknya yang tidak menyimpang dan tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu, perusahaan dalam menerapkan perencanaan pajaknya bersifat Konservatif. Berdasarkan hasil penelitian dari informan (Karyawan Departemen Keuangan) dan laporan perhitungan pajak penghasilan tahun 20011 dan 2012, maka peneliti dapat menjelaskan mengenai penerapan Tax Planning pada perusahaan yang telah diterapkan guna megefisienkan pajak penghasilannya. Secara teoritis upaya meminimalisasi pembayaran pajak yang dilakukan dalam suatu perencanaan pajak yang disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak

atau yang dikenal dengan Tax Advoidance. Tax Advoidance adalah

proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak ya ng tidak dikehendaki. Penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupauntuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak

dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang

(13)

melanggar hukum akan tetapi penghindaran pajak itu dapat melanggar hukum, jika kita tidak memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang akan ditimbulkannya seperti adanya denda dan atau sanksi maupun pidana serta pemeriksaan yang dilakukan fiskus sehingga dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan lebih suka menyebutkan penerapan Tax Planning-nya untuk

meminimalisasi pembayaran pajak bukan untuk menghindari pajak.

Disini penerapan Tax Planning tersebut digunakan untuk meminimalisasi pembayaran pajak yang artinya pembayaran pajak tetap dilakukan dalam memenuhi kewajiban perpajakan tetapi pembayaran pajak tersebut harus efisien. Dan penerapan Tax Planning secara konservatif sangat diperlukan.

PenerapanTax Planning yang bersifat Konservatif adalah suatu cara yang dituntut

untuk berhati-hati dalam menghadapi suatu transaksi yang mempunyai

pengaruh tehadap pajak.

Cara tersebut berupa menganalisis apakah transaksi tersebut mempunyai pengaruh pajak atau tidak, bagaimana ketentuan perundang-undangannya, dan tentunya juga mengenai tentang suatu perencanaan perpajakan seperti apa dan yang bagaimana yang bisa diterapkan tanpa adanya pelanggaran terhadap ketentuan per pajakan. Jadi penerapanTax Planning yang bersifat konservatif ini dilakukan pada tiap transaksi yang terjadi di perusahaan agar pembayaran pajak dapat dilakukan seefisien mungkin dan tidak melanggar ketentuan perpajakan yang justru nantinya berakibat merugikan perusahaan. Tax Planning yang bersifat konservatif ini dilakukan untuk menghindari pemborosan pajak yang dikarenakan penerapan Tax

(14)

konservatif mengarah kepada meminimalisasikan pembayaran pajak tiap transaksi dari pada menghindari pajak yang mengarah pada menghilangkan kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan kelemahanUndang-Undang Perpajakan.

4.2.1. Implementasi Perencanaan Pajak Dalam Perusahaan

4.2.1.1. Kebijakan-Kebijakan Akuntansi Yang Di Terapkan Perusahaan

Kebijakan akuntansi perusahaan dalam menjalankan usahanya antara lain :

1. Dasar pembukuan yang dilakukan oleh perusahaan adalah accrual basis. 2. Sistem penilaian persediaan dengan menggunakan metode average. 3. Sistem pencatatan persediaan dilakukan dengan pencatatan perpetual. 4. Penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis lurus.

4.2.1.2. Memaksimalkan Penghasilan Yang Dikecualikan

Dari data yang diperoleh dari perusahaan, sumber penghasilan perusahaan ini dalah penjualan arang tempurung kelapa. Dalam pelaksanaan tax planning, perusahaan dapat memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan dan dikenakan PPh final. Berdasarkan sumber penghasilan yang ada dalam perusahaan, tidak terdapat penghasilan yang dikecualikan. Salah satu penghasilan yang dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan untuk memperkecil PKP (Penghasilan Kena Pajak) adalah penghasilan bunga/jasa giro, karena penghasilan bunga dikenakan pajak final.

(15)

4.2.1.3. Memaksimalkan Biaya Fiskal Dan Meminimalkan Biaya Yang Tidak Di Perkenankan Sebagai Pengurang

1. Biaya Makan/Minum

Perusahaan bisa saja memberikan uang atau tunjangan sembako kepada karyawan yang kurang mampu diwaktu tertentu atau diwaktu lebaran , tetapi perusahaan memberikan makan dan minum untuk karyawan pada waktu tertentu dan secara bersama itu lebih baik.

2. Transportasi Karyawan

Untuk transportasi karyawan, perusahaan tidak menyediakan bus/mobil penjemput, tetapi ada beberapa pegawai yang diberikan uang transportasi yang dimasukkan langsung ke dalam gaji karyawan.

3. Tunjangan Asuransi

Keputusan perusahaan untuk membayar premi asuransi karyawan sesuai dengan aturan pemerintah mengenai premi asuransi jamsostek yang mewajibkan pemberi kerja menanggung premi asuransi karyawan.

