• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan ini manusia tidak bisa hidup sendiri sehingga disebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan ini manusia tidak bisa hidup sendiri sehingga disebut"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan ini manusia tidak bisa hidup sendiri sehingga disebut makhluk sosial yang hidupnya saling berdampingan dan membutuhkan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dengan hidup yang saling bergantungan tersebut sehingga membentuk manusia kedalam sesuatu kelompok. Suatu kelompok tersebut mempunyai tujuan yang sama, dalam hal ini disebut organisasi.

Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerjasama antar dua orang atau lebih. Baik yang disebut orang ataupun kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang efektif.

Kepemimpinan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki karena kepemimpinan sebagai penggerak roda organisasi, yang dilakukan dengan meyakinkan bawahannya agar bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Sondang P. Siagian (1991 : 24), kepemimpinan adalah kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk berfikir, bertindak sedemikian rupa sehingga melalui fikiran yang positif, memberikan sumbangsih nyata dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Terry dan Frankin dalam Yuli (2005 : 165), mendefinisikan Kepemimpinan dengan hubungannya dimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin dan

(2)

antara lain dengan memberikan tanggung jawab, memberikan perintah, melimpahkan wewenang, mempercayakan bawahan, memberikan penghargaan, memberikan kedudukan, memberikan tugas dan lain-lain.

Keberhasilan dan kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara melakukan sesuatu pekerjaan, salah satunya adalah dengan cara mendorong para pegawai agar dapat bekerja dengan efektif sehingga tercapainya tujuan organisasi yang diinginkan. Dengan demikian dibutuhkan kerja sama yang baik antar pemimpin dan para pegawainya.

Pemimpin di setiap organisasi memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil di bidang pekerjaannya, sebagai seorang yang membantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja unit masing-masing. Dalam arti seorang pemimpin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan pekerjaannya.

Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya. Maksud fungsi di sini adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh (Veitsal Rivai, 2004:53). Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi sosial kelompok atau organisasinya, yang dapat di manfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasinya masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi kelompok atau organisasinya (Nawawi 2000:74). Pemimpin yang membuat keputusan dengan

(3)

memberikan situasi kelompok atau organisasi akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Oleh karena itu fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi.

Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap para pegawainya yang malas dan berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberikan teguran dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini sebaiknya seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah dan hukuman yang telah di berikan kepada mereka.

Fungsi kepemimpinan adalah menggerakkan orang yang dipimpin menuju tercapainya tujuan organisasi. Agar dapat menanamkan kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa mereka mampu berbuat sesuatu dengan baik. Disamping itu, pemimpin harus memiliki pikiran, tenaga dan kepribadian yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar manusia. Selanjutnya menurut Yuki (1998), fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawainya untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, menjalin hubungan komunikasi yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien

(4)

dan membawa para bawahannya kepada sasaran yang ingin di tuju sesuai dengan kriteria dan waktu yang telah ditetapkan. (Kartini kartono, 2005:93).

Selain itu, fungsi kepemimpinan adalah mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan. Dengan demikian inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.

Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antara berbagai sumber daya tersebut harus dikelola dengan baik agar dapat mencapai sasarannya secara efektif. Efektivitas kerja dapat didefenisikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu secara benar dan sebagai kemampuan melakukan sesuatu tepat pada sasaran.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber terkait yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Menurut Siagian (2000:56), efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak, sangat tergantung bila tugas itu diselesaikan atau tidak, terutama menjawab pertanyaan

(5)

dan bagaiman cara melaksanakan dan berapa biaya anggaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah kemampuan kerja bagi pegawai untuk dapat bekerja secara maksimal dengan membawa keuntungan bagi organisasi dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi, apabila kepemimpinan camat mampu meningkatkan efektivitas kerja para pegawainya maka, organisasi tersebut akan mendapatkan keuntungan terhadap pencapaian tujuan dengan waktu yang singkat dalam bekerja dan perolehan hasil kerja yang singkat. Apabila usaha-usaha positif tersebut untuk meningkatkan efektivitas kerja pegawai telah dilakukan, maka hal itu akan memberikan nilai tambah terhadap kepemimpian camat itu sendiri.

Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah salah satu instansi pemerintahan. Camat adalah perangkat pemerintahan wilayah kecamatan yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan diwilayah kecamatan Kotapinang LabuhanBatu Selatan yang bekerja untuk masyarakat sudah seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang baik, pegawai Kantor Camat Kotapinang harus dapat bekerja seefektif mungkin dalam menjalankan tugasnya. Namun, yang sering terjadi sering sekali para pegawai datang terlambat ke kantor pada jam yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Disinilah dituntut fungsi kepemimpinan Camat dalam mengelola para pegawainya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab agar dapat bekerja dengan efektif demi terwujudnya tujuan organisasi yang diinginkan.

(6)

Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan, camat Kotapinang harus dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan baik dan diharapkan adanya hubungan komunikasi yang baik antara pemimpin dengan bawahannya sehingga para pegawai dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Camat dan para pegawainya harus saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan tesebut.

Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut “ Hubungan Fungsi Kepemimpinan Camat Dengan Efektivitas Kerja Pegawai ( Studi Pada Kantor Camat Kotapinag Kabupaten Labuhanbatu Selatan )”.

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Fungsi Kepemimpinan Camat mempunyai hubungan Dengan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan Camat pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

(7)

2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

3. Untuk mengetahui apakah Fungsi Kepemimpinan Camat mempunyai hubungan dengan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, maka suatu penelitian harus memiliki manfaat. Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan teori akademis.

2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai bagi instansi itu sendiri. 3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya ragam penelitian mahasiswa dan sebagai sumbangan pemikiran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

(8)

E. Kerangka Teori 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi yang memiliki kacakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas demi tercapainya suatu maksud dan tujuan. (Kartono, 2005:76).

Jadi kepemimpinan itu adalah seorang yang mempunyai kelebihan sehingga ia memiliki kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahannya.

Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju kesuatu tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi para pegawai untuk bertindak dengan cara tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan orang yang dipimpinnya menuju ke tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya untuk memenuhi kepentingan organisasi. Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain. (Rivai, 2004:64).

Menurut Nawawi (2005), kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi fikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang yang dipimpinnya.

Sedangkan menurut Sunarto (2005:53), kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada semua pegawai agar bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.

(9)

Pengertian kepemimpinan yang lain adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sehingga orang tersebut maumelakukan apa yang diperintahkan pemimpin. (Winardi, 2002:62)

Keberhasilan seorang pemimpin banyak tergantung dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Seorang tidak mungkin menjadi pemimpin tanpa mempunyai pengikut. Akan tetapi tidak mungkin pemimpin dapat menaiki anak tangga kepamimpinannya tanpa kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikutnya.

2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Rivai (2004:53) fungsi adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh.

Kepemimpinan merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah kelompoknya (bawahan). ( Kartono 2005:6)

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus di jalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (2004:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan

(10)

bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Menurut Kartono (2005:93) fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, memimpin, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi kerja yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Rivai (2004:53) fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu.

Kemudian menurut Yuki (1998) fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai untuk bekerja keras, memiliki semangat kerja yang tinggi dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.

(11)

Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (2005), memiliki dua dimensi yaitu:

1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara opersional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu:

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksankan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemauan mewujudkan perintah tersebut. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya, jika tidak dilaksanakan. Intinya kemampuan pimpinan menggerakkan para pegawainya agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah

(12)

ditetapkan. Perintah yang jelas dari pemimpin berarti juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pemimpin. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Selanjutnya konsultasi dapat dilakukan secara meluas melalui pertemuan dengan sebagian besar atau semua angota kelompok organisasi. Konsultasi seperti ini dilakukan apabila keputusan yang akan ditetapkan sifatnya sangat penting. Konsulatasi dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

3. Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama

(13)

dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Sehubungan dengan itu musyawarah menjadi hal yang penting dalam kesempatan berpartisipasi melaksanakan program organisasi. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam batas tidak menggeser dan menganti petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah milih tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi pendelegasian ini, harus diwuudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin mewujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

(14)

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunisasi dua arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dalam mewuujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pimpinan harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota organisasinya. Dengan melakukan kegitan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam melaksanakan beban kerja atau perintah dari pemimpinnya.

Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut di atas di selenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Aktivitas atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat integral itu, pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut:

a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja yang menjadi keputusan yang konkrit untuk dilaksanakan, sesuai dengan prioritasnya masing-masing. Keputusan-keputusan itu harus jelas hubungannya dengan tujuan kelompok/organisasi, agar jelas pula sumbangannya bila diwujudkan menjadi kegiatan di dalam atau diluar organisasi.

b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusannya menjadi instruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang melaksanakannya.

