• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MODEL PREDICTIVE CONTROL PADA QUADRUPLE TANK PROSES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MODEL PREDICTIVE CONTROL PADA QUADRUPLE TANK PROSES"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MODEL PREDICTIVE CONTROL

PADA QUADRUPLE TANK PROSES

Yani Prasetyo, Bambang L. Widjiantoro

Bidang minat rekayasa instrumentasi, Jurusan Teknik Fisika,Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya 60111

Abstrak

Pada penelitian ini Model Predictive Control diaplikasikan untuk mengendalikan Quadruple tank proses yang merupakan sistem multivariabel dan nonlinear yang memiliki karateristik RHP (Right half plane). Dengan menggunakan perangkat lunak Labview 2009 untuk membangun sistem pengendalian Model Predictive

Control yang akan diimplementasikan secara real-time dengan bantuan microkontroller serta driver triac untuk

mendrive pompa AC dan DAQ 6221 set sebagai antar muka plant dengan program labview 2009. Tuning

controller model predictive control dengan menggunakan metode Doughery and Douglas didapat parameter

optimal yaitu T =0.4 detik, P = 28, dan M = 8. Dengan parameter proses optimal: Mp =2% dan 4%, Ess = 4% dan Ts = 89 detik, sedangkan dengan metode Studi eksperimental didapat parameter optimal yaitu T = 0.1 detik, P = 20, dan M = 5 dengan parameter proses optimal: Mp = 2.4 % dan 2 %, Ess = 4 % dan Ts = 102 detik. Sehingga dalam penelitian ini Model Predictive Control ini berhasil diterapkan dalam untuk mengendalikan

Quadruple tank proses.

Kata kunci: Quadruple tank, Model Predictive Control, Labview, Real time

I. PENDAHULUAN

Pada saat ini sistem pengendalian di industri sudah sangat pesat berkembang dari mulai awal Implementasi sistem kendali PID (Proportional Integral Derivative) untuk mengendalikan plant yang mempunyai single input

single output (SISO), sampai implementasi Optimal Control yang digunakan untuk pengendalikan multivariable proses dan membuat proses dalam plant tersebut berjalan dengan effisien. Optimal Control yang sering digunakan dalam bidang pengendalian adalah LQG (Linear

Quadratic Gaussian) yang sering digunakan dalam

bidang automation untuk sistem pengendalian pada kendaran bermotor (Pesawat Terbang, Mobil dan Kapal Laut) dan MPC (Model Predictive Control ) yang biasa digunakan dalam bidang proses control untuk mengendalikan proses plant yang kompleks yang banyak terjadi pada industri-industri proses. Kedua sistem pengendalian ini disebut sebagai

optimal control karena sistem pengendalian ini

meminimalkan cost fungsi yang digunakan untuk meminimalkan energi dan meningkatkan effisiensi.

Dibanyak universitas didunia para peneliti dalam bidang automation atau proses control mengembangkan serta mengaplikasikan LQG dan MPC untuk dapat mengendalikan serta menstabilkan dan mengatasi masalah noise atau gangguan serta batasan pada plant dengan waktu yang cepat.Melihat tantangan kedepan dimana banyak industri proses yang mengimplementasikan MPC guna meningkakan effisiensi dan profit, dari paparan diatas maka dalam tugas akhir ini mencoba mengimplementasi Model Predictive Control untuk mengendalikan proses Quadruple tank plant ,dimana proses Quadruple tank merupakan control dari sistem multivariable MIMO (Multi Input Multi

Output)yang memiliki karateristik proses RHP

(Right half plane) yang saling berhubungan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sistem pengendalian mutivariabel agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang konsep pengendalian sistem multivariabel secara nyata (real-time) dengan menggunakan pengendalina optimal control.

II. Permasalahan

Permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menerapkan sistem kendali Model Predictive Control secara real-time (nyata) pada proses Quadruple tank yang terdapat pada laboratorium instrumentasi dan kontrol dengan menggunakan perangkat keras dan lunak milik national instrument Labview.

III. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah:

1. Pengukuran debit air yang masuk dilakukan secara manual ukur untuk mencari nilai dari untuk mencari γ1 dan γ2 pada saat tahap awal penentuan kondisi RHP (right half plane) 2. Pompa AC yang digunakan sebagai aktuator

tidak memiliki karateristik yang sama sehingga menimbulkan ketidak seimbangan pada plant. 3. Program Model Predictive Control secara real

time dibuat pada program labview dan simulasi

pada matlab.

4. Laju aliran keluaran air pada tangki 2 lebih besar dari pada Tangki 1

5. vibrasi yang terjadi pada plant menyebabkan ketidak akuratan sensor.

6. Model yang digunakan berdasarkan atas persamaan hukum kesetimbangan massa.

(2)

IV. Tujuan

Tujuan dalam tugas akhir ini adalah mampu menerapkan sistem pengendalian Model Predictive

Control pada proses Quadruple tank ini yang dapat

digunakan sebagai alat pembelajaran tentang konsep sistem pengendalian multivariabel proses secara nyata.

V. Manfaat

Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah sebagai bahan pembelajaran dosen dan mahasiswa untuk memahami, menerepkan dan membuktikan tentang konsep sistem pengendalian Model Predictive Control pada proses MIMO (

Multivariable Input Multivariable Output ) secara

nyata.

II. Dasar Teori Quadruple tank.

Quadruple tank proses merupakan alat laboratorium dirancang dan dibuat untuk mempelajari tentang konsep kendali multivariabel.

