Kualitas air dan biota akuatik

Download (0)

Full text

(1)

Minggu III

PENCEMARAN AIR

Setelah mengikuti tatap muka ini, mahasiswa dapat menjelaskan 1. Sumber pencemaran air dan jenis pencemarnya

2. Nasib pencemar dalam ekosistem

3. Transfer pencemar melalui rantai makanan 4. Efek pencemaran pada sungai dan danau

5. Contoh nyata pencemaran air beserta analisisnya Uraian

Sumber pencemaran air

• Oxygen — demand substances • Panas

• Limbah perkotaan/rumah tangga • Limbah pertanian

• Sedimen hash erosi lahan • Minyak

• Logam berat dan substansi toksik

Table 5. Tipe pencemaran air (F, hal. 180)

Kelas pencemar Signifikan

Trace element Logam berat

Organically – bound metals

Kesehatan, biota akuatik Kesehatan, biota akuatik Transpor metal

Radionuklida

Pencemar anorganik Asbestos

nutrient alga

Aciditas, alkanitas, salinitas

Toksisitas,

Human health Eutrofikasi Kualitas air,

kehidupan akuatik Trace organic pollutants

Polychlorinated biphenyls Pesticida

Limbah petroleum

Toksisitas Efek biologis

Toksisitas, biota akuatik, wildlife Effect on wildlife, esthetics Sewage, human, animal waste

Biochemical oxygen demand Pathogen

Detergen

Kualitas air, kadar oksigen Kualitas air, kadar oksigen Health effect

Eutrofikasi, esthetics Bahan kimia karsinogen Indiden kanker

Sedimen Kualitas air dan biota akuatik

(2)

Tabel 6. Trace element penting dalam air (F, hal. 181)

Elemen Sumber Efek dan signifikasi

Arsenic Mining by product,

chemical waste Toksik, possibly karsinogenik Beryllium Batubara timbah industri Toksik

Boron Batubara, detergen,

wastes Toksik

Chromium Metaiplating Esensial sebagai Cr(lll), toksik sebagais Cr(Vl)

Copper Metal plating, mining,

industrial waste Esensial trace element, toksik terhadap tumbuhan dan alga pada kadar tinggi

Fluorine Natural geological sources, waste, water additive

Mencegah kerusakan gigi pada I Mg/L, toksik pada kadar tinggi Lodine Limbah industri, natural

brines, intrusi air laut Mencegah gondok Iron Limbah industri, korosi,

acid mine water, microbial action

Nutrien esensia, damages fixtures by staining

Lead Limbah industri, mining,

fuels Toksik, berbahaya terhadap wildlife Manganese Limbah industri, korosi,

acid mine water, microbial action

Toksik terhadap tumbuhan, damages fixtures by staining Mercury Limbah industri, mining,

coal Toksik, dimobilisasi sebagaisenyawa methyl mercury oleh bakteri anaerob

Molybdenum Limbah industri, sumber

alami Esensial terhadap tumbuhan,toksik terhadap hewan Selenium Sumber alami, batubara Esensial pada kadar rendah,

toksik pada kadar tinggi Zinc Limbah industri, metal

plating, plumbing Elemen esensial, toksik pada tumbuhan pada kadar tinggi

Logam berat Cadmium (Cd)

• Berasa! dan industri pelapisan logam dan pertambangan.

• Chemically, it’s very similar to zinc (undergo geochemical processes together). • Dalam air, Cd dalam kondisi oksidasi +2.

• Efek pada manusia tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, destruksi jaringan testicular dan sel darah merah.

• Cd menggantikan Zn dalam beberapa enzim, yang dapat mengubah stereostruktur enzim dan mengganggu aktivitas katalitik.

(3)

Lead (Pb)

• Berasal dan limbah industri, pertambanga, dan bahan bakar mengandung Pb. • Efek pada manusia : disfungsi ren, sistem reproduktif, liver, otak, dan sistem saraf

pusat, ganggan mental pada anak dan anemia.

