• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III BAHAN DAN METODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III BAHAN DAN METODE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

25 BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 11 Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran untuk proses fermentasi, pembuatan pakan dan di Hatchery Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran untuk pemeliharaan dan pengamatan ikan uji.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya: 1. Ikan uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan nilem berumur dua bulan yang berukuran 5 cm - 6 cm dengan bobot rata-rata 2,69 ± 0,22 g. Benih ikan nilem diperoleh dari Balai Benih Ikan Ciparay, Bandung. Jumlah ikan yang digunakan selama penelitian adalah 150 ekor ikan uji dalam perlakuan dan 50 ekor ikan stok.

2. Pakan uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan dengan penggunaan tepung daun apu-apu hasil fermentasi Aspergillus niger dalam persentase 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat pakan. Pakan uji yang diformulasikan terdiri dari bahan-bahan tepung ikan, tepung kedelai, tepung daun apu-apu hasil fermentasi, tepung jagung, dedak halus, tepung tapioka, minyak ikan dan top mix.

(2)

3. Inokulum Mikroba

Inokulum mikroba yang digunakan untuk proses fermentasi adalah strain Aspergillus niger koleksi Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Lampiran 23 d).

4. Daun apu-apu

Daun apu-apu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari area persawahan daerah Bypas kota Cirebon sebanyak 8,3 kg berat basah yang menjadi 1 kg berat kering setelah ditepungkan.

3.2.2 Alat-alat Penelitian

a. Alat-alat yang digunakan untuk fermentasi :

1. Tabung reaksi untuk media agar miring dan inokulasi kultur kapang. 2. Ose untuk mengambil strain kapang dari kultur stok.

3. Autoclav merk Nano tec untuk sterilisasi.

4. Bulb pipet dan bunsen untuk proses pengenceran.

5. Erlenmeyer volume 300 mL untuk menyimpan hasil saring ekstrak tauge. 6. Kain kasa untuk menyaring ekstrak tauge.

7. Rak tabung reaksi sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi. 8. Beaker glass dan gelas ukur berbagai ukuran untuk menakar larutan. 9. Petri dish sebagai tempat penghitungan total koloni kapang.

10. Timbangan digital merk Accula kapasitas 6 kg dengan ketelitian 0,1 g untuk menimbang bahan tambahan yang akan digunakan.

11. Blender untuk menghaluskan hasil panen inokulum.

12. Panci dan kompor untuk mengukus bahan pembuatan inokulum padat. 13. Baki sebagai tempat mendinginkan bahan yang telah dikukus.

14. Plastik dan aluminium foil digunakan untuk membungkus tepung daun apu-apu yang telah dicampur Aspergillus niger dan menutup hasil kukusan bahan saat pembuatan inokulum padat.

15. Inkubator untuk menginkubasi tepung daun apu-apu yang difermentasi dan menstabilkan suhu pada saat kultur kapang.

(3)

b. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan pakan :

1. Timbangan digital merk AND EK-120G dengan ketelitian 0,01 g untuk menimbang berat pakan.

2. Mesin penggiling digunakan untuk menghaluskan daun apu-apu hingga menjadi tepung.

3. Pelletizer untuk mencetak pakan. 4. Wadah plastik sebagai tempat pakan.

5. Ayakan 80 mesh untuk menyaring bahan pakan. 6. Kompor dan panci untuk mengukus bahan pakan.

c. Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ikan uji :

1. Akuarium dengan ukuran (40x30x40) cm3 sebanyak 15 buah sebagai wadah ikan uji yang telah dicuci dan didisinfeksi menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK).

2. pH meter merk Hanna-Instrument dengan ketelitian 0,1 digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) air.

3. DO meter merk Hanna HI-3810 dengan ketelitian 0,01 mg/ L digunakan untuk mengukur kandungan oksigen dalam air.

4. Peralatan aerasi seperti blower sebanyak 1 buah, selang aerasi dan batu aerasi sebanyak 17 buah untuk memasok oksigen pada wadah ikan uji. 5. Termometer air raksa dengan ketelitian 0,1°C untuk mengukur suhu air

pada wadah perlakuan.

