• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FAKTOR K SEBAGAI PENDUKUNG RENCANA SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI BERBASIS FPR (STUDI DI JARINGAN IRIGASI PIRANG KABUPATEN BOJONEGORO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN FAKTOR K SEBAGAI PENDUKUNG RENCANA SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI BERBASIS FPR (STUDI DI JARINGAN IRIGASI PIRANG KABUPATEN BOJONEGORO)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN FAKTOR K SEBAGAI PENDUKUNG RENCANA SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI BERBASIS FPR

(STUDI DI JARINGAN IRIGASI PIRANG KABUPATEN BOJONEGORO) Cynthia Rahma1, Dwi Priyantoro2, Donny Harisuseno2

1. Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

email : cynthiarahma15@gmail.com

ABSTRAK

Daerah Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro dengan luas area irigasi 1314 Ha dibagi menjadi dua wilayah, yaitu J.I. Pirang Kanan seluas 495 Ha dan J.I. Pirang Kiri seluas 819 Ha. Pemberian air irigasi pada J.I. Pirang dirasa masih kurang efektif, hal ini terlihat ketika terjadi kekurangan air pada musim kemarau.

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian air irigasi pada kondisi eksisting kemudian menyusun rencana pola tanam baru dengan meningkatkan intensitas tanam sebesar 368,809% dengan tiga metode : Metode Konvensional (FPR-LPR eksisting), Metode SRI (System Rice of Intensification), dan Metode Gabungan (Konvensional+SRI).

Dari hasil evaluasi kondisi eksisting, pencapaian realisasi intensitas tanam padi sebesar 197,529% tidak sesuai dengan RTTG. Pada J.I. Pirang Kanan, kebutuhan air dengan Metode SRI lebih hemat 30% dibandingkan dengan Metode Konvensional saja. Namun pada J.I. Pirang Kiri, kebutuhan air dengan Metode Gabungan lebih hemat 38% dibandingkan dengan Metode Konvensional saja.

Kata Kunci : sistem pemberian air, intensitas tanam, Faktor K, Metode Konvensional,

Metode SRI

ABSTRACT

Pirang Irrigation Area in Bojonegoro with an irrigation area of 1314 Ha is divided into two regions, namely with Pirang Kanan Irrigation System area of 495 Ha and Pirang Kiri Irrigation System area of 819 Ha. On dry season, the water irrigation usage at Pirang Irrigation Area is less effective.

The aim of this study is to evaluate the distribution of irrigation water based on existing condition, and then plan a new cropping pattern by increasing cropping intensity, especially rice cropping intensity become 368,809% with three method : Conventional Method (FPR-LPR Exsisting), SRI Method (System of Rice Intensification), and Combined Method (Conventional + SRI).

From the result of the evaluation, the rice cropping intensity on existing condition was 197,529% incompatible with RTTG. On the Pirang Kanan Irrigation System, the water demand with SRI Method is 30% more efficient than just Conventional Method. However in Pirang Kiri Irrigation System, the water demand with Combined Method is 38% more efficient than just Conventional Method.

(2)

Keyword: water distribution system, cropping intensity, K Factor, Conventional Method, SRI Method

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang

terjadi di Indonesia adalah

meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat, sehingga perlu dipikirkan usaha untuk lebih meningkatkan hasil pertanian dan mencegah terjadinya kesenjangan yang tinggi antara tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan bahan makanan dan juga meningkatkan taraf hidup petani. (Satria Utama S,1999)

Usaha yang ditempuh untuk meningkatkan hasil pertanian pada tiap

satuan luasnya yaitu dengan

menggunakan cara pembagian air irigasi yang baik, sehingga penentuan banyaknya air yang dibutuhkan perlu diketahui dengan pasti. Maka dari itu,

pembagian air irigasi tersebut

selayaknya dilakukan secara efektif dan efisien mengingat UU 41 ayat (2) dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.

Penggunaan air irigasi di

Provinsi Jawa Timur khususnya

Kabupaten Bojonegoro dirasa masih kurang efektif, hal ini dapat dilihat ketika terjadi kekurangan air pada

musim kemarau. Pengaturan dan

pendistribusian air irigasi juga belum dilakukan secara akurat dan optimum.

Untuk mengembangkan

pengairan di Jaringan Irigasi Pirang,

Kabupaten Bojonegoro ini perlu

direncanakan suatu jaringan irigasi

teknis yang dapat mengelola

penggunaan air secara optimal. Hal ini didasarkan pada rencana tata tanam yang dinamakan Rencana Tata Tanam Global (RTTG). Dan diharapkan para petani mampu mengerjakan sawahnya sepanjang tahun tanpa timbul masalah kekurangan air. Oleh karena itu,

berdasarkan pemaparan tersebut

dilakukan studi tentang “Tinjauan

Faktor K Sebagai Pendukung Rencana Sistem Pembagian Air Irigasi Berbasis FPR (Studi Evaluasi Di Jaringan Irigasi Pirang Kabupaten Bojonegoro)”

1.2 Identifikasi Masalah

Daerah Irigasi Pirang seluas

1314 Ha terletak di Kabupaten

Bojonegoro.Daerah Irigasi Pirang

mencakup 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Dander dan Kecamatan Kapas. Dam Blimbing atau yang dikenal sebagai Dam Pirang terletak di Desa Jati Blimbing, Kecamatan Dander tepatnya di bagian hilir antara Sumber Pirang dan Sumber Kunci. Pembagian wilayah irigasi dibagi menjadi dua wilayah yaitu D.I. Pirang Kiri seluas 851 Ha baku sawah dan D.I. Pirang Kanan seluas 496 Ha baku sawah. Permasalahan yang ada di Jaringan Irigasi Pirang adalah sebagai berikut :

