• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI MA AL-MUNAWWAROH (TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI MA AL-MUNAWWAROH (TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI MA AL-MUNAWWAROH

(TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN)

A’Yunin Nadhifah1, Sudarto Murtaufiq 2 Ahmad Suyuthi 3

Pemdidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Lamongan e-mail: 1eAyuninnadhifah12345@gmail.com, 2murtuafiq@gmail.com,

3ahmadasuyuthi@gmail.com

Abstract: Education is essentially a process of forming character as a noble being with

the majesty of personality. Researchers see education so far more oriented to the academic process, so that it tends to ignore the process of moral character formation among students in the process of implementing education, as a result of that education is losing character. This study aims to find an educational model that is oriented towards character building. Khzanah that should be explored in this research is about models of educational education applied at MA Al-Munawwaroh in efforts to implement, develop and support the improvement of character quality. And then describe the success of MA Al-Munawwaroh Kembangbahu in developing character education. This study uses qualitative methods because the focus is to describe character education in MA Al-Munawwaroh Kembangbahu based on natural facts, without engineering, which is the main instrument is human, and no less important that this research uses data collection methods through interviews, documentation and observation. This study aims to find answers to the existing character education models in MA Al-Munawwaroh Kembanbahu from a philosophical point of view. The results of this study aim that character education in the Al-Munawwaroh MA can be seen from the interactions that occur between educators and students who become the lighthouse in the formation of character education is a family that can not be separated from indicators of strengthening character education which includes religious, nationalist, independent, mutual cooperation, and integrity.

Keywords: Character education, Construction A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan poses pengembangan kecakapan seseorang baik dalam bentuk sikap, prilaku yang ada di masyarakat sekitar dan proses sosial yang mana seseorang akan dipengaruhi oleh lingkungan yang terpimpin misalnya sekolah sehingga dia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkanya. (Baharun, 2018) Pendidikan pada hakikatnya menanamkan nilai transenden-spiritual dan pentingnya dalam hidup bermasyarakat dengan akhlakul karimah. Akhlak dan pendidikan karakter merupakan dua hal yang sangat berkaitan. Pendidikan dan pembelajaran berbasis karakter adalah usaha membentuk agar akhlak manusia menjadi baik, dan tujuan akhir pendidikan akhlak dalam pandangan ulama adalah terbentuknya karakter positif yang tertanam daalam prilaku manusia.

(2)

( Jamaluddin, 2013)

Thomas Lickona said, chracter is a reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way. (Kamaruddin, 2012) And according to Nur Aisyah Buang, in general character symbolizes someone’s personality. Character are certain traits that have been in a person which are shown in the form of his behavior. This combined various characters that are giving this individual prespective which translates principle of this life in the way he acts on whatsover in his surroundings. Characters should not refer to a person’s moral character and ethics but includes aspects of intellectual character, emotional character, physical character, spiritual character and the end of all social character.(Jamaluddin,2013) (The goal is to make Indonesian people having faith, pious and noble, moral, ethics, cultured and ccivilized.(Aisyah,2014)Character education is a developmental curriculum aimed at teaching learners to make knowledgeable and responsible choices by acquiring the knowledge, skills, and abilities needed.( Tannir Abir dkk, 2013)

Pernyataan tersebut di atas menunjukan bahwa, Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai cara berfikir dan berprilaku yang unik dan khas dari setiap individu, baik ruang lingkupnya masyarakat, keluarga, bangsa, dan negara. Pribadi yang memepunyai karakter baik merupakan individu yang bisa membuat suatu keputusan seta siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusanya tersebut. Karaker dimaknai sebagai nilai-nilai perikalu yg ditunjukkan oleh manusia, yang memfokuskan pada bagaimana penetapan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau prilaku sehari-hari.(Mulyasa, 2014) Yang berhubungan dengan Tuhan, terhadap dirinya sendiri, ataupun

(3)

