PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
UNTUK KELAS X SMA
E JURNAL
SISKA MAIYUNI
NIM. 11010141
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
UNTUK KELAS X SMA
Siska Maiyuni
1, Renny Risdawati
2, dan Ade Dewi Maharani
2 1Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumatera Barat:
siskamaiyumi@gmail.com
2
Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumatera Barat:
rennyrisdawati@gmail.com
adedewimaharani@gmail.com
ABSTRACT
Based on the researcher’s interview gets from some teachers in some schools there is any teacher still do not knowing about developing the teaching equipments curiculum 2013. This research aims to knows the validity of teaching equipments which have base problem based learning on biodiversity materials for Senior High School Grade X. This research is kind of Research and The Development which consists of four steps; Define, Design, Develop and Disseminate. But in this research just until steps Develop, that is validity step. The data which have been collected in this research taken from the result of RPP (lesson plan) validity test, LKS (student work sheet), power point media by lecturer and teacher. This data analized using statica descriptive on presentation . The result of this research are teaching equipments consists of RPP (lesson plan), LKS (student work sheet) and power point media based problem based learning on biodiversity material for Senior High School Grade X. The result of valodity from lecturer and teacher for RPP (lesson plan) in value 87,08% with very valid criterion, LKS (student work sheet) in value 84,42% with very valid criterion, and power point media in value 86,07% with very valid criterion. There for, it can conclude that the teaching equitments based problem based learning on biodiversity material for Senior High School Grade X with the average value up to 86,07% with particularly very valid criterion.
Key Words: Development, Teaching Equitmen, Problem Based Learning, Biodiversity.
PENDAHULUAN
Menurut Kemendikbud (2014:18)
pembelajaran biologi sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap. Pembelajaran ini akan menuntun siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran dalam menemukan konsep, prinsip maupun prosedur yang ada dalam suatu materi pembelajaran. Pembelajaran ini sering disebut dengan student center,
dimana siswa cenderung lebih aktif dibandingkan guru.
Perangkat pembelajaran adalah seperangkat alat/bahan yang disusun oleh guru berguna untuk proses pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran
akan menentukan kreatifitas dan
efektifitasnya suatu pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Menurut Jaya, dkk., (2014:4) melalui pengembangan perangkat pembelajaran yang baik diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggali pengetahuan yang akan
didiskusikan dikelas, memberikan
kesempatan interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru dalam diskusi kelompok. Oleh karena itu peran guru sangat
pengembangan perangkat pembelajaran. Menurut Gagne dalam Hosnan (2014:167) peran guru tersebut, yaitu guru sebagai
designer of instruction (perancang pengajaran), fungsi ini menghendaki guru
untuk senantiasa mampu dan siap
merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa guru di beberapa sekolah pada tanggal 10 Maret 2014 yaitu SMA N 3 Padang, SMA N 5 Padang, SMA Bunda Padang dan SMA Adabiah 1 Padang, dapat disimpulkan bahwa guru masih kesulitan
dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran baik membuat perangkat
pembelajaran maupun pelaksanaanya.
Berbagai kendala yang ditemukan oleh guru
yaitu; sedikitnya pedoman yang
mengarahkan guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran, keterbatasan pengetahuan guru terhadap perancangan perangkat pembelajaran, dan kesulitan dalam memilih model pembelajaran yang cocok untuk suatu materi.
Hasil analisa peneliti terhadap perangkat yang sudah ada, bahwa RPP dibuat guru belum sesuai. Ini terlihat dari (1) perumusan indikator yang diturunkan melalui KD belum sesuai, (2) urutan materi tidak sistematis dan tidak sesuai dengan KD, (3) masih terdapat pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan pendekatan saintifik, (4) LKS yang digunakan belum sesuai dengan tuntutan KD yang harus dicapai siswa, (5) belum menggunakan media power point berbasis
problem based learning, (6) bentuk, tehnik
dan instrumen/pengskoran belum sesuai. LKS yang sudah ada materi yang disajikan pada setiap pertemuan belum sistematis dan
belum menggunakan model berbasis
problem based learning. Media power point
belum menggunakan design tampilan
hyperlink, tidak berbasis problem based learning dan biasanya hanya berupa gambar.
