• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hal. 1. Pemenuhan MEF Alutsista dalam Mendukung Kekuatan Pertahanan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hal. 1. Pemenuhan MEF Alutsista dalam Mendukung Kekuatan Pertahanan Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 01, Ed 5, April, 2021

Pemenuhan MEF Alutsista dalam

Mendukung Kekuatan Pertahanan

Indonesia

Hal. 1

Evaluasi Kinerja Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) Dalam

Pengembangan Ekonomi Daerah

Hal. 3

Penanganan Isu Terorisme di

Indonesia

(2)

Penanggung Jawab

Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.

Pemimpin Redaksi

Rendy Alvaro

Redaktur

Ratna Christianingrum * Ade Nurul Aida Tio Riyono * Riza Aditya Syafri

Editor

Satrio Arga Effendi

Sekretariat

Husnul Latifah * Musbiyatun Memed Sobari * Hilda Piska Randini

Budget Issue Brief Kesejahteraan Rakyat ini diterbitkan oleh Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian DPR RI. Isi dan hasil penelitian dalam tulisan-tulisan di terbitan ini sepenuhnya tanggung jawab para penulis dan bukan merupakan pandangan resmi Badan Keahlian DPR RI.

Indonesia ... 1

Evaluasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam Pengembangan

Ekonomi Daerah ... 3

Penanganan Isu Terorisme di Indonesia ... 5

(3)

Politik dan Keamanan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 5, April 2021 1

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

Pembangunan postur pertahanan telah ditetapkan sebagai satu kebijakan di bidang pertahanan yang komprehensif dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mewujudkan pertahanan yang handal. Dalam pembangunan postur pertahanan, pemerintah Indonesia menggunakan konsep capability-based planning, yang tertuang dalam program Kekuatan Pokok Minimum (Minimum

Essential Force/MEF). MEF merupakan standar kekuatan pokok

minimum TNI, yang harus disiapkan sebagai prasyarat utama dan mendasar bagi terlaksananya tugas pokok dan fungsi TNI secara efektif dalam menghadapi ancaman yang sesungguhnya.

Pembangunan MEF disusun berdasarkan pada: pertama, skala prioritas dalam menghadapi ancaman aktual dengan tidak mengesampingkan ancaman potensial (threat based design); kedua, kemampuan yang menjadi kemandirian (capability based defense); ketiga, berdasarkan pada penganggaran sesuai kemampuan ekonomi negara; dan keempat, dapat terwujudnya faktor penggentar (deterrence factor) sebagai bagian dalam mewujudkan saling percaya dengan negara sahabat. Penyelenggaraan pembangunan MEF TNI dilaksanakan melalui empat strategi yang meliputi: revitalisasi, rematerialisasi, relokasi, pengadaan dan ditambah dengan strategi penghapusan. Keempat strategi tersebut bergantung pada konsistensi, komitmen dan kontinuitas dari sistem penyelenggaraan MEF (baik di Mabes TNI maupun TNI, AD, TNI AL dan TNI AU). Selain kebijakan bidang organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM), MEF TNI juga berlandaskan kepada kebijakan alutsista.

Pembangunan alutsista sendiri, baru dimulai Indonesia pada 2010 yang dilaksanakan dalam beberapa tahap dimana tiap tahapnya berjarak waktu selama 5 tahun. Tahap I (pertama) MEF dimulai sejak tahun 2010 hingga tahun 2014, tahap II (kedua) berlangsung dari tahun 2015 hingga 2019, tahap III (ketiga) dilaksanakan dari tahun 2020 hingga 2024, dan tahap IV (keempat) akan direncanakan dari tahun 2025 hingga 2029. Sejauh mana capaian kebijakan MEF alutsista tersebut, lebih lanjut akan dibahas pada bagian berikutnya.

Target dan Capaian Pemenuhan MEF Alutsista

Saat ini, Indonesia telah memasuki MEF tahap III, dimana fokus pembangunan MEF dalam tahap ini yaitu mendukung postur

• MEF merupakan standar kekuatan pokok minimum TNI, yang harus disiapkan sebagai prasyarat utama dan mendasar bagi terlaksananya tugas pokok dan fungsi TNI secara efektif dalam menghadapi ancaman yang sesungguhnya;

• Pembangunan alutsista Indonesia, dimulai pada 2010 yang dilaksanakan dalam beberapa tahap dimana tiap tahapnya berjarak waktu selama 5 tahun;

• Capaian MEF baik tahap I maupun tahap II, masih di bawah target yang

telah ditetapkan, Hingga 27

September 2019, MEF tahap II baru mencapai 63,19% dari target 75,54%. Sementara, capaian MEF TNI AU paling rendah diantara TNI AD dan TNI AL;

• Realisasi anggaran MEF aspek

Alutsista Tahun 2015-2019

dihadapkan dengan Renbut mencapai 29,39%, bila dihadapkan dengan Baseline anggaran mencapai 43,80%; • Percepatan pemenuhan MEF sangat

dibutuhkan, salah satunya dengan melakukan diplomasi pertahanan kepada sejumlah Negara.

HIGHLIGHT

Komisi I

Pemenuhan MEF Alutsista dalam Mendukung Kekuatan

Pertahanan Indonesia

POLITIK DAN KEAMANAN

PUSAT KAJIAN

ANGGARAN

Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.

Redaktur: Rendy Alvaro · Ratna Christianingrum · Ade Nurul Aida · Tio Riyono · Satrio Arga Effendi · Riza Aditya Syafri

(4)

@puskajianggaran puskajianggaran

www.puskajianggaran.dpr.go.id

Ideal, pertumbuhan industri jangka menengah, serta peningkatan kerjasama internasional.

Capaian Pembangunan Alutsista Tiap Tahapan MEF (persen)

Sumber: Laporan Capaian Kinerja 2019, Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara Kemenko Polhukam (2020)

Pada akhir masa MEF tahap III ini, MEF ditargetkan telah mencapai 100% pada akhir tahun 2024. Namun baik capaian MEF pada MEF tahap I maupun MEF tahap II, masih di bawah target yang telah ditetapkan. Pada MEF tahap I, capaian MEF berada pada 54,97%. Sementara hingga 27 September 2019, MEF tahap II baru mencapai 63,19% dari target 75,54%. Salah satu penyebab pencapaian MEF Tahap II belum tercapai yakni disebabkan oleh proses perencanaan kebutuhan dan pengadaan memerlukan waktu cukup lama (Kemenhan, 2020).

Capaian Pembangunan Alutsista per Angkatan (Persen)

Sumber: Laporan Capaian Kinerja 2019, Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara Kemenko Polhukam (2020)

Kemudian jika dilihat lebih rinci, berdasarkan capaian di Bidang Fisik Secara kuantitas, realisasi hasil pembangunan Alutsista pada Tahap II sampai Tahun 2019, apabila dibandingkan dengan target keseluruhan yang

dalam pembangunan MEF, dapat diukur capaiannya sebagai berikut : a) Pemenuhan Alutsista TNI AD telah mencapai 78,82% dari total target keseluruhan pembangunan MEF TNI AD. b) Pemenuhan Alutsista TNI AL telah mencapai 67,57% dari total target keseluruhan pembangunan MEF TNI AL. c) dan pemenuhan Alutsista TNI AU telah mencapai 45,19% dari total target keseluruhan pembangunan MEF TNI AU.

Dari sisi anggaran, secara keseluruhan realisasi anggaran MEF (meliputi tiga aspek utama yaitu, Alutsista, Pemeliharaan dan perawatan (Harwat) dan Sarana prasarana (Sarpras)) Tahun 2015-2019 dihadapkan dengan Renbut mencapai 32,75%, bila dihadapkan dengan Baseline anggaran mencapai 47,29%. Sementara untuk realisasi anggaran MEF aspek Alutsista Tahun 2015-2019 dihadapkan dengan rencana kebutuhan (renbut) mencapai 29,39%, bila dihadapkan dengan Baseline anggaran mencapai 43,80% (Kemenhan, 2020).

Percepatan Pemenuhan MEF Alutsista

Percepatan pemenuhan MEF sangat dibutuhkan, mengingat hingga tahap II realisasi pemenuhan MEF masih dibawah dari target yang ditetapkan. Kemudian, penguatan dan pemenuhan MEF di TNI AU juga perlu menjadi perhatian melihat capaian MEF TNI AU paling rendah diantara TNI AD dan TNI AL. Menurut pengamat militer lembaga studi strategis (LESPERSSI) Beni Sukadis, bahwa percepatan tersebut dapat dilakukan dengan skema akuisisi senjata, yakni salah satunya melakukan diplomasi pertahanan kepada sejumlah Negara dengan target modernisasi alutsista. Untuk memenuhi target MEF, maka ditargetkan sejumlah alutsista meliputi, 160 jet tempur, 15 kapal selam hingga 48 heli canggih. (Kompas, 2020). Selain itu, perlunya peningkatan koordinasi dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan agar pelaksanaan pembangunan pertahanan dapat berjalan sesuai yang ditargetkan dalam kebijakan pembangunan MEF, yang pada akhirnya dapat mewujudkan postur ideal kekuatan pertahanan.

(5)

3

Politik dan Keamanan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 5, April 2021

@puskajianggaran puskajianggaran

www.puskajianggaran.dpr.go.id

Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2017 tentang BUMD menjelaskan bahwa terdapat tiga tujuan pendirian BUMD yakni, memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian daerah, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat, serta memperoleh laba dan/atau keuntungan.

Merujuk kepada tujuan BUMD tersebut, maka BUMD diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak perekonomian daerah, terutama di masa pandemi, baik melalui kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, maupun kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui bagi hasil atas laba BUMD, maupun dari perpajakan. Untuk itu menjadi menarik melihat bagaimana perkembangan dan kinerja BUMD selama ini, dalam kontribusinya terhadap perekonomian daerah.

Perkembangan BUMD di Indonesia

Dilihat dari jumlahnya, BUMD di Indonesia cenderung meningkat, bahkan telah melebihi 1.000 BUMD pada tahun 2020. Dilihat dari sektoralnya, secara rata-rata 46,98% BUMD berada di sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, serta 23,06% di sektor Aktivitas Keuangan dan Asuransi. Sementara dilihat dari sebaran wilayahnya, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, menjadi 3 daerah dengan jumlah BUMD terbanyak, dengan proporsi rata-rata keempat daerah itu mencapai 47,22% terhadap total BUMD di Indonesia dalam kurun 4 tahun terakhir (2016-2019). Namun sayangnya, jumlah BUMD yang sangat banyak tersebut tidak sebanding dengan serapannya terhadap tenaga kerja. Secara rata-rata dalam kurun waktu 2016-2019, dari seluruh BUMD yang ada hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 150.944 jiwa, atau hanya 0,12% dari total angkatan kerja di Indonesia. Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor aktivitas keuangan dan asuransi, serta real estate menjadi 3 sektor dengan serapan tenaga kerja terbanyak, dengan rata-rata sebesar 85,7% terhadap total tenaga kerja di seluruh BUMD.

• Tujuan didirikannya BUMD adalah

mengembangkan perekonomian

daerah, menyediakan layanan

publik, dan memperoleh

laba/keuntungan;

• BUMD diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian terutama di masa pandemi, baik melaui kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, maupun terhadap PAD;

• Saat ini ada lebih dari 1.000 BUMD di Indonesia, dengan 46,98% bergerak di bidang pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, serta 23,06% di sektor aktivitas keuangan dan asuransi;

• Tenaga kerja yang diserap oleh BUMD secara rata-rata sebesar 150.944 jiwa, atau hanya 0,12% dari total angkatan kerja;

• Rata-rata RoA BUMD hanya 1,92% per tahun dalam kurun 2016-2019, sementara rata-rata RoE BUMD sebesar 9,53% per tahun, namun rata-rata DER BUMD mencapai 397,4% per tahun;

• Rata-rata kontribusi BUMD terhadap PAD dilihat dari Hasil Perusahaan Milik Daerah & Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 2,37% dalam kurun 2016-2019.

HIGHLIGHT

PUSAT KAJIAN ANGGARAN

Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.

Redaktur: Rendy Alvaro · Ratna Christianingrum · Ade Nurul Aida · Tio Riyono · Satrio Arga Effendi · Riza Aditya Syafri

Penulis: Riza Aditya Syafri · Nova Aulia Bella

Evaluasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam

Pengembangan Ekonomi Daerah

Komisi II

POLITIK DAN KEAMANAN

Uraian 2016 2017 2018 2019

Jumlah BUMD di Provinsi 100 104 112 110

Jumlah BUMD di Kab/Kota 682 714 713 708

Jumlah Total BUMD 782 818 825 818

Jumlah tenaga kerja di BUMD (jiwa) 142.256 148.334 156.024 157.162

Angkatan Kerja secara Nasional (jiwa) 125.443.748 128.062.746 133.355.571 135.859.695

% tenaga kerja BUMD terhadap angkatan

kerja Nasional 0,11% 0,12% 0,12% 0,12%

Tabel I. Profil Perkembangan BUMD di Indonesia

(6)

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

Dilihat dari kinerjanya, secara rata-rata 31,83% dari total BUMD masih mengalami kerugian, setidaknya dalam kurun 2016-2019. Selanjutnya, dilihat dari rasio Return on

Asset (RoA), memperlihatkan bahwa secara

rata-rata RoA BUMD masih berada di angka 1,92%, menggambarkan masih cukup rendahnya kemampuan perusahaan dalam mengoptimalisasi penggunaan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Sehingga potensi peningkatkan efisiensi atas penggunaan aset, untuk dapat mendorong peningkatan laba masih cukup besar.

Kemudian, dilihat dari rasio Return on

Equity (RoE) yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimiliki, memperlihatkan sekilas bahwa RoE rata-rata BUMD dalam 4 tahun terakhir cukup tinggi, yakni 9,53%. Namun jika dilihat kembali, tingginya RoE rata-rata BUMD tidak terlepas dari penggunaan utang sebagai sumber untuk membiayai operasional perusahaan, bukan melalui ekuitas perusahaan. Hal itu terlihat dari rata-rata per tahun rasio Debt to Equity BUMD yang sangat tinggi, yakni sebesar 397,40% dalam 4 tahun terakhir. Tingginya rasio debt to equity rata-rata BUMD juga akan mendorong meningkatnya risiko solvabilitas bagi BUMD, atas utang yang dimilikinya.

Terakhir, jika dilihat rata-rata pertumbuhan aset BUMD, terlihat adanya pertumbuhan aset yang cukup tinggi dalam 4 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan aset BUMD dalam 4 tahun terakhir yakni sebesar 11,69% per tahun, dengan pertumbuhan aset terbesar terjadi pada tahun 2017 yang tumbuh mencapai 20,76%. Sayangnya, pertumbuhan aset yang tinggi tersebut tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan laba rata-rata BUMD. Dalam kurun 4 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan laba BUMD hanya sebesar 2,21% per tahun.

Dilihat dari perkembangan kinerja rata-rata BUMD di Indonesia tersebut, terutama melalui indikator profitabilitasnya, maka

masih cukup rendah. Jika dilihat pada komponen “Hasil Perusahaan Milik Daerah & Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan” dalam komponen APBD, yang di dalamnya termasuk laba dari BUMD, terlihat bahwa rata-rata per tahun kontribusi BUMD terhadap PAD dalam 4 tahun terakhir baru sebesar 2,37%.

Meskipun saat ini kontribusinya masih cukup rendah baik bagi penyerapan tenaga kerja, maupun terhadap PAD daerah, namun sejatinya BUMD dapat berperan besar dalam menggerakkan perekonomian di daerah, terutama di masa pandemi Covid-19, dimana sektor swasta belum mampu berkontribusi maksimal terhadap perekonomian. Namun, diperlukan beberapa upaya untuk dapat meningkatkan kinerja BUMD yang ada saat ini, agar dapat beroperasi secara optimal, terutama perbaikan dari segi tata kelola perusahaan.

Tantangan dalam Peningkatan Kinerja BUMD

Beberapa tantangan yang dihadapi BUMD diantaranya (Bawono, 2020):

➢ Efisiensi, masih adanya praktik-praktik bisnis yang dijalankan BUMD tidak mengutamakan prinsip efisiensi;

➢ Intervensi dan Birokrasi, intervensi pemerintah atas aktivitas bisnis BUMD berpotensi mengakibatkan BUMD tidak dapat bekerja secara profesional. Selain itu, birokrasi juga mengakibatkan proses bisnis yang rumit dan tidak efisien;

➢ Pengendalian dan pengawasan, perlunya pengawasan atas kinerja BUMD oleh pihak yang memiliki kapabilitas memadai.

Uraian 2016 2017 2018 2019

Jumlah BUMD yang mencatatkan Laba 549 556 555 550 Jumlah BUMD yang mengalami kerugian 233 262 270 268 % BUMD yang rugi terhadap total BUMD 29,80% 32,03% 32,73% 32,76% Rata-Rata Pertumbuhan Asset BUMD 9,79% 20,76% 7,73% 8,46% Rata-Rata Pertumbuhan Laba Bersih

BUMD -10,19% 1,85% 9,22% 7,97%

Rata-Rata Return on Assets (RoA) BUMD 2,16% 1,82% 1,84% 1,84% Rata-Rata Return on Equity (RoE) BUMD 10,74% 9,38% 8,94% 9,04% Rata-Rata Debt to Equity Ratio (DER)

BUMD 398% 415% 384% 392%

%Hasil Perusahaan Milik Daerah & Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

dipisahkan terhadap PAD 2,37% 2,32% 2,30% 2,51%

Tabel II. Perkembangan Kinerja BUMD di Indonesia

(7)

3 5

Politik dan Keamanan Budget Issue Brief Vol 01,Ed 5, April 2021

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

Tindak pidana terorisme merupakan kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana. Tujuan dari tindak pidana terorisme adalah untuk mengintimidasi penduduk sipil, mempengaruhi kebijakan pemerintah, mempengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara penculikan dan pembunuhan. Sejak awal Januari sampai Maret 2021, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 94 tersangka teroris. Pelaku teroris ditangkap di sejumlah daerah dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Gorontalo, hingga Jawa Timur. Kemudian kasus terbaru yaitu terjadi pengeboman di Gereja Katedral Makasar dan aksi penyerangan di lingkungan Mabes Polri.

Aksi terorisme memberikan dampak yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat. Aksi terorisme dapat merusak mental, semangat dan daya juang masyarakat. Untuk mencegah aksi terorisme, upaya mencegah paham-paham radikal harus digalakkan. Dalam rangka mencegah aksi terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memiliki peran dalam mencegah penyebaran paham radikal, mencegah terjadinya aksi terorisme, dan melakukan deradikalisasi pada orang-orang yang telah terpapar paham radikal.

Kedudukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai leading sector dalam penanganan terorisme semakin kuat. Sebagaimana dalam UU No. 5 tahun 2018 menyatakan bahwa BNPT memiliki tiga fungsi: 1) menyusun dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang penanggulangan Terorisme; 2) menyelenggarakan koordinasi kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme; dan 3) melaksanakan kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi. Kemudian BNPT berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden serta menjadi pusat analisis dan pengendalian krisis yang berfungsi sebagai fasilitas bagi Presiden untuk menetapkan kebijakan dan langkah penanganan krisis, termasuk pengerahan sumber daya dalam menangani Terorisme.

Upaya/Program Pemerintah Dalam Penanganan Terorisme

Di era kemajuan digital saat ini, semakin banyak ancaman munculnya berbagai konten-konten propaganda serta narasi ujaran kebencian yang tidak dapat dihindari. Peran keluarga diharapkan dapat terlibat untuk mengawasi keluarga termasuk anak-anak dalam menggunakan sosial media secara baik dan benar.

Komisi III

Penanganan Isu Terorisme di Indonesia

• Terorisme menjadi permasalahan yang cukup mengkhawatirkan;

• Kedudukan Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai leading sector dalam penanganan terorisme semakin kuat;

• Pemerintah dan aparat keamanan melakukan upaya pencegahan yang lebih menyeluruh dan mendalam melakukan langkah preventif dan represif baik soft maupun hard approach;

• Pencegahan terorisme dengan pendekatan lunak atau soft approach dinilai menjadi strategi dalam memberantas paham radikal dan tindak pidana terorisme; • Alokasi anggaran Polri 2021

ditetapkan sebesar Rp112,12 triliun dalam Perpres No. 113 Tahun 2020 tentang Rincian APBN 2021. Tetapi,

anggaran Polri mengalami

penurunan sebesar Rp5,51 triliun dalam rangka Refocusing dan

Realokasi untuk penanganan

pandemi Covid-19. Kemudian

alokasi anggaran BNPT 2021 ditetapkan sebesar Rp515,9 triliun dalam Perpres No. 113 Tahun 2020 tentang Rincian APBN 2021.

HIGHLIGHT

PUSAT KAJIAN ANGGARAN

Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E

Redaktur: Rendy Alvaro · Ade Nurul Aida · Ratna Christianingrum · Satrio Arga Effendi · Tio Riyono · Riza Aditya Syafri

Penulis : Ratna Christianingrum · Azizah Ulfa · Tio Riyono

(8)

melakukan upaya pencegahan yang lebih menyeluruh dan mendalam dengan melakukan langkah preventif dan represif baik soft maupun

hard approach. Pencegahan terorisme dengan

pendekatan lunak atau soft approach dinilai menjadi strategi dalam memberantas paham radikal dan tindak pidana terorisme. Pendekatan humanis yang direalisasikan melalui pembangunan kesejahteraan ini dilaksanakan oleh BNPT bersama 44 Kementerian/Lembaga yang tergabung dalam tim Sinergisitas dalam program penanggulangan terorisme.

Program ini akan terus dikembangkan sesuai dengan dinamika permasalahan terorisme di Indonesia. Tim Sinergisitas berkomitmen mencegah terorisme melalui pembangunan fisik dan non fisik di beberapa lokus yaitu Provinsi Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, ditambah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Barat pada tahun 2021.

Sejumlah 287 rencana aksi telah berstatus final. Angka tersebut akan bertambah seiring dengan konfirmasi dari K/L yang terlibat. Terlepas dari realokasi anggaran K/L imbas pandemi Covid-19, antusiasme tim Sinergisitas dalam menyusun rencana aksi ini menunjukkan keseriusan aparatur negara dalam menanggulangi terorisme di tingkat hulu.

Rencana aksi yang terhimpun dari K/L di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Bidang Maritim dan Investasi diharapkan mampu memotong akar permasalahan terorisme, terutama yang bersumber dari aspek kesejahteraan.

Lebih lanjut, program Sinergisitas ke depannya akan dikolaborasikan dengan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021.

Densus 88 (Polri) dan BNPT

Alokasi anggaran Polri 2021 ditetapkan sebesar Rp112,12 triliun dalam Perpres No. 113 Tahun 2020 tentang Rincian APBN 2021. Anggaran ini yang diprioritaskan untuk mendukung pencapaian target prioritas pembangunan nasional bidang keamanan dan ketertiban, melalui pelaksanaan program-program seperti: (1) program-program modernisasi alat material khusus (almatsus) dan sarana prasarana Polri; (2) program pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat; (3) program profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) Polri; dan (4) program penyelidikan dan penyidikan tindak pidana. Namun pada Februari 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa anggaran Polri mengalami penurunan sebesar Rp5,51 triliun dalam rangka Refocusing dan Realokasi untuk penanganan pandemi Covid-19. Penghematan tersebut hanya pada alokasi paket meeting, perjalanan dinas, renovasi gedung.

Kemudian alokasi anggaran BNPT 2021 ditetapkan sebesar Rp515,9 triliun dalam Perpres No. 113 Tahun 2020 tentang Rincian APBN 2021. BNPT melanjutkan kegiatan prioritas yang dititikberatkan pada upaya pencegahan tindak pidana terorisme melalui upaya penyiapan kesiapsiagaan nasional, pelaksanaan kontra radikalisasi, dan deradikalisasi. Kegiatan prioritas tersebut dilaksanakan melalui output prioritas: (1) deradikalisasi masyarakat yang terpapar paham radikal terorisme; (2) kontra radikalisasi yang meliputi kontra narasi dan kontra ideologi; (3) pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 provinsi; (4) Kesiapan masyarakat terhadap kesiapsiagaan nasional dalam mengantisipasi tindak pidana terorisme; (5) upaya penyelesaian proses penegakan hukum kasus tindak pidana terorisme, sehingga memiliki kekuatan hukum tetap; (6) pelibatan secara terpadu K/L pada pelaksanaan program penanggulangan terorisme di tiga wilayah; dan (7) pelaksanaan koordinasi peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pencegahan terorisme di satu wilayah.

Gambar

Tabel I. Profil Perkembangan BUMD di Indonesia
Tabel II. Perkembangan Kinerja BUMD di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Bagan di bawah ini adalah contoh terjadinya proses reduplikasi berinfiks pada leksem 看 kàn ‘melihat’ menjadi kata reduplikasi berinfiks 看一看 kànyikàn ‘melihat-lihat’

Hasil analisis provenan yang dilakukan di Senegal juga menunjukkan bahwa plasma nutfah jarak pagar mempunyai keragaman untuk karakter jumlah buah (kapsul), berat

Surat Utang Negara (obligasi) dalam mata uang rupiah dengan kupon atau dengan pembayaran bunga secara diskonto, berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan pada

Program Studi S3 FK UGM berusaha mewadahi para pemikir, praktisi, peneliti yang memiliki minat sama di bidang keolahragaan dan sains dengan membentuk Klaster

Pada Tugas Akhir ini, terdapat berbagai macam permasalahan seperti pengacakan huruf-huruf untuk generate board yang dimaksudkan adalah bagaimana pola pengacakannya dapat

Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Selain itu seiring dengan program pemerintah pusat dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK), Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

Dinas Sosial Medan Sudah Melakukan Pembinaan Anak jalanan dengan diberikanya bimbingan pelatihan keterampilan, seperti keterampilan kerajinan tangan dimana hal