• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA

LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

JURNAL

OLEH

NURNANINGSIH PAUDI

NIM. 121 411 004

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

2015

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Jurnal yang berjudul:

Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Ekonomi Bergulir Di PNPM Mandiri Perkotaan Desa Luhu Kecamatan Telaga

Kabupaten Gorontalo

Oleh:

Nurnaningsih Paudi

NIM. 121411004

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rusdin Djibu, M.Pd. Dr. Mohamad Zubaidi, M.Pd.

(3)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM

EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

Nurnaningsih Paudi, Rusdin Djibu, Mohamad Zubaidi1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pemberdayaan perempuan melalui program ekonomi bergulir di PNPM mandiri perkotaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Penelitan ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam bentuk observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Ekonomi Bergulir (PEB) sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat, dalam kegiatannya secara langsung menerapkan proses pemberdayaan masyarakat khususnya bagi kaum perempuan karena PEB mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi sosial. Program PEB memberikan sarana dan fasilitas dengan memberi pinjaman modal usaha yang dikhususkan untuk perempuan. Dalam pemberdayaan perempuan yang difokuskan dalam program PEB ini adalah aspek penyadaran berupa peningkatan apresiasi masyarakat terhadap program PEB seperti kesadaran anggota dalam mengikuti kegiatan sosialisasi program tersebut. Dari aspek peningkatan kapasitas memberikan hasil optimal baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dari aspek pemberdayaan, memberikan dampak positif bagi kaum perempuan di Desa Luhu, seperti terjadinya peningkatan usaha ekonomi masyarakat yang berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci: pemberdayaan, perempuan, program ekonomi bergulir.

1

Nurnangsih Paudi, Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Rusdin Djibu, M.Pd, dan Dr. Mohamad Zubaidi, M.Pd, selaku Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo.

(4)

PENDAHULUAN

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan salah satu program pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Depdagri, 2008).

Berdasarkan Observasi dan wawancara awal bahwa keberadaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Luhu Kecamatan Telaga belum mampu berperan dalam menangani permasalahan-permasalahan gender dalam memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan kesejahteraan lainnya. Kondisi ekonomi yang kurang menggairahkan di masyarakat berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kemampuan ekonomi warga masyarakat itu sendiri khususnya perempuan. Pendapatan mereka hanya Rp. 200.000 sebulan, belum dikurangi dengan kebutuhan sehari-hari seperti uang jajan anak.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Desa Luhu, jumlah penerima raskin (beras miskin) yang berada di Desa Luhu yaitu sebanyak 180 KK. Karena sebagian warga masyarakat yang berada di Desa Luhu tidak pernah duduk di bangku sekolah, maka dari itu sulitnya untuk mereka mendapatkan peluang pekerjaan yang tetap. Mereka hanya mengandalkan tenaga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi masyarakat yang tidak memiliki ladang sendiri otomatis hanya menjadi buruh tani di ladang orang lain.

Dengan data yang ada peneliti ingin mengetahui bahwa warga masyarakat yang berada di Desa Luhu masih minim dengan pekerjaan tetap. Yang menjadi penghambat yaitu warga masyarakat tersebut masih banyak yang tidak pernah duduk di bagku sekolah. Dengan melihat data berikut:

(5)

Tabel 1.1 Data Menurut Pekerjaan NO PEKERJAAN L % P % 1. Petani 27 3.7% 10 1.4% 2. Buruh Tani 302 42.1% 17 2.4% 3. Tukang 53 7.3% - - 4. Tidak Bekerja 43 6% 265 4.67% Jumlah 425 92.4% 292 8.47%

Sumber: Kantor Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 2015.

Tabel 1.2 Data Pendidikan Sekolah

NO PENDIDIKAN L % P %

1. Tidak Pernah Sekolah 40 22.2% 35 19.4% 2. SD 37 20.5% 23 12.7% 3. SMP 16 8.8% 10 5.5%

4. SMA 10 5.5% 9 5%

Jumlah 103 57.22% 77 42.7%

Sumber Kantor Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 2015.

Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa banyaknya warga masyarakat yang belum menginjak bangku sekolah. Sehingga menjadi penghambat warga untuk mencari pekerjaan tetap. Data tersebut menunjukkan pula kaum perempuan juga mempunyai andil yang besar baik dilihat dari kaum perempuan yang tidak bekerja. Inilah yang akan menjadi dasar melalui dana bergulir.