Peneliti memilih perangkat pembelajaran berbasis problem besed learning karena langkah-langkah pada problem based learning ini memberi ruang kepada siswa
untuk belajar lebih mandiri, aktif dan kreatif serta meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa melalui permasalahan yang
dihadapi siswa dalam materi
keanekaragaman hayati. Menurut Saidah
dkk., (2014:553) dalam hasil penelitiannya tentang pengembangan LKS IPA terpadu berbasis PBL berpengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa, PBL mampu
meningkatkan kemampuan berfikir dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, Hal ini juga didukung oleh Fatimah dan Widiyatmoko (2014:153) yang menyatakan melalui kegiatan pembelajaran tema bunyi dan pendengaran dengan media
scince comic berbasis PBL, terdapat kemampuan berfikir kritis siswa yang dikembangkan sehingga secara tidak langsung kemampuan berfikir kritis siswa dapat meningkat serta tanggapan guru setelah melihat RPP tema bunyi dan pendengaran dengan media science comic berbasis PBL secara keseluruhan sangat baik, dengan rata-rata persentase skor 98,33 %, lalu dapat dijadikan media pembelajaran mandiri bagi siswa dan membantu siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
mengungkapkan validitas perangkat
pembelajaran berbasis problem based learning pada materi keanekaragaman hayati
untuk kelas X SMA.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and The
develop-ment). Menurut Thiagarajan, Semmel dan
Semmel (1974) dalam Triyanto (2012:93) adalah model 4-D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan meliputi yaitu; Define,
Design, Develop, dan Disseminate atau
diadaptasikan menjadi model 4-P, yaitu Pendefinisisan, Perancangan, Pengembangan dan Penyebaran. Namun dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan (develop) dengan uji validitas.
Penelitian ini dipersiapkan mulai dari Maret 2014, kemudian pelaksanan penelitian dilaksanakan sekitar bulan Agustus 2015. Penelitian ini dilaksanakan di STKIP PGRI Sumatera Barat dan SMAN 3 Padang. Subjek penelitian pada pengembangan perangkat pembelajaran biologi berbasis
problem based learning ini adalah Dosen
STKIP PGRI Sumatera Barat dan Guru SMAN 3 Padang.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah angket. Angket uji validitas diisi oleh Dosen dan Guru.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data hasil uji validitas RPP, LKS, media oleh dosen dan guru. Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berbasis problem besed learning ini dilakukan hanya sampai pada
tahap develop (pengembangan) yaitu tahap uji validitas, ini sesuai dengan hasil ujian seminar awal peneliti. Perangkat yang divalidasi adalah RPP, LKS dan media
power point. Dalam memvalidasi peneliti
menggunakan instrumen validasi untuk masing-masing produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
mendapatkan nilai rata-rata validasi perangkat pembelajaran mencapai 86,07 % dengan kriteria sangat valid.
Nilai rata-rata hasil validasi RPP berbasis problem besed learning mencapai 87,08 % dengan kriteria sangat valid. Hal ini membuktikan bahwa RPP valid dari aspek identitas mata pelajaran, indikator pencapaian kompetensi, materi pelajaran,
metode/model pembelajaran, media
pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Penulisan RPP berbasis problem
based learning pada materi
keanekaragaman hayati untuk kelas X SMA ini terdiri dari 4 kali pertemuan yang dibuat terpisah setiap pertemuanya. Menurut Permendikbud No.104 (2014:7) salah satu prinsip penyusunan RPP bahwa satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Hal ini berarti produk RPP yang dikembangkan peneliti sudah sesuai dengan prinsip tersebut.
Huruf yang digunakan pada
penulisan RPP ini adalah times new roman dengan ukuran 12 pt. Menurut Couto (2010:196) bahwa jenis ini adalah yang
ujung-ujung hurufnya berkait atau
melengkung, dari penelitian ternyata jenis ini baik untuk buku, karena dalam pembacaan bisa lama dan tidak meletihkan mata. Ukuran huruf 12 pt menurut Sitepu (2012:136) adalah ukuran yang lazim untuk buku teks.
RPP yang dikembangkan memiliki komponen yaitu identitas, mata pelajaran, kelas/semester, topik dan subtopik, alokasi waktu, KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian dan media/alat, bahan dan sumber belajar yang sesuai dengan Permendikbud No.104 Tahun 2014.
Model pembelajaran yang rancang untuk RPP pada materi keanekaragaman hayati untuk kelas X SMA ini adalah berbasis problem based learning. Pemilihan model ini sesuai dengan pendekatan yang dipilih yaitu pendekatan saintifik. Menurut Abdullah (2014:50) pendekatan saintifik
pada umumnya melibatkan kegiatan
pengamatan atau observasi yang dibutuhkan perumusan hipotesis atau pengumpulan data. Hal ini juga sesuai dengan langkah PBL yang diterapkan yaitu adanya langkah siswa untuk merumuskan hipotesis dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Menurut Fauziah, dkk., (2013:174)
dalam hasil penelitiannya bahwa
menggunakan pendekatan pembelajaran
yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (problem based
learning) dapat memperkuat pendekatan
saintifik dan untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok.