6. Timbangan digital merk AND EK-120 G dengan ketelitian 0,01 g untuk pakan dan menimbang bobot ikan dengan kapasitas kemampuan menimbang 200 g.

7. Selang plastik sebanyak 2 buah untuk penyiponan dan mengganti air. 8. Serok kain kasa sebanyak 2 buah untuk mengambil ikan uji.

9. Bak fiberglass merk Ori Wound sebanyak 1 buah untuk wadah ikan stok. 10. Lampu bohlam sebanyak 4 buah untuk membuat kondisi air tetap hangat. 11. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran dan pengamatan.

(4)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Tepung Daun Apu-apu

Pembuatan tepung daun apu-apu meliputi pengumpulan, pencucian, penyortiran, penjemuran selama 96 jam, penggilingan dan tepung daun dianalisis proksimat sebanyak 5 g – 10 g yang meliputi protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kadar air, kadar abu dan energi bruto. Bagan alur prosedur pembuatan tepung daun apu-apu dapat dilihat pada (Lampiran 1).

3.3.2 Proses Fermentasi Substrat Padat Daun Apu-apu a. Pembuatan Media Agar Selektif

Pembuatan media agar selektif bertujuan untuk pembiakan inokulum Aspergillus niger dalam media Extrack Touge Agar (ETA) dan untuk mengaktifkan enzim yang diinginkan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan Extrack Touge Agar (ETA) yaitu agar batang merk AA 1,28%, sukrosa 5,1%, tauge dan air 93,62% (Modifikasi Ammi et al. 2012). Bagan alur proses pembuatan media agar selektif dapat dilihat pada (Lampiran 2).

b. Pembuatan Inokulum Padat 200 g

Pembuatan inokulum padat bertujuan untuk membuat inokulum Aspergillus niger dalam bentuk padat sebanyak 200 g. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan inokulum padat diantaranya nasi 83,62%, tepung daun apu-apu 10%, gula pasir (C12H22O11) 5,1% dan urea CO(NH2)2 1,28% sebagai sumber nutrien inokulum (Modifikasi Ammi et al. 2012). Bagan alur proses pembuatan inokulum padat 200 g dapat dilihat pada (Lampiran 3).

c. Total Plat Count (TPC)

Proses dalam Total Plat Count (TPC) meliputi pelarutan inokulan dengan larutan gula fisiologis 5%, pengenceran, penuangan hasil pengenceran dan media agar dalam petri dish, homogenisasi, inkubasi dan penghitungan total koloni secara manual (Lampiran 4).

(5)

d. Fermentasi Daun Apu-apu

Tepung daun apu-apu ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1, aduk hingga rata dan kukus selama 60 menit terhitung sejak air kukusan mendidih yang bertujuan untuk sterilisasi substrat kemudian, diamkan hingga dingin. Tepung daun apu-apu selanjutnya diinokulasi dengan inokulum Aspergillus niger

sebanyak 2,5% dari berat total bahan (Mangisah et al. 2009), dengan kepadatan 6,4 x 108 cfu/ mL berdasarkan hasil penghitungan total koloni kapang. Campuran

tersebut dimasukan dalam kantong plastik yang telah ditusuk dengan jarum steril untuk mendapatkan kondisi aerob. Tahap selanjutnya, inkubasi pada suhu 34°C selama tiga hari (Mangunwidjaja et al. 2011). Hasil fermentasi dikeringkan kemudian, dianalisis proksimat sebanyak 5 g - 10 g meliputi kadar protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kadar air, kadar abu dan energi bruto untuk mengetahui perubahan kandungan gizi (Lampiran 8). Bagan alur proses fermentasi dapat dilihat pada (Lampiran 5).

