1
Penguatan Akses Informasi Berbasis Komunitas melalui TIK dalam upaya
meningkatkan kualitas partisipasi publik
PROGRAM
I. Analisis Kontekstual
Program yang diusulkan ini merupakan pengembangan program sebelumnya yang juga didukung oleh Yayasan TIFA yaitu model Akses Informasi Berbasis Komunitas (ASIK). Sebagai pengembangan, program ini dimaksudkan memberi penguatan terhadap model yang telah dihasilkan sehingga menghasilkan peningkatan kualitas partisipasi publik.
Program ASIK telah menghasilkan model pemanfaatan akses informasi publik untuk memecahkan persoalan yang dihadapi komunitas dampingan dalam hal informasi akses pelayanan kesehatan gratis (Jamkesmas). Kelompok dampingan di Porong Sidoarjo berhasil mendorong Dinas Kesehatan Sidoarjo menambah jumlah peserta Jamkesmas sesuai pendataan versi masyarakat, setelah sebelumnya memperoleh informasi jumlah peserta Jamkesmas yang dikeluarkan pihak Dinas. Peserta awal yang jumlahnya hanya 4 (empat) orang direvisi menjadi 1034 sesuai usulan kelompok dampingan.
Di luar hasil tersebut, ada beberapa catatan untuk memastikan akses informasi publik dapat menciptakan peningkatan kualitas partisipasi publik. Hal ini sesuai dengan tujuan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk meningkatkan partisipasi publik dalam kehidupan berbangsa negara. Catatan dari program sebelumnya, ASIK, adalah pertama, persoalan kodifikasi informasi publik. Informasi publik yang sudah diperoleh komunitas tidak tertata dengan baik sehingga tidak mudah dimanfaatkan kembali oleh anggota. Komunitas harus berkali-kali meminta informasi publik yang sama ke badan publik, puskesmas dan badan publik.
Kedua, pemanfaatan informasi yang dilakukan masih terbatas kepada pemanfaatan langsung, terbatas mengatasi persoalan yang dihadapi komunitas. Selain persoalan di komunitas, hal ini juga disebabkan oleh respon badan publik yang secara kultural hanya memperhatikan pihak yang melakukan kegaduhan (noise) melalui permintaan informasi. Kasus di Porong, Dinkes Sidoarjo merespon data tandingan yang dibuat warga berdasar informasi peserta Jamkesmas yang diberikan, dengan memasukkan seluruh daftar warga yang ada dalam data masyarakat menjadi peserta Jamkesmas. Respon yang diberikan bukan bersifat sistemik perubahan kebijakan layanan informasi atau pendataan Jamkesmas seluruh Sidoarjo.
Ketiga, distribusi informasi komunitas dan jaringan belum merata. Penggunaan media newsletter sebagai sarana distribusi dan konsolidasi informasi terhambat kebiasaan membaca. Konsolidasi lebih dirasakan melalui pertemuan komunitas. Hal ini berakibat pada terhambatnya upaya membangun jejaring dengan komunitas dan kelompok lain.
2
Keempat, permintaan informasi yang dilakukan masih terbatas permintaan aktif. Artinya, komunitas aktif meminta informasi publik, sementara badan publik belum banyak mempublikasi informasi yang dimiliki secara proaktif.
Usulan program ini akan mencoba mengatasi keempat catatan di atas dalam upaya meningkatkan kualitas partisipasi melalui dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Penguatan dilakukan pada aspek-aspek sebagai berikut. Pertama, kodifikasi dan penyimpanan informasi publik yang diminta melalui pembuatan storage informasi komunitas. Kedua, konsolidasi dalam komunitas dan antar komunitas melalui pemanfaatan SMS Gateway. Ketiga, mendorong publikasi informasi proaktif, komunitas akan melakukan engagement ke badan publik untuk membuat co-produksi informasi proaktif yang dipublikasikan oleh badan publik. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk, peningkatan kualitas partisipasi, selain pemanfaatan langsung pada permasalahan komunitas. Keempat, mendorong adanya gerakan bersama di level nasional dengan melakukan penambahan wilayah, membuat sarana pertukaran pengetahuan antar komunitas dan tuntutan bersama untuk level nasional.