Quadruple tank proses ini sering digunakan

sebagai bahan pembelajaran: linearisasi dari ketidak linearan dinamik dan pembuatan fungsi

transfer dari sistem multivaribel, perancangan

kendali terpusat, implementasi teknik decouplers untuk mengurangi effek dari interaksi antara proses

variabel dan kendali mutvaribel serta pemilihan

struktur kendali terbaik berdasarkan karateristik dari mutivariabel proses. Gambar diagram dari

Quadruple tank proses dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar 1. Schematic quadruple tank proses Hal yang ingin dicapai dari Quadruple tank proses adalah untuk menjaga ketinggian dua tanki dibawah yaitu tangki 1 dan tangki 2 dengan 2 buah pompa. Pada Quadruple tank ini mempunyai dua masukan (aliran air) yang dapat diatur untuk mengendalikan kedua keluaran ( ketinggian tanki 1 dan 2), bukti bahwa sistem ini memiliki dinamika yang multivariabel karena setiap pompa mempengaruhi ketinggian dari tangki 1dan 2, sistem ini mempunyai adjustment multivariable

zero yang dapat diatur dalam keadaan stabil

disebelah kiri dan tidak stabil disebelah kanan dengan mengatur bukaan katup. Model matematik dari Quadruple tank proses ini diturunkan dari persamaan kesetimbangan massa dan persamaan hukum Bernoulli. Jadi persamaan model matematis dari Quadruple tank proses direpresentasikan pada persamanan dibawah ini adalah :

1   11 . 2 1 1 . 2 3 3 111 1 2   22 . 2 2 2 . 2 4 4 222 2 3   33 . 2 3 1  223 2 4   44 . 2 4 1  114 1 1

Dari data fisik yang diambil dari proses

Quadruple tank sebenernya yang digunakan untuk

membuat sebuah model dari Quadruple tank maka didapatkan dapat tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Simbol State/parameter nilai h1,h2,h3,h4(cm) Nominal

ketinggian

10,10,1.7,1.5 v1,v2(Vac) Nominal pump

setting

220

Ai(cm2) Luas tangki 390

a1,2(cm2) Luas keluar tangki 1dan 2

1.26 a3,4(cm2) Luas keluar

tangki 1 dan 4 1.20 γ1,γ2 Perbandingan aliran valve 0.46, 0.43 k1,k2 (cm3/Vs) Konstanta l pompa 2.02,1.96 T1,T2(s) Time konstan tangki 1 dan 2 43.85,43.85 Kemudian dilinearisasikan dengan

menggunakan deret taylor sehingga menjadi persamaan seperti dibawah ini:

           1  0 0 1    0 0   0 0 0 0 1  0 0 1  ! ! ! ! ! ! ! "            11  0 0 22  0 1  22  1  11  0 ! ! ! ! ! ! ! " #

(3)

Dan $  %& 0 0 & 0 00 0'  Dimana: u=(∆# ∆#*,x=+ ∆ ∆ ∆ ∆ ,, y = (∆$ ∆$*, dan

Ti =

-. /.

0

1. 2

(2)

Ti = time konstan tangki ke i.

Dari data diatas maka didapatkan model state space dari persamaan 2 kemudian diubah dalam model state space diskirt :

(3)

Kemudian untuk fungsi transfer dari model

Quadruple tank: 3 45667 -859 -859859:45667 :45667 -859859 45667 859 ;(4)

Dari data diatas juga didapatkan model transfer function dari model Quadruple tank:

G(s)=

3

<. .=89 <.<> .?@89.=89 <.> .A>A89.=89 .=89<.A>

;(5)

2.2 Multivariabel Transmission Zero

Pada proses Quadruple tank ini tergolong sistem yang memiliki multivariabel transmission

zero yang kedua posisi diatur tergantung dari

posisi katup, posisi dari katup ini diwakili dengan parameter γ1 dan γ2. Dinamika dari Quadruple

tank memiliki multivariabel transition zero yang

dapat ditempatkan pada posisi LHP(Left Half

Plane) dan RHP(Right half plane) dan keduanya

tergantung dari perbandingan antara laju aliran dan ketinggian tangki yang ditentukan dari γ1 dan γ2.

mutivariable zero dalam keadaan left half plane jika η < 0 (minimum phase) dan 1> γ1+γ2

>2,pada kondisi ini banyak aliran air yang langsung jatuh ke dalam tangki yang berada dibagian bawah

sehingga pengendalian pada tangki yang berada dibawah relative lebih mudah, sebaliknya pada keadaan right half plane jika η > 1 (nonminimun

phase) dan 0> γ1+γ2 > 1 dalam keadaan ini hampir

semua aliran air jatuh ditangki atas sehingga aliran air tidak langsung jatuh pada tangki bawah sehingga pada kondisi ini lebih susah untuk mengendalikan ketinggian air pada tangki yang berada dibawah.

