• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. Strategi

Pengembangan agribisnis bawang merah pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, (2) memenuhi kebutuhan bahan baku industri, (3) substitusi impor, dan (4) mengisi peluang pasar ekspor yang tahapan pencapaiannya dirangkum pada Roadmap Pengembangan Komoditas Bawang Merah (Lampiran 2). Strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut meliputi :

1. Strategi pengembangan di lini on-farm mencakup: perakitan varietas unggul, penguatan sistem produksi benih sumber, pengelolaan hara dan air terpadu, pengendalian hama penyakit terpadu, serta perbaikan mutu dan daya simpan produk. Berdasarkan prioritas pengembangan yang menitikberatkan pada perbaikan varietas serta didukung oleh percepatan diseminasinya kepada pengguna, langkah-langkah strategis tersebut diarahkan untuk meningkatkan efisiensi usahatani bawang merah dan daya saing produk.

2. Strategi pengembangan di lini off-farm yang diawali dengan perbaikan teknologi pengolahan untuk mendukung pengembangan industri hilir bawang merah (skala rumah tangga maupun industri), misalnya industri irisan kering, irisan basah/utuh, pickles/acar, bawang goreng, bubuk bawang merah, tepung bawang merah, oleoresin, minyak bawang merah, pasta dsb. Pengembangan industri hilir diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan bawang merah.

3. Strategi pengembangan di lini kebijakan pemerintah yang mencakup: dukungan kebijakan perlindungan harga produsen termasuk proteksi bea masuk atas membanjirnya bawang merah dari luar negeri, pengendalian harga untuk mengurangi fluktuasi harga, permodalan skim kredit lunak dan mudah bagi petani, pengawasan karantina atas lalu lintas komoditas antar negara, penyediaan sarana pengairan/irigasi sederhana, pengembangan sarana dan prasarana pendukung

operasionalisasi kelembagaan usahatani dan pemasaran serta jaminan keamanan dan insentif bagi calon investor. Berbagai dukungan kebijakan tersebut terutama diarahkan untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi peningkatan investasi dan perbaikan distribusi.

4. Strategi pengembangan di lini pemasaran dan perdagangan yang mencakup pengembangan unit usaha bersama (koperasi atau usaha berbadan hukum lainnya) serta pengembangan sistem informasi (harga penawaran dan permintaan produk) untuk mendukung upaya menangkap peluang pasar. Pengembangan pasar bawang merah harus dilakukan sejalan dengan perkembangan di sisi on-farm. sehingga manfaat penuh bagi produsen dan konsumen dapat tercapai. Langkah strategis pengembangan pasar yang didukung oleh kebijakan pemerintah. terutama menyangkut pemberian skim kredit usaha mikro. kecil dan menengah dapat mengarah pada peningkatan efisiensi pemasaran bawang merah.

Langkah-langkah strategis di berbagai lini di atas pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran bawang merah. Hal ini perlu ditempuh dalam upaya mencapai kondisi ideal profil agribisnis bawang merah masa depan yang memiliki karakteristik: (a) sebagai produsen dan eksportir terbesar di Asia Tenggara. (b) sebagai sumber pendapatan tinggi bagi semua partisipan di sepanjang rantai pasokan. (c) tingkat produktivitas tinggi serta (d) daya saing produk tinggi.

B. Kebijakan

Kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung tujuan dan sasaran revitalisasi agribisnis bawang merah meliputi: (1) kebijakan pengembangan sarana dan prasarana fisik dan non-fisik; (2) kebijakan pengembangan sistem perbenihan; (3) kebijakan akselerasi

peningkatan produktivitas; (4) kebijakan perluasan areal tanam; (5) kebijakan sistem perlindungan; (6) kebijakan pengolahan dan

(2)

C. Program

Berdasarkan profil agribisnis bawang merah saat ini dan mengacu pada profil agribisnis bawang merah yang ingin diwujudkan pada tahun 2010, maka program revitalisasi agribisnis bawang merah dirancang mencakup beberapa kegiatan utama, yaitu:

1. Pengembangan sarana dan prasarana agribisnis bawang merah Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan mencakup: pengadaan dan perbaikan jaringan irigasi, perbaikan dan penambahan jalan desa, penyediaan sarana produksi, pembangunan gudang-gudang penyimpanan, perbaikan dan penyediaan fasilitas pasar, pembangunan jaringan informasi (periode panen, prediksi pasokan, kelas/varietas, dan harga), serta sarana diseminasi dan transfer teknologi (sumberdaya manusia dan fisik).