4.2.2. Strategi Perencanaan Pajak (Tax Planning) Untuk Penghematan Jumlah Pajak Penghasilan Yang Dilakukan Perusahaan Dengan Undang-Undang Yang Berlaku

4.2.2.1. Memaksimalkan Biaya Fiskal Dan Meminimalkan Biaya Yang Tidak Diperkenankan Sebagai Pengurang

(16)

1. Biaya Makan/ Minum

Perusahaan tidak memberikan uang makan makan siang ataupun tunjangan sembako kepada karyawan, tetapi perusahaan bisa juga memberikan makan dan minum kepada karyawan pada saat tertentu, pemberian makan bersama bagi karyawan bukan merupakan objek pajak PPh pasal 21 karena makan bersama merupakan pemberian dalam bentuk natura.

Dengan demikian dari sisi karyawan pemberian makan ini tidak akan menambah PPh pasal 21 terhutang. Disisi perusahaan, berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008, penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat dibebankan sebagai biaya, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dalam arti pemberian makan dan minum bersama walaupun bentuknya natura, dapat di biayakan oleh perusahaan (deductible expenses). Dengan demikian disisi perusahaan akan mengurangi PPh Badan yang terhutang.

Apabila dibandingkan perlakuan pajak dalam hal pembiayaan pemberian makan bersama dengan pemberian tunjangan berupa uang kehadiran, maka akan lebih menguntungkan karyawan dan perusahaan apabila perusahaan memilih kebijakan pemberian makan bersama karena dengan memberikan makan bersama bukan merupakan penghasilan bagi karyawan sedangkan apabila diberikan berupa tunjangan makan, maka tunjangan makan tersebut menjadi penghasilan kena pajak bagi karyawan, oleh karena itu jika keputusan

(17)

perusahaan dalam memilih memberikan makan bersama seluruh karyawan itu sangat baik.

2. Transportasi Karyawan

Untuk transportasi karyawan, perusahaan tidak menyediakan bus/mobil penjemput, ada beberapa pegawai yang diberikan tunjangan transportasi , yang langsung dimasukkan kedalam gaji karyawan. Pemberian tunjangan transportasi menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-57/PJ/2009 tentang objek pajak PPh pasal 21 hal ini merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan, sedangkan menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) huruf a, dapat dikurangkan dalam Penghasilan kena pajak bagi perusahaan.

Dengan demikian perusahaan dapat mempertimbangkan kembali untuk selisih biaya yang harus perusahaan keluarkan jika memberikan tunjangan transportasi yang langsung dimasukkan kedalam gaji karyawan. Jika dari hasil yang didapat dari perhitungan tersebut yang kemudian di dapatkan hasil akhir bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pemberian tunjangan transportasi langsung kepada karyawan lebih besar dari pada menyediakan mobil antar jemput, maka ada baiknya perusahaan memilih untuk menyediakan mobil antar jemput.

Dengan demikian perusahaan bisa melakukan penghematan pajak karena pemberian tunjangan transportasi merupakan biaya yang dapat dikurangkan dalam penghasilan kena pajak bagi perusahaan sehingga bisa menghemat PPh terhutang pada perusahaan.

(18)

3. Tunjangan Kesehatan

Untuk premi yang di tanggung perusahaan, menurut UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf a, pembayaran tersebut boleh dibebankan dalam penghasilan kena pajak perusahaan dan bagi karyawan yang bersangkutan, menurut keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-57/PJ/2009 tentang objek pajak PPh pasal 21, adalah penghasilan yang merupakan objek pajak. Premi yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi, bisa dihitung sebagai pengurang penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang bersangkutan.

4. Metode Penyusutan

Ada dua jenis metode penyusutan yang diberlakukan dalam undang-undang perpajakan, yaitu metode garis lurus (straight line) dan metode saldo menurun

(double declining). Dan perusahaan pada saat ini menggunakan metode

penyusutan yang diperbolehkan menurut peraturan perpajakan. Hal ini membantu dalam penyusunan laporan laba rugi fiskal karena tidak perlu melakukan koreksi terhadap biaya penyusutan. Akan tetapi kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tentunya pilihan wajib pajak dapat berbeda mengingat adanya kepentingan yang berbeda pada setiap perusahaan.

5. Metode Persediaan

Pemilihan metode penilaian persediaan ada dua yang di ijinkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode rata-rata (average) dan metode masuk pertama keluar pertama (first in first out). Dalam kondisi perekonomian yang cenderung mengalami inflasi, metode rata-rata akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode masuk pertama keluar pertama dan dengan

(19)

tingginya harga pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi maka akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil, sehingga berakibat ke pajak terhutang yang semakin kecil pula.