1. Rencana Tata Tanam Global

(RTTG) yang dikeluarkan Dinas

Pengairan yang dirasa tidak

terlaksana dengan baik atau tidak sesuai dengan kondisi yang ada. 2. Air yang tersedia untuk memenuhi

kebutuhan air irigasimengalami pengurangan pada musim kemarau. 3. Jumlah luas tanam padi meningkat saat musim kemarau, hal ini disebabkan karena petani tetap menanam padi atau biasa disebut padi gadu tidak ijin.

4. Akibatnya tidak jarang petani yang menggunakan pompa air untuk mengambil air langsung dari sungai atau saluran yang berarti petani

harus mengeluarkan biaya

(3)

5. Kurang berfungsinya pola operasi pintu sehingga para petani masih berebut air.

Dari permasalahan yang ada, maka diperlukan studi evaluasi pola tanam dan merencanakan pola tanam baru yang sesuai agardengan ketersediaan air yang ada bisa memenuhi kebutuhan air tanaman di seluruh petak sawah. Dengan adanya kebutuhan air tanaman dan ketersediaan air yang ada, juga diperlukan pola operasi pintu yang tepat dan efisien guna memperoleh keuntungan hasil produksi yang maksimal.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mencegah agar tidak keluar dari pokok permasalahan, maka dalam studi ini diambil batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Studi ini dikhususkan pada Daerah Irigasi Pirang yang memiliki total luas baku sawah 1314 Ha.

2. Mencari debit andalan dengan

Metode Bulan Dasar Perencanaan (Q ) dengan menggunakan data 80

debit selama lima tahun terakhir (tahun 2008-2012)

3. Pembagian air irigasi berdasarkan Metode FPR-LPR.

4. Membahas tentang rencana tata tanam.

5. Membahas tentang sistem

pembagian dan pemberian air irigasi. 6. Membahas pola operasi pintu

7. Tidak membahas penyebab

kehilangan di saluran.

8. Tidak membahas tentang hidrolika secara detail.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan tinjauan latar belakang, identifikasi dan batasan-batasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi pencapaian

intensitas tanam berdasarkan tata cara pembagian air di wilayah studi saat ini dan kesesuaian realisasi tanam dengan Rencana Tata Tanam Global (RTTG)?

2. Metode manakah yang paling besar prosentase pemberian air secara terus-menerus berdasarkan nilai Faktor K?

3. Jika dibuat Alternatif Pola Tanam, Alternatif dari metode manakah yang digunakan agar dapat menghemat penggunaan air irigasi?

4. Bagaimana menentukan pola operasi pintu intake yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan air irigasi sesuai dengan rencana?

1.5 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari studi ini adalah mengetahui kebutuhan total air irigasi di Daerah Irigasi Pirang Kiri maupun

Daerah Irigasi Kanan dan

merencanakan pola tanam baru yang

sesuai yang diharapkan dapat

meningkatkan intensitas tanam

khususnya intensitas tanam padi.

Adapun manfaat yang akan didapat dari studi ini adalah :

1. Dapat dijadikan masukan bagi semua pihak dalam merencanakan sistem irigasi teknis yang baik sehingga penggunaan sumber daya air dapat dilakukan seoptimal mungkin.

2. Meningkatkan wawasan keilmuan bagi para mahasiswa yang berminat dalam bidang irigasi

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Andalan

Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk

irigasi. Kemungkinan terpenuhi

ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan

(4)

ditentukan untuk periode tengah –

bulanan. Faktor koreksi tersebut

tergantung pada kondisi perubahan DAS. (Anonim:1986) 1 (%)   n m Keandalan (1)

dengan : m = nomor urut data

n = Jumlah data

2.2 Kebutuhan Air Irigasi Metode FPR-LPR

 Metode FPR

Faktor Palawija Relatif merupakan metode perhitungan kebutuhan air irigasi yang berkembang di Jawa

Timur. Dalam situasi menipisnya

sumber daya air di Jawa Timur khususnya, perencanaan kebutuhan air merupakan faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam

pengelolan air yang tersedia.

LPR Q FPR (2) (2- 17) dengan :

FPR = Faktor Palawija Relatif

(ltr/det/ha.pol)

Q = Debit yang mengalir di sungai

(ltr/det)

LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol) Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Berat

Jenis Tanah

 Metode Nilai LPR (Luas Palawija

Relatif)

Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman pembanding yang

digunakan adalah palawija yang

mempunyai nilai 1 (satu). Semua kebutuhan tanaman yang akan dicari terlebih dahulu dikonversikan dengan kebutuhan air palawija yang akhirnya

didapatkan satu angka sebagai faktor konversi untuk setiap jenis tanaman (Huda, 2012: 14).

