• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

44 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI

PENDEKATAN GENERATIF

=================== Dr. Nanang===================== (Dosen Pendidikan Matematika STKIP Garut, e-mail:na2ngdr.64@gmail.com)

Abstract. This research is conducted in Academic Year Academic Year 2010-2011. The problem in this research is whether there is improvement of the quality of student self-reliance through generative approach? This research is an experimental research with the population of first grade students of Mathematics Education Department of STKIP Garut, while the sample through random sampling technique is chosen one class from four classes. The instrument used is "Learning Independence Scale". Through the test of difference of two average score of learning independence scale, obtained the conclusion: "There is improving the quality of student learning independence through generative approach". Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan dalam perkuliahan Teori Bilangan Tahun Akademik 2010-2011. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif? Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan populasinya mahasiswa tingkat I Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut, sedangkan sampelnya melalui teknik random sampling dipilih satu kelas dari empat kelas. Instrumen yang digunakan berupa “Skala Kemandirian Belajar”. Melalui uji perbedaan dua rata-rata skor skala kemandirian belajar, diperoleh kesimpulan: “Terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif”.

PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan, termasuk pada perkuliahan Teori Bilangan meliputi: (1) belajar memahami (learning to know), (2) belajar melaksanakan (learning to do), (3) belajar menjadi diri sendiri (learning to be), (4) belajar hidup dalam kebersamaan yang damai dan harmonis (learning to live together in peace and harmony).

Menurut Sumarmo (2000), melalui proses learning to know, mahasiswa memahami/mengetahui secara bermakna tentang fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, model dan idea matematika. Melalui proses leaning to do, mahasiswa didorong melaksanakan proses matematika (doing math) secara aktif untuk memacu peningkatan perkembangan intelektualnya. Melalui proses learning to be, mahasiswa menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan

(5)

45 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 keindahan akan produk dan proses matematika. Melalui proses learning to live together in peace and harmony, mahasiswa bersosialisasi dan berkomunikasi dalam matematika. Hal ini dilakukan melalui bekerja dan belajar bersama dalam kelompok kecil (cooperative learning), menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang berbeda, belajar mengemukakan pendapat dan atau bersedia sharing idea dengan orang lain dalam kegiatan matematika. Melalui semua proses tersebut, diharapkan mahasiswa memiliki kemandirian belajar yang berkualitas.

Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa adalah pendekatan pembelajaran generatif. Pendekatan pembelajaran generatif berlandaskan pada paham konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dikonstruksi dalam pikiran mahasiswa. Dalam pendekatan pembelajaran generatif diharapkan mahasiswa sendiri yang aktif mengkonstruksi dan mengembangkan konsep matematika, sedangkan dosen hanya sebagai fasilitator, organisator, dan motivator. Pendekatan pembelajaran generatif mempunyai empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap menfokuskan, tahap tantangan, dan tahap aplikasi.

Kenyataan di lapangan, penekanan proses pembelajaran di perguruan tinggi terlalu banyak pada aspek doing, tetapi kurang menekankan pada aspek thinking. Apa yang diajarkan di ruang kuliah lebih banyak berkaitan dengan masalah keterampilan manipulatif atau berkaitan dengan bagaimana mengerjakan sesuatu tetapi kurang berkaitan dengan mengapa demikian dan apa implikasinya.

Proses pembelajaran yang kurang menekankan pada aspek thinking akan membentuk mahasiswa cenderung mengoptimalkan dirinya dengan menerima saja apa yang diajarkan oleh dosen. Hal ini akan mengakibatkan kemandirian belajar tidak terbentuk pada diri mahasiswa. Kemandirian belajar akan sulit terbentuk karena aspek-aspeknya lebih banyak diambil alih oleh dosen.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk menelaah kemandirian belajar mahasiswa yang mendapat pendekatan generatif. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif?” Selanjutnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut. “Terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif”.

Kemandirian Belajar Mahasiswa

Indikator keberhasilan mahasiswa dalam belajar tentunya tidak hanya dilihat dari nilai tes yang diperolehnya, tetapi tingkah laku siswa mengatur diri dalam belajarpun merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini didasarkan pada pendapat Handoz (2008) bahwa kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang turut mengsukseskan cara belajar mahasiswa yang pada akhirnya akan berpengaruh positif kepada prestasi belajar mahasiswa.