4.3. Interprestasi Data

4.3.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi Perusahaan

Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal ini sering menjadi masalah karena penyusunan laporan keuangan fiskal yang tidak sesuai dengan peraturan perpajakan. Dalam perpajakan tidak semua beban dalam suatu transaksi dapat dijadikan biaya yang artinya tidak semua beban dalam laporan keuangan komersial dapat dijadikan pengurang penghasilan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan koreksi fiskal baik yang bersifat positif maupun negatif. Koreksi fiskal positif merupakan koreksi fiskal yang dilakukan mengakibatkan pengurangan biaya yang telah diakui dalam laporan keuangan komersial sehingga menyebabkan penambahan penghasilan. Sedangkan koreksi fiskal negatif merupakan koreksi fiskal yang dilakukan yang mengakibatkan penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan keuangan komersial menjadi semakin besar yang secara otomatis mengakibatkan pengurangan penghasilan.

Dalam rangka evaluasi perencanaan pajak untuk mengefisienkan biaya pajak badan pada perusahaan maka langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu

(20)

adalah menganalisa setiap objek pajak penghasilan dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Beberapa biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahan adalah sebagai berikut:

1. Biaya gaji karyawan, biaya gaji biasanya diberikan kepada karyawan sesuai dengan golongan atau jabatan masing-masing karyawan.

2. Biaya jamsostek, biaya jamsostek meliputi biaya jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian yang di berikan kepada karyawan yang telah bekerja selama satu tahun keatas sejak tanggal mulai bekerjanya karyawan.

3. Biaya perijinan adalah biaya untuk mengurus semua hal yang berkaitan dengan perijinan usaha perusahaan dan biasanya diurus oleh pihak ketiga, seperti Notaris dan sebagainya.

4. Biaya perlengkapan kantor dan ATK dikeluarkan perusahaan untuk membeli perlengkapan kantor dan alat tulis untuk keperluan kantor.

5. Biaya listrik dan air dikeluarkan untuk membiayai keperluan listrik dan air kantor.

6. Biaya parkir, tol, bahan bakar minyak, dikeluarkan perusahaan untuk keperluan sehubungan dengan kegiatan produksi / operasional perusahaan. 7. Biaya telp dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka kegiatan opersional

termasuk internet dan faksimili.

8. Biaya entertain berupa jamuan terhadap buyer atau kolega-kolega bisnis perusahaan.

(21)

9. Biaya perjalanan dinas dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendukung kegiatan pemasaran.

10. Biaya perawatan terdiri dari biaya perawatan mobil, kendaraan, gedung, dan peralatan kantor yang dikeluarkan perusahaan atas perbaikan dan perawatan kendaraan, gedung dan peralatan kantor yang rusak.

11. Biaya pengobatan karyawan dikeluarkan perusahaan atas pengobatan karyawannya yang sakit.

Perusahaan telah melakukan perencanaan pajak tetapi penulis menyimpulkan bahwa perencanaan pajak yang telah dilakukan perusahaan belum maksimal. Perusahaan masih belum melaksanakan secara maksimal melakukan perencanaan pajak dalam hal laporan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Perbedaan perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan penghasilan dan biaya akan mengakibatkan perbedaan laba komersial dan fiskal. Dalam laporan keuangan komersial semua pengeluaran perusahaan dalam opersional perusahaan dapat dijadikan biaya, namun dalam peraturan perundangan perpajakan tidak semua biaya komersial dapat dijadikan biaya fiskal, dari evaluasi tersebut terdapat beberapa koreksi positif dan koreksi negatif dalam rekonsiliasi fiskal dapat diketahui dari tabel antara lain adalah sebagai berikut :

(22)

Tabel 4.1

Laporan Laba Rugi Komersial Dan Fiskal CV. DWI ARTHA BERJAYA

Per 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Sumber : Data diolah penulis

POSITIF NEGATIF 8,418,274,949 8,418,274,949 8,418,274,949 (6,360,655,413) (6,360,655,413) (6,360,655,413) 2,057,619,536 2,057,619,536 2,057,619,536 (995,150,559) (995,150,559) (995,150,559) (113,532,075) (113,532,075) (113,532,075) (68,258,824) (68,258,824) 4,088,750 (64,170,074) (78,750,082) (78,750,082) (78,750,082) (21,335,663) (21,335,663) (21,335,663) (15,230,692) (15,230,692) (15,230,692) (5,500,000) 5,500,000 - -(73,301,262) 73,301,262 - -(96,508,733) (96,508,733) 2,050,000 (94,458,733) (93,507,803) (93,507,803) (93,507,803) (17,500,000) 17,500,000 - 1,200,000 (16,300,000) (18,862,350) (18,862,350) (18,862,350) (105,309,482) (105,309,482) (105,309,482) (45,824,500) (45,824,500) 15,824,500 (61,649,000) (23,634,230) (23,634,230) 9,457,980 (33,092,210) (5,250,000) (5,250,000) - (5,250,000) (1,777,456,255) (1,681,154,993) (1,716,598,723) 280,163,281 376,464,543 341,020,813 590,000 590,000 - -9,698,000 9,698,000 - -12,798,000 12,798,000 12,798,000 -23,086,000 12,798,000 -303,249,281 389,262,543 341,020,813 54,198,680 69,571,528 60,949,453 4,516,557 5,797,627 5,079,121