2. Pengembangan industri benih bawang merah

Pembenahan sistem perbenihan bawang merah perlu dimulai dari fase perakitan varietas. Pada saat ini, rangkaian kegiatan pemuliaan dilakukan berdasarkan pendekatan program pemuliaan yang disusun oleh lembaga penyelenggara pemuliaan. Di masa depan, semua tahapan tersebut di atas dilakukan dengan pendekatan industri, yang pelaksanaannya dapat distandarisasikan mengacu pada sistem mutu. Mekanisme baru ini membutuhkan transformasi sistem perakitan varietas dari pendekatan program pemuliaan ke industri pemuliaan. Transformasi ini membawa konsekuensi perubahan penyelenggaraan kegiatan pemuliaan yang semula didominasi oleh lembaga pemerintah selanjutnya secara bertahap diserahkan kepada pihak swasta.

3. Pemberdayaan sentra produksi bawang merah

Sentra produksi bawang merah secara bertahap direvitalisasi menjadi sentra agribisnis bawang merah yang dicirikan oleh: (a) pengusahaan bawang merah yang memiliki economies of

scale melalui penerapan konsolidasi pengelolaan lahan usaha,

dan pendanaan usahatani, (c) penerapan SPO (Standar Prosedur Operasional) bawang merah spesifik lokasi yang berbasis GAP (Good Agricultural Practices), dan (d) terintegrasi dengan pelayanan pasar input serta industri pengolahan.

4. Penambahan sentra produksi baru bawang merah

Perluasan sentra produksi/agribisnis baru terutama ditempuh dengan mengacu pada kesesuaian agroklimat bawang merah. bukan pada pemanfaatan lahan marjinal.

5. Pembangunan pabrik pengolahan produk bawang merah

Pengolahan produk bawang merah harus dirancang tidak hanya untuk mengatasi masalah surplus produksi saja. Pengembangan pabrik pengolahan harus diarahkan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi produk dengan menggunakan bahan baku berkualitas prima (sesuai persyaratan olah).

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

(3)

VI. KEBUTUHAN INVESTASI

Implementasi program revitalisasi agribisnis bawang merah membutuhkan:

1. Pengembangan sentra produksi dan perluasan areal tanam

Pengembangan sentra produksi dan penambahan luas areal bawang merah dilakukan di 11 propinsi. Pengembangan sentra produksi sampai tahun 2025 ditargetkan seluas 90.000 hektar. Sementara itu, penambahan areal baru sampai tahun 2025 diperkirakan mencapai 26.900 hektar. Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mendanai program ini adalah sebagai berikut:

2. Pengembangan industri benih bawang merah

Pengembangan industri benih dilaksanakan secara bertahap: (1) produksi TSS (true shallot seed) sebanyak 21 kg, (2) produksi

benih umbi G0 sebanyak 42 ton, (3) produksi benih G1 sebanyak 910 ton, dan (4) produksi benih G2 (benih sebar) sebanyak 18.200 ton. Sampai tahun 2010. benih ini ditargetkan dapat digunakan untuk 20.000 hektar perluasan lahan. Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mendanai program ini adalah sekitar Rp. 31,8 juta.

