• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAHIDIN, S.Pd 1) Penelitian Tindakan Sekolah. Pengawas sekolah Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAHIDIN, S.Pd 1) Penelitian Tindakan Sekolah. Pengawas sekolah Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur. Abstrak"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL ADMINISTRASI

SEKOLAH OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR MELALUI SUPERVISI

PENDIDIKAN PADA SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN III UPT

DINDIKPORA KECAMATAN BATUR KABUPATEN BANJARNEGARA

SAHIDIN, S.Pd1)

1) Pengawas sekolah Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Abstrak

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusianya. Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu penentu tersedianya SDM yang unggul. Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana dan prasarana serta biaya sudah memenuhi standar dengan baik. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah guru yang profesional.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang dilakukan di Sekolah Dasar Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. dengan menggunakan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi : (1) wawancara mendalam (in-depth interview), (2) pengamatan terlibat (observation participation), dan (3) dokumentasi. Informan dipilih dengan menggunakan teknik pusposive sampling yang dipadukan dengan snowball sampling. Data yang terkumpul melalui teknik tersebut diorganisir, ditafsirkan, dan di analisis dalam kasus (within analysis) maupun analisis lintas kasus (cross case analysis). Kredibilitas data dicek dengan prosedur triangulasi, verifikasi data/cross check, dan pengecekan mengenai kecukupan referensi. Sedangkan dependabilitas dan konfirmabilitas dicapai melalui pengauditan oleh para pembimbing.

Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah SD Binaan meliputi: (a) Perencanaan berdasarkan visi, misi, tujuan sekolah, dan kebutuhan (need assesment), (b) Melibatkan seluruh unsur civitas akademika sekolah, (c) Melakukan rekrutmen guru GTT baru dan melakukan analisis jabatan pekerjaan, (d) dilakukan dalam rapat kerja. (2) Pengembangan yang dilakukan oleh kepala kepala SD Binaan meliputi: (a) Mengikutkan dalam diklat, seminar, maupun workshop, (b) Studi lanjut, (c) Revitalisasi KKG, (d) Membentuk forum silaturrahim antar guru, (e) Meningkatkan kesejahteraan guru, (f) Penambahan fasilitas penunjang, (g) Mengoptimalkan bimbingan konseling, (h) Studi banding ke sekolah/madrasah lain, dan (i) sertifikasi guru. Sedangkan evaluasi yang dilakukan oleh kepala kepala sekolah SD Binaan meliputi: (a) melakukan supervisi, baik secara personal maupun kelompok, (b) Teknik yang digunakan adalah secara langsung (directive) dan tidak langsung (non direcvtive), (c) Aspek penilaian dalam supervisi adalah presensi guru, kinerja guru di sekolah, perkembangan siswa, RPP, dan silabus. (d) menggunakan format Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Peningkatan hasil kinerja manajerial Administrasi sekolah oleh kepala sekolah sebesar 66% menjadi 85% kategori baik.

(2)

A.

PENDAHULUAN

Pada tingkat paling operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah masing-masing.

Dalam praktik di Indonesia, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu. Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap yang diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak di antaranya yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah menjadi kepala sekolah. Umumnya mereka tidak cocok untuk mengemban tanggung jawab manajerial. Dalam konteks ini Supriadi (Mulyasa, 2003:24) menyatakan, Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dengan demikan sangat jelas apabila ingin meningkatkan kualitas peserta didik semenjak dini maka salah satunya ditentukan oleh kinerja menejerial administrasi kepala sekolah.

Keberhasilan manajemen sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah, untuk itu diperlukan kemampuan manajerial yang handal. Menurut hasil penelitian para ahli, sekolah/madrasah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya tanpa pengelolaan yang baik, sedangkan pengelolaan sekolah yang baik mempersyaratkan kompetensi manajerial kepala sekolah yang mumpuni dan efektif.

Peranan kepala sekolah sebagai manajer dalam mengelola sekolah merupakan faktor kunci keberhasilan sekolah termasuk meningkatkan kinerja guru. Atas dasar itu, peneliti sebagai pengawas tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul: Peningkatan Kinerja Manajerial Administrasi Sekolah Oleh Kepala Sekolah Dasar Melalui Supervisi Pendidikan Pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

Rumusan masalah berhubungan dengan cakupan atau ruang lingkup masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu Peningkatan Kinerja Manajerial Administrasi Sekolah Oleh Kepala Sekolah Dasar Melalui Supervisi Pendidikan Pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, maka penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja menejerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara?

(3)

Bagaimana upaya peningkatan Kinerja Manajerial Administrasi Sekolah Oleh Kepala Sekolah Pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kompetensi manajerial Kepala Sekolah di Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dan hubuangan antara kinerja menejerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh informasi tentang kompetensi menejerial kepala sekolah di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

b. Untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai kinerja guru Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

c. Untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai berapa besar hubungan kompetensi menejerial kepala sekolah terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Dalam penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi berbagai pihak, baik baik itu bagi penulis maupun pembaca, dengan lebih terperinci manfaat penelitian ini sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan kompetensi manajerial Kepala Sekolah khususnya kepala Sekolah SD Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

b. Bagi dunia pendidikan umumnya hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai masukan bagi peningkatan kualitas siswa di Sekolah Dasar.

c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kepala sekolah dan guru di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

B.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

1. Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru menjadi Kepala Sekolah melengkapi peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang di antaranya mengatur bahwa penugasan menjadi kepala sekolah harus sesuai standar, karena kepala sekolah memegang peran penting, selain itu mutu pendidikan di sekolah bergantung pada kepala sekolahnya. Untuk itu, kepala sekolah dituntut memiliki

(4)

kemampuan kepemimpinan standar sebagaimana diamanahkan dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis dan non akademis, dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang dinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah dapat terwujud, sehingga sekolah dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai bidang.

Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar.

Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang ditetapkan pada tanggal 17 April 2007. Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi. Untuk standar kualifikasi meliputi kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah yaitu, kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun, pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat serendah-rendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala sekolah.

Dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima dimensi kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompe-tensi keribadian antara lain: (1) berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/ madrasah; (2) memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; (5) mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendi-dikan.

Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam kepemimpinan, pada dasarnya teori sifat memandang bahwa keefektifan kepemimpinan itu

(5)

berto-lak dari sifat-sifat atau karakter yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemim-pinan itu sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu, misalnya harga diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas termasuk ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin dikatakan tidak efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian yang baik.

Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi kepribadian sebagaimana disyaratkan dalam 6 kompetensi maka dijamin tidak akan ada kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam ujian (baik UASBN atau UN), etos kerja rendah, dan lain sebagainya. Sebaliknya, yang ada adalah kepala sekolah yang konsisten, dedikasi/etos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan, terbuka atas saran dan kritik, tidak mudah putus asa, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Kompetensi kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa kepemimpinan dapat diketahui sejauh mana seorang kepala sekolah memiliki jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan menggunakan perangkat SELF-DIRECTED SEARCH (SDS) yang disusun John L. Holland dapat diketahui kecenderungan seorang guru apakah cukup menjadi seorang guru atau ada bakat sebagai pemim-pin (kepala sekolah). Selain itu, kemampuan menghadapi masalah dapat diukur dengan “inventori pengurusan konflik”. Dengan perangkat ini akan diketahui kemampuan persaingan, kerjasama, kompromi, menghindar, dan penyesuaian diri.

b. Kompetensi Manajerial

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini. Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat

(6)

perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.

Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.

Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.

Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya. Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam enam gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi (1) kurikulum atau pembelajaran; (2) kesiswaan; (3) kepegawaian; (4) sarana dan prasarana; (5) keuangan; dan (6) hubungan masyarakat.

Gugusan-gususan substansi pendidikan bila disandingkan dengan substansi menajemen yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan maka akan diperoleh setidaknya 24 tugas pokok manajemen pendidikan. Misalnya: perencanaan kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, keuangan dan hubungan masyarakat.

(7)

Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 dituangkan dalam dimensi kompetensi manajerial dengan 16 kompetensinya. Dari ke-16 kompetensi tersebut, tugas manajemen dalam bidang perencanaan ada 1 kompetensi, yaitu Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan. Tahap pengorganisasian dalam permendiknas dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu: (a) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan dan (b) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.

Tugas pelaksanaan dalam permendiknas mendapatkan porsi yang paling besar. Hal ini disebabkan tugas pelaksanaan/pengelolaan merupakan inti dari manajemen. Ada 12 kompetensi yang dapat digolongkan dalam pengelolaan manajemen pendidikan. Kompetensi tersebut antara lain: (1) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; (2) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (3) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; (4) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal; (5) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah; (6) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik; (7) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (8) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien; (9) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah; (10) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (11) Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan; dan (12) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah terakomodasi dalam dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah, yaitu kurikulum, personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan hubungan masyarakat.

Selanjutnya dalam bidang pengawasan atau kontrol, kompetensi kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi 1 kompetensi, yaitu melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan

(8)

sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

Bilamana seluruh kompetensi manajerial dikuasai dan dilaksanakan dengan baik, maka terwujudnya sekolah unggul dan mandiri akan dapat dicapai. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran tersebut, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

c. Kompetensi Kewirausahaan

Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas lima kompetensi, yaitu: (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah; (2) bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; (3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah; (4) pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah; dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Ranah kompetensi nomor 1 sampai dengan nomor 4 merupakan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah di seluruh jenjang pendidikan. Sedangkan ranah ke-5, yang harus memiliki adalah kepala SMK karena bidang kegiatan pendidikan di SMK diantaranya mengelola kegiatan produksi/jasa. Bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan produksi/jasa terbatas. Kebanyakan yang ada yaitu koperasi sekolah. Walaupun demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh kepala sekolah.

Kewirausahaan dalam persekolahan, tidak harus diartikan dengan kegiatan yang mampu menghasilkan keuntungan bagi sekolah secara materiil (berupa uang). Kewirausahaan dalam yang paling penting adalah kemauan bekerja keras serta kreatif dan inovatif. Kepala sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu menghitung kelemahan dan kelebihan yang dimiliki menjadi modal awal sekolahnya. Dengan modal awal tersebut, kepala sekolah mendayagunakan untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta didik yang besar merupakan kekuatan (strenght) bagi sekolah. Orang tua peserta didik bisa dijadikan investir dengan memberikan pinjaman dana, misalnya untuk pembangunan kantin sekolah.Kantin tersebut kemudian disewakan. Hasil sewa ini, sebagian untuk cadangan pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk pendapatan sekolah.

Selain itu prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan untuk peningkatan kompetensi guru. Di zaman teknologi, informasi dan komunikasi

(9)

sekarang ini, kepala sekolah dengan kreativitas dan inovasinya mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan mengadopsi berbagai model atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya dalam hal membaca permulaan, guru dapat menggunakan metode iqra’. Dengan metode ini kemampuan membaca permulaan siswa akan mengalami perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung, guru dapat menggunakan metode berhitung jarimatika atau jari magic. Kepala sekolah menciptakan kompetisi yang sehat di sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Apalagi kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas (Class Action

Research) dihargai secara akademis.

d. Kompetensi Supervisi

Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan kegiatan insidental. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan bagai guru yang akan naik pangkat atau untuk mengisi / menilai SKP ( Sasaran Kinerja Pegawai ). Kegiatan ini dilakukan kepala sekolah dengan sekedar melakukan kunjungan kelas dan menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka selesailah kegiatan supervisi ini. Supervisi dalam pengertian intinya adalah kegiatan membantu guru bukan hanya untuk memvonis guru (benar atau salah). Kegiatan membantu guru harus dilakukan secara terencana dan sistematis bukan insidental sehingga dengan kegiatan supervisi kemampuan profesional guru dapat berkembang dengan optimal.

Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, dimensi kompetensi supervisi terdiri atas tiga kompetensi, yaitu: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; dan (4) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Kebanyakan kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru baru pada butir dua yaitu melaksanakan supervisi akademik dengan pendekatan dan teknik supervisi yang terbatas, yakni satu pendekatan dan teknik supervisi untuk semua tipe guru.

e. Kompetensi Sosial

Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization) di mana sekolah selalu berhadapan dengan stake holder. Kemampuan yang diperlukan untuk berhadapan dengan stakeholder adalah kemampun berkomunikasi dan berinteraksi yang efektif. Agar terbina hubungan yang baik antara sekolah dengan orang tua, sekolah dengan kantor/dinas yang membawahinya maka kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikannya.

(10)

Setiap kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan komunikasi. Pembagian kerja administrasi dalam manajemen pendidikan yang meliputi 6 substansi manajemen pendidikan juga memerlukan komunikasi. Ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan dalam membina hubungan sosial.

Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu mendapatkan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi kepentingan sekolah. Kompetensi yang dibutuhkan tersebut dalam permendiknas No. 13 tahun 2007 dinamakan kompetensi sosial. Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas: (1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah; (2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan (3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Sekolah supaya tidak dianggap sebagai menara gading (ivory tower) maka sekolah harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Ada beberapa kegiatan yang membutuhkan terutama di pedesaan partisipasi sekolah demi suksesnya kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya pembelajaran bagi buta aksara, kelompok belajar Paket A, B, dan C. Sekolah dapat berpartisipasi dengan menyediakan ruang kelas sebagai sarana belajar atau menyediakan guru sebagai tenaga pengajar.

2. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah

Prawirosentono ( 2001: 2) menjelaskan pengertian tentang kinerja yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, sesuai dengan moral maupun etika.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, "Kinerja" berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Balai Pustaka, 1985: 503), sedangkan Hadari Nawawi (1998: 234), menggunakan istilah "karya", yaitu hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/ material maupun nonfisik/material. Penilaian karya atau kinerja setiap pekerjaan menyangkut kemampuan pekerjaan yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

Menurut Mamduh M Hanafi (1997: 6) Manajemen dapat didefinisikan sebagai, "Proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi", dan manajer didefinisikan sebagai : "orang yang melakukan kegiatan manajemen atau keiatan proses manajemen".

(11)

Sebagai pengelola/manajer, kepala Sekolah Dasar mempunyai tugas untuk mengamankan pelaksanaan rencana kerja yang telah disusun sebelumnya, menggerakkan semua guru dan tenaga kependidikan untuk dapat bekerja optimal. Selain itu kepala Sekolah Dasar juga berkewajiban melakukan pemantauan apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana atau peraturan yang berlaku. Berdasarkan pedoman penilaian kinerja Sekolah Dasar oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Sekolah Dasar Tahun 2004, ada berbagai aspek yang harus dikuasai oleh kepala Sekolah Dasar sebagai berikut:

a. Aspek kemampuan menyusun program

1) Belum memiliki program secara tertulis.

2) Memiliki proram, tetapi tidak jelas arah/sasarannya.

3) Memiliki program secara tertulis dengan arah sasaran yang jelas tetapi tidak sesuai dengan kondisi SD.

4) Memiliki struktur organisasi dengan struktur yang jelas, disertai dengan uraian tugas tetapi penunjukan personalianya tidak sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

5) Memiliki struktur organisasi dengan struktur dan uraian tugas yang jelas, serta penunjukan personalianya sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

b. Aspek kemampuan menyusun organisasi/kepegawaian di SD

1) Belum memiliki organisasi pelaksana tugas di SD

2) Memiliki organisasi, tetapi tidak terstruktur dengan jelas.

3) Memiliki struktur organisasi dengan struktur yang jelas, tetapi tidak disertai uraian tugas.

4) Memiliki struktur organisasi dengan struktur yang jelas, disertai dengan uraian tugas tetapi penunjukan personalianya tidak sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

5) Memiliki struktur organnisasi dengan struktur dan uraian yang jelas, serta penunjukan personalianya sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

c. Aspek kemampuan menggerakkan staf

1) Belum pernah melakukan upaya, menggerakkan staf yang sedang melaksanakan tugas.

2) Ada upaya menggerakkan staf, tetapi hanya insidental (tidak terprogram)

3) Ada upaya menggerakkan staf secara terprogram, tetapi tidak memiliki catatan hasilnya.

4) Ada upaya menggerakkan staf secara terprogram, memiliki bukti catatan hasil, tetapi tidak ada evaluasi untuk peningkatan kinerja. 5) Ada upaya menggerakkan staf secara terproram, memiliki bukti catatan

(12)

hasil, serta melakukan evaluasi untuk peningkatan staf.

d. Aspek kemampuan mengoptimalkan sumber daya Sekolah Dasar

1) Belum ada program pemanfaatan sumber daya dan belum ada pelaksanaan.

2) Ada proram pemanfaatan sumber daya, tetapi belum ada pelaksanaan. 3) Ada program dan pelaksanaan, belum optimal.

4) Ada program dan pelaksanaan optimal, ada evaluasi tapi belum ada analisis.

5) Ada program, pelaksanaan optimal, ada evaluasi, ada analisis ada program tindak lanjut pemanfaatan sumber daya.

3. Hipotesis Tindakan

Hipotesis diartikan sebagai rumusan tidak pasti tentang suatu jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya (Sunaryo K, 1988: 25). Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Kepala sekolah yang memiliki Kompetensi Manajerial akan dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam mengajar di kelas, Pada Sekolah Dasar Dabin III DI UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

C.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara yang terdiri dari 8 Sekolah Dasar yakni:

No Nama SD Nama Kepala Sekolah Keterangan

1.

SDN 1 Diengkulon Suyatno, S.Pd.SD

2.

SDN 2 Diengkulon Agung Prabawati, S.Pd.SD

3.

SDN 1 Karangtengah Sulastri, S.Pd.SD

4.

SDN 2 Karangtengah Endah Wahyuningsih, S.Pd

5.

SDN 1 Kepakisan Suprayitno, A.Ma.

6.

SDN 3 Kepakisan Edy Santosa, S.Pd

7.

SDN 1 Bakal Tukimin, S.Pd.SD

8.