2.3 Sistem Pemberian Air Irigasi

Mengingat pentingnya fungsi air bagi penanaman padi di sawah, maka

pengaturan pemberian air perlu

disesuaikan dengan kebutuhannya. Air yang masuk ke petakan sawah akan merembes ke bawah (infiltrasi) dan perembesan diteruskan ke lapisan tanah

yang lebih bawah yang disebut

perkolasi. Kebutuhan air di sawah dan debit yang diperlukan pada pintu

pengambilan dihitung dengan

menggunakan persamaan di bawah ini (Anonim, 1977:155): 000 . 10 1 x T A x H Q  (3) (2-21) ) 1 ( 1 86400 1 2 L x Q Q   (4) (2- 22) dengan : 1

Q = Kebutuhan harian air di

lapangan/petak sawah (m3/hr)

2

Q = Kebutuhan harian air pada

pintu pemasukan (m3/det)

H = Tinggi genangan (m)

A = Luas area sawah (ha)

T = interval pemberian air (hari)

L =Kehilangan air di

lapangan/petak sawah dan saluran

2.4 Pola Tanam

Guritno (2011:2) menjelaskan bahwa pola tanam atau yang dikenal dengan Cropping systems yaitu suatu usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur pola pertanaman (cropping pattern) yang berinteraksi dengan sumber daya lahan serta teknologi budidaya tanaman yang dilakukan. Sedangkan pola pertanaman (cropping pattern) adalah susunan tata letak dan tata urutan tanaman, pada sebidang lahan selama periode tertentu,

termasuk didalamnya perngolahan

tanah dan bera (Anderws & Kassam, 1976; Stelley, 1983; Vendermeer, 1989 dalam Guritno, 2011:2).

Jenis Tanah

FPR (l/det) ha. palawija

Air kurang Air cukup Air memadai

Alluvial 0.18 0.18 - 0.36 0.36 Latosol 0.12 0.12 - 0.23 0.23 Grumosol 0.06 0.06 - 0.12 0.12 Giliran Perlu Mungkin Tidak Sumber:DPU Tingkat I Jawa Timur, 1997 dalam Amrina, 2013

(5)

2.5 Neraca Air

Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi untuk tanaman dan debit andalan yang tersedia di intake maka dibuat neraca air unutk satu daerah irigasi. Sehingga kekurangan dan kelebihan air dapat dipantau atau dievaluasi pada perencanaan selanjutnya.

2.6 Sistem Golongan

Dirjen Pengairan Departemen PU. KP. 01 (1986:108), menyatakan bahwa pemberian air dengan golongan atau dapat diistilahkan rotasi teknis berguna untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Tetapi metode ini akan menyebabkan eksploitasi yang lebih kompleks.

2.7 Sistem Giliran

Sistem Giliran adalah cara pemberian air di saluran tersier atau saluran utama dengan interval waktu tertentu bila debit yang tersedia kurang dari faktor K. Jika persediaan air cukup maka faktor K = 1 sedangkan pada persediaan air kurang maka faktor K<1. Rumus untuk menghitung faktor K (Kunaifi, A.A. 2010:15): dibutuhkan yang Debit tersedia yang Debit K (5) 2.8 Operasi Pintu

Pembukaan dan penutupan pintu pengambilan dan pintu pembilas yang terkoordinir akan menyebabkan debit air dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat banjir atau pada saat kandungan endapan di sungai tinggi, pintu pengambilan ditutup. Tinggi muka air di hulu bendung tidak boleh malampaui puncak tanggul banjir atau elevasi yang ditetapkan. Endapan di hulu bendung sewaktu-waktu harus dibilas. Elevasi muka air di hulu bendung dicatat dua kali sehari atau tiap jam di musim banjir. (Anonim, 2013: 9)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data

Data-data yang dapat

dikumpulkan untuk perhitungan dalam studi ini adalah sebagai berikut:

a. Data Debit

Dalam proses analisa, data debit yang dipakai adalah data debit intake di Dam Blimbing, rerata 10 harian selama 5 tahun terakhir mulai tahun 2008 – 2012. Data

tersebut digunakan untuk

menghitungkan debit andalan. b. Data Irigasi

 Peta Skema Jaringan Irigasi

untuk mengetahui luas baku sawah.

 Peta Daerah Irigasi

 Peta Skema Konstruksi

 Peta Skema Operasi Jaringan

 Data Tanaman

 Kebutuhan air irigasi kondisi

eksisting

 RTTG (Rencana Tata Tanam

Global)

 Data Teknis Bendung

3.2 Langkah-Langkah Pengolahan Data

Untuk melakukan perhitungan dalam studi diperlukan

tahapan-tahapan dalam pengolahan yang

dianalisa seperti pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Pengolahan Data

No. Analisa dan Perhitungan Data yang diperlukan Metode yang Digunakan Keluaran 1. Perhitungan Debit Andalan

Data debit intake 10 harian selama 5 tahun (2008-2012)

Metode Bulan Dasar Perencanaan (Q )80

Nilai debit andalan (liter/detik)

2. Evaluasi tata tanam eksisting dan perhitungan kebutuhan air irigasi kondisi eksisting a. a.Rencana Tata Tanam Global 2008-2012 b. b.Realisasi Tanam 10 harian selama 5 tahun (2008-2012) a.Membandingkan besarnya intensitas tanam rencana dengan realisasi b. FPR-LPR a.Evaluasi sebagai dasar penyusunan RTTG dengan meningkatkan intensitas tanam b. Rerata kebutuhan air eksisting (liter/detik) c. Nilai FPR 3. Analisa pemberian dan pembagian air irigasi eksisting

a. Nilai debit andalan (liter/detik)