3 terhadap sesama manusia, dan lingkunganya, yang terwujud dalam pola pikir, perasaan, perkataan, sikap, serta perbuatan yang berdasarkan aturan dan norma agama, sosial, budaya, hukum, adat istiadat, dan estetika. (Ramadhani Ali, 2014) Secara praksis, penanaman pendidikan karakter biasanya dapat ditemukan di madrasah dengan mengintregasikan dalam system pembelajaran, melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi, memeberikan keteladanan dan pembiasaan, serta komunikasi intensif antara madrasah dan stake holder terutama terhadap siswa. Salah satu madrasah yang menjadikan pendidikan karakter sebagai basis utama sistem pendidikannya adalah Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu. Madrasah ini sangat mengutamakan tercapainya pendidikan karakter dalam aktivitas kehidupan di madrasah. (Asyari,

2019) sehingga terbentuknya budaya kekeluargaan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menumbuhkan rasa kekeluargaan yang ada dalam Madrasah Aliyah Al-Munawwaroh Kembangbahu sehingga interaksi yang ada di dalam madrasah berjalan layaknya sebuah keluarga. (Asyari, 2019) Hal ini yang menjadi keunikan dari penelitian ini, mengingat madrasah tersebut memiliki keunikan dalam pendidikan karakter peserta didiknya yang terintregasi dengan budaya kekeluargaan. Keluarga dalam hal ini mampu menjadi mercusuar bagi terbentuknya pendidikan karakter yang universal. Oleh karena itu,Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan dalam penulisan sekripsi ini dengan judul “Kontruksi Pendidikan Karakter Di Ma Al-Munawwaroh Kembangbahu (Tinjauan Filsafat Pendidikan)”

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif berupa kata-kata dari sumber-sumber yang ditentukan secarah utuh. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, yaitu peneliti berusaha memahami peristiwa-peristiwa dan kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian dalam situasi tertentu. Teknik pengumpulan data pada yang digunakan peneliti adalah sebagai yaitu : (1) Observasi yaitu yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap).( Sugiyono,2015) (2) Wawancara (interview) yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar inforasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikostruksikan dalam suatu topik tertentu.(Sugiyono,2015) (3) Dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bisaa berbentuk tuliisan,gambar,atau karya yang berbentuk monumental dari sesorang(Sugiyono,2015) metode ini digunakan untuk memeperoleh data yang berhubungan dengan struktur organisasi, keadaan sarana dan

(4)

prasarana, jumlah siswa dan hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian yang terdapat dalam dokumen.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengertian konstruksi pendidikan

A. Konstruksi

Konstruksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi adalah susunan, model, tata letak. (KBBI Online, 2019) Sedangkan Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme.

Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan

membangun. Sedangkan isme dalam Kamus besar Bahasa Indonesia adalah aliran atau paham. (KBBI Onlne, 2019) Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. (Uyoh sadullah , 2003)

B. Pengertin pendidikan karkter

Pendidikan menurut UU RI No. 20 tahun 2003 memuat pengertian pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Binti Maunah , 2016) Karakter adalah bentuk atau watak, tabiat, akhlak yang melekat pada pribadi seseorang yang terbentuk dari hasi internalisasi yang digunakan sebagai landasan untuk berfikir atau perilaku sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada

(5)

5 individu tersebut. Karakter individu akan berkembang dengan baik, apabila memperoleh penguatan yang tepat. (Evina Cida, 2016)

2. Hakikat pendidikan menurut aliran filsafat konstruktivisme

Teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan berpikir yang bersifat eklektik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai. adapun tujuan pendidikan menurut aliran filsafat konstruktivisme merupakan salah satu perkrmbangan model pembelajaran mu yang mengedepankan aktivitas peserta didik di dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksporasi dan menemukan pengetahuanya sendiri. Aliran

(6)

kontrusktivisme ini dalam kajian ilmu pendiidkan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif yang secara teoritik menekankan pada peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam menemukan ilmu baru.

