• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 12 Nomor 1 Maret 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 0216-8537

9 77 0 21 6 8 5 3 7 21

Volume 12

Nomor 1

Maret 2015

(2)

PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA L.

NIELSEN ) AKIBAT PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN

JENIS MULSA

WAYAN LANA

ANAK AGUNG GEDE PUTRA

Ps. Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Tabanan ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Jenis Mulsa dilakukan di Desa Belumbang, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan selama 105 hari yang dimulai pada tanggal 14 Pebruari 2014 sampai 29 Mei 2014. Perlakuan yang diuji meliputi komposisi media tanam (K) yang terdiri dari empat tingkatan dan jenis mulsa (M) yang terdiri dari tiga jenis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan jenis mulsa (KM) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat kering oven bibit di atas tanah dan total berat kering oven bibit, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter panjang akar dan berat kering oven bibit di bawah tanah, sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) dengan mulsa ilalang (K2Mi) yaitu sebesar

3,590 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) dengan mulsa serbuk gergaji (K3Mg) yaitu sebesar 2,477 g, atau

meningkat dengan nyata sebesar 44,94 %.

Perlakuan komposisi media tanam (K) berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter tinggi bibit, jumlah akar, dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) (K2) yaitu sebesar 3,062 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh komposisi

media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) (K3) yaitu sebesar 2,591 g, dengan peningkatan

sebesar 18,18 %.

Perlakuan jenis mulsa (M) juga berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter panjang akar dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh jenis mulsa ilalang (Mi) yaitu 3,038 g, sedangkan yang

terendah dicapai oleh jenis mulsa serbuk gergaji (Mg) yaitu sebesar 2,542 g, atau mengalami

peningkatan sebesar 19,51 %.

Kata kunci : komposisi media tanam, jenis mulsa, sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) PENDAHULUAN

Sengon merupakan jenis tanaman industri serbaguna untuk berbagai produk dan manfaat lainnya. Produk dari jenis ini adalah makanan ternak, kayu bakar dan kayu olahan. Ternak dapat memakan daun sengon sedangkan manfaat langsung dari kayu antara lain kayu bakar dan arang. Kayunya juga cocok untuk pulp, konstruksi ringan, kerajinan

tangan, kotak cerutu, kayu lapis, korek api, alat musik, dan papan partikel. Manfaat ekologis yang jelas adalah sebagai pengendali erosi, pohon pelindung (tanaman kopi, coklat, teh), tanaman reklamasi bekas pertambangan, meningkatkan kualitas tanah dan lain sebagainya (Anon., 2002 ).

Penanaman sengon juga banyak dilaksanakan dengan sistem agroforestry. Sistem agroforestry merupakan salah satu

contoh teknologi pertanian yang potensial mendukung sistem pertanian terpadu. Teknologi ini memadu padankan antara dua atau lebih tanaman kehutanan dan pertanian. Agroforestry menjadi pilihan yang paling tepat bagi terwujudnya keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan ekonomis masyarakat (pertanian) dan ekologis (kehutanan). Keduanya saling sinergis memberikan manfaat ekonomis dan ekologis. Upaya penanaman dengan sistem agroforestry ini sudah dicanangkan dan telah dikembangkan diseluruh Indonesia. Salah satunya adalah di Provinsi Bali yang memiliki potensi

bagi tumbuh kembangnya agroforestry (Anon., 2009 ).

Salah satu pemanfaatan produk hasil hutan agroforestry yang berupa kayu Sengon, terutama di Provinsi Bali banyak dimanfaatkan untuk bahan baku industri kerajinan. Tak dapat dipungkiri bahwa dengan terkenalnya Bali sebagai daerah tujuan pariwisata mancanegara dan domestik membuka peluang besar untuk pasar dunia dalam pemasaran hasil kerajinan kayu di Bali, selain itu industri kerajinan barang seni mampu menunjang kepariwisataan. Sebagian besar usaha industri kerajinan di Bali berbasis bahan baku dari kayu. Kebutuhan bahan baku pada industri kerajinan di Bali antara 150.000 m³ - 250.000 m³ setiap tahun (Anon., 2009 ). Apabila kayu sebagai bahan baku kerajinan kayu di Bali berhasil di budidayakan dapat memberikan dampak nilai tambah yang lebih tinggi baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.

Sengon merupakan salah satu jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk industri kerajinan di Bali maka peluang membudidayakan jenis sengon dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih baik (Anon., 2009 ).

Usaha pengembangan sengon memerlukan bibit yang berkualitas agar tanaman mampu tumbuh baik di lapangan, salah satunya adalah pemberian media tumbuh yang sesuai pada tahap pembibitan dan penutupan mulsa agar dapat menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah serta

menghambat pertumbuhan gulma (Anon., 2002).

Pupuk organik kompos sangat baik untuk pupuk bagi tanaman memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Anon., 2003). Lebih lanjut dinyatakan kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit. Pupuk Bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani dan Susanti, 2003).

Hasil penelitian Sudrajat (2010), perlakuan komposisi kompos pada media tanam dengan jenis mulsa (KM) pada bibit sengon berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter total berat basah bibit serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter jumlah daun, berat basah bibit di atas tanah dan berat kering oven bibit di bawah tanah. Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : kompos : pasir (2 : 3 : 1) dengan mulsa jerami padi (K3Mj) yaitu

sebesar 0,920 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : pasir (2 : 1) tanpa mulsa (K0Mk) yaitu

sebesar 0,580 g, atau meningkat dengan nyata sebesar 58,62 %.

Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma juga dapat

(3)

PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA L.