3.3.3 Persiapan Pakan Uji

Persiapan pakan uji meliputi persiapan seluruh bahan baku yang sudah diketahui kandungan gizinya (Lampiran 9) dan sesuai dengan formulasi pakan yang telah ditentukan menggunakan percent square method isoprotein 30% (Lampiran 10).

Tabel 3. Komposisi Pakan Perlakuan (%) Bahan Perlakuan (%) A B C D E 0 5 10 15 20 Tepung Ikan 33,00 31,91 30,77 29,63 28,48 Tepung Kedelai 33,00 31,91 30,77 29,63 28,48

Tepung Daun Apu-apu Fermentasi 0 5 10 15 20

Tepung Jagung Kuning 12,00 10,59 9,23 7,87 6,52

Dedak Halus 12,00 10,59 9,23 7,87 6,52

Tepung Tapioka 7 7 7 7 7

Minyak Ikan 1 1 1 1 1

Top Mix 2 2 2 2 2

(6)

Pakan yang sudah jadi kemudian dianalisis proksimat sebanyak 5 g – 10 g yang meliputi kadar protein kasar, serat kasar dan energi bruto. Hasil analisis proksimat pakan uji tiap perlakuan dapat dilihat pada (Lampiran 11) dan bagan alur proses pembuatan pakan pada (Lampiran 6).

3.3.4 Persiapan Wadah Pemeliharaan

Wadah yang akan digunakan, selang dan batu aerasi sebelumnya, dicuci bersih dan didisinfeksi menggunakan larutan Kalium Permanganat (PK), kemudian dibilas dengan air tawar lalu keringkan. Akuarium setelah kering, dipasangkan selang dan batu aerasi pada setiap wadah pemeliharaan kemudian, akuarium diisi dengan air tawar sebanyak 20 L per akuarium, diberi aerasi selama 24 jam dan air tersebut ditreatment selama tiga hari serta diberi larutan garam krosok (sodium thiosulfat) sebanyak 10 mg/ L (Nurfadhilah 2011). Tahap selanjutnya yaitu pemasangan lampu bohlam agar kondisi suhu air tetap stabil. Penentuan letak perlakuan penelitian dilakukan secara random (Lampiran 7).

3.3.5 Persiapan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih ikan nilem dengan padat penebaran 1 ekor/ 2 L air (Ferdiana 2012). Benih ikan nilem yang diperoleh diaklimatisasi selama tujuh hari. Selama masa tersebut, ikan uji diberi pakan berupa pelet remah dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari pada pagi, siang dan sore hari secara at satiation lalu, satu hari sebelum diberi perlakuan, ikan dipuasakan terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Sebelum ikan uji dimasukan ke dalam akuarium, terlebih dahulu ikan uji ditimbang bobotnya untuk mengetahui bobot awal ikan uji dan menentukan dosis pakan yang akan diberikan. Tahap selanjutnya, ikan ditebar ke akuarium pengamatan sebanyak 10 ekor per akuarium.

3.3.6 Tahap Pengamatan

Selama pengamatan, pakan diberikan tiga kali sehari sebanyak 5% dari bobot biomassa ikan (Watanabe 1988) dengan waktu pemberian pakan pada pukul

(7)

08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Jika air terlihat kotor, dilakukan penyiponan menggunakan selang plastik berdiameter 1 cm yang dilakukan pagi hari atau sore hari sebelum pakan uji diberikan dan pergantian air sebanyak 1/ 3 dari total volume air dalam akuarium. Hal tersebut untuk menjaga kualitas air tetap baik.