Penilaian yang dirancang pada RPP ini mencakup semua aspek penilaian yaitu
penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan ini sering disebut dengan
penilaian autentik yang merupakan
penilaian langsung dan terukur. Penilaian ini mencakup format penilaian, pedoman penskoran dan rubrik penilaian. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan guru
nantinya dalam menggunakan RPP yang dikembangkan. Menurut Winggins dalam
Majid (2014:59) merancang dan
melaksanakan penilaian kinerja sangatlah efisien, kerena ajek atau konsisten, tidak
mahal dan tidak membuang waktu.
Penilaian teman sebaya yang merupakan salah satu penilaian diri, dirancang untuk setiap pertemuan, yang terdiri dari format penilaian, pedoman penskoran dan rubrik, hal ini dilakukan agar menemukan nilai modus yang diperoleh siswa untuk KD tersebut. Menurut Permendikbud No.104 (2014:12) bahwa penilaian diri dilakukan
dengan cara memperoleh penilaian akhirnya dihitung berdasarkan modus.
Nilai rata-rata validasi LKS ini mencapai 84,42 % dengan kriteria sangat valid. Hal ini membuktikan bahwa LKS ini valid dari segi kelayakan isi, kebahasaan, penyajian dan kegrafikan.
LKS yang dirancang ini memuat beberapa komponen LKS yaitu judul, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, petunjuk belajar, materi, langkah kerja, uji kompetensi. Menurut Prastowo (2011:215) struktur LKS tediri dari 6 komponen yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja serta penilaian. Hal ini menunjukkan komponen yang dipilih telah sesuai.
Penulisan LKS menggunakan huruf
comic san MS dengan ukuran 10 pt,
pemilihan huruf ini untuk menarik minat baca, huruf dan kejelasan untuk dibaca oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2011:220) bahwa sesempurna apa pun materi jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Huruf comic san MS merupakan salah satu bentuk huruf jenis san serif. Menurut Kalili (2014:8) bahwa huruf san serif adalah bentuk huruf tanpa sirip/serif dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Huruf jenis ini adalah jenis huruf yang memberikan kesan
modern, kontemporer dan efisien.
Sedangkan ukuran huruf yang digunakan menurut Sitepu (2012:136) bahwa ukuran 10, 11, 12 point adalah ukuran yang lazim digunakan untuk buku teks pelajaran.
Warna yang digunakan pada LKS ini adalah biru, merah, hijau, kuning ini sesuai dengan angket yang diberikan kepada siswa tentang warna yang mereka inginkan. Menurut Prastowo (2011:169) bahwa warna biru menandakan ketenangan, persesuaian, kepasifan dan pengunduran diri, kemudian warna merah meransang dan adanya warna
merah hanyat dapat membantu
membangkitkan semangat dan
menghangatkan suasana hati. Kemudian warna hijau juga dapat memberikan pengaruh dingin dan menenangkan.
LKS ini memiliki langkah kerja berbasis problem based learning, dimana
tidak dapat terpisahkan dengan langkah pada RPP. Langkah kerja ini yaitu pada tahap orientasi masalah siswa diberikan sebuah bacaan yang berkaitan dengan subtopik yang dibahas. Bacaan ini berisi permasalahan yang nyata di lingkungan siswa atau dekat dengan siswa. Menurut
Suprihatiningrum (2013:223) bahwa
mengajukan masalah kepada siswa dapat dilakukan dengan menyajikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdullah (2014:153)
permasalahan yang diajukan adalah
permasalahan yang kompleks yang kurang terstruktur dan terkait dengan situasi nyata atau kontekstual.
Tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar ini eratkaitannya dengan tugas belajar yang harus dikerjakan siswa untuk
memecahkan masalahan. Tahap
membimbing penyelidikan individu atau pun kelompok, pada tahap ini siswa diminta untuk membuat rumusan masalah dan rumusan hipotesis. Hal ini sesuai dengan prinsip model pembelajaran berbasis masalah yaitu pengajuan pertanyaan. Menurut Arends (2013:101) bahwa salah satu ciri khusus PBL adalah dengan pengajuan pertanyaan.
Tahap mengembangkan dan
menyajikan karya, pada tahap ini siswa di minta untuk membuat laporan sederhana
yang merupakan kesimpulan atas
pemecahan masalah. Menurut Majid dan Chaerul (2014:161) bahwa salah satu penyajian karya atau produk tersebut dapat dengan sekeder laporan tertulis. Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah mereka sendiri dengan berdiskusi tentang pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini diberikan beberapa pertanyaan berkaitan dengan pemecahan masalah yang bertujuan untuk menuji kemampuan berfikir kritis siswa terhadap suatu permasalahan. Menurut Suprihatiningrum (2013:227) bahwa seorang pemecah masalah yang baik akan bersikap kritis terhadap pertanyaan yang muncul, menjawab dan kemudian mengevaluasi jawaban yang diberikan, apakah sudah merupakan jawaban yang tepat.