NIELSEN ) AKIBAT PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN

JENIS MULSA

WAYAN LANA

ANAK AGUNG GEDE PUTRA

Ps. Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Tabanan ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Jenis Mulsa dilakukan di Desa Belumbang, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan selama 105 hari yang dimulai pada tanggal 14 Pebruari 2014 sampai 29 Mei 2014. Perlakuan yang diuji meliputi komposisi media tanam (K) yang terdiri dari empat tingkatan dan jenis mulsa (M) yang terdiri dari tiga jenis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan jenis mulsa (KM) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat kering oven bibit di atas tanah dan total berat kering oven bibit, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter panjang akar dan berat kering oven bibit di bawah tanah, sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) dengan mulsa ilalang (K2Mi) yaitu sebesar

3,590 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) dengan mulsa serbuk gergaji (K3Mg) yaitu sebesar 2,477 g, atau

meningkat dengan nyata sebesar 44,94 %.

Perlakuan komposisi media tanam (K) berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter tinggi bibit, jumlah akar, dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) (K2) yaitu sebesar 3,062 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh komposisi

media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) (K3) yaitu sebesar 2,591 g, dengan peningkatan

sebesar 18,18 %.

Perlakuan jenis mulsa (M) juga berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter panjang akar dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh jenis mulsa ilalang (Mi) yaitu 3,038 g, sedangkan yang

terendah dicapai oleh jenis mulsa serbuk gergaji (Mg) yaitu sebesar 2,542 g, atau mengalami

peningkatan sebesar 19,51 %.

Kata kunci : komposisi media tanam, jenis mulsa, sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) PENDAHULUAN

Sengon merupakan jenis tanaman industri serbaguna untuk berbagai produk dan manfaat lainnya. Produk dari jenis ini adalah makanan ternak, kayu bakar dan kayu olahan. Ternak dapat memakan daun sengon sedangkan manfaat langsung dari kayu antara lain kayu bakar dan arang. Kayunya juga cocok untuk pulp, konstruksi ringan, kerajinan

tangan, kotak cerutu, kayu lapis, korek api, alat musik, dan papan partikel. Manfaat ekologis yang jelas adalah sebagai pengendali erosi, pohon pelindung (tanaman kopi, coklat, teh), tanaman reklamasi bekas pertambangan, meningkatkan kualitas tanah dan lain sebagainya (Anon., 2002 ).

Penanaman sengon juga banyak dilaksanakan dengan sistem agroforestry. Sistem agroforestry merupakan salah satu

contoh teknologi pertanian yang potensial mendukung sistem pertanian terpadu. Teknologi ini memadu padankan antara dua atau lebih tanaman kehutanan dan pertanian. Agroforestry menjadi pilihan yang paling tepat bagi terwujudnya keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan ekonomis masyarakat (pertanian) dan ekologis (kehutanan). Keduanya saling sinergis memberikan manfaat ekonomis dan ekologis. Upaya penanaman dengan sistem agroforestry ini sudah dicanangkan dan telah dikembangkan diseluruh Indonesia. Salah satunya adalah di Provinsi Bali yang memiliki potensi

bagi tumbuh kembangnya agroforestry (Anon., 2009 ).

Salah satu pemanfaatan produk hasil hutan agroforestry yang berupa kayu Sengon, terutama di Provinsi Bali banyak dimanfaatkan untuk bahan baku industri kerajinan. Tak dapat dipungkiri bahwa dengan terkenalnya Bali sebagai daerah tujuan pariwisata mancanegara dan domestik membuka peluang besar untuk pasar dunia dalam pemasaran hasil kerajinan kayu di Bali, selain itu industri kerajinan barang seni mampu menunjang kepariwisataan. Sebagian besar usaha industri kerajinan di Bali berbasis bahan baku dari kayu. Kebutuhan bahan baku pada industri kerajinan di Bali antara 150.000 m³ - 250.000 m³ setiap tahun (Anon., 2009 ). Apabila kayu sebagai bahan baku kerajinan kayu di Bali berhasil di budidayakan dapat memberikan dampak nilai tambah yang lebih tinggi baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.

Sengon merupakan salah satu jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk industri kerajinan di Bali maka peluang membudidayakan jenis sengon dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih baik (Anon., 2009 ).

Usaha pengembangan sengon memerlukan bibit yang berkualitas agar tanaman mampu tumbuh baik di lapangan, salah satunya adalah pemberian media tumbuh yang sesuai pada tahap pembibitan dan penutupan mulsa agar dapat menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah serta

menghambat pertumbuhan gulma (Anon., 2002).

Pupuk organik kompos sangat baik untuk pupuk bagi tanaman memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Anon., 2003). Lebih lanjut dinyatakan kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura, perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit. Pupuk Bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani dan Susanti, 2003).

Hasil penelitian Sudrajat (2010), perlakuan komposisi kompos pada media tanam dengan jenis mulsa (KM) pada bibit sengon berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter total berat basah bibit serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter jumlah daun, berat basah bibit di atas tanah dan berat kering oven bibit di bawah tanah. Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : kompos : pasir (2 : 3 : 1) dengan mulsa jerami padi (K3Mj) yaitu

sebesar 0,920 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : pasir (2 : 1) tanpa mulsa (K0Mk) yaitu

sebesar 0,580 g, atau meningkat dengan nyata sebesar 58,62 %.

Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma juga dapat

(4)

membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas, 1993). Salah satu bahan yang dapat di gunakan sebagai mulsa adalah sekam padi dan serbuk gergaji. Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mempertahankan struktur, suhu, kelembaban tanah, menghemat tenaga penyiangan, merangsang pertumbuhan akar (Umboh, 2002).

Bertitik tolak pada hal tersebut di atas maka Penulis mencoba kembali untuk menguji pengaruh dari komposisi media tanam dan jenis mulsa pada tanaman sengon dengan komposisi media tanam yang berbeda. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen ).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Dinas Belumbang Kelod, Desa Belumbang, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, dengan ketinggian tempat  40 m di atas permukaan laut ( m dpl ). Penelitian ini dilaksanakan selama 105 hari yang dimulai pada tanggal 14 Pebruari 2014 sampai dengan 29 Mei 2014.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag ukuran 15 cm x 30 cm, pupuk kompos Bokhasi, tanah, pasir, jerami padi, ilalang, serbuk gergaji, bambu, plastik, paku, tali bambu, tali rafia, kawat, dan benih sengon. Alat yang digunakan meliputi ember, cangkul, golok, gergaji, gunting, pisau, alat - alat tulis, sprayer, meteran, penggaris, label, kertas, jangka sorong, timbangan, oven, sekop dan lain-lain.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan rancangan dasar yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang di coba terdiri dari dua faktor yaitu komposisi media tanam (K) dan jenis mulsa (M). Perlakuan disusun dengan pola faktorial yang diulang 3 (tiga) kali.