SDN 2 Bakal Winarsih, S.Pd

Alasan utama dari hasil pengamatan langsung dan informasi yang di terima, bahwa Kepala Sekolah Dasar di Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara belum memiliki kompetensi manajerial yang mumpuni

(13)

sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah masing-masing. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima dan mengingat juga dengan tugas-tugas kepala sekolah yang sangat banyak dan kompleks.

2. Perencanaan Tindakan

1. Jenis Tindakan nyatanya adalah melatih dan membimbing kepala sekolah dengan timnya dalam meninkatkan kompetensi manejerial yang baik yang sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah.

2. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan masalah atau hambatan dalam menyusun menerapkan menejerial yang baik

b. Penyampaian informasi dari peneliti tentang cara penyusunan menejerial yang baik

c. Memberi contoh model menejerial yang baik

d. Melatih kepala sekolah menyusun menejerial administrasi yang baik e. Membimbing langsung kepala sekolah dalam menyusun menejerial

administrasi yang baik baik secara individu maupun kelompok f. Mengoreksi menejerial yang baik yang telah disusun

Pelaksanaan penelitian menetapkan setting dua siklus, pada masing-masing siklus dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan penelitian, (2) pelaksanaan penelitian, (3) observasi/ evaluasi, dan (4) refleksi.

3. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I

1) Perencanaan Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan Maret 2015 di 8 Sekolah Dasar Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara pada jam sekolah yaitu dari jam 08.00 – 13.00 setiap pertemuan. Perencanaan penelitian ini meliputi : 1) Rapat koordinator antara pengawas, kepala sekolah, ketua komite, dan

guru dari masing-masing Sekolah Dasar Dabin III DI UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

2) Mendata dan mengelompokkan Kepala Sekolah 3) Penentuan jadwal dan tempat pertemuan

4) Menyiapkan bahan bahan yang diperlukan dalam meningkatkan kompetensi menejerial yang baik .

5) Menentukan Format Observasi serta instrumen/Pormat penilaian menejerial yang baik .

(14)

6) Kegiatan penelitian tindakan pada siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan dengan kegiatan berkelanjutan.

2) Pelaksanaan Penelitian Pertemuan I

a. Mendiskusikan tentang permasalahan dalam menyusun

menejerial administrasi yang baik

b. Penyampaian informasi tentang cara penyusunan menejerial

administrasi yang baik serta memberikan contoh model

menejerial administrasi yang baik

c. Mengkaji contoh model menejerial administrasi yang baik

dalam kelompok

d. Menetapkan format menejerial administrasi yang baik .

Pertemuan II

a. Kepala Sekolah menyusun menejerial administrasi yang

baik dalam kelompok

b. Presentasi menejerial administrasi yang baik yang telah

disusun di kolompok masing masing

c. Tersusunnya menejerial administrasi yang baik minimal

yang sesuai dengan karakteristik sekolah masing masing.

Pertemuan III

a) Kepala Sekolah merevisi menejerial administrasi yang baik

yang telah dipresentasikan .

b) Presentasi menejerial administrasi yang baik di kelas.

c) Tanggapan / umpan balik terhadap hasil karyanya.

d) Dihasilkan menejerial administrasi yang baik yang optimal.

Pertemuan IV

1) Revisi menejerial administrasi yang baik hasil presentasi

2) Presentasi menejerial administrasi yang baik di kelas

3) Tersusunnya menejerial administrasi yang baik final sesuai

denga kondisi dan situasi sekolah.

3) Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat Kepala Sekolah menyusun menejerial administrasi yang baik di setiap pertemuan, baik secara individu maupun kelomppok. Pengamatan dilakukan terhadap setiap Kepala Sekolah tentang kerjasama, aktivitas, presentasi dalam

(15)

menyusun menejerial administrasi yang baik dengan menggunakan format observasi.

Tabel 3.1.

Format observasi Menejerial Administrasil Kepala Sekolah No Nama Kepala

Sekolah

Aspek

Bahan Kerjasama Aktivitas Presentasi 1 Suyatno, S.Pd.SD 2 Agung Prabawati, S.Pd.SD 3 Sulastri, S.Pd.SD 4 Endah Wahyuningsih, S.Pd 5 Suprayitno, A.Ma. 6 Edy Santosa, S.Pd 7 Tukimin, S.Pd.SD 8 Winarsih, S.Pd

Adapun skala yang digunakan adalah sekala Likert dengan lima katagori sikap yaitu : sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kolom yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut: skor 5 = sangat tinggi, skor 4 = tinggi, skor 3 = sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1 = sangat rendah. Sehingga skor maksimal adalah 4 x5 = 20. Untuk mendapatkan nilai digunakan rumus :

Jumlah skor perolehan NK = --- x 100

Jumlah skor maksimal

Setelah diperoleh nilai, maka nilai tersebut ditransfer ke dalam bentuk kualitatif untuk memberikan komentar bagaimana kualitas sikap guru yang diamati dalam menyusun menejerial administrasi yang baik dengan kategori sebagai berikut :

Tabel 3.2 Tabel Kategori Sikap

No Skor Kategori Sikap

1 90 - 100 A (baik sekali)

2 80 - 89 B (baik)

3 65 - 79 C ( cukup baik ) 4 55 - 64 D ( kurang ) 5 0 - 54 E ( sangat kurang )

(16)

Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap hasil penyusunan menejerial administrasi yang baik pada akhir pertemuan siklus pertama dengan menggunakan format evaluai menejerial administrasi yang baik (terlampir). Adapun aspek yang dinilai adalah:

1) kelengkapan elemen menejerial administrasi yang baik 2) kejelasan tujuan menejerial administrasi yang baik

3) ketepatan/ kesesuaian program dengan tujuan menejerial administrasi yang baik

4) kemanfaatan program

5) strategi implementasi /pelaksanaan 6) rencana realistik dan dapat dicapai 7) kelayakan anggaran biaya

8) optimalisasi sumberdaya sekolah

9) sustainbilitas/ kemampuan berkelanjutan

10) pembuatan planning dilakukan secara partisipatif.