Perkumpulan Media Lintas Komunitas (MediaLink) mengemas program tersebut dalam program “Penguatan Akses Informasi Berbasis Komunitas melalui Pemanfaatan TIK untuk mendorong akselerasi peningkatan kualitas partisipasi publik”. Program tersebut akan difokuskan kepada informasi seputar pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Pemilihan informasi sektor tersebut dilandasi beberapa argumen sebgai berikut: program SJSN bidang kesehatan akan mulai dilaksanakan Januari 2014, adanya perubahan drastis program SJSN dengan program jaminan kesehatan sebelumnya. Program ini menjamin seluruh warga negara Indonesia dan dilakukan dalam bentuk asuransi.
Beberapa isu penting yang rencananya akan diangkat dalam program adalah: kepesertaan SJSN, pemanfaatan jaminan kesehatan, pengawasan melalui Dewan SJSN yang akan dibentuk pemerintah di setiap kabupaten.
Untuk pemanfaatan TIK, program akan memanfaatkan program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yaitu program layanan internet kecamatan (PLIK) dan (M-PLIK). Pemanfaatan program Kemenkominfo karena ada ketertarikan kementerian tersebut untuk mengadopsi model aktivasi komunitas yang memanfaatkan akses informasi publik untuk dikembangkan ke wilayah lainnya.
Pilot project ini direncanakan dilaksanakan di empat wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Timur, pengembangan program dilaksanakan di Porong, Sidoarjo dan Lumajang. Sementara di wilayah Jawa Tengah akan dilaksanakan di Kebumen dan Wonosobo. Wilayah Porong, Sidoarjo dipilih sebagai kelanjutan pengembangan model sebelumnya. Sementara wilayah lainnya dipilih karena sudah ada permintaan awal dari badan publik di wilayah tersebut sehingga ada potensi besar
3
keberhasilan pengembangan model. MediaLink sebelumnya juga pernah mendampingi kelompok masyarakat Forum Masyarakat Kedawung di Kebumen untuk memanfaatkan akses informasi mengungkap korupsi desa. Sementara di kedua wilayah lainnya, MediaLink akan berkolaborasi dengan Gerakan Desa Membangun yang sebelumnya sudah mendampingi kelompok masyarakat. II. Deskripsi program
a) Hipotesa/Asumsi Perubahan
Peningkatakan kapasitas dalam akses informasi. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas partisipasi dari kelompok masyarakat dalam implementasi SJSN. Kualitas partisipasi yang meningkat membuat masyarakat mampu memanfaatkan SJSN secara maksimal. Partisipasi diharapkan membuat masyarakat bisa mendorong warga secara aktif, mengadvokasi kebijakan SJSN sehingga bisa memiliki kebijakan information disclosure dan mendorong peningkatan pelayanan jaminan kesehatan.
Berangkat dari pengalaman Jamkesmas, pendataan yang tidak partisipatif membuat warga banyak yang tidak bisa mengakses Jamkesmas. Berbeda dengan Jamkesmas, SJSN memastikan seluruh warga terlayani oleh SJSN, begitu juga dengan mekanisme layanan. Tapi, ada perubahan yang cukup drastis antara sistem dalam Jamkesmas dan SJSN. Perubahan tersebut berpotensi menciptakan persoalan pada layanan yang akan diterima oleh masyarakat, antara lain: kepastian kepesertaan, dokter yang memberi pelayanan, layanan obat dan pengisian anggota Dewan Pengawas SJSN di level Kabupaten.
Kualitas partisipasi yang diharapkan muncul dari adanya akselerasi kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan akses informasi publik melalui TIK. Akselerasi tersebut dapat dilihat dari indikasi sebagai berikut:
• Kemampuan kelompok untuk merubah kebijakan berbasis informasi publik. • Kemampuan memanfaatkan media komunitas
• Kemampuan menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan bobot tekanan publik
Untuk mencapai kualitas partisipasi ini, strategi yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan akses informasi berbasis komunitas dengan dukungan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Strategi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Program ASIK, berhasil menciptakan pemanfaatan akses informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Namun ada problem Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kelebihannya informasi yang didapat sesuai dengan kebutuhan. Namun karena ketiadaan “penyimpanan” informasi, maka terjadi repetisi permintaan informasi, yang mempersulit warga terhadap informasi.