total biaya umum dan administrasi

pendapatan lain-lain jasa giro laba selisih kurs

pendapatan lain-lain laba operasional Laba kotor HPP penjualan bersih Pendapatan

biaya umum dan administrasi

biaya penyusutan peralatan kantor biaya perlengkapan kantor biaya perawatan parkir, tol dan solar gaji

biaya entertain biaya listrik biaya telp biaya jamsostek biaya pengobatan karyawan

biaya lain-lain konsultan perijinan

biaya bunga pinjaman bank biaya admin bank

PPh tahun 2011 laba bersih sebelum pajak total pendapatan lain-lain

laba bersih setelah pajak

SEBELUM PERENCANAAN PAJAK SETELAH PERENCANAAN PAJAK

LAPORAN KOMERSIAL

KOREKSI PERUSAHAAN

LAPORAN FISKAL KOREKSI PENULIS LAPORAN

FISKAL KETERANGAN

(23)

Tabel 4.2

Penghitungan Pajak Terhutang Tahun 2011 (dalam rupiah)

Sumber : Data diolah penulis

sebelum tax planning penghematan prosentase

laba sebelum pajak 389,262,543 341,020,813 48,241,730 12.39%

dibulatkan 389,263,000 341,021,000 48,242,000 PPh Badan PPh 2011 fiskal PPh 2011 fiskal PKP Fasilitas PKP Fasilitas 4,800,000,000 x 389,262,543 4,800,000,000 x 341,020,813 194,446,001 8,418,274,949 8,418,274,949

PKP Non Fasilitas PKP Non Fasilitas

389,262,543

(-) 221,952,861 167,309,682 341,020,813 (-) 194,446,001 146,574,812

Pajak Terhutang Pajak Terhutang

PPh terhutang dengan fasilitas PPh terhutang dengan fasilitas

25% x 50% x 221,952,861 27,744,108 25% x 50% x 194,446,001 24,305,750.17

PPh terhutang non fasilitas PPh terhutang non fasilitas

25% x 167,309,682 41,827,421 25% x 146,574,812 36,643,702.90

total pajak terhutang 69,571,528 total pajak terhutang 60,949,453 8,622,075 12.39%

Angsuran PPh 5,797,627 Angsuran PPh 5,079,121

setelah tax planning keterangan

221,952,861

(24)

Tabel 4.3

Laporan Laba Rugi Komersial Dan Fiskal CV. DWI ARTHA BERJAYA

Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)

Sumber: data diolah penulis

POSITIF NEGATIF 10,500,239,500 10,500,239,500 10,500,239,500 (8,357,623,900) (8,357,623,900) (8,357,623,900) 2,142,615,600 2,142,615,600 2,142,615,600 (1,055,150,559) (1,055,150,559) (1,055,150,559) (113,535,670) (113,535,670) (113,535,670) (88,257,760) (88,257,760) 23,470,000 (111,727,760) (68,750,560) (68,750,560) (68,750,560) (22,356,400) (22,356,400) (22,356,400) (12,263,972) (12,263,972) (12,263,972) (4,550,000) 4,550,000 - -(70,389,065) 70,389,065 - -(77,709,099) (77,709,099) 1,500,000 (76,209,099) (91,803,560) (91,803,560) (91,803,560) (12,800,050) 12,800,050 - 680,000 (12,120,050) (17,862,700) (17,862,700) (17,862,700) (98,890,940) (98,890,940) (98,890,940) (29,600,500) (29,600,500) (29,600,500) (15,870,996) (15,870,996) (15,870,996) (3,674,340) (3,674,340) (3,674,340) (1,783,466,171) (1,695,727,056) (1,729,817,106) 359,149,429 446,888,544 412,798,494 786,000 786,000 - -10,697,006 10,697,006 - -27,756,000 27,756,000 27,756,000 -39,239,006 27,756,000 -398,388,435 474,644,544 412,798,494 76,832,575 91,539,209 79,611,676 6,402,715 7,628,267 6,634,306 SETELAH PERENCANAAN PAJAK

LAPORAN FISKAL Pendapatan penjualan bersih HPP Laba kotor KETERANGAN LAPORAN KOMERSIAL KOREKSI PERUSAHAAN

LAPORAN FISKAL KOREKSI PENULIS SEBELUM PERENCANAAN PAJAK

biaya perlengkapan kantor biaya penyusutan peralatan kantor biaya perjalanan dinas biaya pengobatan karyawan biaya jamsostek

biaya umum dan administrasi gaji

parkir, tol dan solar biaya perawatan

biaya Asuransi pabrik dan kendaraan PBB

biaya lain-lain biaya telp biaya listrik biaya entertain biaya admin bank biaya bunga pinjaman bank

jasa giro laba selisih kurs pendapatan lain-lain total biaya umum dan administrasi laba operasional

pendapatan lain-lain

laba bersih setelah pajak total pendapatan lain-lain

laba bersih sebelum pajak

(25)

Tabel 4.4

Penghitungan Pajak Terhutang Tahun 2012 (dalam rupiah)