3. Pengembangan produk olahan bawang merah

Untuk industri skala UKM produk irisan kering, bubuk dan tepung bawang merah diperlukan investasi senilai Rp. 1,1 juta - 1,5 juta

selama tiga tahun. Investasi tersebut digunakan untuk R&D teknologi pengeringan dan pembuatan tepung, pengemasan dan penyimpanan. serta pengembangan model agroindustri di sentra produksi. Sedangkan untuk industri UKM bawang goreng, investasi yang dibutuhkan sekitar Rp. 1 juta-1,3 juta (teknologi peng-gorengan vakum, pengemasan, penyimpanan serta pengembangan model agroindustrinya). Untuk industri UKM produk pickles memerlukan investasi teknologi pembuatan, pengemasan (bottling), penyimpanan (cool storage dan pendugaan umur simpan) sebesar Rp. 1,2 - 1,7 milyar. Pihak swasta diharapkan juga ikut berperan serta dalam pembangunan outlet. penambahan modal usaha. penambahan peralatan pabrik. penyimpanan jangka pendek. menengah dan panjang (rantai dingin), transportasi dan distribusi, serta promosi.

Tahun Biaya ( Rp. 000 ) 2005 2009 6.800.394.690 2010 2014 6.988.738.237 2015 2019 7.325.401.137 2020 2025 8.039.560.200 Total 29.154.094.264

(4)

VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN INVESTASI

Fokus revitalisasi agribisnis bawang merah ke depan adalah mendorong perkembangan agribisnis dari yang berbasis kelimpahan sumberdaya dan tenaga tidak terampil, kepada agribisnis yang berbasis modal dan tenaga terampil, serta didorong oleh penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi.

Keterlibatan pihak swasta perlu terus didorong. karena merupakan salah satu komponen penghela keberhasilan. Pihak swasta akan terdorong untuk terlibat dan menanamkan investasi seandainya terdapat insentif yang jelas serta pengembalian (returns) yang memberikan keuntungan. Keterlibatan penuh atau penanaman investasi pihak swasta tersebut diharapkan dapat meningkatkan akselerasi pembangunan sistem agribisnis bawang merah ke tahapan berikut, yang perkembangannya secara dominan digerakkan oleh sumberdaya inovasi.

Dukungan kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan agribisnis bawang merah:

1. Kebijakan perlindungan harga produsen termasuk proteksi bea masuk atas membanjirnya bawang merah dari luar negeri

2. Kebijakan pengendalian harga untuk mengurangi fluktuasi harga 3. Kebijakan permodalan skim kredit lunak dan mudah bagi petani 4. Kebijakan pengawasan karantina atas lalu lintas komoditas antar

negara

5. Kebijakan dalam penyediaan sarana pengairan/irigasi sederhana 6. Kebijakan pengembangan sarana dan prasarana pendukung

operasionalisasi kelembagaan usahatani dan pemasaran 7. Kebijakan jaminan keamanan dan insentif bagi calon investor.

LAMPIRAN

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

(5)

S u m b e r D a y a & S tr a te g i P ro d u k K o n d is i In fr a s tr u k tu r P e n g e m b a n g a n ( 2 0 0 5 -2 0 1 0 ) 2 0 1 0 P e rb a ik a n v a ri e ta s P e ra k it a n v a ri e ta s P e rb a ik a n t e k n o lo g i p ro d u k s i y a n g b e rk e la n ju ta n P e n g e l n u tr is i d a n a ir P e n g e l h a m a p e n y a k it A k s e le ra s i d is e m in a s i te k n o lo g i P E R B A IK A N T E K N O L O G I P E N G O L A H A N P e n g e m b a n g a n In d u s tr i H ili r K R E D IT U S A H A M IK R O , K E C IL , M E N E N G A H P E N G E M B A N G A N IN F R A S T R U K T U R K E R J A S A M A IN T E R N A T IO N A L P E N G E M B A N G A N U N IT U S A H A B E R S A M A P E N G E M B A N G A N S IS T E M IN F O R M A S I P E N G E M B A N G A N P A S A R V a ri e ta s U n g u l: M e n in g k a tk a n e fi s ie n s i u s a h a t a n i d a n d a y a s a in g p ro d u k T e k n ik P e n g o la h a n y a n g E fi s ie n P e n in g k a ta n in v e s ta s i d a n d is tr ib u s i P e n in g k a ta n E fi s ie n s i P e m a s a ra n O N -F A R M O F F -F A R M K E B IJ A K A N P E M E R IN T A H P E M A S A R A N & P E R D A G A N G A N P R O F IL E A G R IB IS N IS S A A T I N I P ro d u k ti v it a s s u b -o p t M u tu k u ra n g s e s u a i p a s a r P R O D U S E N D A N E K S P O R T IR B A W A N G M E R A H