Kemandirian belajar (self-regulated learning) dalam pandangan Wolters (Nugroho, 2006), adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif

(6)

46 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Kemandirian belajar mengacu pada cara spesifik pebelajar dalam mengontrol belajarnya. Schunk dan Zimmerman (1998) menggambarkan kemandirian belajar bahwa belajar itu sebagian besar dari pengaruh membangun pikiran sendiri, perasaan, strategi, dan perilaku pebelajar yang diorientasikan ke arah pencapaian tujuan belajar. Ada tiga tahap utama siklus kemandirian belajar, yaitu perencanaan belajar seseorang, monitoring kemajuan saat menerapkan rencana, dan mengevaluasi hasil dari rencana yang telah selesai diterapkan. Diagram berikut menunjukkan ketiga tahap siklus kemandirian belajar, bersama dengan refleksinya dapat digambarkan dalam Gambar 1 sebagai berikut.

Refleksi

Gambar 1. Siklus Kemandirian Belajar

Pada tahap perencanaan, menetapkan langkah-langkah untuk belajar, yaitu (1) Menganalisis tugas belajar, (2) Menentukan tujuan belajar, dan (3) Merencanakan strategi belajar. Pada tahap monitoring, menerapkan rencana dengan terus-menerus dimonitor untuk meyakinkan mengarah ke tujuan belajar. Pada tahap evaluasi, menentukan seberapa baik strategi belajar yang dipilih dan bagaimana pencapaian tujuan belajar tersebut. Sedangkan Refleksi, menyediakan hubungan-hubungan antara ketiga tahapan dalam memahami pelajaran (metakognitif pengetahuan).

Dengan memperhatikan siklus kemandirian belajar di atas, untuk kepentingan penelitian ini oleh penulis dijadikan penentuan indikator dalam penyusunan “Skala Kemandirian Belajar” mahasiswa dalam perkuliahan Teori Bilangan.

Pembelajaran Generatif

Menurut Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005) bahwa esensi pembelajaran generatif adalah pikiran atau otak manusia bukanlah penerima informasi secara pasif tetapi aktip mengkonstruksi dan menafsirkan informasi dan selanjutnya menarik kesimpulan berdasarkan informasi itu. Pembelajaran generatif melibatkan aktivitas mental berpikir. Mental berpikir seseorang yang telah melakukan pembelajaran akan berkembang sejalan dengan proses belajarnya.

Aktivitas mental oleh Piaget (Hudoyo, 1979) menggunakan istilah “skema” yang diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang dapat berulang kembali. Hal ini merupakan struktur kognitif individu yang disesuaikan dengan lingkungan dan mengorganisasikannya. Sejalan dengan hal ini Skemp (1982) menjelaskan bahwa

Perencanaan

Monitoring Evaluasi

(7)

47 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 skema merupakan struktur kognitif, yaitu rangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan yang ada dalam pikiran pebelajar.

Aktivitas mental dalam pembelajaran generatif nampak seperti fungsi memori. Wittrock (Hulukati, 2005) menyatakan bahwa pelajaran generatif berlangsung ketika memori jangka pendek terhubung dengan memori jangka panjang. Memori seseorang akan meningkat secara drastis jika ia mempunyai sebagian informasi yang diingatnya. Pada hakekatnya bahwa individu menyediakan link untuk membangun pengetahuan baru, maka menyatunya pengetahuan itu ke dalam struktur yang ada akan menjadi lebih efektif. Memori jangka pendek adalah suatu tempat gagasan baru. Pada memori jangka pendek ini suatu gagasan tidak hanya ditempatkan dan dihapus, tetapi juga dihubungkan ke pengetahuan ada pada memori jangka panjang. Setelah koneksi dihasilkan, gagasan tidak lagi terisolasi di dalam memori jangka pendek tetapi masuk ke memori jangka panjang dan dapat digunakan untuk membangun solusi bila diperlukan.

Menurut Osborne dan Wiltrock (Sunal, 2000) bahwa model pembelajaran generatif mempunyai empat tahapan, yaitu: (1) the preliminary step (tahap persiapan), (2) the focus step (tahap menfokuskan), (3) the challenge step (tahap tantangan), dan (4) the application step (tahap aplikasi).

Konsep Teori Bilangan

Teori bilangan secara umum menurut Kartasasmita (1982) mencakup penelaahan sifat-sifat bilangan asli: 1, 2, 3, 4, ... , yang juga disebut bilangan bulat positif. Namun demikian, pada kenyataannya di dalam teori bilangan ditangani juga bilangan-bilangan bulat, 0,  1,  2,  3, ... . Sering juga pembuktian teorema-teorema teori bilang menggunakan sifat-sifat bilangan real dan bilangan kompleks.