Perlibatan masyarakat dalam menentukan program pemberdayaan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari pemberdayaan masyarakat secara nyata dan terarah. Anggota masyarakat bukan hanya objek pemberdayaan semata, tetapi juga merupakan subjek pemberdayaan. Kedudukan sebagai subjek pemberdayaan berarti anggota masyarakat hendaknya memiliki kemauan, kemampuan, kesediaan kesadaran, motifasi, kerjasama dan kawasan yang kuat dan melekat pada diri anggota masyarakat terhadap pemberdayaan. Kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota masyrakat harus berperan secara aktif, didorong untuk berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat, baik dalam menyusun perencanaan maupun dalam implementasi proyek atau program pemberdayaaan masyarakat.

Dalam penyelenggaraan kegiatan program PNPM Mandiri Perkotaan ini yang diharapkan lahirnya masyarakat yang memiliki kemandirian usaha, namun diperhadapkan dengan permasalahan mengenai modal usaha untuk itu sendiri.

(6)

Sebab bagaimana mereka dapat mandiri hanya dengan bermodalkan keterampilan tanpa adanya modal usaha berupa dana yang memadai.

Kemandirian yang diharapkan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan ini adalah terciptanya masyarakat yang mampu mengembangkan usaha secara mandiri, sehingga terwujudlah peluang usaha yang dapat menopang kehidupan dan ekonomi keluarga.

Menyimak uraian tersebut, maka jelaslah bahwa penyelenggaraan program PNPM Mandiri Perkotaan merupkan bagian yang sangat penting untuk terus dijalankan karena bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat. Disisi lain faktor yang tidak kalah pentingnya adalah menyangkut tentang program PNPM Mandiri Perkotaan yang ada di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.

KAJIAN TEORETIS

Menurut Hikmat (1999: 38) pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris "empowerment" yang bisa diartikan sebagai “pemberdayaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power). Istilah pemberdayaan menurut Crescent (2003: 64), adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

Jika dilihat dari proses operasionalnya maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain: pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan

(7)

(pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Perekonimian masyarakat ditandai dengan adanya perekonomian rakyat kecil sebagai pelaku ekonomi dengan pemilikan asset yang sedikit, skala usaha kecil, tingkat pendidikan rendah, sehingga keikutsertaan mereka dalam proses pembangunan tidak optimal dan menjadikan perbedaan (kesenjangan) diantara pelaku ekonomi yang maju dengan produktivitas tinggi. (Abidin, 2008: 16).

Menurut Husain (2004: 389), pemberdayaan ekonomi ummat (masyarakat) mengandung tiga misi. Pertama, misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran-ukuran ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal, misalnya besaran-besaran produksi, lapangan kerja, laba, tabungan, investasi, ekspor-impor dan kelangsungan usaha. Kedua, pelaksanaan etika dan ketentuan hokum yang berlaku. Ketiga, membangun kekuatan-kekuatan ekonomi umat (masyarakat).

Santoso (2002: 78) menjelaskan bahwa pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok maupun komunitas beruasaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Gagasan ini mengartikan pemberdayaan sebagi upaya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitanyya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam bentuk hari depannya. Pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat.

Dalam proses pemberdayaan perempuan diperlukan perencanaan yang tersusun secara matang dan langkah selanjutnya adalah mobilisasi sumberdaya yang diperlukan. Pada dasarnya penerapan nilai-nilai demokrasi pada program pemberdayaan perempuan sama dengan penerapan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat umum, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi pada intinya berupa dana (modal, sumber daya manusia, teknologi dan organisasi atau kelembagaan).

(8)

Pemberdayaan perempuan sebagai sebuah intervensi merupakan suatu upaya untk memperkuat asset masyarakat berdasarkan lembaga, dan menubah peraturan institusioanl yang mengatur perilaku dan interaksi antar manusia. Pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang lebih menekankan proses, tanpa bermaksud menafikan hasil dari pemberdayaan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan proses, maka partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pemberdayaan mutlak diperlukan. Sebagaimana yang diungkap oleh Adi (2003: 70-75) bahwa pemberdayaan perempuan menekankan pada process goal, yaitu tujuan yang berorientasi pada proses yang mengupayakan integrasi masyarakat dan dikembangkan kapasitasnya guna memecahkan masalah mereka secara kooperatif atas dasar kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) sesuai prinsip demokratis. Dengan mekankan pada proses, maka pemberdayaan perempuan pun memiliki tahap-tahap sebagai berikut (Wrihatnolo dan Dwidjowjoto, 2007: 11).