Metode Faktor K dalam Neraca air eksisting (membandingkan antara Q yang tersedia dengan hasil perhitungan kebutuhan air)

Penentuan sistem pembagian air (rotasi atau terus-menerus) c. Rerata kebutuhan air eksisting (liter/detik) d. Nilai FPR

4. Rencana Pola Tanam Rencana Tata Tanam Global 2012

Merencanakan Pola Tanam berdasarkan RTTG

(6)

Lanjutan Tabel 3

Sumber : Hasil Analisa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Debit Andalan

Hasil perhitungan debit andalan dengan menggunakan Metode Bulan

Dasar Perencanaan (Q ) pada Tabel 4 80

untuk J.I. Pirang Kiri dan Tabel 5 untuk J.I. Pirang Kanan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Perhitungan Debit Andalan

Intake Pirang Kiri dalam liter/detik

Tabel 5. Perhitungan Debit Andalan

Intake Pirang Kanan dalam liter/detik

4.2 Evaluasi Kondisi Eksisting

a. Pencapaian Rerata Intensitas

Tanam bila dibandingkan dengan RTTG ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Pencapaian Rerata Intensitas

Tanam dibandingkan dengan RTTG

b. Nilai FPR J.I. Pirang selama 5

tahun (2008-2012) ditunjukkan

pada Tabel 7

Tabel 7. Nilai FPR J.I. Pirang

Sumber : Hasil Analisa

Rencana Real Rencana Real Rencana Real Rencana Real Padi 100 99,773 37,120 96,0 0 1,776 137,120 197,529 Palawija dll 0 0 62,880 0 49,740 91,833 112,621 91,833 Tembakau 0 0,227 0 0,227 0 0,727 0 1,180 Tebu 0 0,226 0 0,228 0 0,226 0 0,680 Intensitas Tanam 100 100,226 100 96,435 49,740 94,561 249,740 291,222

Sumber : Hasil Analisa

1,776 Jenis Tanaman MK I MK II Intensitas Tanam (%) Padi Intensitas Tanam MH Jumlah (%) 137,120 197,529 0 37,120 100 99,773 95,980

Bulan Periode Bulan Periode

I 348 I 321 II 351 II 326 III 358 III 322 I 360 I 278 II 336 II 282 III 385 III 315 I 366 I 295 II 389 II 262 III 401 III 254 I 439 I 258 II 462 II 264 III 440 III 290 I 431 I 149 II 416 II 187 III 410 III 199 I 339 I 178 II 365 II 239 III 330 III 334

Sumber : Hasil Perhitungan Maret Februari Januari Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April 80 Q Q80

Bulan Periode Bulan Periode

I 210 I 194 II 212 II 197 III 217 III 194 I 217 I 168 II 203 II 170 III 233 III 191 I 221 I 179 II 235 II 158 III 242 III 155 I 265 I 156 II 279 II 160 III 266 III 175 I 261 I 90 II 251 II 113 III 248 III 120 I 205 I 107 II 220 II 144 III 200 III 202

Sumber : Hasil Perhitungan

Juni Desember Maret September April Oktober Mei November Januari Juli Februari Agustus 80 Q Q80

No. Analisa dan Perhitungan Data yang Diperlukan Metode yang Digunakan Keluaran 5. Perhitungan

kebutuhan air rencana a. Pola Tanam Rencana b. jenis tanaman Metode Konvensional dan SRI Kebutuhan air rencana Metode Konvensional dan SRI berdasarkan golongan (liter/detik)

6. Analisa pembagian air

irigasi a. Nilai debit andalan (liter/detik) b. Kebutuhan air rencana Metode Konvensional dan SRI berdasarkan golongan (liter/detik)

Faktor K Kriteria pembagian

air irigasi

7. Analisa jadwal

pemberian air irigasi

a. Hasil analisa neraca air b. Pola tanam rencana c. Q tersedia Jadwal pemberian air irigasi

8. Pola Operasi Pintu

Intake a. Dimensi Pintu ( ) b. Elevasi Pintu Intake c. Tinggi Muka Air (m) d. Tinggi Bukaan Pintu Eksisting (m)

Metode Rating Curve Tinggi Bukaan Pintu

(m)

Pedoman

FPR (l/det) ha. Palawija Air kurang Air cukup Air memadai

Pemberian Air <0.06 0.06 - 0.12 >0.12 Musim Hujan 0,080

Musim Kemarau I 0,075

Musim Kemarau II 0,483 Giliran Perlu Mungkin Tidak

(7)

4.3 Pola Tanam Rencana

Setelah memperhatikan evaluasi kondisi pola tanam eksisting selama 5tahun (2008-2012) periode tanam, maka pola tanam yang direncanakan adalah meningkatkan intensitas tanam

padi rencana dengan

mempertimbangkan pola tanam yang sesuai dengan Rencana Tata Tanam

Global (RTTG) yaitu Padi -

Padi+Palawija - Padi+Palawija, seperti pada Tabel 8 untuk Pola Tanam Rencana J.I. Pirang Kiri dan Tabel 9 untuk Pola Tanam Rencana J.I. Pirang Kanan