Sumber: data diolah penulis

Dari laporan rekonsiliasi diatas, besarnya koreksi fiskal terhadap biaya-biaya komersial antara lain sebagai berikut:

1. Biaya perawatan

Pada biaya perawatan terdapat biaya perawatan gedung, seperti memperbaiki keramik kamar mandi dan pengecatan ulang juga pemeliharaan kendaraan dan

sebelum tax planning penghematan prosentase

laba sebelum pajak 474,644,544 412,798,494 61,846,050 13.03%

dibulatkan 474,645,000 412,798,500 61,846,500 PPh Badan PPh 2012 fiskal PPh 2011 fiskal PKP Fasilitas PKP Fasilitas 4,800,000,000 x 474,644,544 216,975,414 4,800,000,000 x 412,798,494 188,703,579 10,500,239,500 10,500,239,500

PKP Non Fasilitas PKP Non Fasilitas

474,644,544

(-) 216,975,414 257,669,130 412,798,494 (-) 188,703,579 224,094,915

Pajak Terhutang Pajak Terhutang

PPh terhutang dengan fasilitas PPh terhutang dengan fasilitas

25% x 50% x 216,975,414 27,121,927 25% x 50% x 188,703,579 23,587,947

PPh terhutang non fasilitas PPh terhutang non fasilitas

25% x 257,669,130 64,417,283 25% x 224,094,915 56,023,729

total pajak terhutang 91,539,209 total pajak terhutang 79,611,676 11,927,533 13.03%

Angsuran PPh 7,628,267 Angsuran PPh 6,634,306

(26)

mesin. Biaya pemeliharaan kendaraan ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kendaraan dan mesin-mesin milik perusahaan seperti membeli sparepart, pelumas dan sebagainya, untuk biaya pemeliharaan ini terdapat biaya pemeliharaan untuk mobil direktur, dimana kendaraan tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk keperluan perusahaan, berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-202/PJ/2002 pada tanggal 18 April 2002, kendaraan sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dilakukan koreksi sebesar 50%, karena hanya 50% tersebut yang diakui sebagai beban fiskal. Perusahaan tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut, tetapi penulis menyimpulkan bahwa perusahaan seharusnya melakukan koreksi positif sebesar 50% dari total biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kendaraan, besarnya koreksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tahun 2011:

perawatan mesin : Rp 40,000,000

Perawatan kendaraan : Rp 28,258,824

Total Rp 68,258,824

Perincian yang sebenarnya

perawatan mesin : Rp 40,000,000

Perawatan kendaraan kantor : Rp 20,081,324

Perawatan kendaraan direktur : Rp 8,177,500

(27)

Koreksi

Perawatan Mesin : Rp 40,000,000

Perawatan kendaraan kantor : Rp 20,081,324

Perawatan kendaraan direktur : Rp 4,088,750 (Rp 8,177,500 x 50% )

Total Rp 64,170,074

Jadi seharusnya ada koreksi positif sebesar Rp 4,088,750 pada tahun 2011.

Tahun 2012 :

Pada tahun 2012, untuk biaya perawatan perusahaan tidak melakukan koreksi, menurut penulis seharusnya ada koreksi negatif sebesar Rp 23,470,000 dimana hal itu seharusnya dilakukan oleh perusahaan karena pada tahun 2012 perusahaan menggunakan jasa pihak ke tiga untuk perawatan kendaraan yang seharusnya perusahaan melakukan pemotongan PPh pasal 23

2. Biaya telp

Biaya telp ini dikeluarkan oleh kantor untuk keperluan perusahaan termasuk didalamnya ada biaya telp, internernet, faksimili dan biaya komunikasi pihak-pihak yang mempunyai jabatan khusus. Pegawai dengan jabatan khusus akan memperoleh fasilitas pembelian voucher pulsa dan pembelian handphone. Atas biaya pembelian telp selular yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat di bebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan sebagai mana telah

(28)

dimaksud dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-202/PJ/2002 pada tanggal 18 April 2002, adapun koreksi fiskal positif pada biaya telp ini antara lain : Tahun 2011 : Rp 2,050,000

Tahun 2012 : Rp 1,500,000

3. Biaya Entertain

Perusahaan melakukan koreksi fiskal positif pada biaya entertain. Atas biaya entertain, perusahaan memiliki bukti-bukti terkait mengenai biaya tersebut, namun perusahaan tidak membuat daftar nominatif secara keseluruhan terhadap biaya entertain, sehingga dalam aturan perpajakan, biaya tersebut dianggap fiktif. Hal ini sesuai dengan SE-27/PJ.22/1986 tertanggal 14 Juni 1986 yang berbunyi bahwa biaya entertain, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPh dan tidak terkena PPh final dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif, karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif secara keseluruhan, koreksi positif dilakukan perusahaan karena hanya membuat beberapa daftar nominatif dan hal ini dianggap perusahaan tidak dapat membuktikan bahwa biaya tersebut formal. Oleh karena perusahaan hanya dapat melampirkan daftar nominatif sebesar Rp 17,500,000 pada tahun 2011 dan sebesar Rp 12,800,050 pada tahun 2012 maka perusahaan melakukan koreksi fiskal atas selisih biaya entertain sebesar Rp 1,200,000 pada tahun 2011 dan Rp 680,000 pada tahun 2012.