1. Penyadaran

Pada tahap ini, dilakukan sosialisai terhadap komunitas agar mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri (self help). Dalam tahap penyadaran, target sasaran yaitu masyarakat khususnya perempuan miskin yang diberikan pemahaman bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadi berada. Di samping itu juga diberikan penyadaran bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk keluar dari kemiskinannya. Pada tahap ini, kaum perempuan dibuat mengerti bahwa proses pemberdayaan itu harus berasal dari diri mereka sendiri. Diupayakan pula agar komunitas ini mendapat cukup informasi. Melalui informasi actual dan akurat terjadi proses penyadaran secara alamiah. Proses ini dapat dipercepat dan dirasionalkan hasilnya dengan hadirnya upaya pendampingan.

2. Peningkatan Kapasitas

Sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan kecakapan dalam mengelolanya. Tahap ini sering disebut sebagai capacity building, yang terdiri atas pengkapasitasan manusia, organisasi, dan system nilai pendampingan. Tahap pengkapasitasan bertujuan untuk memampukan masyarakat khususnya perempuan

(9)

miskin sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mengelola peluang yang akan diberikan. Tahap ini dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan, lokakarya dan kegiatan sejenis yang bertujuan untuk meningkatkan life skill (kecakapan hidup) dari masyarakat miskin. Pada tahap ini sekaligus dikenalkan dan dibukakan akses kepada sumber daya kunci yang berada di luar komunitasnya sebagai jembatan mewujudkan harapan dan eksistensi dirinya. Selain memampukan kaum perempuan miskin baik secara individu maupun kelompok, proses memampukan juga menyangkut organisasi dan system nilai. Pengkapasitasan system nilai terkait dengan “aturan main” yang akan digunakan dalam mengelola peluang.

3. Pemberdayaan

Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, dan peluang sesuai dengan kecakapan yang sudah diperolehnya. Masyarakat dalam hal ini perempuan miskin diberikan peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan yang ditempuh dengan memberikan peran yang lebih besar bertahap sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya, diakomodasi aspirasinya serta di tuntun untuk melakukan self evaluation terhadap pilihan dan hasil pelaksanaan atas pilihan. Konsep pemberdayaan perempuan melalui pendayaan dapat dikembangkan sebagai mekanisme perencanaan dan pembangunan yang bersifat botton up yang melibatkan peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan perencanaan dan pembangunan. Dengan demikian, program pemberdayaan perempuan disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berarti dalam penyusunan program dilakukan penentuan prioritas berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingan sehingga implementasi program akan terlaksana secara efektif dan efisien.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pemberdayaan perempuan melalui program ekonomi bergulir di PNPM mandiri perkotaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Penelitan ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif.

(10)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kualitatif yang bersifat interpretative yaitu berusaha memperoleh data secara deskriptif dalam bentuk gejala tingkah laku dari orang-orang yang diamati dan berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar warga Paket B di PKBM Tunas Harapan Desa Bulontio Timur Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Ekonomi Bergulir (PEB) sebagai suatu program pemberdayaan masyarakat, dalam kegiatannya secara langsung menerapkan proses pemberdayaan masyarakat khususnya bagi kaum perempuan karena PEB mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi sosial. Program PEB memberikan saran dan fasilitas dengan member pinjaman modal usaha yang dikhususkan untuk perempuan. Dalam pemberdayaan perempuan yang difokkuskan dalam program PEB ini adalah proses penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan dengan melibatkan para anggota peminjam yang dikhususkan pada perempuan dengan membuat sebuah kelompok simpan pinjam perempuan.

Dari aspek penyadaran telah memberikan pengaruh positif bagi anggota PEB seperti ikut secara sukarela dalam kegiatan sosialisasi program PEB serta memiliki kesadaran tentang disiplin waktu jatuh tempo pembayaran angsurann melalui program tersebut. Selain itu, aspek penyadaran dalam meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap program PEB ikut serta dalam membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Selain itu bentuk penyadaran yang dilakukan adalah dengan mengundang masyarakat untuk hadir pada pertemuan yang diprakarsai oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) ditingkat

(11)

Kecamatan Telaga dalam melksanakan sosialisasi tentang penggunaan dana PEB sesuai dengan Petunjuk Teknis Operaional (PTO) program PEB.