Tabel 8. Pola Tanam Rencana Jaringan

Irigasi Pirang Kiri

Tabel 9. Pola Tanam Rencana Jaringan

Irigasi Pirang Kanan

4.4 Rencana Pembagian Air

Pembagian blok golongan

didasarkan kondisi topografi dan

Bangunan Bagi agar memudahkan dalam pembagian dan pemberian air

irigasi direncanakan seperti pada

Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Skema Pembagian

Golongan J.I. Pirang

4.5 Alternatif Pola Tanam

Pada rencana pola tanam,

penulis membuat dua alternatif. Pada Alternatif I, awal tanam untuk tiap Golongan (I,II,III) dibuat sama yaitu dimulai pada Bulan November. Pada Alternatif II, awal tanam untuk tiap Golongan (I,II,III) dibedakan. Untuk Golongan I awal tanam dimulai Bulan November periode I, untuk Golongan II awal tanam dimulai Bulan November periode III selanjutnya untuk Golongan

Musim Jenis

Tanam Tanaman Ha (%) I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total Luas Baku Sawah D.I. Pirang Kiri 819 Ha

Padi 819 100,00 PL PL PL PL Padi PL PL Palawija dll 0 0,00 Padi 519 63,37 PLPL PL PL Padi PL PL Palawija dll 300 36,63 Padi 119 14,53 PL PL PL PL Padi PL PL Palawija dll 700 85,47 Total 177,900 300,000 Sumber : Hasil Analisa

Keterangan : Padi Palawija MK II 14,530 100 100,000 Palawija MK I 63,370 100,000 Palawija 100,000 MH

Rencana Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agt Sep Okt Intensitas Tanam (%)

Musim Jenis

Tanam Tanaman Ha (%) I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III Padi Total Padi 495 100,00 PL PL PL PL Padi PL PL Palawija dll 0 0,00 Padi 395 79,80 PLPL PL PL Padi PL PL Palawija dll 100 20,20 Padi 55 11,11 PL PL PL PL Padi PL PL Palawija dll 440 88,89 Total 190,909 300,000 Sumber : Hasil Analisa

Keterangan : Padi Palawija

Rencana Nov Des Jan Feb Mar

MK I 79,798 100,000

Palawija

Apr Mei Juni Jul Agt Sep Luas Baku Sawah D.I. Pirang Kanan 495 Ha

MK II 11,111 100,000

Palawija

Okt Intensitas Tanam (%)

100 100,000 MH BP.ki.1ka 4 BP.ki.4.ka 56 BP.ki.2.ki 57 BP.ki.2.ka 11 BP.ki.3.ka 68 BP.ki.5.ka 28 BP.ki.5.ki 126 BP.ki.5.ka.2 75 BP.ki.4.ki 48 BP.ki.6.ka 5 BP.ki.7.ka 19 BP.ki.8.ka 32 BP.ki.9.ki 3 BP.ki.10.ka 26 BP.ki.7.ka 84 BP.ki.12.ka 33 BP.ki.13.ka 35 BP.ki.14.ka 6 BP.ki.14.ki 11 BP.ka.1.ki 33 BP.ka.2.ki 80 BP.ka.2.ka 52 BP.ka.3.ki 25 BP.ka.3.ka 84 BP.ka.4.ki 3 BP.ka.4.ka 9 BP.ka.5.ki 27 BP.ka.5.ka 26 BP.ka.6.ka 87 BP.ka.7.ki 61 BP.ka.7.ki 8 BP.ki.11.ka 7 BP.ki.16ka2 9 BP.ki.16.ka 22 BP.ki.15.ka 54 Bpki 1 Bpki 2 Bpki 3 Bpki 4 Bpki 5 Bpki 6 Bpki 7 Bpki 8 Bpki 9 Bpki 10 Bpki 11 Bpki 12 Bpki 13

Bpki 14 Bpki 15 Bpki 16

Sal. Pirang Kanan Dam. Blimbing

Bpka 1 Bpka 2

JI. PIRANG KIRI

Bpka 3 Bpka 4 Bpka 5 Bpka 6 Bpka 7

JI. PIRANG KANAN Kemantren Bangilan 819 Ha Kemantren Bendo 495 Ha 819 495 Keterangan : A B

=Ploting Area Padi MT II A B

= =

NAMA BANGUNAN LUAS BAKU SAWAH (Ha) Sumber Pirang Sumber Kunci

SKEMA JARINGAN IRIGASI PIRANG

GOLONGAN I

GOLONGAN II

(8)

III awal tanam dimulai Bulan Desember I.

4.6 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Metode Terus-Menerus (Konvensional)

Nilai FPR dan LPR dalam

perhitungan ini berdasarkan hasil

evaluasi kriteria FPR-LPR Eksisting. Berikut adalah perhitungan kebutuhan air irigasi dengan Metode Konvensional pada J.I. Pirang Kanan (Tabel 10) dan pada J.I. Pirang Kiri (Tabel 11)

Tabel 10. Perhitungan Kebutuhan Air

Metode Konvensional J.I. Pirang Kanan

Tabel 11. Perhitungan Kebutuhan Air

Metode Konvensional J.I. Pirang Kiri

4.7 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Metode SRI (System of Rice Intensification)

Untuk perhitungan kebutuhan air Metode SRI J.I. Pirang Kanan dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13 untuk perhitungan kebutuhan air Metode SRI J.I. Pirang Kiri

Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Air

Metode SRI J.I. Pirang Kanan

Tabel 13. Perhitungan Kebutuhan Air

Metode SRI J.I. Pirang Kiri

Dari analisa perencanaan pola tanam tanam, maka penulis mencoba menggabungkan cara pemberian air Metode Konvensional dengan Metode SRI dalam satu pola tanam dengan memilih 29,79% petak tersier dibagian hulu J.I. Pirang Kiri dan 33,33% petak tersier di bagian hulu J.I. Pirang Kanan

menggunakan Metode SRI. Hasil

Musim Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt)

Tanam Gol.I

Luas Baku sawah Pirang Kanan 495 Ha (495 Ha) I Padi 100,00 %

- Pembibitan 38,929

- Garap Tanah 217,980

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 128,608 - Pemeliharaan Fase Generatif 138,212

Palawija dll 0,00 % 0,000

II

Padi 79,80 %

- Pembibitan 29,123

- Garap Tanah 163,072

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 96,213 - Pemeliharaan Fase Generatif 103,398 Palawija dll 20,20 % 8,407 III

Padi 11,11 %

- Pembibitan 26,115

- Garap Tanah 146,228

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 86,275 - Pemeliharaan Fase Generatif 92,717 Palawija dll 88,89 % 229,066 Sumber : Hasil Perhitungan

Uraian

Musim

Tanam Gol.II Gol.III

Luas Baku sawah Pirang Kiri 819 Ha (473 Ha) (346 Ha) Padi 100,00 %

- Pembibitan 37,199 27,211

- Garap Tanah 208,292 152,366 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 122,892 89,896 - Pemeliharaan Fase Generatif 132,070 96,609 Palawija dll 0,00 % 0,000 0,000

Padi 63,37 %

- Pembibitan 22,100 16,166

- Garap Tanah 123,745 90,519 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 73,009 53,407 - Pemeliharaan Fase Generatif 78,462 57,395 Palawija dll 36,63 % 14,566 10,655

Padi 14,53 %

- Pembibitan 32,632 23,871

- Garap Tanah 182,723 133,662 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 107,806 78,861 - Pemeliharaan Fase Generatif 115,857 84,750 Palawija dll 85,47 % 218,885 160,115 Sumber : Hasil Perhitungan

III

Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt)

I Uraian II Musim Tanam (m3/hari) (lt/dt) (495 Ha) (495 Ha) Padi 100,00 % - Persemaian 49,500 0,573 - Pengolahan Lahan 74250,000 859,375 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 3712,500 42,969 - Pemeliharaan Fase Generatif 2970,000 34,375 Palawija dll 0,00 % 0,000 0,000 Padi 79,80 %

- Persemaian 39,500 0,457

- Pengolahan Lahan 59250,000 685,764 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 2962,500 34,288 - Pemeliharaan Fase Generatif 2370,000 27,431 Palawija dll 20,20 % 1500,000 17,361 Padi 11,11 %

- Persemaian 5,500 0,064

- Pengolahan Lahan 8250,000 95,486 - Pemeliharaan Fase Vegetatif 412,500 4,774 - Pemeliharaan Fase Generatif 330,000 3,819 Palawija dll 88,89 % 6600,000 76,389 Sumber : Hasil Perhitungan

II

III

Kebutuhan Air Irigasi Gol.I Luas Baku sawah Pirang Kanan 495 Ha

I

Uraian

Musim

Tanam Gol.II Gol.III Gol.II Gol.III

(473 Ha) (346 Ha) (473 Ha) (346 Ha)

Padi 100,00 %

- Persemaian 47,300 34,600 0,547 0,400

- Pengolahan Lahan 70950,000 51900,000 821,181 600,694

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 3547,500 2595,000 41,059 30,035

- Pemeliharaan Fase Generatif 2838,000 2076,000 32,847 24,028

Palawija dll 0,00 % 0,000 0,000 0,000 0,000

Padi 63,37 %

- Persemaian 29,974 21,926 0,347 0,254

- Pengolahan Lahan 44960,989 32889,011 520,382 380,660

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 2248,049 1644,451 26,019 19,033

- Pemeliharaan Fase Generatif 1798,440 1315,560 20,815 15,226

Palawija dll 36,63 % 2598,901 1901,099 30,080 22,003

Padi 14,53 %

- Persemaian 6,873 5,027 0,080 0,058

- Pengolahan Lahan 10308,974 7541,026 119,317 87,280

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 515,449 377,051 5,966 4,364

- Pemeliharaan Fase Generatif 412,359 301,641 4,773 3,491

Palawija dll 85,47 % 48512,821 4435,897 561,491 51,341

Sumber : Hasil Perhitungan Luas Baku sawah Pirang Kiri 819 Ha

I

II

III

(9)

perhitungan dapat dilihat pada Tabel 14 untuk kebutuhan air J.I. Pirang Kanan dan Tabel 15 untuk kebutuhan air J.I. Pirang Kiri

Tabel 14. Kebutuhan Air dengan

Metode Konvensional + SRI J.I. Pirang Kanan

Tabel 15. Kebutuhan Air dengan

Metode Konvensional + SRI J.I. Pirang Kiri

4.8 Perhitungan Jadwal Rotasi pada Jaringan Irigasi Pirang

Jadwal rotasi dibuat berdasarkan hasil evaluasi neraca air dan pembagian

air dan menurut hasil evaluasi

pembagian air. Sebagai contoh, penulis akan membuat jadwal pada J.I. Pirang

Kiri dari Metode Konvensional

(Alternatif I) yang memerlukan jadwal

rotasi golongan. Jadwal pemberian air irigasi tiap musim tanam dapat dilihat pada Tabel 16

Tabel 16. Jadwal Pembagian Air Irigasi Metode Konvensional

(Alternatif I)

4.9 Perhitungan Pola Operasi Pintu Intake Jaringan Irigasi Pirang

Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas, dari beberapa metode yang

digunakan, Metode Gabungan

(Konvensional+SRI) pada Alternatif II yang terbaik digunakan di J.I. Pirang Kiri. Gambar 2 menunjukkan lengkung debit Intake Kiri dan Gambar 3 menunjukkan lengkung debit Intake Kanan.