Perlakukan komposisi media tanam terdiri dari empat tingkat yaitu: Tanah : Pasir

(2 : 1) (K0), Tanah : Kompos Bokhasi : Pasir

(2 : 1 : 1) ( K1), Tanah : Kompos Bokhasi :

Pasir (2 : 2 : 1) ( K2) dan Tanah : Kompos

Bokhasi : Pasir ( 2 : 1 : 2) ( K3). Perlakuan

Jenis Mulsa terdiri dari tiga jenis yaitu : Mulsa ilalang (Mi), Mulsa jerami padi (Mj) dan Mulsa serbuk gergaji (Mg)

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu K0Mi, K0Mj, K0Mg,

K1Mi, K1Mj, K1Mg, K2Mi, K2Mj, K2Mg, K3Mi,

K3Mj, dan K3Mg. Masing-masing kombinasi

perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperluka 36 polibag percobaan. Ukuran masing - masing polibag adalalah 15 cm x 30 cm dengan jarak antar polibag 25 cm dan jarak antar ulangan 30 cm

Pelaksanaan Penelitian

Bedengan penelitian dibuat rata, bedengan dibuat dengan ukuran lebar 2,10 m dan panjang 3,20 m untuk menjaga kelembaban dan untuk menghindari kerusakan bibit akibat air hujan, bedengan diberi shadding net dibuat setinggi 1,7 m dengan menggunakan tiang dari bambu.

Pengisian polibag

Tanah media penelitian diambil dari lokasi kebun sedalam ± 20 cm dan dibersihkan dari kotoran (batu, tumbuhan, dan lain-lain) kemudian tanah, kompos, dan pasir dibersihkan terlebih dahulu dan dikering anginkan selama ± 1 minggu dan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 2 mm. Kemudian diambil ± 50 g tanah sebagai sampel untuk dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Kantong polibag diberi label perlakuan kombinasi terlebih dahulu, selanjutnya dibuat campuran media sesuai dengan perlakuan komposisi media yang diberikan (empat macam komposisi). Adapun cara pencampuran media tanam tersebut adalah dengan menggunakan alat berupa ember serta cangkul untuk mengaduk campuran media tanah tersebut hingga tercampur rata. Adapun cara untuk membuat komposisi media tanam K0, K1, K2 dan K3

dengan perbandingan tanah : kompos Bokhasi : pasir yang sudah ditentukan komposisinya

kemudian dicampur dan diaduk merata dengan menggunakan skop dan cangkul.

Langkah berikutnya adalah pengisian tiap polibag dengan menggunakan media tanam yang sudah dicampur rata sesuai perbandingan kemudian ditimbang sehingga memperoleh berat media tanam yang sama yaitu 5 kg tiap-tiap polibag.

Penanaman benih

Penanaman benih dilakukan setelah tahap pengisian polibag selesai. Setelah biji mulai berkecambah biji langsung dipindahkan ke polibag tanpa persemaian dan ditanam dua biji benih pada masing – masing polibag dengan kedalaman 2/3 bagian masuk ke dalam tanah / media pada masing – masing polibag (36 polibag) dengan posisi benih berdiri / vertikal. Setelah itu benih disiram secukupnya dan dijaga kelembabannya.

Selain dari 36 buah polibag yang ditanami benih sengon tersebut kita juga perlu mempersiapkan 36 buah bibit cadangan / pengganti dengan perlakuan yang sama untuk mengantisipasi jika ada diantara bibit dalam percobaan tersebut yang mati.

Penyiapan mulsa

Sebelum melakukan pemberian mulsa jerami padi, mulsa ilalang serta mulsa serbuk gergaji pada polibag, terlebih dahulu jerami padi dan ilalang dibersihkan dari kotoran kemudian dipotong-potong dengan ukuran panjang 5 cm kemudian dikering anginkan selama seminggu. Demikian juga serbuk gergaji dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran seperti batu, kerikil dan kotoran lain kemudian dikering anginkan juga bersamaan dengan jerami padi dan ilalang. Sesudah itu mulsa jerami padi, ilalang dan serbuk gergaji ditimbang dengan berat yang sama yaitu masing - masing 0,125 kg sebelum di taruh dipermukaan polibag yang sudah ditanami benih sengon. Untuk melindungi benih sengon agar tidak tertutup mulsa dilakukan dengan

melindungi benih sengon dengan daun pisang yang dibentuk seperti corong.

Parameter tanaman yang diamati yaitu : tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, rata-rata luas daun bibit-1, panjang akar, jumlah

akar, berat basah bibit di atas tanah, berat basah bibit di bawah tanah, total berat basah bibit, berat kering oven bibit di atas tanah, berat kering oven bibit di bawah tanah, dan total berat kering oven bibit.

Data dari hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis secara statistik sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Apabila pada daftar sidik ragam menunjukkan pengaruh perlakuan tunggal yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nilai Terkecil (BNT) dengan taraf 5 % sedangkan apabila interaksi berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1991 ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan jenis mulsa (KM) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter total berat kering oven bibit, berat kering oven bibit di atas tanah dan panjang akar serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat kering oven bibit di bawah tanah. Sedangkan terhadap parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (Tabel 1).

Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai pada perlakuan tanah : kompos bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) dengan mulsa ilalang (K2Mi)

yaitu sebesar 3,590 g, sedangkan yang terendah dicapai pada perlakuan tanah : kompos bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) dengan mulsa serbuk gergaji ( K3Mg ) yaitu sebesar 2,477 g,

atau meningkat dengan nyata sebesar 44,94 %.