Melalui aspek peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pengguna dana PEB, telah memberikan hasil optimal baik serta individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Sehingga dalam memberdayakan kaum perempuan melalui program PEB memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Disamping itu, melalui kapasitas oleh anggota PEB memberikan pengaruh positif dalam wawasan dan pengetahuan tentang program PEB yang telah dilaksanakan, sekaligus membentuk kepribadian kaum perempuan dalam menumbuhkan ekonomi masyarakat.

Selain dari aspek penyadara, peningkatan kapasitas, serta pemberdayaan yang dilakukan dalam program PEB di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdapat wujud semangat gotong royong dan kekeluargaan yang terjadi dikalangan anggota PEB. Melalui program PEB tersebut, masyarakat khususnya perempuan memiliki percaya diri serta kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesatuan, kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku saling membantu dan mengisi di semua bidang kehidupan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan perempuan melalui Program Ekonomi Bergulir (PEB) di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo telah berjalan secara optimal melalui pendekatan yang dilakukan berdasarkan aspek penyadaran berupa peningkatan apresiasi masyarakat terhadap program PEB seperti kesadaran anggota dalam mengikuti kegiatan sosialisasi program tersebut. Dari aspek peningkatan kapasitas, memberikan hasil optimal baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan dari aspek pemberdayaan, memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup

(12)

kaum perempuan di Desa Luhu, seperti terjadinya peningkatan usaha ekonomi masyarakat yang berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dan kesejahteraan masyarakat seutuhnya.

Dari kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Anggota PEB hendaknya menerapkan semua aturan-aturan pelaksanaan yang dituangkan dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) program PEB.

2. Anggota PEB masih membutuhkan pendampingan secara berkala dari penyelenggara program mengenai keberlanjutan dan keberhasilan usahanya. 3. Dalam kegiatan sosialisasi pihak-pihak yang memberikan informasi, baik unit

pengelola kegiatan (UPK) maupun pihak tim pelaksana kegiatan (TPK) hendaknya memberikan informasi tentang program PEB secara mutakhir sehingga anggota PEB mengetahui semua informasi yang berkaitan dengan program tersebut, serta menghindari terjadinya persepsi negative dikalangan masyarakat mengenai program PEB.

4. Diharapkan kepada aparatur Desa Luhu Kecamatan Telaga dalam memberikan pelayanan secara optimal sebagai fasilitator Program Ekonomi Bergulir (PEB), agar program tersebut memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya perempuan.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Said Zainal. 2008. Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Jakarta: Suara Bebas.

Crescent, Tim. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri: Pengembangan Model Sistem Keterjaminan Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Depdargi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Harry Hikmat. 1999. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Humaniora.

Husain, Abdullah, Abdul At-Tariki. 2004. Ekonomi Islam Prinsip Dasar dan Tujuannya. Yogyakarta: Magistra Insania Press.

Santoso. 2002. Mengasa Kemandirian Masyarakat. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Ilmiah Populer. Edisi 1, Tahun ke 1.

Gambar

Tabel 1.1 Data Menurut Pekerjaan  NO  PEKERJAAN  L  %  P  %  1.  Petani  27  3.7%  10  1.4%  2

Referensi

Dokumen terkait

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif (doktrinal) karena dalam penelitian ini mengkonsepsikan hukum sebagai norma

a. Materi yang ada pada buku tematik yang diterbitkan oleh diknas dengan materi pengembangan IPS Terpadu berbasis multimedia interaktif Sangat Sesuai. Materi yang

Sesuai dengan pendapat Roesli (2007) bahwa dengan pengetahuan.. yang benar tentang menyusui, seorang ibu semakin mudah untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hasil survey

Berdasarkan situasi tersebut, dibuatlah situs web Toko Gitar Chics Music yang interaktif sebagai media yang disajikan untuk mempermudah dalam pencarian informasi tentang gitar.

B : Langsung foto aja kak, dari puluhan foto biasanya cuma jadi beberapa hehe Terus kalo pose, jadi biasanya aku banyakin senyum karena kita kan bawain produk endorse an juga

Seminar kali ini mengambil tema : :” Peran pemerintah, masyarakat dan institusi pendidikan dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) dan perencanaan Sustainable

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Metode tutor sebaya adalah cara mengajar yang dilakukan dengan menjadikan teman dalam kelompok peserta didik yang dipandang memiliki kemampuan atau kompetensi