P E N D A PA TA N T IN G G I • P R O D U K TI V IT A S TI N G G I • D A Y A S A IN G P R O D U K T IN G G I P R O F IL E A G R IB IS N IS 2 0 1 0 P ro d u k ti v it a s ti n g g i M u tu s e s u a i p a s a r P e rb a ik a n t e k n o lo g i p a n e n d a n p e n a n g a n a n s e g a r P e n g u a ta n s is te m p ro d u k s i b e n ih P e rb a ik a n m u tu d a n d a y a s im p a n p ro d u k P e rl u a s a n a re a l ta n a m L a m p ir a n 2 .R o a d m a p p e n g e m b a n g a n k o m o d it a s b a w a n g m e ra h L a m p ir a n 1 .P o h o n i n d u st ri b a w a n g m e ra h

(6)

Lampiran 5. Biaya variabel produksi pada perhitungan kelayakan proyek pengembangan varietas dan pembenihan untuk substitusi impor

Catatan :

Biaya tetap sebesar Rp. 174.000.000 yang terdiri dari biaya pemeliharaan sebesar Rp. 150.000.000 dan biaya lain-lain sebesar Rp.24.000.000

Lampiran 6. Anggaran implementasi pada perhitungan kelayakan proyek pengembangan varietas dan pembenihan untuk substitusi impor Investasi dan modal kerja

Lampiran 3. Perhitungan investasi, modal kerja dan sumber pendanaan pada kelayakan proyek pengembangan varietas dan pembenihan untuk ubstitusi impor

Lampiran 4. Perencanaan produksi pada perhitungan kelayakan proyek pengembangan varietas dan pembenihan untuk substitusi impor

at bunga 10% per Kredit atau pinjaman dari Bank dengan tingk

tahun

3.000.000.000

Pendanaan yang berasal dari pribadi 2 230 000 000 5.230.000.000 Sumber Pendanaan Investasi 2 Gudang (m ) Peralatan kelengkapan gudang 2 x Rp. 20.000.000 1.500.000.000 40.000.000 Modal Kerja

Sewa tanah untuk produksi G1, G2 dan G3

dan Perlengkapan dan peralatan untuk produksi G1, G2 G3 Pengawasan 1.215 x Rp. 2 000.000 1 x Rp. 1 .000.000.000 2.430.000.000 900.000.000 360.000.000 5.230 .000.000 . 10 x 3 x 12 x Rp. 000.0001. Uraian Nilai (Rp) 2 x 1 .000 x Rp 750.000 .

Sub total investasi dan modal

. . . Sub total pendanaan

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Benih umbi G1 (kg) 42.000 Harga jual (Rp./kg) 5.500 Nilai (Rp.) 231.000.000 Benih umbi G2 (kg) 910.000 Harga jual (Rp./kg) 2.000 Nilai (Rp.) 1.820.000.000 Benih umbi G3 (kg) 18.200.000 Tahun Bibit (Rp.) Input lain (Rp.) Tenaga kerja (Rp.) Lain-lain (Rp.) Sub total (Rp.) 1 105.000.000 105.000.000 35.000.000 5.000.000 250.000.000 2 231.000.000 1.050.000.000 350.000.000 50.000.000 1.681.000.000 3 1.820 .000.000 17.062.500.000 5.687.500. 000 100.000.000 24.670.000.000 Total 26.601.000.000

Sumber Pendanaan Pemanfaatan

1. Pinjaman Rp 3.000.000.000 2. Sendiri Rp 2.230.000.000 Investasi Rp 1.540.000.000 - Gudang Peralatan gudang Modal kerja Rp 3.690.000.000 - Sewa tanah

- Peralatan untuk produksi - Pengawasan

Total Rp 5.230.000.000 Total Rp 5.230.000.000

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

(7)

Lampiran 9. Analisis benefit/cost pada perhitungan kelayakan proyek pengembangan varietas dan pembenihan untuk substitusi impor