η:= (1-γ1)(1- γ2) /(γ1γ2) (6)

Nilai η pada penelitian ini 1.6 ,untuk membuktikan bahwa LHP (Left Half Plane) mengindikasikan Quadruple tank stabil dengan posisi zero berada disebelah kiri dan RHP(Right

half plane) yang mengindikasikan Quadruple tank

proses tidak stabeil dengan posisi zero berada disebelah kiri dan kanan, ini dapat dibuktikan persamaan tranfer fungsi seperti dibawah ini:

BCDE IGIH ∏FGFHN G9KLM

MOG P %1  sT31  sT4 G:IGG:IHIGIH ' (7)

Jika zero yang dihasilkan T3 dan T4 bertanda negatif atau berada disebelah kiri, maka dapat dikatakan bahwa sistem pada Quadruple tank proses tersebut stabil, dan apabila salah satu dari

zero T3 atau T4 ada yang bertanda positif maka

dapat dikatakan bahwa plant tersebut tidak stabil dikarena ada salah satu zero yang berada di sebelah kanan atau daerah tidak stabil.

Model Predictive Control

Model Predictive Control memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem pengendalian lainnya, seperti: MPC dapat menemukan nilai yang diinginkan dan titik kerja yang paling ekonomins dari suatu cost finction, memastikan proses dan ulititas sistem untuk menjadi stabil dan memberikan jawaban yang benar tentang perubahan kebutuhan, serta memastikan penurunan perbaikan dan plant berjalan pada waktu yang lama.

Model dari proses digunakan untuk memperkirakan nilai dari variabel keluaran. Ketika keluaran sebenarnya dan perkiraan dibandingkan, maka menghasilkan perbedaan yang digunakan

sebagai feedback signal ke dalam

prediction block. Dan apabila prediksi sudah

tercapai, maka prediksi ini digunakan untuk waktu sampling guna menghitung setpoint dan sinyal kendali. Dibawah ini merupkan gambar dari block

(4)

Gambar 2. diagram blok MPC [4]

Ketidaksamaan batas antara variable masukan dan keluaran,termasuk batas atas dan bawah semua nya itu masuk kedalam sistem perhitungan dalam MPC. Tujuan utama dari perhitungan sistem kendali MPC adalah untuk menentukan urutan yang disebut dengan pergerakan control (control moves) atau perubahan diakali masukan seperti pergerakan prediksi respone untuk setpoint pada kondisi optimal. Dibawah ini merupakan konsep dasar dari

prediction dan control horizon dalam MPC.

Gambar 3. konsep predictive dan control horizon[3] Dalam gambar diatas y adalah keluar sebenarnya dan ŷ adalah prediksi keluaran serta u adalah masukan yang dimanipulasi (manipulated

input), dan k adalah sampling waktu, strategi

perhitungan MPC dilakukan dengan mengatur nilai masukan {u(k+i -1) , i = 1,2,....,M},perhitungan kendali masukan (control input) pada saat masukan sekarang u(k) dan M-1 pada saat masukan yang akan datang. Bagaimana pun masukan ini dihiutng seperti mengatur P prediksi keluaran {ŷ(k+i),i = 1,2....,P} untuk mendapat setpoint dalam jalan optimal. P adalah jumalh prediksi yang disebut juga dengan prediction horizon, dan M adalah jumlah dari control moves atau disebut juga dengan

control horizon. Dalam urutan dari control moves

yang dihitung dalam setiap sampling waktu hanya satu control moves pertama yang diterapkan untuk urutan yang lain juga dihitung berdasarkan pengukuran pada saat sebelumnya dan lagi-lagi hanya control moves pertama yang diterapkan.

Perhitungan Kendali MPC berdasarkan atas pengukuran sekarang dan model prediksi dengan tujuan untuk menghitung pergerakan kendali (perubahan masukan) yang membuat koreksi perdiksi agar sedekat mungkin dengan

reference trajectory. Dalam aplikasi MPC, reference trajectory dapat digunakan untuk membuat tahapa transisi yang diinginkan sama dengan setpoint. Kemudian reference trajectory yang melintas pada Prediction Horizon dinotasikan dengan:

ST  1 U &VWX$T  1, $T  2, … $T  [ (5)

Hukum Model Predictive Control untuk perhitungan kendali berdasarkan atas

peminimalisasian perbedaan prediksi dari reference

trajectory. Kemudian k dinotasikan sebagi pencuplikan sekarang. Kesalahan aktor prediksi =

\ ]  1 didefinisikan sebagai berikut: \ ]  1 U

ST  1  S^  1 (8)

Untuk predicited unforced error vector

\ ]°  1 U ST  1  S^°  1

(9)

Kemudian \ ]°  1 merupakan representasi dari perbedaan prediksi dan reference trajctory bila tidak ada aksi kontrol lebih lanjut diambil. Pada umumnya tujuan dari perhitungan MPC, control

moves untuk kemudian waktu interval dari M

selanjutnya:

∆_  &VW X∆#, ∆#  1, … , ∆#  `  1 (10)

Vektor ∆_ dihitung dari objective function juga disebut performance index adalah minimized, untuk ketidakbatas MPC objective functionnya untuk meminimumkan semua tipe dari 3 tipe 3 deviasi: 1.kesalahan prediksi yang melewati prediksi horizontal

2. pergerakan kendali M berikutnya \ ]   1 3. selisih dari u(k+1) terhadap nilai steady state usp yang diingginkan melebihi control horizon.

Untuk MPC yang menggunakan model proses yang linear, kedua objective function linear atau quadratic dapat digunakan, untuk mendemonstrasikan perhitungan kendali MPC, perhatikan obejctive funtion dari quadratic j berdasarkan dua tipe perbedaan.

min

∆d6e  \f  1 5 g\f  1 

 ∆_5h∆_ (11)

Dimana Q = matrix positif definite , R =

matrik positif semi definite. Hukum MPC untuk

menimimalkan obejctive function dari persamaan.:

∆_  i5gi  h: g\ ]°  1 (12)

Sehingga dapat ditulis :

∆_  &\ ] °  1

(13)

Dimana kc = gain matix kontroller.