1. Membuat “Storage” informasi publik yang telah diperoleh oleh masyarakat sehingga mudah untuk direpetisi.
4
2. Mendekatkan informasi dari badan publik untuk kepada warga, salah satunya dengan mengundang badan-badan publik ke forum warga.
3. Co produksi informasi proaktif. Proses ini menempatkan publikasi informasi proaktif oleh badan publik, dengan produksi yang dibantu oleh komunitas. Hal Ini untuk mengatasi lamanya penyediaan akses informasi kepada badan public.
4. Konsolidasi informasi di level komunitas.
5. Membangun gerakan bersama untuk mendorong kebijakan warga. b) Kerangka Program
Dampak:
• Prioritas yang didentifikasi oleh komunitas menjadi prioritas dari desain SJSN di masing-masing daerah.
• Pemerintah secara mandiri melakukan publikasi informasi pro-aktif. Outcome:
• Warga sensitif akses informasi dalam merespon program pelayanan publik
• Badan publik di tingkat kabupaten menyediakan informasi yang dibutuhkan warga untuk SJSN.
Output:
• Adanya model akses informasi publik yang menitikberatkan pemanfaatan akses informasi publik oleh komunitas untuk partisipasi publik
• Adanya engagement komunitas dengan badan publik dalam publikasi informasi proaktif • Adanya kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kapasitas mengolah informasi publik
menjadi tuntutan kepada badan publik
• Adanya pertukaran informasi antar komunitas
• Adanya gerakan bersama antar komunitas dalam memanfaatkan akses informasi publik • Adanya perangkat TIK yang mendukung akses informasi publik (SMS Gateway, website
pangkalan data, akun mdia sosial) c) Metode
A) PERSIAPAN PROGRAM
Persiapan program akan dilakukan melalui dua kegiatan. Pertama, workshop community organizer (CO) sebagai pendamping komunitas. Workshop dilaksanakan di Jakarta diikuti 10 CO dari lima wilayah yang menjadi sasaran program. Kedua, MediaLink membuat kesepahaman dengan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo untuk menjadikan model yang dihasilkan program diadopsi sebagai kebijakan resmi kementerian.
5 B) AKTIVASI KOMUNITAS INFORMASI
Komunitas informasi merupakan komunitas yang dikembangkan sebagai komunitas yang dapat memanfaatkan akses informasi publik dan teknologi informasi untuk kebutuhan bersama komunitas tersebut. Aktivasi komunitas akan dilakukan melalui rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Pengorganisasian Komunitas
Langkah pertama yang dilakukan adalah pengorganisasian komunitas. Pada tahap ini akan dilakukan sebuah workshop pembentukan komunitas untuk menciptakan kebutuhan bersama di antara komunitas. Workshop akan diselenggarakan pada lima wilayah percontohan dengan peserta masing-masing 25 orang. Peserta workshop direncanakan berasal dari berbagai unsur masyarakat yaitu: guru, pelajar, kelompok perempuan/PKK/Posyandu, wartawan, blogger dan sebagainya.
Workshop ini akan menghasilkan rencana aktivasi komunitas dan pembentukan kepengurusan yang akan menjadi dinamisator aktivitas komunitas. Rencana aktivasi meliputi: identifikasi informasi publik yang menjadi kebutuhan awal komunitas, pembentukan media komunitas, pelatihan yang dibutuhkan dan rencana aktivitas komunitas. Workshop akan difasilitasi oleh dua orang community organizer yang mendampingi aktivitas komunitas. MediaLink akan menjadi narasumber untuk menjelaskan kerangka program.
2. Pelatihan Pemanfaatan Informasi Publik
Pada tahap ini akan dilakukan pelatihan pemanfaatan informasi publik yang meliputi pemahaman terhadap substansi UU KIP, identifikasi lembaga publik dan tata cara meminta informasi ke lembaga publik. Juga akan dilakukan pengenalan tentang bagaimana pemanfaatan informasi publik yang sudah diperoleh.