Cara melakukan penilaian dengan cara memberi skor pada kolom yang tersedia sebagai ketentuan sebagai berikut:

1) skor 5 jika unsur yang dinilai sangat sesuai dengan kriteria, 2) skor 4 jika unsur yang dinilai sesuai dengan kriteria, 3) skor 3 jika unsur yang dinilai cukup sesuai dengan kriteria, 4) skor 2 jika unsur yang dinilai kurang sesuai dengan kriteria,

5) skor 1 jika unsur yang dinilai tidak sesuai / sangat kurang dengan kriteria.

6) Sehingga skor maksimal adalah 10 x 5 = 50.

Menurt Koyan, ( dalam Suparma 2006 ) hasil penilaian dikatakan layak jika memiliki nilai 65. Adapun kategori/ predikat hasil penilaian adalah sebagai berikut: 90 – 100 = A (baik sekali)

80 – 89 = B ( baik ) 65 – 79 = C ( cukup baik) 55 – 64 = D ( kurang )

0 – 54 = E ( sangat kurang )

Dalam penilaian menejerial administrasi yang baik ini kategori/ predikat hasil penilaian yang digunakan adalah:

A = sangat layak/ baik sekali B = layak/ baik

C = cukup layak/ cukup D = tidak layak/ kurang

(17)

E = sangat tidak layak/ sangat kurang 4) Refleksi

Bedasarkan hasil observasi yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan penyusunan menejerial administrasi yang baik dan hasil evaluasi menejerial administrasi yang baik yang disusun pada akhir petemuan siklus dilakukan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk merencanakan penyempurnaan dan perbaikan pada siklus II. Bila kepala sekolah memperoleh skor dalam penilaian menejerial administrasi yang baik final sama/lebih besar dari 65 maka kepala sekolah tersebut dinyatakan berhasil atau layak. Jika kurang dari 65, maka kepala sekolah tersebut dinyatakan gagal. Kepala sekolah yang gagal diprogramkan untuk mengikuti siklus II.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Pada tahap ini dilaksanakan penyusunan menejerial administrasi yang baik oleh Kepala Sekolah di SDN binaan penulis yang belum mencapai hasil maksimal pada siklus I. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015, pada jam sekolah dari jam 08.00–13.00 WIB setiap pertemuannya. Berdasarkan observasi dan refleksi pada siklus I dilakukan perbaikan terhadap strategi dan penyempurnaan pelaksanaan workshop.

2) Pelaksanan

Pada prinsipnya langkah langkah pelaksanan tindakan pada siklus I diulang pada siklus II dengan modifikasi dan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I . Kegiatan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut :

Pertemuan I

a. Mendiskusikan tentang permasalahan atau hambatan dalam penyusunan menejerial administrasi yang baik dibantu oleh Kepala Sekolah yang sudah berhasil

b. Mempresentasikan hasil ( menejerial administrasi yang baik )yang Sudah dibuat dalam kelompok

c. Tersusunnya menejerial administrasi yang baik yang optimal Pertemuan II :

1) Revisi menejerial administrasi yang baik hasil presentasi

2) Presentasi menejerial administrasi yang baik di kelas

3) Tersusunnya menejerial administrasi yang baik final sesuai

dengan kondisi dan situasi sekolah.

(18)

3) Observasi dan evaluasi

Observasi dilakukan oleh peneliti saat Kepala Sekolah menyusun menejerial administrasi yang baik pada saat pertemuan , baik secara individu maupun kelompok. Pengamatan dilakukan terhadap sikap guru dalam dalam menyusun menejerial administrasi yang baik dengan menggunakan format observasi yang digunakan pada siklus I. Sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan siklus II dengan menggunakan format penilaian yang sama dengan aspek pada siklus I . Cara melakukan penilaian terhadap hasil menejerial administrasi yang baik yang disusun sama dengan pada siklus I.

4) Refleksi

Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan dan hasil evaluasi pada akhir pertemuan siklus dilakukan refleksi. Bila Kepala Sekolah memperoleh skor dalam penilaian menejerial administrasi yang baik sama atau lebih besar dari 65, maka Kepala Sekolah tersebut dinyatakan berhasil, jika kurang dari 65 dinyatakan gagal. Kepala Sekolah yang gagal perlu ada pemikiran tindakan selanjutnya.

D.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Tindakan

Penelitian ini dilaksakan sesuai dengan perencanaan yang disusun dengan tahapan sebagai berikut ;

a. Siklus I

Berdasarkan pengamatan awal oleh penulis sekaligus pengawas di Sekolah Dasar Dabin III UPT Didndikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara sebagian besar Kepala Sekolah belum paham tentang cara menyusun menejerial administrasi yang baik, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang mereka dapatkan. Sementara ini sebagian besar Kepala Sekolah menyelenggarakan sekolah tidak menggunakan menejerial administrasi yang baik hanya berdasarkan tekstual dan prosedural saja.

Kegiatan diawali dengan mendiskusikan tentang permasalahan yang dihadapi dalam menyusun menejerial administrasi yang baik melalui kelompok yang dilajutkan dengan penyampaian informasi tentang cara menyusun menejerial administrasi yang baik serta memberikan contoh model menejerial administrasi yang baik. Masing-masing kelompok mengkaji contoh model menejerial administrasi yang baik yang diberikan, kemudian menetapkan format menejerial administrasi yang baik yang digunakan. Setelah menyepakati format yang digunakan kepala sekolah mulai menyusun menejerial administrasi yang baik dalam kelompok sekolah masing-masing.