Gambar 3. Lengkung Debit Operasi

Intake Kiri Bendung Pirang Sumber: Hasil Analisa

Musim Keb. Irigasi (lt/dt), Metode Konv. Keb. Irigasi (lt/dt), Metode SRI

Tanam Gol.I Gol.I

Luas Baku sawah (Ha) 330 165

Padi 100,00 % 330 ha 165 ha

- Pembibitan 25,953 0,191 26,144

- Garap Tanah 145,320 28,646 173,966

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 85,739 14,323 100,062

- Pemeliharaan Fase Generatif 92,142 11,458 103,600

Palawija dll 0,00 % 0,000 0,000

Luas Baku sawah (Ha) 165

Padi 79,80 % 230 ha 165 ha

- Pembibitan 19,415 0,191 19,606

- Garap Tanah 108,715 28,646 137,360

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 64,142 14,323 78,465

- Pemeliharaan Fase Generatif 68,932 11,458 80,390

Palawija dll 20,20 % 8,407 8,407

Luas Baku sawah (Ha) 165

Padi 11,11 % 0 ha 165 ha

- Pembibitan 17,410 0,191 17,601

- Garap Tanah 97,485 28,646 126,131

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 57,516 14,323 71,839

- Pemeliharaan Fase Generatif 61,812 11,458 73,270

Palawija dll 88,89 % 238,229 238,229

Sumber : Hasil Perhitungan

Total Keb. Air Irigasi Gol. I (lt/dt)

Uraian Metode Metode

Konvensional SRI

II

III I

Musim

Tanam Gol.II Gol.III Gol.II Gol.III

(Ha) 229 346 244 0

Padi 100,00 % 575 ha 244 ha

- Pembibitan 18,010 27,211 0,282 0,000 18,292 27,211

- Garap Tanah 100,843 152,366 42,361 0,000 143,204 152,366

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 59,498 89,896 21,181 0,000 80,678 89,896 - Pemeliharaan Fase Generatif 63,941 96,609 16,944 0,000 80,885 96,609

Palawija dll 0,00 % 0,000 0,000 0,000 0,000

Luas Baku sawah (Ha) 244 0

Padi 63,37 % 275 ha 244 ha

- Pembibitan 10,699 16,166 0,282 0,000 10,982 16,166

- Garap Tanah 59,910 90,519 42,361 0,000 102,271 90,519

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 35,347 53,407 21,181 0,000 56,528 53,407 - Pemeliharaan Fase Generatif 37,987 57,395 16,944 54,931 57,395

Palawija dll 36,63 % 14,566 10,655 14,566 10,655

Luas Baku sawah (Ha) 244 0

Padi 14,53 % 0 ha 244 ha

- Pembibitan 15,799 0,000 0,282 0,000 16,081 0,000

- Garap Tanah 88,464 0,000 42,361 0,000 130,825 0,000

- Pemeliharaan Fase Vegetatif 52,194 0,000 21,181 0,000 73,374 0,000 - Pemeliharaan Fase Generatif 56,092 0,000 16,944 73,036 0,000

Palawija dll 85,47 % 218,885 160,115 218,885 160,115

Sumber : Hasil Perhitungan Uraian

II

III Luas Baku sawah

I

Total Keb. Air Irigasi Gol. II (lt/dt)

Total Keb. Air Irigasi Gol. III (lt/dt) Metode

Konvensional

Keb. Irigasi (lt/dt), Metode Konv. Keb. Irigasi (lt/dt), Metode SRI Metode

(10)

Gambar 4. Lengkung Debit Operasi

Intake Kanan Bendung Pirang

Sumber: Hasil Analisa

V. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dari studi ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Dari hasil evaluasi pada kondisi

eksisting, rerata pencapaian

intensitas tanam selama 5 tahun

terakhir (2008-2012) sebagai berikut : Padi : 197,529 % Palawija : 91,833 % Tembakau : 1,180 % Tebu : 0,680 %

Pada RTTG, rerata intensitas tanam kondisi real untuk tanaman padi sebesar 137,120 % dan palawija sebesar 112,621 %. Selain itu, pada RTTG tidak ada tanaman tembakau dan tebu. Hal ini menunjukkan

ketidaksesuaian realisasi tanam

dengan RTTG.

2. Berdasarkan hasil analisa, pada J.I. Pirang Kiri, metode yang paling besar prosentase pemberian air secara terus-menerus berdasarkan nilai Faktor K adalah Metode Konvensional+SRI. Pada Alternatif

I sebesar 72,22% dan pada

Alternatif II sebesar 100% . Pada J.I. Pirang Kanan, metode yang paling besar prosentase pemberian air secara terus-menerus adalah

Metode Konvensional+SRI sebesar 72,22%.