& U i5gi  h: g (14)

Ketidakasaman batas dari masukan dan keluaran merupakan karakterisitk yang penting untuk aplikasi MPC. Dalam faktanya ketidaksamaan batas merupakan motivasi utama untuk membangun MPC, ketidaksamaan batas dapat termasukan dalam perhitungan kendali . kesusesuai untuk membuat perbedaan antara hard

constrain dan soft contsrain dapat dilanggar tetapi

jumlah pelanggaran adalah penalti oleh perancangan dari cost function yang akan didiskripsikan dibawah ini.

(5)

Untuk ketidaksamaan batasa dari MPC untuk u dan

∆# dengan tipe hard constrain batas atas dan

bawah :

#: j #  k j #9  (15)

∆#: j ∆#  k j ∆#9  (16) Analogi hard constrain untuk preditiksi keluaran adalah

$:  k j $l  k j $9  k (17) Jumlah dari design parameter yang harus disepesifikasikan untuk mendesain sistem MPC. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk tuning kendali MPC adalah

:

Periode pencuplikan ∆ dan model horizon N dapat dipilih menjadi N∆ = ts, dimana ts adalah

Settling Time untuk respon loop terbuka. ini dipilih

untuk memastikan bahwa model tersebut mencerminkan efek penuh perubahan dalam variabel input dari waktu ke waktu yang diperlukan untuk mencapai steady state. Biasanya 30 j N j 40. Control horizon M dinaikan kemudian kendali MPC menjadi lebih cepat dan usaha komputasi yang dibutuhkan juga meningkat pula, bagaimanapun usaha komputasi dapat mengurangi input blocking. Beberapa aturan 5 < M < 20.

Prediction Horizon P sering diipilih P = N+M .

penurunan nilai P dapat membuat MPC menjadi lebih agressive.

Metode Tuning MPC

DougherydanDouglas (2003) mengembangkan sebuah formula tuning MPC yang mudah untuk digunakan. Formula ini yang akan digunakan pada tugas akhir kali ini. Berikut akan dijelaskan langkah demi langkah proses tuning.

1. Menentukan dinamika proses dari semua pasangan controller output dan proses variabel dengan model FOPDT atau First Order Plus Dead Time, dengan perumusan sebagai berikut.

( )

( )

s

e

K

s

u

s

y

rs s s r rs θ −

=

(18) dimana (r = 1, 2, …., R; s = 1, 2, …, S) 2. Menentukan waktu pencuplikan atau

sampling time sedekat mungkin dengan:

(

)

( )

rs rs rs

T

Min

T

Max

T

=

=

0

.

5

θ

(19) dimana (r = 1, 2, …., R; s = 1, 2, …, S) 3. Pendekatan waktu konstan loop tertutup

dari integration proses:

CLij

τ

=

θ

rs

10

(20)

4. Menghitung Prediction Horizon

P

dengan rumus sebagai berikut.





+

=

rs CLij

k

T

Max

P

5

τ

dengan

+

=

1

T

k

rs rs

θ

(21) dimana (r = 1, 2, …., R; s = 1, 2, …, S) 5. Menghitung Control horizon

M

yang setara dengan 63.2% dari Settling Time sub-proses paling lambat pada sistem multivariabel.

M

dihitung dengan rumus sebagai berikut.





+

=

rs Clij

k

T

Max

M

τ

(22) dimana (r = 1, 2, …., R; s = 1, 2, …, S) 6. Memilih beban variabel terkontrol atau

controlled variable weight 2 r

γ

, untuk menskala pengukuran proses variabel dengan magnitude yang sama.

7. Menghitung Move Suppression Coefficients 2

s

λ

dengan rumus sebagai berikut.

+

=

= R r rs rs rs r s

M

T

k

P

K

M

1 2 2 2

2

1

2

2

3

500

τ

γ

λ

(23) dimana (r = 1, 2, …., R; s = 1, 2, …, S) 7. Untuk penggunaan MPC berjenis DMC maka kesemua parameter di atas harus dimasukkan. Sedangkan untuk pemanfaatan software komputasi seperti Labview cukup dengan memasukkan nilai T, P, dan M. sedangkan yang lain bisa menggunakan default dari software.

III. Metodologi Percobaan

Quadruple tank proses merupakan alat

laboratorium dirancang dan dibuat untuk mempelajari tentang konsep kendali multivariabel.

Quadruple tank proses ini terdiri dari 4 buah tangki

dan dua buah pompa, dimana dalam Quadruple

tank proses ini yang akan dikendalikan adalah

ketinggian air pada kedua tangki bawah, adapun gambar dari Quadruple tank proses yang dibuat sebagai berikut:

(6)

data (cm) LT-1 U LT-2 U 10 10.42 10.7 15 17.11 15.96 20 23.34 20.46 25 26.7 25.23 30 32.1 30.88 35 37.64 34.5 40 42.6 39.32 45 47.45 43.6 50 51.23 48.78 55 56.63 54.71 60 61.87 58.87