Pelatihan diikuti oleh 30 orang yang menjadi dinamisator komunitas dan difasilitasi oleh community organizer. Hasil dari pelatihan adalah identifikasi informasi publik yang dibutuhkan komunitas dan rencana meminta informasi ke badan publik yang memiliki.
3. Pengembangan media storage informasi publik
Tahapan ini bertujuan untuk mendekatkan informasi publik yang dikelola oleh lembaga publik kepada komunitas. Pengurus komunitas informasi akan mengunduh seluruh informasi publik yang sudah dinyatakan sebagai informasi serta-merta dan meminta informasi ke badan publik untuk kategori yang tersedia setiap saat dan disediakan secara berkala. Informasi tersebut
6
disesuaikan dengan kebutuhan komunitas. Informasi yang sudah diperoleh akan disimpan secara digital oleh komunitas sehingga dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu oleh anggota komunitas.
4. Pengembangan Media Komunitas
Hal ini dilakukan sebagai medium konsolidasi informasi publik sebagai kebutuhan bersama komunitas. Media komunitas yang digunakan adalah newsletter/buletin dan sms gateway. Newsletter akan dibuat bulanan dengan materi dari komunitas dan materi dari MediaLink untuk menyebarluaskan praktik dan pengalaman dari komunitas lainnya sehingga tercipta pertukaran pengetahuan dan benih untuk menciptakan gerakan bersama.
5. Dialog informasi publik
Setiap dua minggu akan diselenggarakan dialog persoalan publik berdasar kebutuhan komunitas. Dialog menghadirkan pejabat publik baik di level kecamatan maupun kabupaten yang terkait dengan kebutuhan komunitas. Tema dialog akan ditentukan oleh komunitas berdasar kebutuhan komunitas tersebut.
6. Pelatihan Produksi Informasi
Dalam tahapan ini akan dilakukan bagaimana komunitas dapat menyebarluaskan informasi versi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bersama. Produksi informasi dilakukan melalui media blog, website, media jejaring sosial, radio streaming dan Video Streaming. Beberapa pelatihan yang diberikan antara lain: pelatihan penulisan blog, pelatihan web design, pelatihan produksi radio dan Video melalui streaming dan pelatihan pengelolaan media jejaring sosial.
Pelatihan akan diberikan pada masing-masing komunitas dengan difasilitasi oleh community organizer dan MediaLink. Peserta pelatihan akan difokuskan kepada anggota komunitas yang menjadi dinamisator penggunaan medium tersebut.
7. Penyebarluasan Informasi ke DPRD dan Badan Publik
Informasi publik yang sudah diperoleh komunitas akan diolah menjadi informasi komunitas dan materi untuk mengajukan tuntutan penyelesaian masalah ke badan publik. Informasi tersebut akan dioleh menjadi sebuah kertas tuntutan dan disalurkan melalui: forum hearing dan saluran media jejaring sosial, twitter serta SMS.
Penyebarluasan informasi khususnya melalui Kertas Tuntutan dan Hearing akan dilakukan setiap bulan dengan difasilitasi oleh pengurus komunitas dan community organizer.
7
C) KETERHUBUNGAN ANTAR KOMUNITAS UNTUK AKTIFITAS BERSAMA
Guna menguatkan proses partisipasi publik sebagai tujuan dari akses informasi publik, MediaLink akan memfasilitasi keterhubungan antar komunitas. Tujuannya adalah membangun forum belajar antar komunitas dan mencoba membangun gerakan bersama sehingga dampak yang dihasilkan dapat lebih luas hingga level nasional. Fasilitasi keterhubungan antar komunitas yang dibuat adalah:
1. Web Akses Informasi Berbasis Komunitas (ASIK)
Aktivitas masing-masing komunitas akan dihubungkan melalui sebuah web bernama Akses Informasi Berbasis Komunitas (ASIK). Dalam web akan dibuat link yang terhubung dengan storage informasi komunitas, sehingga masing-masing komunitas dapat melihat aktivasi di komunitas lainnya. Selain itu, web ASIK juga akan berfungsi untuk menyebarluaskan proses pemanfaatan akses informasi berbasis partisipasi komunitas sebagai salah satu model pemanfaatan akses informasi publik di Indonesia. Web akan dikelola oleh dua orang penulis dan dilengkapi content berbahasa Inggris. Web ini juga akan dihubungkan dengan jejaring komunitas akses informasi internasional seperti Carter Center, Freedom Info.org dll.