(29)

4. Biaya Pengobatan Karyawan

Biaya pengobatan karyawan ini ditanggung oleh perusahaan untuk karyawan yang baru masuk ( belum genap satu tahun dan tidak memiliki jamsostek) baik yang sakit ringan maupun yang dirawat dirumah sakit. Perusahaan menetapkan biaya pengobatan dengan sistem reimbursement. Dari sudut pandang perpajakan biaya ini harus dikoreksi karena merupakan pemberian dalam bentuk natura kepada karyawan sesuai dengan pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh. Besarnya biaya pengobatan karyawan yang harus dikoreksi pada tahun 2011 sebesar Rp 5,500,000 dan pada tahun 2012 sebesar Rp 4,550,000.

5. Biaya Jamsostek

Berdasarkan Undang Undang PPh Tahun 1984 beserta perubahannya terakhir yaitu No. 36 Tahun 2008, Pemberian kenikmatan kepada pegawai berupa biaya pengobatan pegawai yang dibayar langsung ke rumah sakit, dokter atau apotik, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non-deductible) dan bukan objek PPh Pasal 21 (non-taxable), akan tetapi apabila diberikan dalam bentuk tunjangan atau penggantian pengobatan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dan merupakan objek PPh Pasal 21. Tunjangan kesehatan atau biaya pengobatan ini perlu diperhatikan cara

pembayarannya, yaitu :

i. Biaya pengobatan karyawan yang dibayar perusahaan langsung ke rumah sakit atau dokter dan apotek, pembayaran tersebut sebagai pemberian kenikmatan

(30)

sehingga tidak boleh dibayarkan dan bukan objek PPh Pasal 21 bagi penerimanya. Sebagai contoh apabila perusahaan mempunyai rumah sakit atau poliklinik sendiri.

ii. Biaya penggantian pengobatan, pemberian tunjangan pengobatan, uang pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto (deductible expense) dan objek PPh Pasal 21 merupakan salah satu bentuk kenikmatan/natura bagi karyawan yang tentu saja tidak dapat dibiayakan. Pemberian tunjangan oleh pemberi kerja merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, hal ini dapat kita lihat di pasal 6 ayat 1 Undang Undang Pajak Penghasilan 1984 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008,dinyatakan bahwa :

“Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha diantaranya adalah biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang”

“Iuran atau premi Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ke PT. Jamsostek merupakan biaya yang dapat dikurangkan dan merupakan objek PPh 21”

“Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) ke PT. Jamsostek atau iuran pensiun ke Dana Pensiun yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dapat dikurangkan dan bukan objek PPh Pasal 21”

Dari peraturan-peraturan pajak tersebut di atas kita dapat menyimpulkan bahwa segala macam tunjangan merupakan penghasilan bagi pegawai tetap dan sifatnya taxable atau terutang serta wajib dipotong pajak penghasilan. Tunjangan yang diberikan oleh pemberi kerja adalah biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan bruto karena merupakan biaya

(31)

untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Pada perusahaan ini biaya jamsostek yang harus dikoreksi adalah sebesar Rp 73,301,262 pada tahun 2011 dan Rp 70,389,065 pada tahun 2012.

6. Biaya Konsultan

Perusahaan menggunakan jasa pihak ke tiga atas konsultan pajak, atas penggunaan jasa tersebut perusahaan harus melakukan pemotongan PPh pasal 23 sebesar Rp 9,457,980 pada tahun 2011.

7. Biaya Perijinan

Perusahaan menggunakan jasa pihak ke tiga atas konsultan hukum, atas penggunaan jasa tersebut perusahaan harus melakukan pemotongan PPh pasal 23 sebesar Rp 15,824,500 pada tahun 2011.

8. Pendapatan Bunga (Jasa Giro)

Pendapatan bungan atau jasa giro harus dikoreksi karena pendapatan bunga (Jasa Giro) merupakan pendapatan yang bersifat final dalam pasal 4 ayat (2) UU PPh. Penghasilan pendapatan final tidak perlu diperhitungkan kembali pada akhir tahun pajak dan tidak boleh ditambahkan dalam laporan Laba Rugi fiskal perusahaan jadi harus dikoreksi negatif. Koreksi negatif untuk tahun 2011 sebesar Rp 590,000 dan Rp 786,000 pada tahun 2012.

9. Pendapatan Lain-Lain

Perusahaan mengakui adanya pendapatan lain-lain dalam laporan laba rugi tetapi perusahaan tidak dapat merinci asal dari pendapatan lain-lain tersebut, oleh karena itu pendapatan lain-lain harus dikoreksi negatif, jumlah

(32)

pendapatan lain-lain yang harus dikoreksi adalah Rp 12,798,000 untuk tahun 2011 dan Rp 27,756,000 untuk tahun 2012.