(5)

membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas, 1993). Salah satu bahan yang dapat di gunakan sebagai mulsa adalah sekam padi dan serbuk gergaji. Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mempertahankan struktur, suhu, kelembaban tanah, menghemat tenaga penyiangan, merangsang pertumbuhan akar (Umboh, 2002).

Bertitik tolak pada hal tersebut di atas maka Penulis mencoba kembali untuk menguji pengaruh dari komposisi media tanam dan jenis mulsa pada tanaman sengon dengan komposisi media tanam yang berbeda. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen ).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Dinas Belumbang Kelod, Desa Belumbang, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, dengan ketinggian tempat  40 m di atas permukaan laut ( m dpl ). Penelitian ini dilaksanakan selama 105 hari yang dimulai pada tanggal 14 Pebruari 2014 sampai dengan 29 Mei 2014.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag ukuran 15 cm x 30 cm, pupuk kompos Bokhasi, tanah, pasir, jerami padi, ilalang, serbuk gergaji, bambu, plastik, paku, tali bambu, tali rafia, kawat, dan benih sengon. Alat yang digunakan meliputi ember, cangkul, golok, gergaji, gunting, pisau, alat - alat tulis, sprayer, meteran, penggaris, label, kertas, jangka sorong, timbangan, oven, sekop dan lain-lain.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan rancangan dasar yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang di coba terdiri dari dua faktor yaitu komposisi media tanam (K) dan jenis mulsa (M). Perlakuan disusun dengan pola faktorial yang diulang 3 (tiga) kali.

Perlakukan komposisi media tanam terdiri dari empat tingkat yaitu: Tanah : Pasir

(2 : 1) (K0), Tanah : Kompos Bokhasi : Pasir

(2 : 1 : 1) ( K1), Tanah : Kompos Bokhasi :

Pasir (2 : 2 : 1) ( K2) dan Tanah : Kompos

Bokhasi : Pasir ( 2 : 1 : 2) ( K3). Perlakuan

Jenis Mulsa terdiri dari tiga jenis yaitu : Mulsa ilalang (Mi), Mulsa jerami padi (Mj) dan Mulsa serbuk gergaji (Mg)

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu K0Mi, K0Mj, K0Mg,

K1Mi, K1Mj, K1Mg, K2Mi, K2Mj, K2Mg, K3Mi,

K3Mj, dan K3Mg. Masing-masing kombinasi

perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperluka 36 polibag percobaan. Ukuran masing - masing polibag adalalah 15 cm x 30 cm dengan jarak antar polibag 25 cm dan jarak antar ulangan 30 cm

Pelaksanaan Penelitian

Bedengan penelitian dibuat rata, bedengan dibuat dengan ukuran lebar 2,10 m dan panjang 3,20 m untuk menjaga kelembaban dan untuk menghindari kerusakan bibit akibat air hujan, bedengan diberi shadding net dibuat setinggi 1,7 m dengan menggunakan tiang dari bambu.

Pengisian polibag

Tanah media penelitian diambil dari lokasi kebun sedalam ± 20 cm dan dibersihkan dari kotoran (batu, tumbuhan, dan lain-lain) kemudian tanah, kompos, dan pasir dibersihkan terlebih dahulu dan dikering anginkan selama ± 1 minggu dan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 2 mm. Kemudian diambil ± 50 g tanah sebagai sampel untuk dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Kantong polibag diberi label perlakuan kombinasi terlebih dahulu, selanjutnya dibuat campuran media sesuai dengan perlakuan komposisi media yang diberikan (empat macam komposisi). Adapun cara pencampuran media tanam tersebut adalah dengan menggunakan alat berupa ember serta cangkul untuk mengaduk campuran media tanah tersebut hingga tercampur rata. Adapun cara untuk membuat komposisi media tanam K0, K1, K2 dan K3

dengan perbandingan tanah : kompos Bokhasi : pasir yang sudah ditentukan komposisinya

kemudian dicampur dan diaduk merata dengan menggunakan skop dan cangkul.

Langkah berikutnya adalah pengisian tiap polibag dengan menggunakan media tanam yang sudah dicampur rata sesuai perbandingan kemudian ditimbang sehingga memperoleh berat media tanam yang sama yaitu 5 kg tiap-tiap polibag.

Penanaman benih

Penanaman benih dilakukan setelah tahap pengisian polibag selesai. Setelah biji mulai berkecambah biji langsung dipindahkan ke polibag tanpa persemaian dan ditanam dua biji benih pada masing – masing polibag dengan kedalaman 2/3 bagian masuk ke dalam tanah / media pada masing – masing polibag (36 polibag) dengan posisi benih berdiri / vertikal. Setelah itu benih disiram secukupnya dan dijaga kelembabannya.

Selain dari 36 buah polibag yang ditanami benih sengon tersebut kita juga perlu mempersiapkan 36 buah bibit cadangan / pengganti dengan perlakuan yang sama untuk mengantisipasi jika ada diantara bibit dalam percobaan tersebut yang mati.

Penyiapan mulsa

Sebelum melakukan pemberian mulsa jerami padi, mulsa ilalang serta mulsa serbuk gergaji pada polibag, terlebih dahulu jerami padi dan ilalang dibersihkan dari kotoran kemudian dipotong-potong dengan ukuran panjang 5 cm kemudian dikering anginkan selama seminggu. Demikian juga serbuk gergaji dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran seperti batu, kerikil dan kotoran lain kemudian dikering anginkan juga bersamaan dengan jerami padi dan ilalang. Sesudah itu mulsa jerami padi, ilalang dan serbuk gergaji ditimbang dengan berat yang sama yaitu masing - masing 0,125 kg sebelum di taruh dipermukaan polibag yang sudah ditanami benih sengon. Untuk melindungi benih sengon agar tidak tertutup mulsa dilakukan dengan

melindungi benih sengon dengan daun pisang yang dibentuk seperti corong.