2. Pembuatan Newsletter
Setiap bulan akan diterbitkan newsletter yang memberitakan aktivitas dari masing-masing komunitas. Newsletter ini sebagai alat untuk membingkai agar aktivasi yang dilakukan masing-masing komunitas dapat terhubung dan memiliki benag merah. Newsletter akan dibuat secara elektronik dan disebarkan kepada setiap komunitas. Komunitas akan mencetak dan mendistribusikan ke anggota komunitas. Newsletter juga akan menjadi materi untuk disebarluaskan ke media massa melalui rilis maupun factsheet.
3. Pertemuan Tiga Bulanan antar Komunitas
Setiap tiga bulan akan diadakan pertemuan antar komunitas di Jakarta, diikuti oleh wakil komunitas dan community organizer. Pertemuan komunitas direncanakan sebanyak 3 kali selama pelaksanaan program diikuti 20 peserta dengan tujuan pertukaran informasi dan merumuskan gerakan bersama di level nasional. Hasil dari pertemuan komunitas akan difollow up dengan melakukan tuntutan dan pertemuan dengan badan publik terkait.
4. Pertemuan Badan Publik
Pertemuan ini merupakan follow up dari pertemuan antar komunitas sebagai bentuk penyampaian Kertas Tuntutan kepada badan publik yang terkait. Sehingga, selama program sedikitnya akan dilakukan 3 kali pertemuan badan publik.
8 5. Diskusi media
Diskusi media juga merupakan follow up dari pertemuan komunitas. Dalam diskusi media akan diangkat persoalan yang dihadapi komunitas dengan mengarahkan penyelesaian pada perspektif penyediaan informasi publik. Diskusi media akan dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan menghadirkan tiga pembicara, salah satunya berasal dari badan publik terkait
d) Resiko dan Mitigasi Resiko
Ada beberapa resiko yang akan muncul dan berpengaruh terhadap pencapaian program, yaitu: (1) Kesulitan kelompok masyarakat memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK). Jika
problem ini muncul, akan dicari jalan keluar yang dapat menggantikan peran TIK dengan perangkat lain yang dipahami oleh masyarakat. TIK dalam program ini hanya sebagi alat yang dapat diganti sesuai kebutuhan dalam pelaksanaan program
(2) Respon badan publik untuk co produksi informasi. Untuk memperkecil resistensi badan publik, MediaLink sudah mencoba melakukan pendekatan awal untuk menjajagi engagement. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pengembangan jaringan untuk menekan badan publik (3) Tidak munculnya pertukaran pengetahuan antar komunitas. Resiko ini akan diperkecil dengan
keberadaan media pertukaran komunitas yang dikelola oleh MediaLink. Artinya, MediaLink akan ikut aktif mempertukarkan pengetahuan antar komunitas.
e) Pihak Yang Terlibat
Penjelasan mengenai pihak-pihak yang dilibatkan dan bagaimana mereka dilibatkan.
MediaLink dalam program ini akan berkolaborasi dengan beberapa lembaga lain untuk memaksimalkan pencapaian program. Lembaga yang menjadi kolaborator adalah:
a. Gerakan Desa Membangun untuk memaksimalkan pelaksanaan program di Wonosobo dan Lumajang,
b. IDI di masing-masing daerah untuk membantu pembacaan informasi SJSN,
c. koalisi LSM di Forum Masyarakat Pinggiran Kebumen untuk memaksimalkan program di Kebumen.
d. Di level nasional MediaLink akan berkolaborasi dengan media massa untuk mengangkat isu ini di media.