10. Laba Selisih Kurs

Dalam penghitungan pajak bagi wajib pajak yang menggunakan mata uang asing harus menggunakan kurs Keputusan Menteri Keuangan (KMK) berdasarkan tanggal faktur dan pada saat pencatatan dalam akun pembelian saat dibukukan (saat pemesanan) menggunakan Kurs Tengah BI dan hal yang sama digunakan Kurs BI pada saat tanggal realisasi (Pelunasan). Atas kondisi ini (tanggal yang berbeda antara pencatatan saat pemesanan/invoice dan tanggal pelunasan) menyebabkan adanya laba atau kerugian akibat selisih kurs tersebut sepanjang penggunaan Kurs dilakukan secara taat asas dan konsisten. Dan tentunya akan terlihat laba atau rugi atas selisih kurs tersebut pada laporan keuangan yang dilaporkan pada akhir tahun. Dalam penghitungan PPN wajib pajak menggunakan kurs Keputusan Menteri Keuangan (KMK) berdasarkan tanggal faktur dan kurs yang sama (Kurs KMK) pada saat pencatatan dalam akun pembelian saat dilakukan pencatatan (saat pemesanan/invoice). Dan wajib pajak menggunakan Kurs Tengah BI pada saat tanggal realisasi (Pelunasan). Atas kondisi ini (tanggal yang berbeda antara pencatatan saat pemesanan dan tanggal pelunasan) menyebabkan mengalami laba atau kerugian atas selisih kurs tersebut sepanjang penggunaan Kurs dilakukan secara taat asas dan konsisten, dan tentunya akan tetap terlihat laba atau rugi atas selisih kurs tersebut pada laporan keuangan yang dilaporkan pada akhir tahun. Kurs yang digunakan pada umumnya oleh perusahaan

(33)

adalah pada saat terjadinya transaksi adalah kurs pada tanggal transaksi tersebut dilakukan (Kurs Tetap), sedangkan pada saat pembuatan pelaporan kurs yang digunakan adalah kurs yang telah dipilih dan ditetapkan oleh perusahaan. Apabila terjadi perbedaan kurs antara tanggal transaksi dengan tanggal neraca maka perusahaan memasukkan selisih tersebut pada akun keuntungan atau rugi akibat selisih kurs. Laba selisih kurs yang disebabkan oleh fluktuasi kurs pada tahun 2011 sebesar Rp 9,698,000 dan pada tahun 2012 sebesar Rp 10,697,006.

4.3.2. Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Dan Sesudah Perencanaan Pajak

Rekonsiliasi timbul karena adanya perbedaan penghasilan dan biaya antara laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal sehingga menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, wajib pajak harus mengacu pada peraturan perpajakan dimana tidak semua biaya komersial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sedangkan laporan keuangan komersial mengacu pada PSAK dimana semua biaya komersial dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan dengan meminimalkan beban pajak adalah dengan melakukan koreksi positif atas biaya-biaya komersial dan memaksimalkan koreksi fiskal negatif.

Untuk lebih memahami, berikut tabel perincian selisih penghematan pada laporan keuangan fiskal perusahaan:

(34)

Tabel 4.5

Perincian Penghematan Pajak

Laporan keuangan Fiskal Sebelum dan sesudah perencanaan pajak Tahun 2011

Sumber: Data diolah penulis KETERANGAN KOREKSI FISKAL SEBELUM PERENCANAAN PAJAK KOREKSI FISKAL SETELAH PERENCANAAN PAJAK 2011 gaji (995,150,559) (995,150,559)

parkir, tol dan solar (113,532,075) (113,532,075) biaya perawatan (68,258,824) (64,170,074) biaya perlengkapan kantor (78,750,082) (78,750,082) biaya penyusutan peralatan kantor (21,335,663) (21,335,663) biaya perjalanan dinas (15,230,692) (15,230,692) biaya pengobatan karyawan - -biaya jamsostek - -biaya telp (96,508,733) (94,458,733) biaya listrik (93,507,803) (93,507,803) biaya entertain - (16,300,000) biaya admin bank (18,862,350) (18,862,350) biaya bunga pinjaman bank (105,309,482) (105,309,482) perijinan (45,824,500) (61,649,000) konsultan (23,634,230) (33,092,210) biaya lain-lain (5,250,000) (5,250,000)

total (1,681,154,993) (1,716,598,723)

jasa giro - -laba selisih kurs - -pendapatan lain-lain 12,798,000

-total 12,798,000

-389,262,543

341,020,813 selisih penghematan 48,241,730

(35)