Penimbangan dan penghitungan bobot benih sebanyak 10 ekor yang dilakukan setiap tujuh hari sekali yang disertai pengukuran panjang tubuh benih untuk tiap perlakuan. Hal berikutnya, dilakukan penimbangan bobot dan pencatatan jumlah benih yang mati jika terdapat selama pemeliharaan lalu, menggantinya dengan benih ikan nilem yang baru. Adapun pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, dan oksigen terlarut yang dilakukan satu minggu sekali dari awal hingga akhir penelitian. Pengamatan dilakukan selama 42 hari.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Setiap wadah perlakuan diisi benih nilem sebanyak 10 ekor. Perlakuan penelitian yang diberikan antara lain :

Perlakuan A = tanpa tepung daun apu-apu fermentasi dalam campuran pakan. Perlakuan B = pakan dengan persentase tepung daun apu-apu fermentasi 5%. Perlakuan C = pakan dengan persentase tepung daun apu-apu fermentasi 10%. Perlakuan D = pakan dengan persentase tepung daun apu-apu fermentasi 15%. Perlakuan E = pakan dengan persentase tepung daun apu-apu fermentasi 20%.

Pengaruh setiap perlakuan diuji dengan analisis sidik ragam (uji F) pada selang uji 5%, apabila terdapat perbedaan yang nyata maka pengujian dilakukan dengan uji jarak berganda Duncan dan regresi.

3.5 Parameter Pengamatan 3.5.1 Produk Fermentasi

Hasil fermentasi daun apu-apu dianalisis secara deskriptif berdasarkan data proksimat dan dibandingkan dengan daun apu-apu sebelum fermentasi, meliputi perubahan kandungan gizi yang terjadi.

(8)

3.5.2 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 1997) sebagai berikut :

g = ln Wt − ln Wo

t x 100 %

Keterangan :

g = Laju pertumbuhan harian (% per hari)

Wt = Rata-rata bobot harian ikan di akhir penelitian (g) Wo = Rata-rata bobot harian ikan di awal penelitian (g) t = Lama pengamatan (hari)

3.5.3 Efisiensi Pakan

Penghitungan efisiensi pakan yaitu besarnya rasio perbandingan antara pertambahan bobot ikan yang didapatkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan. Semakin besar nilai pertambahan bobot maka efisiensi pakan semakin besar (NRC 1993).

EP = Wt + D − Wo

JKP x 100%

Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g) Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g) D = Bobot ikan yang mati selama penelitian (g)

(9)

3.6 Analisis Data

Pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap laju pertumbuhan harian pada ikan uji dan efisiensi pakan dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik ragam dengan uji F pada selang uji 5%. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf kepercayaan 95% dan untuk menentukan tingkat proporsi tepung daun apu-apu fermentasi optimal yang dapat menghasilkan laju pertumbuhan terbaik bagi benih ikan nilem dilakukan analisis regresi (Gaspersz 1991). Produk hasil fermentasi dianalisis secara deskriptif sedangkan hasil pengukuran kualitas air, kelangsungan hidup dan panjang tubuh ikan dijadikan sebagai data penunjang (Lampiran 20, 21, 22).

Referensi

Dokumen terkait

adalah “Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan. kemoterapi di

Dampak perubahan iklim dapat bersifat langsung seperti perubahan suhu udara, peningkatan radiasi sinar ultraviolet, dan polusi udara, atau tidak langsung seperti ketersediaan

SKB banka podpira naslednje bančne storitve elektronskega bančništva: ⇒ MULTI SKB NET - storitev za velika slovenska podjetja, ki želijo delati z več slovenskimi bankami na

a) Menjelaskan permasalahan yang sedang dipelajari. b) Menentukan metode solusi yang sesuai. c) Mengaplikasikan metode dasar solusi. d) Mengerti semua asumsi yang terdapat

Arrester berlaku sebagai jalan pintasdi sekitar isolasi.Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat, yaitu pengujian untuk proses enkripsi dan pembangkitan QR Code, pembuatan transkrip nilai ber-QR

oleh 5 guru kimia SMK; (3) Tahap 3 uji coba terbatas pada 68 peserta didik SMK. Subjek penelitian ini adalah media web- site Vocational Chemistry berbasis demons- trasi kimia

Di daerah tropis seperti Indonesia, siklus birahi ternak kambing terjadi sepanjang tahun, dan ini berarti ternak ini akan dapat kawin dan beranak sesuai dengan rithme