3. Dari hasil rekapitulasi, pada J.I. Pirang Kiri, Alternatif II lah yang bisa menghemat penggunaan air irigasi. Pada Alternatif II jika

menggunakan Metode

Konvensional+SRI dapat

menghemat 38% dari Metode Konvensional saja. Namun, jika pilihan dijatuhkan pada Alternatif I,

menggunakan Metode

Konvensional+SRI hanya dapat menghemat 24% dari Metode Konvensional saja. Jika pada J.I.

Pirang Kanan, penulis tidak

membuat alternatif pada jaringan ini. Tetapi dilihat dari hasil rekapitulasi, Metode SRI lah yang lebih hemat 30% bila dibandingkan dengan Metode Konvensional saja. 4. Dalam rencana pola operasi intake

J.I. Pirang, bukaan pintu

disesuaikan dengan kebutuhan air irigasi rencana. Dari hasil analisa dan perhitungan, dengan kebutuhan air irigasi rencana pada Metode Konvensional+SRI (Alternatif II) didapat tinggi bukaan pintu sebesar 0,1 m – 0,35 m. Untuk J.I. Pirang Kanan, dengan kebutuhan air irigasi rencana pada Metode SRI didapat tinggi bukaan pintu sebesar 0,05 m – 0,35 m.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Amrina, B.G. 2013. Evaluasi

Kebutuhan Air Irigasi Sebagai Rencana Sistem Pembagian Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi Jenggawah Kabupaten Jember.

Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Anonim. 1977. Pedoman Bercocok

Tanam Padi, Palawija, Sayur-sayuran. Jakarta: Badan Pengendali Bimas Departemen Pertanian.

Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan

(11)

Perencanaan Penunjang .

Bandung: Ditjen. Pengairan

Dep. PU Galang Persada.

Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan

Jaringan Irigasi KP-04, Kriteria Perencanaan Penunjang .

Bandung: Ditjen. Pengairan

Dep. PU Galang Persada

Anonim. 2010. Laporan Akhir

Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) Daerah Irigasi Pirang 1341 Ha Kabupaten Bojonegoro. UPT

PSAWS Bengawan Solo.

Bojonegoro: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan.

Anonim. 2010. Buku Saku Bappeda.

Bojonegoro: Bappeda

Kabupaten Bojonegoro.

Anonim. 2013. Pedoman Operasi dan

Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tahun 2013. Bidang Operasi

dan Pemeliharaan. Surabaya:

Dinas Pekerjaan Umum

Pengairan Provinsi Jawa Timur. Anonim.2013.http://surososipil.files.wo

rdpress.com/2008/09/irigasi1-bab-2-jaringan-irigasi.pdf (diakses pada 19 September 2013).

Anonim.2013.http://bojonegorokab.go.i d/kondisi-geografis/(diakses pada 19 September 2013)

Budyastiti, G. R. 2011. Studi Pengaruh

Pemberian Air Irigasi

Berdasarkan Metode FPR dan

Metode Pasten Serta

Pengaruhnya Terhadap

Pemberian Air Irigasi Pada

Daerah Irigasi Kalilanang

Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang : Universitas Brawijaya. Guritno, B. 2011. Pola Tanam di Lahan

Kering. Malang : UB Press

Huda, M. N. 2012. Kajian Sistem

Pemberian Air Irigasi sebagai Dasar Penyusunan Jadwal Rotasi pada Daerah Irigasi Tumpang Kabupaten Malang.

Studi Akhir tidak

dipublikasikan. Malang:

Universitas Brawijaya.

Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan

Air DI. Tibunangka dengan Sumur Renteng pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis tidak

dipubikasikan. Malang:

UniversitasBrawijaya.

Satria, Utama S. 1999. Studi

Perencanaan Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Nglambangan, Kabupaten Bojonegoro. Studi

Akhir tidak dipublikasikan.

Malang: Universitas Brawijaya. Soewarno. 1995. Hidrologi (Aplikasi

Metode Statistik untuk Analisa Data jilid I). Nova. Bandung.

Walujo, R. Hamudji. 1979.

Perencanaan Jaringan Tersier.

Bandung: Ditjen. Pengairan

Gambar

Tabel 3. Pengolahan Data
Tabel 5.  Perhitungan Debit Andalan                     Intake Pirang Kanan dalam                      liter/detik
Tabel 8.  Pola Tanam Rencana Jaringan  Irigasi Pirang Kiri
Tabel 10. Perhitungan Kebutuhan Air                     Metode Konvensional J.I.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat lunak monitoring server dengan menguji kualitas perangkat lunaknya menggunakan standar

Judul : Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Baduta Di Wilayah Kerja Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar Tahun 2015.. Menyatakan bahwa

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Senam Mata

Seorang anak raja, harus belajar mengasihi seperti ayahnya (yang adil terhadap rakyatnya), jadi kalau kita adalah anak-anak Raja, kita juga tidak boleh melihat kaya atau miskin,

Data kemudian dianalisis berdasarkan: pelanggaran prinsip kerjasama, yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, maksim pelaksanaan; pelanggaran

penelitian yang ditampilkan pada Tabel 1 Kerangka Acuan Kerja dan pemahaman responden terhadap pertanyaan. 2) Ketersediaan data terkait tingkat kehadiran murid dan penerima BSM.

Apabila kelak di kemudian hari terdapat bukti yang memberatkan bahwa saya melakukan plagiasi sebagian atau seluruh hasil karya saya — yang mencakup Landasan Konseptual Perencanaan dan