Untuk teorema-teorema teori bilangan, ada dua konsep dasar yang digunakan untuk pembuktiannya. Pertama, konsep bahwa tiap himpunan bilangan bulat positif yang tidak hampa memiliki unsur terkecil. Jadi jika S himpunan bilangan bulat positif dan S tidak kosong maka S memiliki unsur s sedemikian sehingga untuk tiap a unsur S berlaku s  a. Kedua, konsep induksi matematika atau induksi lengkap. Jika S suatu himpunan bilangan bulat positif dan S mengandung bilangan 1 dan S mengandung bilangan n+1 jika n unsur S, maka S mengandung semua bilangan bulat positif. Untuk pembuktian teorema, diperlukan pengetahuan tentang logika matematika.

METODE PENELETIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menerapkan pendekatan pembelajaran generatif pada salah satu kelas semester 1 jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut Tahun Akademik 2010-2011. Kelas tersebut dipilih secara random dari empat kelas yang ada pada perkuliahan Teori Bilangan. Selanjutnya diteliti dampak yang muncul pada subjek penelitian sebagai akibat dari perlakuan pembelajaran yang diterapkan.

(8)

48 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 Sebelum pertemuan pertama dimulai dan sesudah kegiatan perkuliahan selesai sampai dengan Ujian Tengah Semester (UTS), subjek (sampel) penelitian yang terdiri dari 42 mahasiswa disuruh mengisi „Skala Kemandirian Belajar“ yaitu sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini. Menurut Ruseffendi (1994), desain penelitian yang sesuai dengan kasus di atas adalah seperti berikut.

A: O X O Keterangan:

A : Pengambilan sampel secara acak X : Pendekatan Generatif.

O : Isian skala kemandirian belajar

Pengolahan data seluruhnya menggunakan program SPSS 15. Selain dilakukan analisis secara kuantitatif, peneliti juga melakukan analisis secara kualitatif terhadap data hasil pengisian skala kemandirian belajar. Hal ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh tentang kemandirian belajar mahasiswa dalam perkuliahan Teori Bilangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil rangkuman analisis data kemandirian belajar disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Rerata dan Simpangan Baku Skor Skala Kemandirian

N Rerata Simpangan Baku Minimum Maksimum Sebelum Penerapan Pendekatan Generatif 42 84,56 16,17656 54,00 117,00 Sesudah Penerapan Pendekatan Generatif 42 103,02 15,96870 77,00 151,00

Catatan: Skor ideal skala Kemandirian belajaradalah 167.

Tabel 1 memberikan gambaran bahwa skor rerata kemandirian belajar mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan Teori Bilangan dengan menerapkan pendekatan generatif lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum mengikuti perkuliahan. Sementara simpangan baku untuk masing-masing kelompok relatif sama.

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan yang signifikan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas distribusi sampel. Uji normalitas digunakan Kolmogorov-Smirnov Z. Dari hasil analisis, dapat dikatakan bahwa skor Kemandirian belajar dari kedua kelompok data berdistribusi normal. Karena semua kelompok data berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians populasi dari skor Kemandirian

(9)

49 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 belajar berdasarkan kelompok pendekatan pembelajaran dengan menggunakan Levene's Test (uji-F). Dari hasil analisis, dapat dikatakan varians kedua kelompok data termasuk homogen.

Rumusan hipotesis nol (Ho) yang diuji melawan hipotesis alternatif (Ha) adalah sebagai berikut.

Ho: Tidak terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif.

Ha: Terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif.

Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata melalui uji-t, diperoleh rangkuman hasil uji statistik yang disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Uji Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Equal variances assumed -5.30 82 0.000 -18.46567 3.48723 -25.402 -11.5297 Equal variances not assumed -5.30 83 0.000 -18.46567 3.48669 -25.401 -11.5308

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa faktor pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Kemandirian Belajar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,000 lebih kecil dari  = 0,05. Ini berarti Ho ditolak, dengan kata lain Ha diterima, yaitu: Terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif pada perkuliahan Teori Bilangan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan: “Terdapat peningkatan kualitas kemandirian belajar mahasiswa melalui pendekatan generatif”, khususnya pada perkuliahan Teori Bilangan”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikemukakan implikasi dari kesimpulan hasil penelitian, yaitu setiap tahapan pendekatan generatif dapat meningkatkan kualitas kemandirian belajar mahasiswa.

(10)

50 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1. Pendekatan generatif hendaknya terus dikembangkan dan dijadikan sebagai alternatif pilihan dosen dalam perkuliahan teori bilangan. Hal ini dikarenakan pendekatan tersebut berpengaruh positif terhadap kemandirian belajar mahasiswa pada perkuliahan Teori Bilangan.

2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pendekatan generatif, yaitu: dalam menyusun bahan ajar agar berbasis masalah yang menantang dan memicu terjadinya konflik kognitif, sehingga dapat mengembangkan setiap aspek kemampuan berpikir secara optimal; pertanyaan arahan yang diajukan oleh dosen sebaiknya bersifat terbuka supaya dapat melatih mahasiswa dalam berpikir; dan intervensi dosen harus proporsional.