Parameter tanaman yang diamati yaitu : tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, rata-rata luas daun bibit-1, panjang akar, jumlah

akar, berat basah bibit di atas tanah, berat basah bibit di bawah tanah, total berat basah bibit, berat kering oven bibit di atas tanah, berat kering oven bibit di bawah tanah, dan total berat kering oven bibit.

Data dari hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis secara statistik sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. Apabila pada daftar sidik ragam menunjukkan pengaruh perlakuan tunggal yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nilai Terkecil (BNT) dengan taraf 5 % sedangkan apabila interaksi berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1991 ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan jenis mulsa (KM) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter total berat kering oven bibit, berat kering oven bibit di atas tanah dan panjang akar serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat kering oven bibit di bawah tanah. Sedangkan terhadap parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (Tabel 1).

Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai pada perlakuan tanah : kompos bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) dengan mulsa ilalang (K2Mi)

yaitu sebesar 3,590 g, sedangkan yang terendah dicapai pada perlakuan tanah : kompos bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) dengan mulsa serbuk gergaji ( K3Mg ) yaitu sebesar 2,477 g,

atau meningkat dengan nyata sebesar 44,94 %.

(6)

Tabel 1.

Signifikansi pengaruh komposisi media tanam (K) dan jenis mulsa (M) serta interaksi kedua perlakuan (KM) terhadap pertumbuhan bibit sengon

Keterangan : ns = berpengaruh tidak nyata ( P>0,05 ) * = berpengaruh nyata ( P<0,05 ) ** = berpengaruh sangat nyata (P<0,01 ) Kemudian berturut-turut diikuti oleh

perlakuan tanah : kompos bokhasi : pasir ( 2 : 2 : 1) dengan mulsa jerami padi (K2Mj)

yaitu sebesar 3,090 g dan perlakuan tanah :

kompos bokhasi : pasir (2 : 1 : 1) dengan mulsa ilalang ( K1Mi ) yaitu sebesar 3,020 g

(Tabel 2). Tabel 2.

Rata – rata total berat kering oven bibit (g) akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Tingginya total berat kering oven bibit akibat K2Mi sangat dipengaruhi oleh parameter

berat kering oven bibit di atas dan di bawah tanah. Meningkatnya pertumbuhan tanaman di atas dan di bawah tanah yang ditunjukkan oleh K2Mi menunjukkan bahwa translokasi hasil –

hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat ke organ penyimpanan baik di atas maupun di bawah tanah yang lebih maksimal yang tercermin dalam meningkatnya berat kering. Prawiranata, dkk (1988), menyatakan bahwa berat kering mencerminkan status nutrisi dari tanaman, karena peningkatan berat kering tersebut tergantung pada laju fotosintesis. Asimilat yang lebih banyak tersebut akan

dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya serta dapat lebih meningkatkan jumlah cadangan makanan yang ditanslokasikan ke organ – organ penyimpanan seperti pada organ akar dan batang maupun daun.

Tabel 3. menunjukkan bahwa perlakuan K2Mi menghasilkan berat kering oven bibit di

atas tanah yang tertinggi yaitu 2,720 g, berbeda nyata (P<0,05) hingga sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan komposisi lainnya. Berat kering oven bibit di atas tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan komposisi K3Mj

yaitu 1,893 g atau mengalami peningkatan yang nyata yaitu sebesar 43,69 %.

Tabel 3.

Rata – rata berat kering oven bibit di atas tanah (g) akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %. Perlakuan K2Mi menghasilkan berat

kering oven bibit di bawah tanah yang tertinggi yaitu 0,870 g, berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan komposisi K2Mj

dan perlakuan komposisi KiMi serta berbeda

nyata (P<0,05) hingga sangat nyata (P<0,01)

dengan perlakuan komposisi lainnya. Berat kering oven bibit di bawah tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan komposisi K2Mg

yaitu 0,557 g atau mengalami peningkatan yang sangat nyata sebesar 56,19 %. (Tabel 4.) Tabel 4.

Rata – rata berat kering oven bibit di bawah tanah akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(7)

Tabel 1.

Signifikansi pengaruh komposisi media tanam (K) dan jenis mulsa (M) serta interaksi kedua perlakuan (KM) terhadap pertumbuhan bibit sengon

Keterangan : ns = berpengaruh tidak nyata ( P>0,05 ) * = berpengaruh nyata ( P<0,05 ) ** = berpengaruh sangat nyata (P<0,01 ) Kemudian berturut-turut diikuti oleh

perlakuan tanah : kompos bokhasi : pasir ( 2 : 2 : 1) dengan mulsa jerami padi (K2Mj)

yaitu sebesar 3,090 g dan perlakuan tanah :

kompos bokhasi : pasir (2 : 1 : 1) dengan mulsa ilalang ( K1Mi ) yaitu sebesar 3,020 g

(Tabel 2). Tabel 2.

Rata – rata total berat kering oven bibit (g) akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Tingginya total berat kering oven bibit akibat K2Mi sangat dipengaruhi oleh parameter

berat kering oven bibit di atas dan di bawah tanah. Meningkatnya pertumbuhan tanaman di atas dan di bawah tanah yang ditunjukkan oleh K2Mi menunjukkan bahwa translokasi hasil –

hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat ke organ penyimpanan baik di atas maupun di bawah tanah yang lebih maksimal yang tercermin dalam meningkatnya berat kering. Prawiranata, dkk (1988), menyatakan bahwa berat kering mencerminkan status nutrisi dari tanaman, karena peningkatan berat kering tersebut tergantung pada laju fotosintesis. Asimilat yang lebih banyak tersebut akan

dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya serta dapat lebih meningkatkan jumlah cadangan makanan yang ditanslokasikan ke organ – organ penyimpanan seperti pada organ akar dan batang maupun daun.

Tabel 3. menunjukkan bahwa perlakuan K2Mi menghasilkan berat kering oven bibit di

atas tanah yang tertinggi yaitu 2,720 g, berbeda nyata (P<0,05) hingga sangat nyata (P<0,01) dengan perlakuan komposisi lainnya. Berat kering oven bibit di atas tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan komposisi K3Mj

yaitu 1,893 g atau mengalami peningkatan yang nyata yaitu sebesar 43,69 %.