Aktuator yang digunakan dalam proses

Quadruple tank adalah motor AC, untuk

mengendalikan motor AC ini maka digunakan rangkaian mikorkontroler yang digunakan sebagai konverter dari DC continus keluaran DAQ diubah kedalam sinyal PMW yang nantinya sinyal PWM ini akan diubah lagi kedalam sinyal tegangan AC untuk mengendalikan putaran pompa. Ada pun gambar rangkain dari motor driver ini adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Driver pompa AC

Gambar 6. schematic rangkaian driver pompa AC

Gambar 7. Minimum sistem Mikrokontroler ATMega 8535L

Adapun hasil dari konversi tegangan DC ke AC menggunakan rangkaian diatas, maka didapatkan Table hubungan DC – AC sebagai berikut:

Tabel 1. Hubungan DC-AC

Sensor yang digunakan dalam penelitian

Quadruple tank ini memakai potensiometer type

multi-tune yang dapat yang dipasang pada tangki 1 dan 2 yang dapat diputar hingga sepuluh kali dengan besar 10KΩ. Potensiometer ini digunakan untuk mengukur ketinggian air dalam tangki dimana potensiometer dipasang dengan pelampung sehingga menghasilkan tegangan karena 0 -5 vdc karena supply yang digunakan 5 vdc.

Gambar 8. Sensor Potensiometer Tabel 2. sensor ketinggian

Model matematis yang digunakan untuk pembuatan pengendalian Model Predictive Control pada program labview harus berbentuk

disktir state space, model dari quadruple diskrit state space dapat dilihta pada persamaan(3). Dalam pembuatan MPC pada program Labview digunakan modul predictive control yang terdiri dari : Implement MPC Controler , Created MPC

Controller, Set MPC Controllrer, dan update window mpc . setelah semua program dari MPC

selasai dibuat dalam labview adapun HMI dari pengendalina MPC pada Quadruple tank proses sebagai berikut:

VDC pompa 1(VAC) pompa2 (VAC)

0 0 0 1 44 42 2 98 92 3 145 140 4 190 188 5 215 216

(7)

Gambar 8. HMI Quadruple tank

Gambar 9. Setpoint Panel MPC.

Gambar 10. Panel MPC parameter dan Constrain dari plant quadruple tank

Prediction dan control horizon yang

digunakan 30 dan 10 sedangkan time step 1, untuk batasan atau contriants dari Model Predictive

Control tersebut disesuai dengan batas pada plant Quadruple tank dalam penelitian ini untuk batas

dari nilai keluaran atau manipulated variable 0 – 5 volt sedangkan untuk nilai batas dari control

variabel 0 – 70 cm. Tuning MPC

Proses tuning kali ini akan mendasarkan pada penelitian Doughery and Douglas untuk strategi tuning. Langkah demi langkah untuk strategi tersebut telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kali ini akan langsung menuju pada proses penghitungan.

Menentukan dinamika proses dengan model FOPDT

Langkah ini adalah menentukan dinamika proses dari semua pasangan output controller dan proses variabel menggunakan model FOPDT atau

First Order Plus Dead Time. Langkah pertama

adalah mengambil masing-masing persamaan dari persamaan 3.22 untuk disimulasikan dengan step input. Hal ini disimulasikan di simulink seperti pada gambar berikut.

Gambar 11. Simulasi persamaan 2.21 dengan input step

• Untuk G11 yaitu pompa 1 ke tangki 1

33

.

0

=

y

208

.

0

% 63

=

y

0924

.

0

% 28

=

y

Dengan menggunakan interpolasi maka didapat nilai

sekon

t

63%

=

42

sekon

t

28%

=

17

Dari nilai tersebut dilakukan penghitungan untuk didapatkan ketiga parameter dari FOPDT, yaitu:

5

.

37

)

(

5

.

1

11 % 28 % 63 11

=

=

τ

τ

t

t

5

.

4

11 11 % 63 11

=

=

θ

τ

θ

t

33

.

0

11 11

=

=

K

u

y

K

Sehingga persamaan FOPDT nya adalah

s

e

s

u

s

y

4.5s 1 1

0

.

33

)

(

)

(

=

• Untuk G21 yaitu pompa 1 ke tangki 2

409

.

0

=

y

26

.

0

% 63

=

y

1145

.

0

% 28

=

y

Dengan menggunakan interpolasi maka didapat nilai

sekon

t

63%

=

73

sekon

t

328

=

34

Dari nilai tersebut dilakukan penghitungan untuk didapatkan ketiga parameter dari FOPDT, yaitu:

5

.

58

)

(

5

.

1

21 % 28 % 63 21

=

=

τ

τ

t

t

(8)

5

.

14

21 21 % 63 21

=

=

θ

τ

θ

t

409

.

0

21 21

=

=

K

u

y

K

Sehingga persamaan FOPDT nya adalah

s

e

s

u

s

y

14.5s 1 2

0

.

41

)

(

)

(

=

• Untuk G12 yaitu pompa 2 ke tangki 1

374

.

0

=

y

235

.

0

% 63

=

y

105

.

0

% 28

=

y

Dengan menggunakan interpolasi maka didapat nilai

sekon

t

63%

=

70

sekon

t

328

=

34

Dari nilai tersebut dilakukan penghitungan untuk didapatkan ketiga parameter dari FOPDT, yaitu:

54

)

(

5

.

1

12 % 28 % 63 12

=

=

τ

τ

t

t

16

12 12 % 63 12

=

=

θ

τ

θ

t

374

.

0

12 12

=

=

K

u

y

K

Sehingga persamaan FOPDT nya adalah

s

e

s

u

s

y

16s 2 1

0

.