3. Implikasi konstruktivisme terhadap proses pembelajaran

Pada teori konstruktivisme pendidik tidak dapat secara langsung memberikan informasi, melainkan proses belajar hanya akan terjadi bila peserta didik berhadapan langsung dengan realitas atau objek tertentu. Pengetahuan diperoleh oleh peserta didik atas dasar proses transformasi struktur kognitif tersebut. Dengan demikian tugas pendidik dalam proses pembelajaran adalah menyediakan objek pengetahuan secara konkret, mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan pengalaman peserta didik atau memberikan pengalaman-pengalaman hidup konkret (nilai- nilai, tingkah laku, sikap) untuk dijadikan objek pemaknaan.

Penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran akan membawa implikasi sebagi berikut:

a. Isi Pembelajaran

Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, guru tidak dapat menentukan secara spesifik isi atau bahan yang harus dipelajari oleh siswa, tetapi hanya sebatas memberikan rambu-rambu bahan pembelajaran yang sifatnya umum.

b. Tujuan Pembelajaran

tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah membangun pemahaman. Pemahaman dinilai penting, karena pemahaman akan memberikan makna kepada apa yang dipelajari. Karena itu tekanan belajar bukanlah untuk memperoleh atau menemukan lebih banyak, akan tetapi yang lebih penting adalah memberikan interpretasi melalui skema atau struktur kognitif yang berbeda.

c. Strategi Pembelajaran

Dalam hal ini teknik dan seni yang dimiliki guru ditantang untuk mengoptimalkan pembelajaran Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari perspektif ganda, dan informasi yang efektif atau kontrol eksternal yang teliti dari peristiwa-peristiwa siswa yang ketat,

(7)

7 dihindari sama sekali. Untuk maksud tersebut, guru perlu melakukan hal-hal berikut: (1) menyajikan masalah-masalah

(8)

aktual kepada siswa dalam konteks yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, (2) pembelajaran distrukturkan di sekitar konsep-konsep primer, (3) memberi dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sendiri, (4) memberikan siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan sendiri, (5) memberanikan siswa mengemukakan pendapat dan menghargai sudut pandangnya, (6) menantang siswa untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam, bukan sekedar menyelesaikan tugas, (7) menganjurkan siswa bekerja dalam kelompok, (8) mendorong siswa untuk berani menerima tanggung jawab, dan (9) menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.

d. Penataan lingkungan belajar berdasar pendekatan konstruktivistik diidentifikasikan dengan alternatif sebagai berikut; (1) menyediakan pengalaman belajar melalui proses pembentukan pengetahuan dimana siswa ikut menentukan topik/sub topik yang mereka sikapi, metode pembelajaran beriku tstrategi pembelajaran yang dipergunakan, (2) menyediakan pengalaman belajar yang kaya akan alternatif seperti peninjauan masalah dari berbagai segi, (3) mengintegrasikan proses belajar dengan konteks yang nyata dan relevan dengan harapan siswa dapat menerapkan pengetahuan yang didapat dalam hidup sehari-hari, (4) memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan isi dan arah belajar mereka dengan menempatkan guru sebagai konsultan, (5) peningkatan interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa sendiri, (6) meningkatkan penggunaan berbagai sumber belajar disamping komunikasi tertulis dan lisan, (7) meningkatkan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan mereka agar siswa mampu menjelaskan mengapa/bagaimana mereka memecahkan masalah dengan cara tertentu.

e. Hubungan Guru-Siswa

Dalam aliran kostruktivisme, guru bukanlah seseorang yang mahatahu dan siswa bukanlah yang belum tahu, karena itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar, siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan siswa bersama-sama membangun pengetahuan.