(15)

Setiap anggota harus mengetahui dari siapa instruksi diterima dan kepada siapa mempertanggungjawabkan hasilnya.

c. Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat baik secara perseorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin harus mampu menghargai gagasan, pendapat, saran, kritik angotanya sebagai wujud dari partisipasinya. Usaha mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam melaksankan instruksi, tetapi juga dalam memberikan informasi dan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemimpin dalam membuat dam memperbaiki keputusan-keputusan.

d. Mengembangkan kerja sama yang harmonis, sehingga setiap anggota mengerjakan apa yang harus dikerjakannya, dan bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan, prestasi atau kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompok/organisasinya.

e. Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan batas tanggung jawab masing-masing. Setiap anggota harus didorong agar tumbuh menjadi orang yang mampu menyelesiakan masalah-masalahnya, dengan menghindari ketergantungan yang berlebihan dari pemimpin atau orang lain. Setiap anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang selau menunggu perintah, sehingga tidak bekerja jika tidak diperintah.

(16)

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Menurut Nawawi (2004 : 83), bahwa apabila aktivitas kepemimpinan dipilih-pilih, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan ini merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan.

Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu:

1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter, mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan bawahannya. Pemimpin dengan gaya dan tipe otoriter ini selalu jauh dari bawahannya dan senantiasa memiliki kakuasaan tunggal. Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter ini juga tidak dapat dikritik oleh bawahannya, dan bawahan pun tidak pernah diberi kesempatan dalam memberikan saran ataupun pendapat yang membangun. Apabila pimpinan ini sudah mengambil keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahan hanya melaksanakan saja. 2. Gaya dan Tipe Paternalistik

Gaya dan tipe paternalistik ini merupakan kepemimpinan yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe yang ideal dan yang didambakan. Pemimpin dengan gaya dan tipe paternalistik ini lebih senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang belum

(17)

dewasa. Pemimpin tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin para bawahannya berbuat kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin dengan gaya dan tipe ini bersifat terlalu melidungi bawahannya, itikadnya memang baik, tetapi prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan karena takut akan timbul dampak yang negatif pada organisasi.

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire

Gaya dan tipe kepemipinan ini adalah gaya dan tipe kepemimpinan yang ‘aneh’. Dimana dikatakan seseorang dikatakan pemimpin, namun pada praktisnya ia tidak memimpin. Ini dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang santai, karena berpendapat bahwa organisasi tidak memiliki masalah yang serius, dan kalaupun ada masalah selalu dapat diketemukan penyelesainnya. Pemimpin dengan gaya dan tipe ini tidak senang mengambil resiko namun lebih senang melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan menganggap para bawahan yang seharusnya yang mengambil keputusan.

4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan daya tarik dan pembawaan yang luar biasa dalam mempengaruhi orang lain, sehinnga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya.

5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis

Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efektif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan

(18)

penekanan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Pemimpin demokratis bersifat mendidik, membina bahkan menghukum.

Oleh karena itu, dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk tetap mempertahankan gaya kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan bersifat memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam organisasi.

4. Syarat-syarat Pemimpin Ideal

Pemimpin ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran di dalam dirinya bahwa ia memiliki kelemahan. Misalnya, ia memiliki kelemahan dalam pekerjaan teknis, akan tetapi memiliki kelebihan dalam menggerakkan orang dan harus memiliki persyaratan atau sifat-aifat sebagai berikut:

1. Bertakwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Pemimpin menghargai manusia tidak hanya sebagaimana adanya, akan tetapi manusia sebagaimana makhluk Tuhan. Dengan demikian seorang pemimpin tidak melihat manusia dari satu sisi saja, misalnya agama, inteligensi, kondisi fisik latar belakang dan lain-lain. Penghargaan dan pengakuan bahwa manusia makhluk Tuhan amat esensial, agar pemimpin tidak bertatalaku semena-mena. Dengan berketuhanan dia tidak akan menindas, sebab alur hidup ini bersifat rotatif. Sehebat apapun dan seotoriter apapun seorang pemimpin, serta sekuat apapun dia memperdaya yang

(19)

dipimpinnya, tetap akan ditelan oleh perjalanan waktu. Sesuai dengan sila pertama Pancasila, yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti siapapun yang yang menjadi pemimpin di Indonesia harus percaya

2. Memiliki Inteligensi yang Tinggi

Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi kepemimpinan yang efektif. Organisasi besar menuntut seorang pemimpin dapat berfikir secara luas, mendalam dan dapat memecahkan masalah dalam waktu yang relatif singkat. Banyak masalah oganisasi harus dipecahkan pada saat detik-detik akhir dimana masalah itu muncul. Disinilah kecerdasan atau intelegensi memegang peranan penting. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan masalah, akan tetapi pamimpin modern harus membantu anggota kelompok melalui perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.