3. Dengan memperhatikan temuan bahwa pendekatan generatif berpengaruh terhadap kemandirian belajar mahasiswa, maka diharapkan penerapan pendekatan generatif menjadi bahan masukkan bagi pengambil kebijakan untuk mengadakan perubahan-perubahan terhadap paradigma perkuliahan yang selama ini kurang akomodatif dalam mengembangkan potensi kemandirian belajar mahasiswa.

4. Bagi peneliti selanjutnya, perlu diteliti bagaimana pengaruh pendekatan generatif terhadap kemampuan daya matematik lainnya (komunikasi, koneksi, dan representasi). Dapat diteliti pula pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis, kreatif, lateral, vertikal, dan reflektif. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan generatif sarat dengan pemecahan masalah, di mana pada saat memecahkan masalah siswa melakukan penalaran, komunikasi, koneksi, representasi, berpikir kritis, berpikir kreatif, berpikir lateral, berpikir vertikal, dan berpikir reflektif.

DAFTAR PUSTAKA

Handoz. (2008). Meneliti Pengaruh Self-Regulated Learning Pada Prestasi Siswa. [Online]. Tersedia: email : hand_oz@yahoo.com. [24 Juni 2008]. Hudoyo, H. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya

di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.

Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi. SPs. UPI: Tidak diterbitkan.

Kartasasmita, B. (1982). Pengantar Teori Bilangan. Bandung: Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung.

(11)

51 Wawasan TRIDHARMA No. 2 Tahun XXIV September 2011 Nugroho. (2006). Self-Regulated Learning Anak Berbakat. [Online]. Tersedia:

Website-Direktorat/Pembinaan/Sekolah/Luar/Biasa/.htm. [4 Mei 2008]. Ruseffendi E.T. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1998). Self-Regulated Learning: From Teaching to Self-Reflective Practice. New York: Guilford Press.

Skemp. R. (1982). The Psychology of Mathematics. New York: Wiley and Son. Sumarmo, U. (2000). Kecendrungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21.

Makalah pada Seminar di UNSWAGATI Tanggal 10 September 2000. Cirebon.

Sunal, D,W. (2000). The Learning Cycle: A Comparison of Models of Strategies for Conceptual Reconstruction: A Review of the Literature. Tersedia:

RIWAYAT PENULIS

Dr. Nanang, adalah dosen Kopertis Wil. IV dpk pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut. Lulus dari Jurusan Pendidikan Matematika: S-1 IKIP Bandung 1989, S-2 IKIP Surabaya 1999, dan S-3 UPI 2009.

(12)
(13)

Gambar

Diagram  berikut  menunjukkan  ketiga  tahap  siklus  kemandirian  belajar,  bersama  dengan refleksinya dapat digambarkan dalam Gambar 1 sebagai berikut
Tabel 1. Rerata dan Simpangan Baku Skor Skala Kemandirian
Tabel 2. Hasil Uji Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Study pendahuluan yang telah dilakukan bahwa di dusun morobangun masih ditemukan beberapa permasalahan kesehatan seperti Prilaku hidup bersih dan sehat dan kesehatan

Tujuan penilitian yaitu untuk menentukan dosis HCG yang dapat mempercepat waktu laten pemijahan, dan meningkatkan persentase telur yang menetas dan kelangsungan

ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup suatu produk baik jasa maupun barang.Adapun badan-badan yang terkait dalam kegiatan pemasaran Ikan Lemadang dan Ikan

Pendidikan Islam (pesantren) merupakan sebuah sub sistem pendidikan nasional yang diharapkan mampu menumbuh kembangkan kualitas peserta didiknya (santri) sebagai

Sebelum diketahuinya ekstraksi dengan pelarut-pelarut yang mudah menguap, cara enfleurage merupakan cara yang sangat baik untuk mendapatkan minyak atsiri dari tumbuhan terutama

stais_dharma@windowslive.com 68 tusayidsabiq@yahoo.com 67 stit_alamin@yahoo.co.id 69 62 63 64 staiunsap11april@gmail.com 65 faiunwir@yahoo.com 66 WILAYAH SUMEDANG WILAYAH INDRAMAYU

Dari 3 faktor diatas, dapat dilihat bahwa memang perbankan syariah belum mengaplikasikan akad salam ini dan menyalurkan pembiayaan kepada para petani sehingga

Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan jumlah data yang representatif pada saat analisa komparasi dengan initial data yang digunakan adalah data aktual persediaan BBM di SPBU