(19)

Hasil pengamatan/ obserfasi tentang sikap guru dalam menyusun menejerial administrasi yang baik pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Hasil Observasi ( siklus I )

No Nama Kepala

Sekolah

Aspek Skor Nilai Kategori

Bahan Kerjasama Aktivitas Presentasi

1 Suyatno,S.Pd.SD 4 4 4 4 16 80 Baik

2 Sulastri,S.Pd.SD 4 4 3 4 15 75 Cukup

3 Suprayitno, A.Ma 4 3 4 4 15 75 Cukup

4 Tukimin, S.Pd.SD 3 4 4 3 14 70 Cukup 5 Endah Wahyuningsih, S.Pd. 3 3 3 4 13 65 Cukup 6 Winarsih, S.Pd 3 4 3 3 13 65 Cukup 7 Agung Prabawati, S.Pd.SD 3 3 3 4 13 65 Cukup

8 Edy Santosa, S.Pd 3 3 3 3 12 60 Cukup

Rata-Rata 3.0 3.5 3.3 3.5 13.3 66

Sebaran data dapat ditampilkan dalam grafik berikut:

Gambar 4.1 Hasl Observasi Siklus 1

Sedangkan hasil penelitian menejerial administrasi yang baik final yang telah disusun oleh kepala sekolah sebagai berikut :

Data yang diperoleh dari hasil observasi dari siklus I ini, sikap kepala sekolah dalam menyusun menejerial administrasi yang baik cukup baik dengan rata-rata nilai 66%. Kepala sekolah sangat antusias melaksanakan penyusunan menejerial administrasi yang baik. Sedangkan dari hasil penilaian terhadap menejerial administrasi yang baik yang disusun oleh kepala sekolah dalam katagori cukup dengan rata-rata 65%.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Skor yang diperoleh

Bahan Kerjasama Aktivitas Pre sentasi

(20)

Memperhatikan hasil pada siklus I peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh. Hambatan-hambatan yang ditemukan pada sikus I seperti efektivitas penyampaian informasi-informasi tentang cara penyusunan menejerial administrasi yang baik yang masih bersifat umum terbukti kepala sekolah belum mencapai nilai maksimal pada aspek 1 yaitu kelengkapan elemen menejerial administrasi yang baik, aspek 2 yaitu, tentang kejelasan tujuan menejerial administrasi yang baik, aspek 3, tentang ketepatan/ kesesuaian program dengan tujuan menejerial administrasi yang baik, aspek 4 yaitu kemanfaatan program, aspek 5 yaitu strategi implementasi/ pelaksanaan dan aspek 6 tentang optimalisasi sumber daya sekolah belum mencapai nilai maksimal dan belum optimalnya bimbingan/informasi yang diberikan secara individual maupun kelompok dalam penyusunan menejerial administrasi yang baik . Hambatan tersebut disempurnakan dalam siklus II.

b. Siklus II

Pada siklus II kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyusunan menejerial administrasi yang baik di siklus I. Peneliti menjelaskan lebih rinci tentang cara penyusunan menejerial administrasi yang baik utamanya pada aspek 1 yaitu bagaimana cara merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah (kelengkapa elemen menejerial administrasi yang baik ).

Aspek 2 yaitu bagaimana merumuskan tujuan menejerial administrasi yang baik agar menjadi jelas. Aspek 3 yaitu bagaimana menyesuaikan program dengan tujuan menejerial administrasi yang baik . Aspek 4 , bagaimana menyusun program agar betul betul bermanfaat. Aspek 5 yaitu bagaimana menyusun strategi implementasi pelaksanan. Aspek 6 , bagaimana mengoptimalisasi sumber daya sekolah. strategi implementasi/ pelaksanaan serta memberikan bimbingan lebih intensif terhadap kepala sekolah yang memperoleh nilai kurang pada siklus I.

Format menejerial administrasi yang baik yang digunakan sesuai dengan format yang disepakati pada siklus I sehingga kegiatan selanjutnya adalah menyusun menejerial administrasi yang baik yang dibimbing oleh peneliti dan dibantu oleh kepala sekolah yang sudah mampu menyusun menejerial administrasi yang baik dengan katagori baik. Yang dilanjutkan dengan mempresentasikan menejerial administrasi yang baik yang telah disusun.

Dari hasil observasi terhadap sikap kepala sekolah pada siklus II ini tidak banyak mengalami perubahan bahkan kepala sekolah lebih meningkatkan kerjasamanya. Hasil observasi siklus II dapat disajikan sebagai berikut :

(21)

Data hasil observasi ( siklus II )

No Nama Kepala

Sekolah

Aspek Skor Nilai Kategori

Bahan Kerjasama Aktivitas Presentasi

1 Suyatno,S.Pd.SD 4 5 4 5 18 90 Baik

2 Sulastri,S.Pd.SD 4 5 5 4 18 90 Baik

3 Suprayitno, A.Ma 4 5 4 5 18 90 Baik

4 Tukimin, S.Pd.SD 5 5 4 5 19 95 Baik 5 Endah Wahyuningsih, S.Pd. 4 4 4 4 16 80 Baik 6 Winarsih, S.Pd 4 5 4 5 18 90 Baik 7 Agung Prabawati, S.Pd.SD 3 5 4 3 15 75 Cukup

8 Edy Santosa, S.Pd 4 5 4 4 17 85 Baik

Rata-Rata 4.0 4.8 4.0 4.3 17.0 85.0

Berdasarkan table dapat kami sajikan dalam gambar berikut:

Gambar 4.2 Hasil Observasi Siklus 2

Sedangkan hasil penilaian terhadap menejerial administrasi yang baik yang telah disusun oleh Kepala Sekolah adalah sebagai berikut:

Data yang diperoleh dari hasil observasi pada siklus II sikap kepala sekolah dalam menyusun menejerial administrasi yang baik, dengan rata-rata nilai 85%, kepala sekolah sangat antusian melaksanakan penyusunan menejerial administrasi yang baik. Sedangkan dari hasil penilaian terhadap penilaian menejerial administrasi yang baik yang disusun oleh kepala sekolah diperoleh rata-rata 85% dengan katagori baik.

Memperhatikan hasil pada siklus II melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini sudah ada peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun menejerial administrasi

(22)

yang baik walaupun belum maksimal yaitu 66% menjadi 85%. Sehingga Dapat disajikan dalam tabel berikut:

Gambar 4.3. Peningkatan hasil Kinerja manajerial Kepala Sekolah 2. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitiain merupakan suatu kajian terhadap hasil temuan yang ada hubungannya dengan jawaban permasalahan penelitian yang telah dinyatakan dalam bab sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa untuk skor rata-rata variabel X (Kinerja Manajerial Administarsi sekolah oleh Kepala Sekolah) adalah sebesar 86%. Ini menunjukan bahwa Kinerja Manajerial Administarsi sekolah oleh Kepala Sekolah di 8 Sekolah Dasar binaan termasuk pada kategori baik.