374

)

(

)

(

=

• Untuk G22 yaitu pompa 2 ke tangki 2

287

.

0

=

y

1808

.

0

% 63

=

y

080

.

0

% 28

=

y

Dengan menggunakan interpolasi maka didapat nilai

sekon

t

63%

=

45

sekon

t

328

=

15

.

5

Dari nilai tersebut dilakukan penghitungan untuk didapatkan ketiga parameter dari FOPDT, yaitu:

25

.

44

)

(

5

.

1

22 % 28 % 63 22

=

=

τ

τ

t

t

75

.

0

22 22 % 63 22

=

=

θ

τ

θ

t

Sehingga persamaan FOPDT nya adalah

s

e

s

u

s

y

0.75s 2 2

0

.

28

)

(

)

(

=

Menentukan Sampling Time (T)

Langkah berikutnya adalah menentukan sampling time yang sebisa mungkin paling mendekati nilai:

)

(

)

5

.

0

(

rs rs rs

T

Min

T

Max

T

=

=

θ

• Untuk G11

4

25

.

2

)

5

.

0

(

11 11 11

=

=

T

Max

T

θ

• Untuk G21

7

25

.

7

)

5

.

0

,

.

0

(

21 21 21 21

=

=

T

Max

T

τ

θ

• Untuk G12

8

)

5

.

0

,

.

0

(

12 12 12 12

=

=

T

Max

T

τ

θ

• Untuk G22

4

.

0

374

.

0

)

5

.

0

,

.

0

(

22 22 22 22

=

=

T

Max

T

τ

θ

Untuk pembulatan dibulatkan menuju nilai integer yang lebih besar. Kemudian nilai T didapat

sekon

T

T

Min

T

4

.

0

)

(

11

=

=

3.4.1.3 Pendekatan time constant loop tertutup

CLij

τ

=

θ

rs

10

11 CL

τ

=

4

.

5

10

14

21 CL

τ

=

16

10

50

12 CL

τ

=

14

.

5

10

46

22 CL

τ

=

0

.

75

10

2

Menghitung Nilai Prediction Horizon (P)

Langkah berikutnya adalah menghitung nilai Prediction Horizon atau P menggunakan persamaan berikut ini.

+

=

+

=

5

;

1

T

k

k

T

Max

P

rs rs rs clrs

θ

τ

• Untuk G11

187

5

11 11

=

+

=

P

k

T

Max

P

τ

• Untuk G21

(9)

662

5

21 21

=

+

=

P

k

T

Max

P

τ

• Untuk G12

616

5

12 12

=

+

=

P

k

T

Max

P

τ

• Untuk G22

28

5

22 22

=

+

=

P

k

T

Max

P

τ

Karena yang dipakai adalah nilai P lebih dari 100 dan tidak terdapat dalam aturan yang dijelaskan pada bab II maka P maksimum yang dipilih nilai terbesar yaitu P = 28.

Menentukan nilai Control horizon (M)

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai control horizon (M) dimana nilai ini setara dengan 63.2% dari Settling Time subproses paling lambat dalam sistem multivariabel, atau bisa didapat dengan rumus:

      + = rs rs k T Max M τ • Untuk G11 47 11 11 =       + = M k T Max M τ • Untuk G21 162 21 21 =       + = M k T Max M τ • Untuk G12 156 12 12 =       + = M k T Max M τ • Untuk G22 8 22 22 =       + = M k T Max M τ

Karena yang dipakai adalah nilai M maksimum maka didapat dan menurut aturan yang dibuat oleh

[3]nilai M untuk G22 yaitu 8.

Simulasi dari Model Predictive Control dibuat dengan menggunakan software matlab. Ada pun simulink dari matlab MPC sebagai berikut:

Gambar 11. Simulasi Simulink MPC matlab Sedangkan untuk aplikasi MPC dalam waktu nyata (real time) dengan menggunakan labview.

Gambar 12. Program MPC labview Gambar 12 memang tidak jelas untuk lebih jelasnya silahkan hubungi peneliti.

IV Analisa Data dan Pembahasan

Hasil analisa mengenai respon plant Quadruple

tank dengan menggunakan simulasi MPC pada

matlab dengan menggunakan metode studi eksperimentaldengan nilai parameter P = 30, M= 5,Ts = 0.1 didapatkan hasil respon sebagai berikut:

Gambar 13. Simulasi MPC P = 30,M= 5,Ts = 0.1 Pada gambar 13 grafik dari sistem kendali

Model Predictive Control terlihat sangat baik

untuk dapat mengendalikan qudruple tank proses secara simulasi, hal ini dapat terlihat dari grafik yang disajikan diatas, dalam grafik tersebut terlihat bahwa overshoot dalam adalah 40.02 cm atau dapat dibilang tidak ada dan Settling Time mencapai 15 detik hal ini sunggun sangat baik, nilai Prediction Horizon dan control horizon yang didapat 30 dan 5.