Tabel 3.

Rata – rata berat kering oven bibit di atas tanah (g) akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %. Perlakuan K2Mi menghasilkan berat

kering oven bibit di bawah tanah yang tertinggi yaitu 0,870 g, berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan komposisi K2Mj

dan perlakuan komposisi KiMi serta berbeda

nyata (P<0,05) hingga sangat nyata (P<0,01)

dengan perlakuan komposisi lainnya. Berat kering oven bibit di bawah tanah terendah ditunjukkan oleh perlakuan komposisi K2Mg

yaitu 0,557 g atau mengalami peningkatan yang sangat nyata sebesar 56,19 %. (Tabel 4.) Tabel 4.

Rata – rata berat kering oven bibit di bawah tanah akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

(8)

Meningkatnya pertumbuhan tanaman di atas dan di bawah tanah yang ditunjukkan oleh K2Mi menunjukkan bahwa translokasi hasil –

hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat ke organ penyimpanan baik di atas maupun di bawah tanah yang lebih maksimal yang tercermin dalam meningkatnya berat kering. Prawiranata, dkk (1988), menyatakan bahwa berat kering mencerminkan status nutrisi dari tanaman, karena peningkatan berat kering tersebut tergantung pada laju fotosintesis. Asimilat yang lebih banyak tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya serta dapat lebih meningkatkan jumlah cadangan makanan yang ditanslokasikan ke organ – organ penyimpanan seperti pada organ akar dan batang maupun daun.

Parameter lainnya yang sangat berperan penting dalam mendukung maksimalnya berat

kering oven bibit di atas dan di bawah tanah adalah panjang akar. Optimalnya kondisi akar dalam hal ini jangkauan akar untuk menyerap zat – zat makanan dari dalam media tanah menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi semakin baik. Indranada (1995), menyatakan bahwa dalam proses intersepsi akar, yang bergerak bukanlah unsur hara melainkan akar tanaman itu sendiri atau dengan kata lain akar yang berkembang di dalam tanah yang menyentuh unsur hara tersebut. Semakin panjang akar maka akan semakin jauh jangkauannya dalam menyerap unsur hara.

Perlakuan K2Mi menghasilkan akar yang

terpanjang yaitu 26,800 cm . Akar terpendek ditunjukkan oleh perlakuan komposisi (K0Mg)

yaitu 20,967 atau mengalami peningkatan yang nyata sebesar 27,82 % (Tabel 5.)

Tabel 5.

Rata – rata panjang akar akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Tingginya berat kering oven bibit yang diperoleh pada perlakuan K2Mi karena pada

K2 jumlah pupuk kompos yang diberikan

dua kali lipat dibandingkan perlakuan lainnya sehingga media tanamnya paling subur dan banyak mengandung unsur hara. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki

kandungan hara N, P, dan K yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Pemberian kompos dengan takaran yang tepat dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman ; oleh karena kandungan haranya yang relatif minim, pemberian dalam jumlah sedikit belum menampakkan pertumbuhan tanaman yang maksimal (Anon., 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa Kompos juga mengandung

senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. dan akan mengembalikan kesuburan tanah. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

Hasil penelitian Sudrajat (2010), perlakuan komposisi kompos pada media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap sebagian besar parameter yang diamati yaitu tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, panjang akar, berat basah bibit di atas tanah, total berat basah bibit, berat kering oven bibit di bawah tanah. Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : kompos : pasir (2 : 3 : 1) dengan mulsa jerami padi (K3Mj)

yaitu sebesar 0,920 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : pasir (2 : 1) tanpa mulsa (K0Mk) yaitu sebesar 0,580 g, atau

meningkat dengan nyata sebesar 58,62 %. Penutupan media tanam dengan mulsa ilalang (Mi) memberikan lingkungan

pertumbuhan serta iklim mikro yang sesuai dan toleran bagi pertumbuhan bibit sengon karena mulsa ilalang (Mi) juga mempunyai

kelebihan yaitu meningkatkan daya hambat terhadap pertumbuhan gulma sehingga kompetisi dengan tanaman dapat diminimalisir. Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh mulsa ilalang (Mi) adalah ukuran

daunnya yang lebih tipis akan lebih memudahkan proses pelapukannya ke dalam media tanam. (Moenandir,1993). Mulsa ilalang (Mi) juga sangat tolerir terhadap

penguapan air pada media sehingga kebutuhan air bagi tanaman akan tetap tersedia.

Pemberian mulsa ilalang (Mi) tentunya

sangat berpengaruh pada media tanam dan organ tanaman yang dipengaruhi secara langung adalah organ akar, karena organ tersebut yang secara langsung berhubungan / bersentuhan dengan media tanam. Media tanam yang diberi penutupan mulsa ilalang

(Mi) akan lebih kaya unsur hara karena proses

pelapukan dari mulsa tersebut yang berlangsung lebih cepat, sehingga pertumbuhan akar akan semakin baik dan daya serapnya akan lebih optimal. (Poerwowidodo, 1992).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil analisis dan uraian di atas, dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :

1. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan jenis mulsa (KM) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter berat kering oven bibit di atas tanah dan total berat kering oven bibit, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter panjang akar dan berat kering oven bibit di bawah tanah, sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) dengan mulsa ilalang (K2Mi) yaitu

sebesar 3,590 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) dengan mulsa serbuk gergaji (K3Mg) yaitu sebesar 2,477 g, atau

meningkat dengan nyata sebesar 44,94 %. 2. Perlakuan komposisi media tanam (K)

berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter tinggi bibit, jumlah akar, dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) (K2) yaitu sebesar 3,062 g, sedangkan

yang terendah dicapai oleh komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) (K3) yaitu sebesar 2,591 g, dengan

peningkatan sebesar 18,18 %.