3. Memiliki Fisik yang Kuat

4. Berpengetahuan Luas, Baik Teoritis Maupun Praktis

Kegagalan seorang pemimpin antara lain disebabkan karena rendahnya kemampuan teoritis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis. Sebaliknya, pemimpin yang profesional perlu memiliki kedua-duanya. Dengan pengetahuan luas, tidak berarti bahwa seorang pemimpin harus lulusan universitas atau akademi. Insan akademi tidak jarang memiliki pengetahuan yang sempit secara keorganisasian, sementara itu orang yang berpendidikan rendah ada kalanya memiliki pengetahuan luas dengan kecakapan praktis yang memadai.

(20)

5. Percaya Diri

6. Dapat Menjadi Anggota Kelompok

Seorang pemimpin selalu bekerja dengan dan melalui anggota kelompoknya. Seorang pemimpin berada didalam kelompok dan bukan di luarnya. Kelompok mempercayai pimpinan sebagai bagian dari dirinya. Aktivitas pemimpin didasari atas kepentingan kelompok atau organisasi bukan karena misi pribadi yang terlepas dari sistem lain.

7. Adil dan Bijaksana

Keadilan mengandung makna kesesuaian antara hak dan kewajiban, posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Bijaksana berarti bahwa seorang pemimpin harus menjangkau aspek manuasiawi individu yang dipimpin.

8. Tegas dan Berinisiatif

Tegas tidak identik dengan kaku dan keras, buka pula otoriter atau diktator. Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan tertentu dengan didukung oleh data yang kuat. Berinisiatif berarti bahwa seorang yang menduduki posisi pimpinan mampu membuat gagasan baru, inovasi baru yang memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai pemikiran tertentu. Berinisiatif berarti pula kemampuan memancing kreativitas pegawai berbuat dengan cara-cara sendiri.

9. Berkapasitas Membuat Keputusan

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat mengambil keputusan dengan kualitas yang baik. Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalan

(21)

keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat keputusan akan dapat mambawa organisasinya mencapai tujuan tertentu.

10. Memiliki Kestabilan Emosi

Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif dalam situasi emosional, kecuali benar-benar terpaksa. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut tetap berada pada posisi sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang stabil berarti pula sikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar, teliti, dan hati-hati, karena sikap dan tindakan atau keputusannya menggandung suatu konsekuensi tertentu.

11. Sehat Jasmani dan Rohani 12. Bersifat Prospektif

Organisasi beroperasi dengan memanfaatkan tiga kondisi, yaitu pengalaman masa lalu, kearifan masa kini, dan harapan masa depan. Masa depan memang tidak dapat di ramalkan secara pasti. Sifat prospektif itu di perlukan terutama untuk menghadapi suprasistem yang dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan kondisi politik di dalam dan luar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter, dan sebagainya.

5. Camat

a. Pengertian Camat

Sesuai UU No 32 tahun 2004, kecamatan merupakan perangkat daerah yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh seorang camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan

(22)

mempunyai tugas membantu Bupati dalam peenyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas perangkat daerah atau instansi lainnya.

Berdasarkan Pasal 126 Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat bahwa:

1. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan daerah yang berpedoman kepada peraturan pemerintah.

2. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam tugasnya memperoleh pelimpahan sebagai wewenang bupati/walikota untuk menangani sebagai urusan otonomi daerah.

3. Camat juga menyelenggarakan umum pemerintahan yang meliputi: a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

b. Mengkoordinasikan upaya menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan

f. Pembina penyelenggara pemerintahan desa dan atau kelurahan

g. Melaksanakan peleyanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan

(23)

4. Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan tekhnis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Camat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota 6. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat

7. Pelaksanaan ketentuan ditetapkan dengan peraturan bupati walikota dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.

b. Tugas dan Fungsi Camat

Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004, tugas dan fungsi camat adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

b. Mengkoordinasikan upaa penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa atau kelurahan

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

(24)

6. Efektivitas Kerja

Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Interaksi antara berbagai sumberdaya tadi harus dikelola dengan baik sehingga dapat mecapai tujuan sasarannya secara efisien dan efektif. Secara sederhana efektivitas kerja dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu secara benar dan efektivitas sebagai kemampuan melakukan sesuatu tepat pada sasaran.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Dari pengertian diatas terdapat empat hal yang menonjol dalam unsur efektivitas yaitu:

b. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

b. Manfaat, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan itu bermanfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhnnya.

b. Hasil, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut mendatangkan hasil.