(9)

9 Dalam hal ini hubungan guru dan siswa lebih sebagai mitra yang bersamasama membangun pengetahuan.

Untuk mengidentifikasi sejumlah karakteristik hubungan guru-siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik berikut ini:

a. hubungan antara guru dengan siswa diupayakan terjadi secara optimal,

b. pembelajaran perlu difokuskan pada kemampuan siswa untuk menguasai konsep dan mengutarakan pandangannya,

c. evaluasi siswa terintegrasi dalam proses belajar mengajar melalui observasi terhadap siswa yang umumnya bekerja dalam kelompok,

d. aktivitas siswa lebih ditekankan pada pengembangan generalisasi dan demonstrasi, e. aktivitas pembelajaran relatif tergantung pada isi

yang menyebabkan siswa berpikir.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di MA Al- Munawwaroh Kembangbahu proses pembentukan karakter melalui perangkat pembelajaran seperti strategi penerapan pendidikan karakter melalui penguatan mata pelajaran agama islam selain itu pengintegrasian pendidikan karakter disetiap mata pelajaran dibidang pengetahuan dan juga melalui proses kegiatan ekstrakulikuler yaitu dengan melibatkan siswa didalamnya seperti :

Tabel.5.1

Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Agama Islam

NO ASPEK NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

1 Al- Qur’an

(Ayat-ayat Al-Qur’ann tentang Manusia dan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi, Keikhlasan

dalam beribadah,

Demokrasi, Kompetisi

Religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,menghargai prestasi, bersahabat/

(10)

dalam kebaikan, Perintah menyantuni kaum du’afah,

Perintah menjaga

kelestarian lingkungan, Anjuran bertoleransi, Etos Kerja, Penegembangan IPTEK

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab

2 Aqidah

(Iman kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya

dalam Asmaul

Husna,keimanan kepada Malaikat, Iman kepada Rasul rasul Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada qadha qadar

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

3 Fikih

Sumber hukum Islam, Hukum taklifi,dan hikmah ibadah, Zakat, Haji dan Wakaf, Hukum Islam tentang Mu’amalah,

Pengurusan jenazah,

Khutbah, Tabligh dan Dakwah, Hukum Islam tentang Hukum Keluarga, Waris

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab

4 Tarikh dan Kebudayaan Islam

(Keteladanan Rasulullah dalam

membina umat periode Makkah,

Keteladanan Rasulullah

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,menghargai prestasi, bersahabat/

komunikatif, cinta damai, gemar

(11)
(12)

dalam membina

umat periode Madinah, Perkembangan Islam pada abad pertengahan (1250 – 1800), Perkembangan Islam pada masa modern (1800-sekarang), PerkembanganIslam di Indonesia, perkembangan Islamdi dunia

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab

5 Akhlak

perilaku terpuji, Menghindari Perilaku

Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/

komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab

Tabel 5.3

Deskripsi Pendidikan Karakter pada kegiatan Ekstrakulikuler. NO Jenis Kegiatan Ekstakulikuler Nilai Pendidikan Karakter Yang

Dikembangkan

1 Keagamaan Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras,Kreatif, Mandiri, Demokrasi, Cinta Tanah Air, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab 2 Olahraga Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja

Keras,

(13)

9 3 Seni Disiplin, Kerja Keras, Kreatif,

Mandiri, Demokrasi, Dan Tanggung Jawab

D. KESIMPULAN

Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran, pendidik harus memberi peluang seluas-luasnya agar terjadi proses dialogis antara sesama peserta didik, dan antara peserta didik dengan pendidik, sehingga semua pihak merasa bertanggung jawab bahwa pembentukan pengetahuan adalah tanggung jawab bersama. Dapat dilihat melalui pembiasaan yang ada di MA Al-Munawwaroh Kembangbahu dimana interaksi yang terjadi anatara pendidik dan peserta didik menjadi mercusuar dalam terbentuknya pendidikan karakter yang bersifat kekeluargaan dan tidak terlepas dari indikator penguatan pendidikan karakter yang meliputi sifat religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas.