Berikut perincian untuk perincian penghematan tahun 2012

Tabel 4.6

Perincian Penghematan Pajak

Laporan keuangan Fiskal Sebelum dan sesudah perencanaan pajak Tahun 2012

Sumber: Data diolah penulis KETERANGAN KOREKSI FISKAL SEBELUM PERENCANAAN PAJAK KOREKSI FISKAL SETELAH PERENCANAAN PAJAK 2012 gaji (1,055,150,559) (1,055,150,559)

parkir, tol dan solar (113,535,670) (113,535,670) biaya perawatan (88,257,760) (111,727,760) biaya perlengkapan kantor (68,750,560) (68,750,560) biaya penyusutan peralatan kantor (22,356,400) (22,356,400) biaya perjalanan dinas (12,263,972) (12,263,972) biaya pengobatan karyawan - -biaya jamsostek - -biaya telp (77,709,099) (76,209,099) biaya listrik (91,803,560) (91,803,560) biaya entertain - (12,120,050) biaya admin bank (17,862,700) (17,862,700) biaya bunga pinjaman bank (98,890,940) (98,890,940) biaya Asuransi pabrik dan kendaraan (29,600,500) (29,600,500)

PBB (15,870,996) (15,870,996)

biaya lain-lain (3,674,340) (3,674,340)

total (1,695,727,056) (1,729,817,106)

jasa giro - -laba selisih kurs - -pendapatan lain-lain 27,756,000

-total 27,756,000

-474,644,544

412,798,494 selisih penghematan 61,846,050

(36)

Dari tabel rekonsiliasi fiskal sebelum dan sesudah perencanaan pajak diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan dengan melakukan perencanaan pajak atas biaya-biaya komersial maka perusahaan memperoleh penghematan PPh Badan pada tahun 2011 sebesar 12.39 % dan tahun 2012 sebesar 13.03 %.

Berikut ini beberapa penjelasan atas usulan perencanaan pajak adalah sebagai berikut :

1. Biaya penjamuan dikeluarkan perusahaan untuk tamu atau customer ,maka perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan membuat daftar nominatif atas pengeluaran biaya penjamuan tersebut. Dengan adanya daftar nominatif tersebut maka biaya penjamuan atau entertain dapat diakui sebagai biaya dan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Daftar nominative harus dibuat jelas dengan melampirkan : nomor urut, tanggal diberikan, nama tempat, alamat dan jenis entertain yang diberikan ,nama posisi perusahaan dan jenis usaha. Hal ini sesuai dengan surat edaran Dirjen Pajak nomor SE-27/PJ.22/1986 tertanggal pada 14 Juni 1986 tentang biaya penjamuan dan sejenisnya.

2. Biaya telp dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, tetapi dalam biaya telp terdapat pulsa yang dikeluarkan perusahaan untuk karyawan dan juga handphone sehingga dapat dibebankan sebagai biaya hanya 50%(lima puluh persen) berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

(37)

KEP-220/PJ./2002 tentang perlakuan pajak penghasilan atas biaya pemakaian telp selular dan sebagainya.

3. Pendapatan bunga atas jasa giro yang diperoleh perusahaan harus dikoreksi negatif karena atas penghasilan tersebut sudah dikenakan pajak yang bersifat final sebesar 20%. Untuk menghindari pajak ganda yaitu pasal 4 ayat (2) atas pendapatan bunga dan PPh pasal 17 ayat (1) atas wajib pajak badan maka perusahaan harus melakukan koreksi negatif.

4. Pendapatan lain-lain yang diperoleh perusahaan harus dikoreksi negatif karena atas pendapatan tersebut perusahaan tidak dapat merincikan sumbernya berasal dari mana sehingga tidak dapat diakui sebagai pendapatan dalam penghasilan lainnya agar dapat diakui sebagai tambahan penghasilan maka perusahaan perlu memperinci asal dari pendapatan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

mengindikasikan bahwa pemahaman APIP terhadap prosedur reviu cukup baik. Berdasarkan profil responden sebagian besar APIP berlatar belakang pendidikan nonakuntansi,

Boullata dalam kata pengantarnya terhadapa buku tafsir Bint al-Sy āṭ i’ menjelaskan bahwa, dalam mengkaji al-Qur’an Bint al-Sy āṭ i’ menggunakan empat butir metode

Berdasarkan hasil pemeriksaan granul massa cetak dan sediaan tablet lisinopril 10 mg keempat formula memenuhi persyaratan dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

Sedangkan pada uji t diperoleh nilai tingkat suku bunga yaitu t hitung 2,737 sedangkan t tabel sebesar 2,200, karena t hitung > t tabel berarti secara parsial

Sama juga halnya dengan permasalahan regulasi diri pada santri, masih banyak santri yang mengalami kualahan dengan kegiatan pondok pesantren dan belum bisa

Koefisien korelasi antara lingkar dada dengan bobot badan sapi Bali betina pada poel 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan bahwa, lingkar dada pada setiap umur memiliki keeratan

DAFTAR JEMAAH BERHAK LUNAS TAHAP I TAHUN 1441H/2020M PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR... ADI

Interaksi lama pengeringan dengan lama perendaman dalam krioprotektan berpengaruh nyata dalam menurunkan kadar air benih.Rataan kadar air benih dari lama