Year 1 2 3 Penerimaan Benih umbi G1 231.000.000 Benih umbi G2 1.820.000.000 Benih umbi G3 54.600.000.000 Total penerimaan 231.000.000 1.820.000.000 54.600.000.000 Biaya Operasional Investasi 1.540.000.000 Biaya tetap Supervisor Sewa tanah Peralatan Pemeliharaan Lain-lain 120.000.000 810.000.000 300.000.000 50.000.000 8.000.000 120.000.000 810.000.000 300.000.000 50.000.000 8.000.000 120.000.000 810.000.000 300.000.000 50.000.000 8.000.000 Biaya variabel Benih/bibit Input lain Tenaga kerja Lain-lain Bunga (10%) 105.000.000 105.000.000 35.000.000 5.000.000 300.000.000 231.000.000 1.050.000.000 350.000.000 50.000.000 200.000.000 1.820.000.000 17.062.500.000 5.687.500.000 100.000.000 100.000.000 Cicilan pokok 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 Total biaya operasional 4.378.000.000 4.169.000.000 27.058.000.000 Benefit -4.147.000.000 -2.349.000.000 27.542.000.000 Pajak (20%) 0 0 5.508.400.000 Net Benefit - 4.147.000.000 -2.349.000.000 22.033.600.000 Uraian

Tahun Pokok Cicilan tahunan Bunga (10% per tahun) 1 3.000.000.000 1.000.000.000 300.000.000 2 2.000.000.000 1.000.000.000 200.000.000 3 1.000.000.000 1.000.000.000 100.000.000

Lampiran 7. Pembayaran pinjaman dan bunga pada perhitungan kelayakan proyek pengembangan varietas dan pembenihan untuk substitusi impor

Tahun 1 2 3 Penerimaan Benih umbi G1 231.000.000 Benih umbi G2 Benih umbi G3 54.600.000.000 Total penerimaan 231.000.000 54.600.000.000 Biaya Operasional Biaya tetap Supervisor Sewa tanah Peralatan Pemeliharaan Lain-lain 120.000.000 810.000.000 300.000.000 50.000.000 8.000.000 20.000.000 810.000.000 300.000.000 50.000.000 8.000.000 Biaya variabel Benih/bibit Input lain Tenaga kerja Lain-lain Bunga (10%) 105.000.000 105.000.000 35.000.000 5.000.000 300.000.000 1.820.000.000 17.062.500.000 5.687.500.000 100.000.000 100.000.000 Total biaya operasional 1.838.000.000 26.058.000.000 Benefit - 1.607.000.000 28.542.000.000 Pajak (20%) 0 1.820.000.000 1.820.000.000 120.000.000 810.000.000 300.000.000 50.000.000 8.000.000 231.000.000 1.050.000.000 350.000.000 50.000.000 200.000.000 3.169.000.000 -1.349.000.000 0 5.708.400.000 Net Benefit -1.607.000.000 -1.349.000.000 22.833.600000 Uraian

Lampiran 8. Keragaan laba/rugi pada perhitungan kelayakan proyek pengembangan

(8)

Hasil analisis menunjukkan bahwa:

Metode penghitungan NPV menggunakan biaya oportunitas modal sebagai tingkat diskon. Oleh karena itu, aliran tunai operasional diasumsikan diinvestasikan kembali pada tingkat diskon yang sama dengan biaya modal (pre-specified). NPV biasa digunakan untuk menaksir kelayakan usaha. Suatu jenis usaha dinilai layak jika NPVnya sama dengan atau lebih besar dari nol. Namun demikian, besaran NPV ini harus didiskon pada tingkat biaya oportunitas modal yang layak. Dalam kasus ini, NPV pada DF(10%) sama dengan 10.837.336.600 (positif). Hal ini mengimplikasikan bahwa keuntungan bersih yang akan diterima pada lima tahun ke depan sebesar Rp. 15.537.600.000 nilainya sekarang adalah sebesar 10.837.336.600 dengan mengasumsikan tingkat bunga sebesar 10% per tahun selama lima tahun. Oleh karena NPV lebih besar daripada nol, maka opsi proyek ini secara finansial dapat diterima atau layak.