Variabel kinerja menejerial administrasi sekolah kepala sekolah ini terbagi menjadi 4 indikator, yaitu: merumuskan visi dan misi Sekolah Dasar, merumuskan program tahunan, merumuskan program semester, mekanisme evaluasi pelaksanaan program yang sistematis. Untuk pembahasan tiap indikator variabel kinerja menejerial administrasi sekolah Kepala Sekolah di 8 Sekolah Dasar binaan penulis adalah sebagai berikut:

a. Aspek Penyusunan Program

Aspek penyusunan program mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Untuk indikatornya dapat dirinci sebagai berikut:

1) Kinerja menejerial administrasi sekolah kepala sekolah diperlihatkan dengan merumuskan visi dan misi Sekolah Dasar dengan sangat baik. Hal ini berarti, visi dan misi Sekolah Dasar yang ada pada masing-masing Sekolah Dasar telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh para kepala sekolah bekerjasama dengan para guru di sekolah tersebut. Visi merupakan acuan pokok bagi semua kegiatan yang dilakukan di Sekolah. Oleh karena itu selain merumuskan, visi juga harus disosialisasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelenggaraan Sekolah, seperti Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang Tua, Komite Sekolah dan stake holder lainnya. Misi adalah jalan atau cara yang dipilih untuk

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 S ikl us I S ikl us II Prosentase Hasil

(23)

melakukan aktivitas dalam rangka menuju atau mewujudkan visi.Oleh karenanya, dalam menetapkan dan merumuskan misi, perlu dilandasi oleh nilai-nilai dasar dan keyakinan dasar.

2) Rata-rata penyusunan program tahunan telah dilaksanan dengan sangat baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah selalu menyusun program pembelajaran Sekolah dengan sangat baik.

3) Rata-rata penyusunan program semester dalam kategori yang baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa kepala sekolah bersama-sama dengan guru membuat program semester dengan baik.

4) Mekanisme evaluasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam kategori yang sangat baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kepala sekolah selalu melaksanakan evaluasi terhadap program pembelajaran di Sekolah binaannya.

b. Aspek Penyusunan Organisasi/kepegawaian di SD

Penyusunan organisasi/kepegawaian di Sekolah Dasar yang dilakukan oleh kepala sekolah, termasuk dalam kategori baik. Untuk indikatornya dapat dirinci sebagai beitikut.

1) Rata-rata kinerja kepala sekolah dalam menyusun susunan kepegawaian berada dalam kategori sangat baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah telah mampu menyusun susunan kepegawaian yang ada di SD tersebut 2) Rata-rata Kemampuan Kepala Sekolah dalam mengadakan kepegawaian

pendukung seperti psikolog anak dan pakar pendidikan berada dalam kategori baik. Hal tersebut menandakan bahwa kepala sekolah telah melakukan kerjasama dengan psikolog anak atau pakar pendidikan guna menunjang pelayanan pada anak didik.

3) Rata-rata kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun kepanitiaan untuk kegiatan temporer dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menandakan bahwa kepala sekolah telah mampu menyusun kepanitiaan untuk kegiatan yang bersifat temporer dengan sangat baik.

4) Rata-rata kepala sekolah dalam melakukan evaluasi program kegiatan belajar mempunyai dalam kategori sangat baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah selalu melakukan evaluasi program kegiatan belajar dengan sangat baik.

c. Aspek Menggerakan Staf

Kinerja menejerial administrasi sekolah Kepala Sekolah dalam kemampuannya menggerakan staf mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Untuk indokatornya memberikan arahan yang dinamis, bekerjasama dalam penyusunan program dan memberikan penghargaan dan peringatan diuraikan sebagai berikut:

1) Rata-rata kepala Sekolah Dasar memberikan arahan yang dinamis kepada para guru dalam kategori sangat baik. Hal tersebut berarti kepala Sekolah

(24)

selalu memberikan arahan yang dinamis sesuai dengan kebutuhan dengan sangat baik.

2) Rata-rata kepala sekolah untuk bekerjasama dalam penyusunan program bersama-sama dengan guru dalam kategori sangat baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah selalu bekerjasama dengan para guru untuk menyusun program pembelajaran.

3) Rata-rata kepala sekolah dalam memberikan penghargaan dan peringatan kepada para guru berada dalam kategori baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah sering memberikan penghargaan kepada para guru yang berprestasi, namun selain itu kepala sekolah juga sering memberikan peringatan kepada guru yang dianggap melanggar peraturan.

d. Aspek mengoptimalkan sumber daya Sekolah Dasar

Kinerja menejerial administrasi sekolah, kepala sekolah dalam mengoptimalkan sumber daya sekolah mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Untuk indikatornya memanfaatkan sumber dana milik SD, memanfaatkan sarana dan prasarana Sekolah Dasar secara optimal, merencanakan pengadaan sarana yang diperlukan, merawat sarana dan prasarana Sekolah Dasar, memanfaatkan Sumber Daya Manusia secara optimal dan perencanaan pengembangan guru SD, diuraikan sebagai berikut:

1) Rata-rata kepala sekolah dalam memanfaatkan sumber dana milik SD mempunyai skor rata-rata yang baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah sering memanfaatkan sumber dana milik SD dengan baik, walaupun dalam kenyataannya sumber dana yang dimiliki oleh beberapa SD sangat minim, hal tersebut berdampak pula kepada penyediaan fasilitas yang seadanya.

2) Rata-rata kepala sekolah dalam memanfaatkan sarana dan prasarana SD secara optimal mempunyai skor rata-rata yang baik. Hal tersebut manggambarkan bahwa kepala sekolah sering memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia secara optimal sebagai penunjang pembelajaran anak didik dengan baik.

3) Rata-rata kepala sekolah dalam merencanakan pengadaan sarana yang diperlukan mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Hal tersebut bararti kepala sekolah selalu melakukan perencanaan dalam pengadaan sarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran SD dengan sangat baik Kegiatan pengadaan sarana SD dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan yang matang. Namun sebelurn sarana SD diadakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, SD (Depdiknas: 2003) yaitu:

a) Melakukan analisis GBOKB-SD dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara kemampuan-kemampuan yang akan dicapai, jenis kegiatan yang akan dilakukan dan sarana SD yang dibutuhkan. b) Mencatat sarana yang sudah ada yang masih dapat digunakan.

(25)

KBM.

d) Merencanakan pengadaan sarana SD yang akan digunakan dengan membeli, membuat sendiri, memanfaatkan lingkungan atau mengembangkan sarana yang telah ada di SD, dengan mempertimbangkan dana yang tersedia.

4) Rata-rata kepala sekolah dalam merawat sarana dan prasarana yang ada di SD mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Hal tersebut berarti kepala sekolah selalu merawat sarana dan prasarana yang ada dengan sangat baik. 5) Rata-rata kepala sekolah dalam memanfaatkan sumber daya manusia

secara optimal mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa kepala sekolah selalu memanfaatkan sumber daya manusia yang ada pada organisasi (SD) secara optimal.

6) Rata-rata kepala sekolah dalam usaha pengembangan guru SD mempunyai skor rata-rata yang sangat baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa kepala sekolah selalu berusaha untuk mengadakan pengembangan kompetensi guru SD. Program pembinaan dan pengembangan guru tersebut, disusun sedemikian rupa sehingga setiap pelaksanaan pembinaan mempunyai dampak yang positif bagi guru dalam meningkatkan kemampuannya yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar.

E.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data penelitian ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Kinerja Manajerial administrasi sekolah oleh Kepala Sekolah di SD binaan penulis termasuk dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan nilai rata-rata 85 kategori BAIK. Hal ini berarti bahwa kinerja menejerial administrasi sekolah oleh kepala sekolah di 8 SD binaan penulis dalam keadaan yang baik, kondisi ini terlihat dari indikator indikator kinerja kepala SD yang mempunyai kecenderungan positif, yaitu: sudah dapat merumuskan visi dan misi SD, merumuskan program tahunan, merumuskan program semester dan mempunyai mekanisme evaluasi pelaksanaan program secara sistematis.

2. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian, maka pada kesempatan kali ini peneliti akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Guru-guru di 8 Sekolah Dasar Negeri binaan penulis sebagai pendidik yang langsung berhubungan dengan anak didik, alangkah baiknya jika setiap guru mampu memahami bagaimana melakukan pengelolaan pembelajaran secara menyenangkan tetapi tidak terlepas dari unsur pendidikannya. Oleh karena

(26)

itu hendaknya para pendidik senantiasa melakukan usaha pengembangan kompetensi akademik, seperti mengikuti seminar, lokakarya, atau mencari informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran di SD baik melalui media elektronik maupun media masa. Dengan demikian para pendidik diharapkan mampu mengetahui dengan jelas apa saja yang menjadi kebutuhan anak didiknya di lingkungan tempat dia mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Hechinger, F. 1981. Effective School, Effective Principal. Reston, VA: NASSP. Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Manajemen Sekolah Dasar. Bahan Diklat ToT Calon Kepala Sekolah dan Pengawas.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penyusunan Rencana Strategis dalam Pengembangan Sekolah Dasar. Makalah Dilat

ToT Calon Kepala Sekolah dan Pengawas. Tidak Diterbitkan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Citra Umbara.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Agus Tulus. ( 2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Airlangga.

Akdon, (2002). Identifikasi Faktor-Faktor Kemampuan Manajerial Yang Diperlukan Dalam Implementasi School Based Management (SBM) Dan Implikasinya Terhadap Program Pembinaan Kepala Sekolah. Bandung: Jumai Adpend UPI. Ali, M. ( 2004). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: ANGKASA

Arifin, E. ( 2003). Dasar-Dasar Penulisan Karangan llmiah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Arikunto, S. (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2003). Program Kegiatan Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta.

Mulyasa, E. (2003), Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan Manajemen Berbasis Sekolah dan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(27)

Oteng Sutisna. (1983). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

S Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Santoso, S. (2002). Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Citra Pendidikan.

Solehuddin, M. (2000). Konsep Casar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Subino. ( 2001). Bimbingan, Rancangan, Pelaksanaan, Analitik dan Penulisan. Bandung: ABA Yapari.

Sudjana, N. (1991). Tuntunan Penuhsan Karya llmiah. Bandung: Sinar Baru.

Sugiarto, D.S. (2000). Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (1997). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: IKAPI.

Gambar

Tabel 3.2 Tabel Kategori Sikap
Gambar 4.2 Hasil Observasi Siklus 2
Gambar 4.3. Peningkatan hasil  Kinerja manajerial Kepala Sekolah  2.  Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Focus pada penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor yang dipertimbangakn Investor dalam melakukan keputusan berinveestasi di Pasar Modal Syariah dengan

Pemasaran hasil-hasil peternakan serta alat-alat.dan bahan-bahan peternakan termaksud dalam Pasal 5 ayat (2), sepanjang usaha ini belum dilakukan atau belum dapat

Rekomendasi Khusus yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus Daerah terdiri dari 4 (empat) rangkap yaitu rangkap ke 1 untuk diberikan kepada orang yang bersangkutan,

Kadar Pb pada daging kerang yang direndam dengan menggunakan Aquadest dan air perasan jeruk nipis selama 30 menit dan 60 menit mengala- mi penurunan dari kadar Pb

Awal mula dari Bluetooth adalah sebagai teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM ( Industrial, Scientific and

Usaha yang akan saya jalankan yaitu produk barang berupa aksesoris hijab seperti bross yang terbuat dari pita dan kain siffon, dangan memilih usaha ini saya yakin usaha saya akan

After these procedures, the luminance and color coordinates measured for the dot-matrix area shall meet the following criteria:.. - Luminance change rate: within +/- 10% of the

Taruna untuk kategori umur > 17-19 tahun memberikan nilai tertinggi pada unsur pelayanan nomor dua belas yaitu kepastian j adwal pelayanan dengan nilai , (tiga