Model pendidikan karaker yang mencangkup penentuan prosedur penerapan seperti dengan memperhatikan proses Perencanaan Pembelajaran yang dilakukan dengan cara merencanakan penyusunan silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang disisipkan nilai- nilai pembentuk karakter, strategi penerapan pendidikan karakter melalui penguatan mata pelajaran, dan juga pengintegrasian pendidikan karakter disetiap mata pelajaran dibidang pengetahuan, dapat juga melalui proses kegiatan ekstrakulikuler yaitu dengan melibatkan siswa didalamnya, yang diharapkan siswa mampu untuk menerima dan juga bisa membiasakan diri

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abir Tannir, Anies Al-Hroub. Effects Of Character Education On The Self-Esteem Of Intellectually Able And Less Able Elementary Students In Kuwait. International Journal Of Special Education, 28 (1) 2013, 48.

Aisyah. A.R. The Implementation Of Character Education Through Contextual Teaching And Learning At Personality Development Unit In The Sriwijaya University Palembang. International Journal

of Education and Research, 2 (10) 2014,205.

Asyari, Wawancara, Lamongan, 17 November 2019.

Binti Maunah, “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa”, Jurnal pendidikan karakter, Vol. 2 No. 4, September 2016, 91.

Didin Jamaluddin. Character Education in Islamic Perspective.

International Journal Of Scientific & Technology Research, Vol. 2

No.2 ,2013, 188.

Evina Cida Hendriana dan Arnold Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah.”Jurnal Pendiidkan Dasar Indonesia is

licensed under, Vol.1 No.2, September 2016, 25-29

H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakater (Jakarta : PT Bumi Aksara), 3

Hasan Baharun, dkk, “Kontruksi Pendidikan Karakter di Madrasah Berbasis Pesantren”, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 8 No. 1, Januari- Juni 2018, 149-150

Hasan Baharun, dkk, “Kontruksi Pendidikan Karakter di Madrasah Berbasis Pesantren”, 150.

(15)

11 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Online “isme” dalam

https://jgoankata.com/arti kata/isme.html. dikases pada 12

(16)

SAWABIQ : JURNAL KEISLAMAN

Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

P-ISSN: e-ISSN:

Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Online “Konstruksi” dalam https://jgoankata.com/arti kata/konstruksi.html. dikases pada 12 november 2019.

Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Online “Konstruksivisme” dalam

https://jgoankata.com/arti kata/konstruksivisme.html. dikases pada

12 november 2019.

Muhammad Ali Ramadhani. Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi

Pendidikan Karakter. Jurnal Penddikan Universitas Garut, 08 (01)

2014,29.

Samsul A. Kamaruddin. Character Education and Students Social

Behavior. International Journal of Education and Learning, Vol. 6

No.4, 2012, 225.

(17)

A’Yunin Nadhifah1, Sudarto Murtaufiq 2 Ahmad Suyuthi 3

SAWABIQ : JURNAL KEISLAMAN Volume 1 Nomor 1, Tahun 2020

Uyoh sadullah, Penggantar Filsafat Pendidikan Bandung: CV Alffabeta,2003,hlm31.

(18)

A’Yunin Nadhifah, Sudarto Murtaufiq Ahmad Suyuthi

Referensi

Dokumen terkait

Bersifat hukum publik karena ketentuan di kedua pasal tersebut merupakan standar minimal yang harus terpenuhi dalam suatu perjanjian kerja, sedangkan bersifat hukum privat

hose such perspectives out of any considerations about equality for women will be the root of the perception that women are not capable to participate in

Hal ini akan membuka wawasan bahwa untuk menjadi tenaga ahli dan profesional dalam bidangnya sesuai tuntutan dunia kerja, peserta didik memiliki hasil belajar praktik

Adalah bijak sana untuk meneliti setiap negeri dimana kemasan tersebut akan digunakan agar diketahui prasangka, suka dan ketidaksukaan yang berlaku ada setiap

Persentase masyarakat bandara yang mendapatkan pelayanan kesehatan adalah indikator keluaran dari kegiatan upaya pelayanan kesehatan dimana masyarakat datang ke pos pelayanan

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah yang lain, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini

RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN