• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Terintegrasi Dengan Karakter Positif Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Terintegrasi Dengan Karakter Positif Siswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Syarifuddin & Sutarto

Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Email: syarifmbojo@yahoo.com

Abstract: This research is aimed at finding to make a learning equipment cooperative STAD type that is valid, simple and effective to improve the character and student’s achievement in Junior High School in Sumbawa Island. This research is development research using development 4-D model by Thiangarajan and Semmel has been modified to Define, Design and Develop steps. Development of equipment is started from analysis pre-post, student analysis, material analysis, exercises analysis, spesification of learning purpose, choosing the media, choosing the format, designing the product, test expertise and practise, limited test and test practise. The instrument of the research is validation sheet, observation sheet of learning, observation sheet of student’s character, questionnaire of character, questionnaire of student’s response, questionnaire of teacher’s scoring, and test of student’s result. the output of this research is learning equipment cooperative STAD type. The result of the test show that the development of equipment is simple and efective to improve student’s character and achievement.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran koopertif tipe STAD yang valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan karakter dan prestasi siswa SMP se-Pulau Sumbawa pada materi pokok himpunan. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Development research). Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan 4-D yang dikembangkan oleh Thiangarajan, Semmel dan Semmel yang telah dimodifikasi sehingga hanya memuat tahap Define, Design dan Develop. Pengembangan perangkat dimulai dari tahap analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis materi, analisis tugas, spesifikasi tujuan pembelajaran, pemilihan media, pemilihan format, desain produk, uji ahli dan praktisi, uji coba terbatas dan uji coba lapangan. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi karakter siswa, angket karakter, angket respons siswa, angket penilaian guru, dan tes hasil belajar. Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif pada materi pokok himpunan. Hasil validasi menunjukkan perangkat yang dikembangkan layak digunakan dengan kategori sangat baik. Hasil uji coba menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan praktis dan efektif meningkatkan karakter dan prestasi siswa. Kepraktisan pada uji coba terbatas mencapai kategori baik dengan rata-rata keterlaksanaan pembelajaran 77 % dan pada uji coba lapangan mencapai kategori sangat baik dengan rata-rata keterlaksanaan 92 %. Keefektifan ditinjau dari hasil pretest dan postest pada uji coba yang dilakukan menunjukkan ada peningkatan rata-rata 60,5 poin dengan ketuntasan belajar 75 % pada uji coba terbatas dan peningkatan rata-rata 53, 57 poin dengan ketuntasan belajar 77, 42 % pada uji coba lapangan. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa yang relevan dengan pengembangan karakter pada uji coba terbatas maupun uji coba lapangan menunjukkan peningkatan karakter siswa di setiap pertemuan. Berdasarkan angket karakter yang diisi siswa sebelum dan sesudah belajar dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan pada uji coba terbatas menunjukkan 100 % siswa memenuhi kategori minimal baik, pada uji coba lapangan 93,5 % siswa mencapai kategori minimal baik.

Kata kunci: pengembangan, pembelajaran kooperatif tipe STAD, karakter positif. Pendahuluan

Pendidikan nasional berfungsi untuk me-ngembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan

pen-didikan nasional adalah untuk mengem-bangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan

(2)

tujuan pendidikan nasional tersebut mene-gaskan tentang pentingnya pendidikan karakter. Bahkan, lima dari Sembilan potensi peserta didik yang ingin dikem-bangkan adalah aspek karakter. Aspek karakter tersebut adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Mulyana (2004) tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan kepribadian manusia yang matang secara intelektual, emosional dan spiritual. Karena itu, komponen esensial kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Nilai dan kebajikan ini harus menjadi dasar pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban, kebaikan, dan ke-bahagiaan secara individual maupun sosial.

Orientasi pendidikan yang parsia-listik seperti ini sudah tidak relevan di-kembangkan mengingat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mene-gaskan pentingnya pembelajaran yang di-rancang untuk proses belajar untuk tahu (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi yang lebih baik (learning to be). Empat pilar pendidikan di atas merupakan pilar belajar sebagaimana yang dikemukakan UNESCO. Bahkan menurut Tim Penyusun buku Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa perlu ditambahkan pilar yang kelima yaitu belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (learning to believe in God).

Kondisi di atas tentu sangat mem-prihatinkan dan patut menjadi perenungan kita semua. Lickona (1991: 13-18) me-ngungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai, karena jika tanda-tanda itu sudah ada, maka itu berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kala-ngan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak keke-rasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) mem-budayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Berdasarkan kenyataan di atas maka pelaksanaan pendidikan di Indonesia perlu dikembalikan pada fungsi dan tujuan yang sebenarnya yaitu membentuk manusia yang memiliki karakter positif dan memegang teguh nilai-nilai kebenaran. Hal ini sejalan dengan program pemerintah, pada peri-ngatan hari Pendidikan Nasional tepatnya tanggal 2 Mei 2010 Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pentingnya pendidikan karakter.

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan terencana untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam diri individu yang berada di dalam komunitas. Hasil dari pendidikan karakter adalah suatu

(3)

partum-diterima oleh komunitasnya. Pendidikan karakter melibatkan pendidikan moral dan pendidikan nilai. Menurut Megawangi (2010) ada sembilan pilar karakter yang penting untuk dikembangkan, yaitu: (1) Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya, (2) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian, (3) kejujuran, (4) Hormat dan santun, (5) Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama, (6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, (7) Keadilan dan kepemimpinan, (8) Baik dan rendah hati, dan (9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Sebagai upaya mengintegrasikan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika inilah maka menjadi sangat penting dilakukan penelitian untuk mengem-bangkan model pembelajaran matematika yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif. Model pembelajaran adalah sebuah deskripsi tentang lingkungan (sua-sana) belajar. Model pembelajaran terdiri dari tahapan-tahapan pembelajaran (syntax), sistem sosial (social system), prinsip dari reaksi (principles of reaction), dan sistem pendukung (support system).

Model pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. Lickona (1992) memaparkan kelebihan pembelajaran kooperatif kaitannya dengan pendidikan karakter, yaitu: (1) Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai pentingnya kerjasama, (2) Pembelajaran kooperatif membangun komu-nitas di kelas, (3) Pembelajaran kooperatif mengajarkan basic life skills, (4) Pem-belajaran kooperatif mengembangkan

prestasi akademik, harga diri (percaya diri), dan sikap positif terhadap sekolah, (5) Pembelajaran kooperatif menawarkan jalan alternatif, (6) Pembelajaran kooperatif memiliki potensi menekan efek negatif dari kompetisi atau persaingan.

Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk berupa perangkat pembelajaran matematika pada model pembelajaran koo-peratif yang terintegrasi dengan pengem-bangan karakter positif siswa SMP se-Pulau Sumbawa. Harapannya dapat memberi kontribusi bagi upaya peningkatan martabat dan karakter bangsa sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Selain itu, hasil dari penelitian ini bisa menjadi acuan bagi pengembangan pembelajaran pada materi yang lain.

Metode Penelitian

Model Pengembangan

Penelitian ini difokuskan pada pengem-bangan produk berupa perangkat pem-belajaran matematika yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif. Perangkat yang dikembangkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4-D yang dikembangkan oleh Thiangarajan, Semmel, dan Semmel. Pada penelitian ini model 4-D dimodifikasi sehingga hanya memuat tahap Define, Design dan Develop. Langkah-langkah yang ditempuh dalam prosedur pengembangan ini adalah:

(4)

Gambar 1. Modifikasi Model Pengembangan 4-D Thiangarajan, Semmel, Semmel Keterangan: Alur utama Kegiatan Syarat hasil Hasil kegiatan

A. Instrumen Pengumpulan Data a. Instrumen untuk Mengukur kevalidan 1) Lembar validasi RPP

2) Lembar Validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Lembar validasi Tes Hasil Belajar (THB)

b. Instrumen untuk Mengukur Kepraktisan 1) Angket Penilaian Guru

2) Angket Respons Siswa

3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

c. Instrumen untuk Mengukur Keefektifan 1) Tes Hasil Belajar (THB)

(5)

Positif

a) Lembar Observasi Karakter Siswa dalam Pembelajaran

b) Angket Penilaian Karakter Positif Teknik Analisis Data

a. Analisis Kevalidan Perangkat Pem-belajaran. Kriteria validitas untuk masing-masing produk yang dikembangkan.

b. Analisis Kepraktisan Perangkat Pem-belajaran. Sedangkan kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari keterlaksaan model pembelajaran.

c. Analisis Keefektifan Perangkat Pem-belajaran

1) Analisis Tes Hasil Belajar (THB)

Hasil belajar dikatakan efektif/tuntas secara individual jika mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65, sedangkan keefektifan klasikal tercapai jika paling sedikit 75 % siswa subjek uji coba mencapai kriteria ketuntasan invidual.

2) Analisis karakter siswa

Analisis aktivitas yang relevan dengan pengembangan karakter positif ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Hasil pengamatan aktivitas siswa untuk setiap kategori aktivitas yang relevan dengan pengembangan karakter positif dalam satu kali pertemuan dijumlahkan.

b) Menghitung persentase aktivitas siswa yang relevan dengan pengembangan karakter positif.

c) Selanjutnya persentase aktivitas siswa dirujuk pada kriteria pencapaian aktivitas siswa yang relevan dengan pengembangan karakter positif.

Hasil Penelitian

Uji Coba Lapangan 1) Prestasi Siswa

Analisis peningkatan prestasi siswa pada uji coba ini menggunakan data pretest dan posttest. Pada pelaksanaan pretest hanya diikuti 31 siswa dari 34 siswa kelas VII B SMP N 4 Bolo Kab. Bima. Berdasarkan data pretest dibentuk kelompok belajar dengan memperhatikan keragaman kemampuan siswa. Hasil analisis prestasi siswa pada uji coba lapangan ini ditunjukkan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Ketuntasan Belajar pada Uji Coba Lapangan Banyak siswa yang tuntas Rata-rata nilai Persentase ketuntasan Pretest 0 21, 86 0 % Posttest 24 74, 43 77, 42 % Peningka tan 24 53, 57 77, 42 %

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat di-simpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah efektif mening-katkan prestasi hasil belajar siswa sebesar 77,42 %. Menurut kriteria keefektifan hasil belajar perangkat yang dikembangkan disebut efektif jika ketuntasan klasikal minimal 75 %.

2) Karakter Siswa Selama Pembelajaran Analisis karakter siswa selama proses pembelajaran ini digunakan untuk menge-tahui sejauhmana pengamalan nilai-nilai karakter positif selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa pada uji coba lapangan ini didapatkan hasil sebagai berikut:

(6)

Tabel 2. Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Karakter pada Uji Coba Lapangan

Perte- muan

Rata-rata persentasi

(%)

Persentasi siswa yang memenuhi kategori minimal baik (%) 1 89 86, 2 2 90 80 3 92 87, 09 4 88 83, 33 5 95 93, 5 6 97 100 7 99 100

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat disimpul-kan bahwa produk yang dikembangdisimpul-kan sudah efektif, karena persentase siswa yang

memenuhi kategori karakter minimal “baik” pada setiap pertemuan telah memenuhi kriteria minimal keefektifan, yaitu 80 %. Berdasarkan Tabel 29 juga dapat disim-pulkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa yang relevan dengan karakter positif pada setiap pertemuan terus mengalami peningkatan.

3) Angket Karakter

Analisis karakter siswa ini berdasarkan data yang didapatkan melalui pengumpulan data sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Skor Angket Karakter pada Uji Coba Lapangan

No Kategori Sebelum pembelajaran Sesudah pembelajaran Peningkatan 1 Sangat baik 71 % 74, 2 % 3, 2 % 2 Baik 22, 6 % 19, 4 % -3, 2 % Total 93, 5 % 93, 5 % 0 %

Sebagaimana pada uji coba terbatas, ditinjau dari persentase karakter siswa yang memenuhi kategori minimal “baik” pada uji coba lapangan juga tidak ada peningkatan. Meski demikian, jika ditinjau dari kategori maka pesentase kategori “sangat baik” meningkat 3,2 %, demikian pula jika

ditinjau dari skor karakter terjadi peningkatan sebesar 108 poin. Analisis lebih lanjut untuk mendapatkan informasi per-sentase siswa yang mencapai karakter minimal baik berdasarkan dimensi karakter dan objek karakter disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5 berikut:

Tabel 4. Persentase Siswa yang Mencapai Kategori Karakter Minimal Baik pada Uji Coba Lapangan Berdasarkan Dimensi Karakter

No Dimensi Karakter Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran Peningkatan 1 Moral knowing 90,63 % 90,63 % 0 % 2 Moral feeling 93,75 % 93,75 % 0 % 3 Moral action 95,83 % 95,83 % 0 % 4 Keseluruhan Item 93, 1% 93, 1% 0 %

Berdasarkan Tabel 4. dapat disimpulkan bahwa karakter siswa ditinjau dari aspek dimensi karakter telah mencapai kriteria

efektif karena persentase siswa yang mencapai kategori minimal baik lebih dari 80% pada setiap dimensi karakter.

(7)

Tabel 5.Persentase Siswa yang Mencapai Kategori Karakter Minimal Baik pada Uji Coba Lapangan Berdasarkan Objek Karakter

No Objek Karakter Sebelum Pembelajaran Sesudah Pembelajaran Peningkatan 1 Tuhan Yang Maha Kuasa 100 % 100 % 0 % 2 Diri sendiri 86, 36 % 81, 82 % -4, 55 % 3 Orang lain 95, 45 % 95, 45 % 0 % 4 Lingkungan 92, 86 % 100 % 7, 14 %

Berdasarkan Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa karakter siswa ditinjau dari objek karakter telah mencapai kriteria efektif karena persentase siswa yang mencapai kategori minimal baik lebih dari 80% pada setiap objek karakter. Terdapat peningkatan 7,14 % pada objek lingkungan dan penurunan 4,54 % pada objek diri sendiri. Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Semua perangkat model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif siswa SMP se-Pulau Sumbawa pada materi pokok himpunan yang dikem-bangkan (RPP, LKS, dan THB) valid dengan kategori “sangat baik”, maka perangkat ini layak digunakan sebagai sumber belajar.

2. Semua perangkat model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif siswa SMP se-Pulau Sumbawa pada materi pokok himpunan yang dikem-bangkan (RPP, LKS, dan THB) setelah melalui tahap uji coba lapangan sudah mencapai kriteria praktis, baik ditinjau dari keterlaksanaan model pembela-jaran, penilaian guru, dan respons

siswa.

3. Semua perangkat model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif siswa SMP se-Pulau Sumbawa pada materi pokok himpunan yang dikem-bangkan (RPP, LKS, dan THB) setelah melalui tahap uji coba lapangan sudah mencapai kriteria efektif, baik ditinjau dari ketuntasan hasil belajar siswa maupun karakter siswa.

Saran

Adapun saran pemanfaatan, diseminasi, dan pengembangan produk lebih lanjut adalah:

1. Perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif pada materi pokok ini sudah diuji kelaya-kannya dengan uji kevalidan, keprak-tisan dan keefektifannya, maka disaran kepada guru untuk menggunakan pe-rangkat ini sebagai alternatif panduan dalam pembelajaran materi pokok himpunan di kelas VII SMP.

2. Perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif hanya terbatas pada materi pokok himpunan, maka disarankan kepada peneliti lain untuk mengembangkannya pada ma-teri pokok yang lain atau pada tingkat satuan pendidikan yang berbeda.

(8)

3. Tahap keempat dari model pengem-bangan 4-D yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap diseminasi belum dilaksanakan, maka terbuka peluang peneliti yang lain untuk mengkaji lebih jauh tentang keefek-tifan perangkat pembelajaran koope-ratif tipe STAD yang terintegrasi dengan pengembangan karakter positif.

Daftar Pustaka

Lickona, T. (1992). Education for charac-ter: How our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books.

Megawangi, Ratna. (2010). Membangun SDM Indonesia melalui pendidikan holistik berbasis karakter. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010 dari www.keyanayu.blogspot.com Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasi

pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1. Modifikasi Model Pengembangan 4-D Thiangarajan, Semmel, Semmel  Keterangan:  Alur utama  Kegiatan  Syarat hasil  Hasil kegiatan
Tabel 1. Ketuntasan Belajar pada Uji Coba  Lapangan  Banyak  siswa  yang  tuntas  Rata-rata nilai  Persentase  ketuntasan  Pretest  0  21,  86  0 %  Posttest  24  74,  43  77, 42 %  Peningka tan  24  53, 57  77, 42 %
Tabel 2. Aktivitas Siswa yang Relevan  dengan Karakter pada Uji Coba Lapangan
Tabel 5.Persentase Siswa yang Mencapai Kategori Karakter Minimal Baik pada Uji Coba  Lapangan Berdasarkan Objek Karakter

Referensi

Dokumen terkait

Jalan Kolonel Wahid

Dalam aspek penataan ruang kerja ada beberapa hal yang terkait yaitu pencahayaan, suara, warna dan juga letak dari perabotan dn alat kerja kantor. 1) Pencahayaan

Hasil penelitian inaktivasi in situ memberikan fakta empiris mengenai efektivitas ameliorasi bahan organik dan dolomit serta pemupukan NPK pada dosis rasional untuk budidaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis usahatani padi organik dan non organik dan untuk mengetahui besarnya tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko

Informasi ini mengarah pada kesimpulan bahwa pada kawasan perkebunan atau HTI: (a) kebakaran secara langsung dilakukan oleh orang/masyarakat baik sebagai petani pada enclave

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menghitung dan meminimumkan biaya material handling , membuat disain usulan layout baru berdasarkan systematic layout

Profesi sebagai guru pendidikan agama Islam suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang berkualifikasi tinggi dalam mendidik dan membimbing

Telah dilakukan penelitian sebelumnya tentang formulasi granul effervscent ekstrak kelopak bunga rosella ( Hibiscus sabdariffa L) dengan variasi metode yaitu granulasi