f) Penerima Manfaat
Penerima manfaat utama dalam program ini adalah Kelompok masyarakat di Porong, Sidoarjo dan Lumajang di Jawa Timur; Kebumen dan Wonosobo di Jawa Tengah
III. Lokasi dan Durasi Pelaksanaan Program
Pilot project ini direncanakan dilaksanakan di empat wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Timur, pengembangan program dilaksanakan di Porong, Sidoarjo dan Lumajang. Sementara di
9
wilayah Jawa Tengah akan dilaksanakan di Kebumen dan Wonosobo. Wilayah Porong, Sidoarjo dipilih sebagai kelanjutan pengembangan model sebelumnya. Sementara wilayah lainnya dipilih karena sudah ada permintaan awal dari badan publik di wilayah tersebut sehingga ada potensi besar keberhasilan pengembangan model. MediaLink sebelumnya juga pernah mendampingi kelompok masyarakat Forum Masyarakat Kedawung di Kebumen untuk memanfaatkan akses informasi mengungkap korupsi desa. Sementara di kedua wilayah lainnya, MediaLink akan berkolaborasi dengan Gerakan Desa Membangun yang sebelumnya sudah mendampingi kelompok masyarakat. IV. Pengalaman Organisasi
Penjelasan mengenai pengalaman organisasi mengelola proyek serupa. Jika tidak memiliki pengalaman mengelola proyek dengan topik serupa maka perlu dijelaskan mengapa pengaju berani mengajukan diri. MediaLink melakukan pendampingan di masyarakat Besuki Timur Porong dan beberapa komunitas di sekitar wilayah terdampak lumpur Lapindo dalam memaksimalkan pemanfaatan akses informasi melalui radio komunitas dan berbagai jenis media komunitas lainnya. MediaLink juga melakukan pendampingan di Forum Masyarakat Kedawung Kebumen untuk menggunakan hak atas informasi guna menyelesaikan persoalan-persoalan di wilayah mereka. Pengalaman lain yang dimiliki MediaLink adalah memeperkenalkan hak atas informasi program jaminan kesehatan gratis kepada kelompok masyarakat di Cikupa Kabupaten Tangerang, Porong Sidoarjo, dan Palu Sulawesi Tengah. MediaLink juga aktif memberikan pelatihan akses informasi publik berbasis komunitas di kelompok buruh migran, pedagang informal, dan kelompok masyarakat sipil lainnya.
V. Proyek Terdahulu
Jelaskan apakah proyek semacam ini pernah dilakukan oleh pengaju/oleh pihak lain. Apa pembelajarannya (jika ada), dan jelaskan apa yang membuat proyek yang diusulkan ini berbeda dengan proyek serupa yang pernah dijalankan baik oleh pengaju atau oleh pihak lain.
Program yang diusulkan ini merupakan pengembangan program sebelumnya yang juga didukung oleh Yayasan TIFA yaitu model Akses Informasi Berbasis Komunitas (ASIK). Sebagai pengembangan, program ini dimaksudkan memberi penguatan terhadap model yang telahdihasilkan sehingga menghasilkan peningkatan kualitas partisipasi publik.
VI. Exit Strategy
Jelaskan strategi yang akan dilakukan pengaju ketika program berakhir untuk memastikan manfaat proyek tetap berlangsung meskipun tidak ada lagi dana.
Dari program ini, setidaknya dapat terbentuk tiga jenis investasi: 1) sumberdaya manusia di tingkat komunitas; 2) jaringan komunitas, organisasi masyarakat sipil, jurnalis dan badan publik; 3) jaringan informasi bersama yang bisa diakses publik. Dengan demikian, komunitas yang telah mampu
10
memanfaatkan model akses informasi ini dapat menggunakan model serupa untuk persoalan-persolan lainnya maupun untuk dikembangkan di sektor-sektor lainnya. Jaringan yang terbangun juga dapat menjadi forum dialog multipihak yang bisa dimanfaatkan untuk memecahkan masalah-masalah akses informasi di sektor terkait, dan terutama dapat dimanfaatkan oleh komunitas.
Sedangkan untuk replikasi model, sudah terbangun gentlement agreement dengan Dirjen IKP Kemenkominfo untuk mengadopsi model yang dihasilkan ke dalam kebijakan. MediaLink akan aktif mendorong proses pengadosian tersebut.