Inorganic species Cyanide

• Dalam air sebagal HON (asam lemah)

• Ion sianida mempunyai afinitas kuat pada beberapa ion logam (Fe(CN)64-).

• HON voatil sangat toksik dan digunakan sebagai gas chamber executions. • Digunakan dalam industni, khususnya untuk metal cleaning dan electroplating.

Ammonia

• Excessive levels of ammoniacal nitrogen cause water - quality problems.

• Produk awal dan dekomposisi limbah organik nitrogenous, dan its presence frequently indicates the presence of wastes.

Polutan organik Sabun

• Garam dengan higher fatty acid, misalnya sodium stearat, O17H35COO-Na+. Garam

terdiri dan bagian kepala dan ekor. Bagian kepala merupakan gugus (ion) sedangkan bagian ekor merupakan rantai asam lemak panjang.

• Merupakan agen pembersih, dengan cara emulsifikasi dan menurunkan tegangan permukaan air

• Sabun dapat bereaksi dengan kation divalen (Ca2+ dan Mg2+) dan membentuk

garam tidak larut 2C17H35COONa + Ca2+ Ca(C17H35CO2)2(S) + 2Na+

• Penggunaan sebagai agen pembersih, memungkinkan sabun masuk ke dalam air dan mengalami proses biodegradasi, yang dapat menyebabkan Radar oksigen terlarut.

(4)

Detergen

• Merupakan agen pembersih sintetik dengan mekanisme kerja sebagal surfaktan • Tidak membentuk garam tidak larut dengan ion hardness (Ca2+ dan Mg2+)

• Penambahan enzim yang mengandung fosfat dan klorin dalam pembuatan deterjen, dapat menimbulkan efek merugikan bagi lingkungan

Radionuklida (isotop radioaktif)

• Dihasilkan dan fisi inti uranium atau plutonium, juga reaksi neutron dengan Inti stabil.

• Radionuklida dihasilkan dalam jumlah besar, sebagai limbah reaktor nuklir. • Radionukilda digunakan dalam industri dan kedokteran, terutama sebagai tracer • Umumnya, radionuklida masuk ke dalam sistem akuatik da sumber alami

• Beberapa radionukllda merupakan isotop berbahaya bagi organisme, karena mengikuti jalur metabolik/biokimiawi sebagai elemen yang stabil. Lebih dan 80 % lodium dalam tubuh manusia terdapat dalam kelenjar tiroid, lodium sebagai komponen esensial hormon pertumbuhan tiroksin. Jika iodium radioaktif terintake dan terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid, dapat menimbulkan kanker tiroid. Peningkatan kasus kanker tiroid terjadi setelah kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl.

Nasib (fate) pencemar dalam ekosistem akuatik

Nasib pencemar yang mEsuk ke dalam ekosistem akuatik ditentukan oleh sifat fisik, lipofilisitas, vapour pressure, dn stabilitas kimiawi. Senyawa yang mempunyai stabilitas kimiawi yang rendah, cenderung mengalami hidrolisis, sehingga tidak menimbulkan efek merugikan bagi ekosistem akuatik, kecuali bila senyawa tersebut mengalami transformasi menjadi senyawa (produk) yang toksik. Dalam ekosistem akuatik, yang bersifat volatil cenderung tidak berada dalam waktu yang lama. Polaritas berperan penting dalam menentukan distribusi dan persistensi senyawa tersebut. hidrofilik cenderung terlarut dan terdistribusi pada permukaan air. Sebaliknya lipofilik berasosiasi dengan materi organik yang berada di dalam sedimen.