3. Perlakuan jenis mulsa (M) juga berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat

(9)

Meningkatnya pertumbuhan tanaman di atas dan di bawah tanah yang ditunjukkan oleh K2Mi menunjukkan bahwa translokasi hasil –

hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat ke organ penyimpanan baik di atas maupun di bawah tanah yang lebih maksimal yang tercermin dalam meningkatnya berat kering. Prawiranata, dkk (1988), menyatakan bahwa berat kering mencerminkan status nutrisi dari tanaman, karena peningkatan berat kering tersebut tergantung pada laju fotosintesis. Asimilat yang lebih banyak tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya serta dapat lebih meningkatkan jumlah cadangan makanan yang ditanslokasikan ke organ – organ penyimpanan seperti pada organ akar dan batang maupun daun.

Parameter lainnya yang sangat berperan penting dalam mendukung maksimalnya berat

kering oven bibit di atas dan di bawah tanah adalah panjang akar. Optimalnya kondisi akar dalam hal ini jangkauan akar untuk menyerap zat – zat makanan dari dalam media tanah menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi semakin baik. Indranada (1995), menyatakan bahwa dalam proses intersepsi akar, yang bergerak bukanlah unsur hara melainkan akar tanaman itu sendiri atau dengan kata lain akar yang berkembang di dalam tanah yang menyentuh unsur hara tersebut. Semakin panjang akar maka akan semakin jauh jangkauannya dalam menyerap unsur hara.

Perlakuan K2Mi menghasilkan akar yang

terpanjang yaitu 26,800 cm . Akar terpendek ditunjukkan oleh perlakuan komposisi (K0Mg)

yaitu 20,967 atau mengalami peningkatan yang nyata sebesar 27,82 % (Tabel 5.)

Tabel 5.

Rata – rata panjang akar akibat perlakuan komposisi media tanam dan jenis mulsa (KM) terhadap parameter yang diamati pada bibit sengon.

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji Duncan taraf 5%.

Tingginya berat kering oven bibit yang diperoleh pada perlakuan K2Mi karena pada

K2 jumlah pupuk kompos yang diberikan

dua kali lipat dibandingkan perlakuan lainnya sehingga media tanamnya paling subur dan banyak mengandung unsur hara. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki

kandungan hara N, P, dan K yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Pemberian kompos dengan takaran yang tepat dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman ; oleh karena kandungan haranya yang relatif minim, pemberian dalam jumlah sedikit belum menampakkan pertumbuhan tanaman yang maksimal (Anon., 2003). Lebih lanjut dinyatakan bahwa Kompos juga mengandung

senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. dan akan mengembalikan kesuburan tanah. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

Hasil penelitian Sudrajat (2010), perlakuan komposisi kompos pada media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap sebagian besar parameter yang diamati yaitu tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, panjang akar, berat basah bibit di atas tanah, total berat basah bibit, berat kering oven bibit di bawah tanah. Berat kering oven bibit di bawah tanah tertinggi dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : kompos : pasir (2 : 3 : 1) dengan mulsa jerami padi (K3Mj)

yaitu sebesar 0,920 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh interaksi antara komposisi media tanah : pasir (2 : 1) tanpa mulsa (K0Mk) yaitu sebesar 0,580 g, atau

meningkat dengan nyata sebesar 58,62 %. Penutupan media tanam dengan mulsa ilalang (Mi) memberikan lingkungan

pertumbuhan serta iklim mikro yang sesuai dan toleran bagi pertumbuhan bibit sengon karena mulsa ilalang (Mi) juga mempunyai

kelebihan yaitu meningkatkan daya hambat terhadap pertumbuhan gulma sehingga kompetisi dengan tanaman dapat diminimalisir. Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh mulsa ilalang (Mi) adalah ukuran

daunnya yang lebih tipis akan lebih memudahkan proses pelapukannya ke dalam media tanam. (Moenandir,1993). Mulsa ilalang (Mi) juga sangat tolerir terhadap

penguapan air pada media sehingga kebutuhan air bagi tanaman akan tetap tersedia.

Pemberian mulsa ilalang (Mi) tentunya

sangat berpengaruh pada media tanam dan organ tanaman yang dipengaruhi secara langung adalah organ akar, karena organ tersebut yang secara langsung berhubungan / bersentuhan dengan media tanam. Media tanam yang diberi penutupan mulsa ilalang

(Mi) akan lebih kaya unsur hara karena proses

pelapukan dari mulsa tersebut yang berlangsung lebih cepat, sehingga pertumbuhan akar akan semakin baik dan daya serapnya akan lebih optimal. (Poerwowidodo, 1992).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil analisis dan uraian di atas, dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :

1. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan jenis mulsa (KM) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter berat kering oven bibit di atas tanah dan total berat kering oven bibit, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter panjang akar dan berat kering oven bibit di bawah tanah, sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) dengan mulsa ilalang (K2Mi) yaitu

sebesar 3,590 g, sedangkan yang terendah dicapai oleh perlakuan komposisi antara komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) dengan mulsa serbuk gergaji (K3Mg) yaitu sebesar 2,477 g, atau

meningkat dengan nyata sebesar 44,94 %. 2. Perlakuan komposisi media tanam (K)

berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter tinggi bibit, jumlah akar, dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 2 : 1) (K2) yaitu sebesar 3,062 g, sedangkan

yang terendah dicapai oleh komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir (2 : 1 : 2) (K3) yaitu sebesar 2,591 g, dengan

peningkatan sebesar 18,18 %.

3. Perlakuan jenis mulsa (M) juga berpengaruh nyata (P<0,05) sampai sangat

(10)

nyata (P<0,01) terhadap sebagian besar parameter yang diamati kecuali pada parameter panjang akar dan rasio pertumbuhan bibit di atas dan di bawah tanah memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai oleh jenis perlakuan mulsa ilalang (Mi) yaitu 3,038 g,

sedangkan yang terendah dicapai oleh jenis perlakuan mulsa serbuk gergaji (Mg) yaitu

sebesar 2,542 g, atau mengalami peningkatan sebesar 19,51 %.