Kelayakan suatu jenis usaha akan mengacu pada adanya insentif finansial atau motif keuntungan (penerimaan harus melebihi biaya). B/C ratio adalah perbandingan antara semua penambahan keuntungan dan biaya tahunan yang didiskon dari suatu jenis usaha. Besaran ini mengekspresikan keuntungan yang diperoleh dari suatu jenis usaha per unit biaya usaha tersebut dalam nilai sekarang. Suatu usaha yang tidak dapat membayar tingkat bunga, akan mendorong B/C ratio kurang dari satu, karena pengembalian (returns) yang dihasilkan tidak dapat menutupi biaya awal (nilai sekarang dari biaya akan melebihi nilai sekarang dari keuntungan). Hasil analisis menunjukkan bahwa B/C = 42.717.899.000/31.880.562.400 = 1.34 > 1. Hal ini mengimplikasikan bahwa opsi proyek ini dikategorikan layak dan direkomendasikan sebagai proyek “go”.

IRR (internal rate of return) adalah tingkat pinjaman maksimal atau tingkat bunga maksimal yang dapat dibayarkan oleh suatu jenis usaha untuk menutupi semua investasi dan biaya operasional. Titik impas pengembalian atau tingkat diskon yang membuat nilai sekarang dari aliran penerimaan atau keuntungan F.NPV at DF (10%). (40%) and (55%)

Revenue Cost Tax Net Benefit DF=10% NPV at

DF=10% Year (1) (2) (3) (4) = (1) -(2)-(3) (5) (6) =(4) x (5) 1 231.000.000 4.378.000.000 0 -4.147.000.000 0.909 -3.769.623.000 2 1.820.000.000 4.169.000.000 0 -2.349.000.000 0.826 -1.940.274.000 3 54.600.000.000 27.058.000.000 5.508.400.000 22.033.600.000 0.751 16.547.233.600 10.837.336.600

Year Disc. Benefit Disc. Cost DF=55% NPV at DF=55% (7) = (1) x (5) (8) = (2+3)x(5) (9) (10) = (4) x (9) 1 209.979.000 3.979.602.000 0.645 -2.674.815.000 2 1.503.320.000 3.443.594.000 0.416 -977.184.000 3 41.004.600.000 24.457.366.400 0.268 5.905.004.800 42.717.899.000 31.880.562.400 2.253.005.800 Lampiran 10. Kelayakan proyek pengembangan varietas dan perbenihan bawang

merah untuk substitusi impor

Lampiran 10 (lanjutan)

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

(9)

Jenis Alat Unit Nilai Biaya

Mesin Perajang 1 unit 14.000.000 191.780 Penggoreng Vacum 5 x Rp. 40.000.000 .- 200.000.000 2.739.726 Alat prosesing dan

pengemas

1 paket 10.000.000 136.986

Centrifuge 5 unit 50.000.000 684.931 Sewa gudang 2000 m2/tahun 10.000.000 27.397

Alat sortasi 1 unit 10.000.000 136.986 Total 294.000.000 3.917.806 Catatan:

35

Lampiran 12. Analisis kelayakan finansial industri bawang merah konsumsi (per ha)

No. Biaya variabel Unit Rp.

1. Bibit 800 8.000.000 2. Pupuk buatan 1227 2.04 4.150 3. Pupuk cair 0.50 14.270 4. Fungisida 8.7 424.080 5. Insektisida 7.65 546.830 6. Perekat 5.30 85.460 7. Tenaga Kerja 60% TK Brebes 5.525.508

Fixed cost

8. Lahan (sewa) 4.000.000 9. Peralatan (penyusutan 1 th) 1.000.000 10. Gudang (Pen yusutan 1 th)

Total Cost 21.640.298 Benefit Hasil 10792 kg - Dijual konsumsi - Dijual bibit - - Total 10792 kg - Harga 2500 Benefit 26.980.000 B/C ratio 1.25 Catatan:

· Sumber benih :bibit impor turunan Brebes. Lokasi dataran Medium Sulut. dll. · Industri bawang merah konsumsi (1 th 1 x dijual habis)