(25)

Berbicara tentang efektivitas kata efektif berarti terjadi sesuatu yang efektif atau akibat dari yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien tentu yang berarti yang efektif karena bila dilihat dari segi hasil, tujuan ataupunakibat yang di kehendaki dengan perbuatan yang telah tercapai bahkan secara maksimal (mutu dan jumlah), sebaliknya jika di lihat dari segi usaha setiap pekerjaan yang efektif belum tentu selalu efisien karena hasil dapat tercapai mungkin dengan penghamburan fikiran, tenaga dan waktu.

Bagi suatu organisasi konsep efektivitas selalu identik dengan konsep efisiensi, dimana suatu tujuan di katakan tercapai apabila efisiensi juga tercapai, naun sebaliknya bila bterjadi inefisiensi (pemborosan) maka efektivitas kerja tidak tercapai. Efektivitas kerja berhubungan dengan pencapaian hasil yang ingin di capai dalam suatu rencana yang telah di tentukan lebih dahulu. Efektivitas kerja merupakan suatu keadaaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan.

Menurut Komaruddin (1994:269), efektivitas adalah suatu keadan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Sedangkan menurut Siagian (2000:56), efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, terutam menjawab pertanyaan bagaiman cara melaksanakan dan berapa biaya anggaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektvitas kerja adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakanoleh para pegawaisecara bersamaterhadap

(26)

pencapaian dan pemenuhan berberapa ketentuan yang dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organisasi.

F. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1989 : 31), konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian. Maka, dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu:

1. Fungsi Kepemimpinan

Usaha untuk mempengaruhi, memberikan wewenang dan mengarahkan para pegawainya untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, memotivasi, dan memelihara kesediaan kerja sama guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2. Efektivitas kerja pegawai

Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh pegawaidalam sebuah organisasi. Artinya apakah pelaksanan suatu tugas di nilai baik atau tidak, sangat tergantung pada bilamana suatu tugas diselesaikan tepat pada waktunya atau tidak, dan apakah sesuai dengan yang telah ditentukan.

(27)

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa kedalam variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989 : 46)

1. Variabel Bebas (x)

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Fungsi kepemimpinan, dengan indikatornya adalah:

a. Fungsi Instruktif

1. Penjelasan mengenai cara mengerjakan perintah

2. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan pegawainya agar melaksanakan perintah

b. Fungsi Konsultatif

1. Merumuskan serta mengambil keputusan selalu melibatkan bawahan dalam menyusun perencanaan program kerja

c. Fungsi Partisipasi

1. Kerja sama dengan tidak mencampuri tugas pegawai lainnya

2. Selalu melibatkan seluruh pegawai dalam pelaksanaan program organisasi yang sesuia dengan tugasnya masing-masing

d. Fungsi Delegasi

1. Pelimpahan wewenang kepada bawahan dalam merumuskan dan mengambil keputusan

(28)

e Fungsi Pengendalian

1. Mengawasi bawahan dalam bekerja .

2. Variabel Terikat (y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah efektivitas kerja pegawai dengan indikatornya adalah:

a. Pencapaian tujuan

Yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Waktu yang digunakan

Yaitu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan .

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional dan sisitematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data

(29)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, serta struktur organisasi

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan yang dianalisis

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interprestasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya

BAB VI PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada cara ini kita membagi/memotong rangka batang menjadi 2 bagian, lalu meninjau free-body dari satu bagian yang sudah terpisah. Jika kita ingin menghitung beberapa

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, namun demikian analisis ini masih

Suhu yang tepat digunakan adalah pada suhu 35-45° C agar zat aktif yang didalamnya tidak mengalami kerusakan, pengawet yang baik memiliki yaitu sebagai

Dokumen master plan harus ditindak lanjuti atau dilaksanakan, karena jika tidak dapat diibaratkan hanya sebagai wacana yang tidak memberikan nilai tambah bagi program

Bagi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif MANDIRI INVESTA

b) Guru menyampaikan harapannya setelah siswa menerima materi layanan tersebut. c) Mengakhiri layanan dengan memotivasi siswa agar siswa bisa menunjukkan sikap