Nilai dari prediction horizon and

Control horizon serta time step pertama dicari

dengan menggunakan Tuning yang telah ditetapkan oleh jurnal [7] kemudian diterapkan pada quadruple tank sesungguhnya. Data yang didapat dari plant quadruple tank sesungguhnya dimasukan kedalam persamaan dari quadruple tank model sesuai dengan jurnal [1] maka didapatkan nilai dari prediction horizon dan control horizon

(10)

adalah 28 dan 8 serta time step 0.4 detik. setpoint yang diberikan pada tangki 1 dan tangki 2 sama yaitu 25cm. Kemudian setpoint dinaikan kembali kedua buah tangki ada ketinggian 50 cm. untuk melihat hasil dari grafik penerapan model

predictive control secara waktu nyata pada quadruple tank proses dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 15 grafik waktu nyata MPC P = 28 , M = 8 Ts = 0.4

Pada gambar 15 terdapat dua buah grafik respon sistem dari quadruple tank proses, dimana grafik yang berada disebelah kiri adalah grafik untuk respon tangki 1 dengan sinyal setpoint berwarna hijau dan sinyal yang berwarna biru adalah nilai dari proses variable dari plant dalam hal ini ketinggina air, serta grafik respon

manipulated variable dari pompa 1 yang bewarna.

Kemudian grafik yang berada disebelah kanan merupakan grafik respon dari tangki 2, sinyal yang berwarna biru adalah sinyal setpoint serta yang sinyal yang berwarna merah adalah proses variable dari ketinggian tangki 2, begitu pula dengan respon

manipulated variable untuk tangki 2 dalam gambar

diatas sinyalnya berwarna biru

Pada gambar tersebut waktu yang dibutuh untuk mencapai nilai steady state dari 25 cm ke 50 adalah 89 detik dpengendalian ini dapat dikatakn baik karena sistem sedikit berosilasi dan nilai dari proses variable tangki 1 dapat memenuhi

setpoint pada angkat 50 cm sedangkan untuk

proses variabel dengan nilai overshoot tertinggi hampir 1cm atau sekitar 2 % untuk tangki 1 sedangkan tangki 2 sebesar 4% dari setpoint sedangkan untuk error steady state yang dihasilkan sebesar 4 %. Kemudian sinyal manipulated

variable berosilasi karena pada saat nilai melebihi setpoint kontroller MPC memerintah aktuator

untuk segera berada pada nilai terendah guna mengurangi ketinggian air dalam tangki kemudian pada saat ketinggian air kurang dari setpoint MPC memerintahkan aktuator untuk bekerja maksimal sehingga nilai akhir dari ketinggian tangk1 dan 2 berada diantara nilai setpoint kurang lebih 3 cm.

Hasil yang didapat dari jurnal [7] bisa dikatakan baik, kemudian dilakukan Studi

eksperimental yang digunakan membandingkan hasil tuning [7] untuk mencari nilai dari prediction

horizon dan control horizon, berdasarkan hasil Studi eksperimentalyang telah dilakukan pada

tahap simulasi nilai dari Prediction horizon dan

control horizon yang akan dicoba pada plant quadruple tank yang asli adalah P = 20,M=5 serta step time = 0. 1. Dari hasil simulasi yang telah

dilakukan pada program matlab diatas parameter ini sudah cukup baik untuk mengendalikan plant

quadruple tank proses dengan nilai dari matrik Q

dan R adalah 1 untuk matrik Q serta 0.01 untuk matrik R, setelah program labview MPC dijalankan pada plant tersebut, Maka didapatkan grafik respon dari quadruple tank proses dengan pengendalina model predictive control sebaga berikut:

Gambar 16P = 20,M =5 Ts = 0.1

Pada gambar 16 dengan nilai P = 20 dan nilai M = 5 didapatkan hasil respon plant yang baik. Pada saat setpoint diubah dari 30 cm menjadi 50 cm waktu diperlukan untuk sistem mencapai nilai steady state adalah 102 detik dengan nilai

overshoot sekitar 1.2 cm atau 2.4% dari nilai setpoint nya untuk tangki 1 sedang untuk tangki 2

waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai

steady state berkisaran sama dengan maksimal overshoot kurang dari 1 cm atau kurang dari

1%.Jika dilihat pada gambar 4.10 maka model

predictive control dapat bekerja dengan baik untuk

mengendalikan tangki 1 sedangkan pada tangki 2 sedikit terjadi undershoot yang berlebihan dikarena pompa yang digunakan kurang baik akibat faktor waktu kerja, dan juga kecepatan air yang keluar

(11)

dari tangki 2 lebih cepat dari pada tangki 1, sebenarnya hal ini dapat diatasi jika pompa yang digunakan memiliki kriteria hampir sama dengan pompa 1.

Dapat dilihat dari gambar sewaktu

manipulated variabel sudah memberikan sinyal

untuk pompa 2 bekerja maksimal ketinggian air pada tangki 2 bukan bertambah malah berakibat semakin turun hal ini disebabkan karena jumlah alir yang masuk kedalam tangki 2 belum mulai terisi kemudian setelah beberapa detik kemudian baru ketinggian air pada tangki 2 mulai beranjak naik sampai ke setpoint yang telah ditentukan. Sedangkan untuk setpoint turun dari 50 ke 20 ini merupakan perubahan setpoint yang sangat drastis karena sistem dari plant quadruple tank diturunkan 30 cm dari setpoint 50 cm. waktu yang dibutuh untuk sistem turun dari 50 ke 30 cm sampai waktu

steady state adalah 63detik dengan overshoot

sekitar 2 cm meter atau 10 % sedangkan error steady steate sekirat ± 2 cm atau 4 %, untuk sistem pada setpoint 20 cm respon tangki1 dan 2 sudah baik karena tidak ada undershoot yang berlebihan.

Kesimpulan

Dari tugas akhir yang telah dilaksanakan ini, didapat kesimpulan yaitu implemantasi MPC berhasil diterapkan untuk mengendalikan

Quadruple tank proses dengan karateristik RHP

(Right half plane). Dengan menggunakan tuning Metode Doughery and Douglas didapat parameter optimal yaitu T = 0.4 detik, P = 28, dan M = 8, sehingga didapatkan parameter proses optimal:

Maximum Overshoot = 2 % dan 4%, Error Steady State = 4% dan Settling Time = 89 detik.

Kemudian dengan menggunakan metode tuning studi eksperimental didapat parameter optimal yaitu T = 0.1 detik, P = 20, dan M = 5 sehingga didapatkan parameter proses optimal: Maximum

Overshoot = 2.4% dan 2%, Error Steady State =

4% , dan Settling Time = 102 detik, Dari hasil percobaan didapat bahwa parameter metode tuning

Doughery and Douglas relatif sedikit lebih baik

dibandingkan metode Studi eksperimental model

state space. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut. Lakukan perencanaan pemodelan ulang dengan menggunakan teknik sistem identifikasi untuk model Plant Quadruple tank yang memiliki karakeristik MIMO dengan teknik sistem identifikasi ARX atau pun state space , Pompa 2 perlu diganti agar Plant dapat berjalan dengan baik sehingga tidak ada ketimpangan dan tidak terjadi kebocoran pada plant ,Sistem pengendalian lain seperti Decoupler dan Fuzzy Model Predictive

Control dapat diterapkan dalam Plant ini untuk

penelitian selanjutnya

Daftar Pustaka

1. Johansson, Karl Henrik. “The Quadruple-Tank

Proses: A Multivariable Laboratory proses with an Adjustable Zero ", IEEE translation on

control sistem technokogy,vol 8,no 3, may 2000 2. Edward P. Gatzke, Edward S. Meadows, Chung Wang, Francis J. Doyle III., “Modelbased control of a four-tank system”, Computers and Chemical Engineering 24 (2000)

3. Ademu Victor Okpanachi, “Developing

Advanced Control strategies for a 4-Tank Laboratory proses”, Faculty of Technology

Telemark University College, Norway, 2010 4. Thomas F. Edgar,Duncan A. Mellichamp,Dale

E. seborg, “Proses Control System”, wiley ,2003

5. Profs. M. Morari, J. Lygeros,” IfA Fachpraktikum - Experiment 3.4 :Quad Tanks”,

Automatic Control Laboratory, ETH Zurich- switzerland

6. B.Roffel,B.H.L betlem,”Advanced Practical

Proses Control”,springer.

7. Danielle Dougherty,Douglas J.C,’Tuning

Guidelines of a Dynamics Matrix Controller for Integrating (Non-Self Regulating) Proses”,Ind.Eng Chem,2003

8. Model Predictive Control: an Introduction. Chemical Engineering Department, King Saud University. 2002.

9. manual book control design labview, national instrument –texas –austin 2004-2009

Biodata Peneliti:

Yani Prasetyo Lahir di Gunung Madu – Lampung pada tanggal 30 september -1986. Berhijrah dari Lampung ke tanah parahiyangan bandung tahun 2003 bersekolah di STM Negeri Pembanguan Bandung Bidang minat Kontrol Proses – Jurusan Instrumentasi Industri dan pada tahun 2007 sampai sekarang melanjutkan perjalanan mencari ilmu ke Teknik Fisika ITS Surabaya dengan bidang minat yang sama instrumentasi. Kerja praktek yang pernah dilakukan peneliti di Laboratorium Sistem Instrumentasi TF-ITB,PT Gunung Madu Plantation dan Yokogawa Indonesia. Peneliti sekarang menjabat sebagi Koordinator Laboratorium Instrumentasi dan Kontrol 2010-2011.

Gambar

Gambar 1. Schematic quadruple tank proses  Hal yang ingin dicapai  dari Quadruple tank  proses  adalah  untuk  menjaga  ketinggian  dua  tanki  dibawah yaitu tangki 1 dan tangki 2 dengan 2 buah  pompa
Gambar 2. diagram blok MPC  [4]
Gambar 4. plant Quadruple tank
Gambar 5. Driver pompa AC
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pekerja- pekerja asing ini menawarkan gaji yang rendah kepada majikan untuk bekerja di dalam pelbagai sektor dengan jaminan kualiti yang sama atau lebih baik lagi daripada

Contex SD 36 MFP 2GO Contex IQ Quatro 24 MFP 2GO Solusi dari Contex dapat mengubah printer baru atau yang sudah ada ke dalam mesin fotokopi, memberikan Anda footprint kecil yang

Pola penyebaran (distribusi) horizontal klorofil-a didominasi pada perairan yang berada dekat dengan daratan seperti sungai, muara, dan pinggir-pinggir teluk,

Dinas Perhubungan Kota Surabaya meluncurkan sebuah inovasi dengan memanfaatkan electronic government yaitu aplikasi GOBIS untuk Suroboyo Bus yang berbasis android

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat

[Data Persyaratan Teknis Mitra Kerja] [Data Persyaratan Adm inistrasi] Pelayanan Publik Pelayanan Publik Pelayanan Publik SpMg_76 SpMg_81 SpMg_84 Calon Mitra Kerja Melalui PP

Martha Friska Multatuli membutuhkan sarana dan prasarana peralatan yang lengkap dan berteknologi tinggi, supaya pelaksanaan pelayanan kesehatan dimaksud dapat