34

outlay). Dengan kata lain, IRR adalah tingkat dimana nilai sekarang dari semua aliran keuntungan dan biaya sama dengan nol (i.e.. NPV=0). Hasil analisis menunjukkan bahwa NPV proyek ini sampai tingkat faktor diskon 55% masih bernilai positif. Hal ini berarti bahwa jika biaya modal dari usaha di atas dibiayai dari pinjaman dengan tingkat bunga sampai 55% (tingkat bunga aktual yang digunakan dalam analisis diasumsikan 10% per tahun), maka usaha ini masih dapat memperoleh cukup penerimaan untuk membayar pinjaman dan bunganya. Evaluasi finansial memberikan indikasi bahwa opsi proyek ini dapat dikategorikan layak dan direkomendasikan sebagai proyek “go”.

No. Biaya variabel Unit Rp. 1. Bahan baku (bawang merah) 3000 kg x Rp. 4.000 .- 12.000.000 2. Minyak sayur 20 lt x Rp. 6.000 .- 120.000 3. Bahan campuran 1.000.000 4. Bahan untuk kemasan 5.000.000 5. Tenaga kerja 700 000

Sub total 18 820 000 Biaya tetap

6. Penyusutan alat 3.890.409 7. Sewa gudang 2000 m /hari 2 27.397 Sub total 3.917.806 Biaya tetap + variabel 22.737.806 8. Bunga Bank 10% x Rp. 22.737.806 2.273.781 9. Biaya Total 25.011.587 10. Produksi (rendemen 20%) 600 kg/hari

Harga Rp.50.000/kg Nilai produksi 30.000.000 11. Keuntungan (10 - 9) 30.000.000 - 25 011 587 4.988.413 12. R/C ratio 1.2 19. B/C ratio 0.2

Lampiran 11. Kelayakan industri bawang merah goreng untuk kapasitas produksi sehari (600 kg)

(10)

No. Biaya variabel Unit Rp. 1. Bibit 800 8.000.000 2. Pupuk buatan 1227 2.044.150 3. Pupuk cair 0.50 14.270 4. Fungisida 8.7 424.080 5. Insektisida 7.65 546.830 6. Perekat 5.30 85.460 7. Tenaga Kerja 60% TK Brebes 5.525.508

Fixed cost 8. Lahan (sewa) 4.000.000 9. Peralatan (penyusutan 1 th) 1.000.000 10. Gudang (Penyusutan 1 th) 220.000 Total Cost 21.860.298 Benefit Hasil 10792 kg - Dijual konsumsi 6243 kg x Rp. 2500 15.607.500 - Dijual bibit 2698 kg x Rp. 10.000 21.584.000 - Total 10792 kg 37.191.500 Benefit B/C ratio 1.70

Lampiran 13. Analisis kelayakan finansial industri bawang merah benih (per ha)

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, kata tersebut digunakan sebagai salah satu nama kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., karena Al-Qur’an terdiri atas sekumpulan surah dan ayat yang

Karena dengan adanya pancasila pembangunan yang dilakukan pada masa reformasi tidak menyimpang dari norma-norma yang sudah ditetapkan, dan tidak menyimpang dari nilai-nilai yang

Strategi dan kebijakan yang disusun merupakan strategi dan kebijakan Dinas Sosial untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Sosial yang selaras dengan strategi kebijakan

Dalam hubungan itu, pernyataan misi ke 1 (satu) Pemerintah Provinsi Lampung “Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Dan Memperkuat Kemandirian Daerah” adalah suatu keadaan

Hasil dari tahap ini berupa sistem pendukung keputusan spasial untuk evaluasi kesesuaian lahan bawang putih pada Kabupaten Magetan dan Kabupaten Solok yang sesuai

Seperti yang sudah dijelaskan pada akhir penjelasan reference bahwa “pointer to T” disimbolkan dengan T* , sebagai contoh bahwa suatu alamat dari variable dengan tipe int

Untuk mengatasinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja sama dengan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, dalam

Dana tahapan per masa masuk sekolah yang diberikan perusahaan pada peserta asuransi sistem syariah merupakan persentase dari jumlah premi yang dibayar oleh peserta,