LAMPIRAN
1. Kerangka Logis Program
2. Anggaran Kegiatan (tersedia dalam bentuk excel) 3. Kerangka Waktu (tersedia dalam bentuk excel) 4. CV Pelaksana Kegiatan
11 Lampiran 1. Kerangka Hasil Program
Dampak:
•Prioritas yang didentifikasi oleh komunitas menjadi prioritas dari desain SJSN di masing-masing daerah. •Pemerintah secara mandiri melakukan publikasi informasi pro-aktif.
Outcome:
• Warga di wilayah sasaran program sensitif akses informasi dalam merespon program
pelayanan publik
• Badan publik di tingkat kabupaten menyediakan informasi yang dibutuhkan warga untuk SJSN.
Indikator:
1. Warga memiliki keberanian dan kemampuan bertanya di forum-forum publik di tingkat desa sampai kabupaten terkait dengan SJSN. 2. Warga diwilayah program mampu
menggunakan akses informas untuk kasus-kasus terkait SJSN.
3. Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk SJSN.
Output:
• Adanya model akses informasi publik yang menitikberatkan pemanfaatan akses informasi publik oleh komunitas untuk partisipasi publik • Adanya engagement komunitas dengan badan publik dalam publikasi informasi proaktif • Adanya kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kapasitas mengolah informasi publik menjadi tuntutan kepada badan publik
• Adanya pertukaran informasi antar komunitas
• Adanya gerakan bersama antar komunitas dalam memanfaatkan akses informasi publik
Indikator:
1. Terselenggarakan 1 kali pertemuan nasional yang dihadiri community organizer 4 wilayah 2.a) Terselengganya 1 kali pertemuan awal untuk konsolidasi di 4 wilayah, b) Terselenggaranya pertemuan rutin 2 kali sebulan di masing-masing wilayah/komunitas
4.Terselenggaranya 1 kali workshop pelatihan KIP di masing-masing wilayah/komunitas
5. Terbangunnya sistem penyimpanan informasi komunitas (offline/online) yang mudah
digunakan/diakses kembali
12 • Adanya perangkat TIK yang mendukung akses informasi publik (SMS Gateway, website pangkalan data, akun mdia sosial)
informasi online komunitas dalam bentuk (a) website/blog (b) media sosial (c) SMS Gateway 7. Terselenggarakannya 1 kali workshop pelatihan produksi informasi di masing-masing
wilayah/komunitas
8. Berjalannya pembaruan isi web www.asik-medialink.org secara reguler sebagai fungsi hub komunitas-komunitas
9. Diterbitkannya buletin komunitas secara reguler 10. Terselenggarakannya pertempuan antar komunitas setiap 3 bulan sekali
11. Hadirnya pejabat badan publik di tengah-tengah pertemuan komunitas untuk berdialog 12. Dimasukkannya produk informasi komunitas sebagai informasi yang dipublikasikan badan publik (sehingga menjadi resmi informasi publik)
13. Terselenggarakannya pertemuan (audiensi/hearing) dengan badan publik 3 kali selama program
14. Tersampaikannya rumusan kertas tuntutan publikasi informasi ke badan publik
15.Terselenggarakannya diskusi media sebanyak 3 kali selama program
Kegiatan
A. PERSIAPAN PROGRAM 1. Pertemuan Nasional
2. Pembangunan kesepakatan dengan Kemenkominfo B. AKTIVASI KOMUNITAS INFORMASI
13 3. Konsolidasi Komunitas
4. Pelatihan 1: Akses Informasi Publik
5. Pengembangan “information storage” komunitas 6. Pengembangan saluran informasi komunitas 7. Pelatihan 2: Produksi dan Distribusi Informasi 8. Pengembangan Web ASIK
9. Pembuatan Buletin Komunitas
10. Pertemuan Antarkomunitas
C. AKSES DAN PEMANFAATAN INFORMASI PUBLIK: PENINGKATAN KUALITAS PARTISIPASI 11. Dialog Badan Publik
12. Co-produksi Informasi Publik 13. Pertemuan Badan Publik 14. Advokasi Kertas Tuntutan 15. Diskusi Media
14 Timeline