Nilai rata-rata validitas media berbasis problem based learning ini
mencapai 86.7 % dengan kriteri sangat valid. Hal ini membuktikan bahwa media ini valid dari segi substansi materi,
tampilan, design pembelajaran dan
pemanfaatan software.
Media yang dirancang adalah media
power point, dibuat untuk 4 kali pertemuan
secara terpisah. Menurut Nurseto (2011:31) kelebihan power point antara lain: dapat menyajikan teks, gambar, film, sound efek, lagu, grafik, dan animasi sehingga menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu singkat dan tanpa biaya, dapat dikoneksikan dengan internet. Media ini menggunakan desaign hyperlink, ini bertujuan untuk memudahkan guru dalam memilih slide yang diinginkan.
Menurut Suratman (2007:95) dengan
hyperlink memungkinkan untuk
mengkaitkan satu kata atau kalimat dalam
slide dengan slide lainnya. Sehingga dalam
satu slide dapat hanya menyatakan tema saja kemudian apabila tertarik pada satu tema maka tema yang menarik dapat dikaitkan dengan slide atau file yang memuat lebih detail tentang tema yang menarik tadi.
Rancangan media power point ini meliputi komponen yaitu identitas penulis, KD, indikator pencapaian kompetensi, langkah kegiatan problem based learning,
gambar yang menunjang pemecahan
masalah. Penulisan media ini bertujuan untuk menunjang siswa dalam mengerjakan LKS. Hal ini dapat dilihat dari model yang digunakan adalah berbasis problem based
learning yang juga sama dengan LKS, pada
langkah penyelidikan siswa dibantu dengan gambar pada power point. Menurut Trianto (2011:234) media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1) bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa dan tidak bersifat verbalisme, 2) metode pembelajaran menjadi lebih bervariasi, 3) siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, 4) pembelajaran lebih menarik dan 5) mengatasi keterbatasan ruang.
Huruf yang digunakan untuk media ini adalah huruf times new roman dengan ukuran 20 pt. Jenis huruf ini merupakan salah satu jenis huruf serif. Menurut Kalili (2014:7) bahwa huruf serif ini dengan ciri
memiliki serif di ujungnya, dan jenis ini dapat membantu keterbacaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
terhadap pengembangan perangkat
pembelajaran berbasis problem based
learning pada materi keanekaragaman
hayati untuk kelas X SMA yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis problem
based learning pada materi
keanekaragaman hayati untuk kelas X SMA mencapai nilai rata-rata 86,07 % dengan kriteria sangat valid.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka saran untuk penelitian sebagai berikut.
1. Penelitian selanjutnya disarankan dilakukan sampai pada tahap praktis dan dilakukan di beberapa sekolah.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk sampai pada tahap efektifitas dengan melaksanakan pada situasi pembelajaran yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R.S. 2014. Pembelajaran
Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arends, R.I. 2013. Belajar untuk Mengajar
Learning To Teach. Jakarta: Salemba Humanika
Fatimah, A. & Widiyatmoko. 2014.
Pengembangan Science Comic
Berbasis Problem Based Learning Sebagai Media Pembelajaran Pada Tema Bunyi dan Pendengaran
Untuk Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. 3(2). Hlm. 146-153.
Fauziah, R., Ade G.A, & Dadang L.H.
2013. Pembelajaran Saintifik
Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jurnal INVOTEC, Volume IX, No.2, Agustus 2013. Hlm. 165-178 Jaya, M.W. Sadia, B.P. & Arnyana. 2014.
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Biologi Bermuatan Pendidikan Karakter dengan Setting
Guided Inquiry untuk
Meninggkatkan Karakter dan Hasil Belajar Siswa. E-Jurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Hlm. 1-12.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Kontektual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kalili, S. 2014. 60 Menit Pintar Desain
Grafis. Jakarta: Kunci Aksara
Kemendikbud. 2013. Model Pengembangan
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan SMA.
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan
Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Badan
Pengembangan Sumber daya
Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Majid, A. 2011. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Majid, A., & Chaerul R., 2014. Pendekatan
Ilmiah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurseto, T. 2011. Membuat Media
Pembelajaran yang Menarik. Jurnal
Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011
Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Suratman, D. 2007. Pemanfaatan MS
Power Point dalam Pembelajaran.
Jurnal Cakrawala Kependidikan. Vol.5. No.1. Maret 2007: 88-97 Sitepu. 2012. Penulisan Buku Teks
Pelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Trianto. 2011. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
______. 2012. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif
Membuat Bahan Ajar Inovatif.