Saran

1. Pembibitan tanaman sengon yang menggunakan tanah dengan kandungan pH agak masa, masam hingga sangat masam seperti tanah yang digunakan pada penelitian ini, disarankan untuk menggunakan komposisi media tanah : kompos Bokhasi : pasir dengan perbandingan 2 : 2 : 1, serta menggunakan penutup media mulsa ilalang.

2. Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis mulsa organik lainnya atau mulsa anorganik, dengan harapan bisa mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2002. Informasi Singkat Benih (Paraserianthes falcataria L. NIELSEN). Jakarta : Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan.

---, 2003. Kompos ( Modifikasi J.H. Craford ). Available at : http / id

wikipedia. Org / wiki / Bokashi. Opened : 20 Juli 2010

---, 2009. Hutan di Provinsi Bali. Denpasar : Dinas Kehutanan Provinsi Bali Cahyani, Susanti. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L.). Skripsi. IPB Information Resource Center. Diunduh 12 Juni 2010.

Indranada, H.K. 1995. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta : PT. Bina Aksara

Moenandir, H.S. 1993. Membuat Kompos. Jakarta : Penebar Swadaya

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung : Angkasa

Prawiranata, W. 1988. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan I. Bogor : Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB

Steel,R.G.D, Torrie,J.H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sudrajat, H. 2010. Pengaruh Komposisi Kompos pada Media Tanam dan Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielson). Skripsi. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Tabanan : Universitas Tabanan

Thomas, E.J. 1993. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI- Press. Jakarta.

Umboh, A.H. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta : Penebar Swadaya.

KEWENANGAN PRESIDEN DALAM

MERATIFIKASI PERJANJIAN INTERNASIONAL

I DEWA GEDE BUDIARTA Fakultas Hukum Universitas Tabanan

ABSTRAK

Selama ini dalam hubungan luar negeri antar negara yang dikaitkan dengan praktek Perjanjian Internasional yang ditentukan dalam pasal 11 UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa wewenang konstitusional pembuat perjanjian internasional berada di tangan Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Dimana Perjanjian Internasional dapat dibedakan yaitu perjanjian internasional yang sangat memerlukan persetujuan DPR yang disebut perjanjian (treaty) dan perjanjian internasional ) yang dapat tanpa persetujuan DPR yang disebut dengan persetujuan (agreement ). Namun dilihat dari banyaknya Perjanjian Internasional yang mengikat seluruh bangsa Indonesia walaupun tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, ini membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran kewenangan presiden dalam meratifikasi perjanjian internasional dari ketentuan Pasal 11 UUD 1945 tersebut.

Tetapi ada dampak positif dari ratifikasi Perjanjian Internasional tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat adalah untuk memudahkan bagi pemerintah dalam pencabutan atau pembatalan suatu Perjanjian Internasional yang diikat apabila tidak sesuai situasi dan kondisi negara atau mungkin bertentangan dengan Garis-garis Besar Haluan Negara atau UUD 1945 dan pertimbangan praktis demi kelancaran hubungan internasional yang intensifnya sehingga menghendaki tindakan-tindakan yang cepat dari pemerintah yang membutuhkan prosedur konstitusional yang lancer.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kewenangan Presiden dalam meratifikasi perjanjian internasional yang akan menjadi Undang-Undang dan dapat mengikat seluruh warga negara Indonesia serta Untuk mengetahui akibat hukum apabila pelaksanaan kewenangan Presiden dalam meratifikasi perjanjian internasional yang akan menjadi Undang-Undang dan dapat mengikat seluruh warga negara Indonesia mengalami suatu perubahan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam meratifikasi Perjanjian Internasional Presiden mengajukan unsur ratifikasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapat persetujuan. Di mana Perjanjian Internasional yang dibuat oleh Presiden ini disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dalam bentuk Undang-Undang. Pengajuan ini dibedakan antara perjanjian (treaty) dan perjanjian internasional (agreement). Konsekuensi yuridis terhadap perubahan kewenangan dalam ratifikasi perjanjian internasional tanpa persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat adalah untuk memudahkan bagi pemerintah dalam pencabutan atas pembatalan suatu perjanjian internasional yang diikat apabila tidak sesuai dengan situasi dan kondisi negara atau mungkin bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945,

Kata Kunci : Kewenangan, Meratifikasi, Perjanjian Internasional PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sejak jamannnya Aristoteles manusia dikenal sebagai makhluk yang bermasyarakat, manusia tidak dapat hidup sendiri atau hidup dalam isolasi melainkan harus saling berhubungan satu sama lainnya (Zoon politecum). Dalam bidang yang lebih luas,

hubungan manusia tidak hanya terbatas pada hubungan antar kelompok tertentu saja, akan tetapi meliputi pula hubungan yang lebih luas lagi yaitu hubungan antar bangsa-bangsa yang lebih dikenal sebagai masyarakat internasional.

Untuk menyelaraskan hubungan antar bangsa-bangsa ini diperlukan kondisi tertentu yang memungkinkan masyarakat internasional

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh Tanda Kecakapan Khusus (TKK) Jasa Lingkungan merupakan upaya memahami manfaat ekosistem secara tidak langsung dan tidak langsung yang meliputi

 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi melalui media lisan dan tulisan. 3.7 Menganalisis perpajakan dalam pembangunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 dan 2 tuntas KKM; (2) ada perbedaan nilai rata-rata hasil belajar

Hasilnya; (1) Perencanaan kegiatan perkuliahan dan perencanaan program akademik yang tertuang dalam program kerja tahun 2016 - 2017 sudah baik, karena telah

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam

Penggunaan sistem informasi dan teknologi informasi yang berjalan di Pemerintahan Kecamatan Dayeuhkolot saat ini belum dapat dimaanfaatkan dengan maksimal mengingat

menggunakan smartphone, d) Mobile learning dilengkapi dengan video pembelajaran untuk menguatkan pemahaman dan konsep siswa, e) Soal evaluasi berbasis

Alasan utama disampaikannya pelajaran matematika adalah adanya kepercayaan bahwa matematika berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membantu pencapaian