Pada sedimen sungai dan danau terdapat bentuk asosiasi antara partikel organik - anorganik dengan organisme. Pencemar organik dapat diadsorbsi oleh partikel sedimen, membatasi mobilitas pencemar dan availibilitas terhadap organisme akuatik. keberadaan pencemar dalam sedimen memungkinkan teruptakenya pencemar oleh organisme benthik tertentu, misalnya makroinvertebrata benthik (grazer), yang menggunakan partikel sedimen (organik) sebagal sumber makanannya. Selain itu

(5)

organisme benthik yang bersifat filter feeder (bivalvia), memungkinkan berinteraksi Iangsung dengan pencemar.

Dalam suatu perairan, kandungan oksigen terlarut menentukan laju transformasi kimiawi dan biokimiawi pencemar. Bila kandungan oksigen terlarut menurun, proses transformasi oksidatif akan segera digantikan oleh proses reduksi. Transfer pencemar melalui rantai makanan

Dalam ekosistem akuatik adnya proses makan memakan (rantai makanan) menyebabkan terjadinya transfer pencemar. Keberadaan atau lama waktu suatu pencemar dalam suatu rantai maknan sangat tergantung dan waktu paruh dan bicavailibilitas senyawa pencemar tersebut dalam organisme. Pencemar lipofihik, misalnya PAHs, tidak menunjukkan keberadaan dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan terjadinya biomagnifikasi, dalam suatu rantai makanan. Hal ini disebabkan waktu paruh senyawa tersebut yang relatif singkat. Beberapa invertebrata pada tingkat trofik yang rendah (Mytilus edulis), mempunyai kemampuan yang rendah dalam melakukan metabolisme terhadap PAHs, sehingga PAHs terakumulasi dalam kadar yang rendah. Organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi, misalnya ikan, mempunyai kemampuan untuk mendetoksifikasi senyawa tersebut melalui mekanisme induksi enzim monooksigenase, seningga kecenderungan terjdinya biomagnifikasi pada tingkat trofik yang lebih tinggi, menjadi lebih kecil.

Pencemaran sungai : kasus penambangan pasir di daerah hulu sungai Boyong, Sleman

Penambangan pasir yang berlargsung di kanan kin sungai tersebut (Stasiun II) telah menurunkan keanekaragaman makroinvertebrata benthik dibandingkan sebelum (Stasiun II) dan setelah adanya penambangan pasir (Stasiun Ill) (Gambar 9). Keanekaragaman dihitung menurut indeks Shanon - Wienner (H’). Secara temporal, indek keanekaragaman cenderung menurun dan bulan Agustus sampai bulan Oktober 2001.

(6)

Gambar 9. Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener (H’) statsiun I – IIO di daerah hulu sungai Boyong pada bulan Agustus – Oktober 2001 (G, hal.48)

Pencemaran danau

Bahan pencemar yang masuk ke dalam ekosistem danau merupakan suatu qangguan (disturbance), yang dapat menurunkan atau mereduksi densitas fitoplankton. Hal ini dapat mereduksi densitas spesies pada tingkat trofik yang lebih tinggi. mungkin akan segeta kembali pada kondisi semula, sejalan dengan kondisi yang sama akan terjadi pada zooplankton. Namun, ikan kecil dan besar tidak kembali pada kondisi semula. Adanya pencemar akan berpengaruh pada rantai atau jaring makanan dalam ekosistem danau, yang selanjutnya dapat berpengaruh tivitas danau.

Figure

Table 5. Tipe pencemaran air (F, hal. 180)

Table 5.

Tipe pencemaran air (F, hal. 180) p.1
Tabel 6. Trace element penting dalam air (F, hal. 181)

Tabel 6.

Trace element penting dalam air (F, hal. 181) p.2
Gambar 9.   Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener (H’) statsiun I – IIO di daerah  hulu sungai Boyong pada bulan Agustus – Oktober 2001 (G, hal.48)

Gambar 9.

Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener (H’) statsiun I – IIO di daerah hulu sungai Boyong pada bulan Agustus – Oktober 2001 (G, hal.48) p.6

References

Scan QR code by 1PDF app
for download now

Install 1PDF app in