• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KOTA BANDA ACEH

(2)

TIM PENYUSUN

Pengarah

Dr. Warqah Helmi

Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

Ketua

Dr. Safriati, M.Kes

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

Sekretaris

Mainita Sary, SKM

Staf Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

Tim Penyusun Profil

Dr. Safriati, M.Kes, Erliyana,S.Kom, Mainita Sary, SKM Zahrul Fuadi, SKM, Cut Rita Zahara dan Nainonis, ST

Kontributor

Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian dalam lingkungan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh

BLUD RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Badan Pusat Statistik dan lintas sektor Kota Banda Aceh

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT dan Salawat & Salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW seiring dengan selesainya Profil Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016. Profil ini berisi gambaran umum dan gambaran kesehatan masyarakat di Kota Banda Aceh Tahun 2016 yang meliputi kesehatan lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, cakupan program dan Anggaran. Profil kesehatan ini merupakan sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Millenium

Development Goals (MDGs) dalam rangka menuju Sustainable Development Goals (SDGs)

pembangunan kesehatan serta hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal di Kota Banda Aceh.

Kota Banda Aceh saat ini menerapkan inovasi baru dengan mewujudkan keterbukaan informasi publik. Dinas Kesehatan sebagai salah satu SKPD di Kota Banda Aceh memiliki tujuan untuk mewujudkan informasi atau data yang dapat dimengerti dan mudah untuk dipahami oleh masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan. Profil ini disusun berdasarkan data dari 11 Puskesmas, Rumah Sakit dan Instansi lintas sektor yang berhubungan dengan kesehatan publik yang ada di Kota Banda Aceh.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk peningkatan mutu Profil Kesehatan di tahun yang akan datang, sehingga menghasilkan profil yang lebih baik.

Terimakasih kepada semua pihak/unsur yang telah berpartisipasi/kerjasama dalam penyelesaian Profil Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016.

Banda Aceh, Mei 2017 Kepala Dinas Kesehatan

Kota Banda Aceh

dr. Warqah Helmi Pembina Utama Muda NIP.19611128 198901 1 001

(4)
(5)

ii DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GRAFIK... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH A. Geografis dan Administratif ... 5

B. Demografi ... 6

C. Sosial Ekonomi ... 7

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas 1. Angka Kematian Bayi (AKB)... 8

2. Angka Kematian Balita (AKBa) ... 10

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) ... 10

B. Morbiditas 1. Acute Flaccid Paralysis ... 11

2. Tuberculosis ... 11

3. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ... 12

4. HIV/AIDS ... 13

5..Diare ... 13

6. Kusta ... 14

7. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) ... 14

8. Demam Berdarah Dengue ... 15

9. Malaria ... 16

(6)

C. Status Gizi

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ... 16

2. Status Gizi Balita ... 16

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan 1. Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4 ... 17

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan &Kunjungan Nifas... 18

3. Imunisasi TT WUS ... 19

4. Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe ... 19

5. Komplikasi Kebidanan dan Neonatus yang Ditangani ... 20

6. Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas ... 21

7. Pelayanan Keluarga Berencana ... 22

8. Kunjungan Neonatus (KN) dan Kunjungan Bayi ... 24

9. Pemberantasan Penyakit Menular ... 24

10. Perbaikan Gizi Masyarakat ... 26

11. Pelayanan Kesehatan Anak Balita ... 27

12. Penjaringan dan Pelayanan Kesehatan Anak SD dan setingkat ... 28

13. Pelayanan Kesehatan Usila ... 29

14. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 ... 30

15. Tambal / cabut Gigi Tetap ... 31

16. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan setingkat . 32 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 32

2. Cakupan Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 33

3. Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat ... 33

4. Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan ... 34

5. Kematian Pasien di Rumah Sakit ... 34

(7)

iv

C. Perilaku Hidup Masyarakat ... 36

D. Rumah Tangga ber PHBS ... 36

E. Keadaan Lingkungan 1. Rumah Sehat ... 37

2. Kualitas air minum di penyelenggara air minum ... 37

3. Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak ... 37

4. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) menurut status hygiene sanitasi ... 38

5. Tempat – Tempat Umum (TTU) yang memenuhi Syarat ... 38

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan 1. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut kepemilikan / pengelola 39 2. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan kemampuan Labkes dan memiliki Spesialis Dasar ... 39

3. Posyandu menurut Strata ... 39

4. Upaya Kesehatan bersumber Masyarakat (UKBM) ... 40

5. Data Dasar Puskesmas ... 42

B. Tenaga Kesehatan ... 42

C. Pembiayaan Kesehatan ... 44

(8)

DAFTAR TABEL LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

NO. TABEL JUDUL TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Luas wilayah, jumlah desa / kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2016 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur, Kota Banda Aceh Tahun 2016

Penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf dan Ijazah tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin Kota Banda Aceh Tahun 2016

`

Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kematian Neonatal, bayi dan balita menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Kasus baru TB Paru BTA+, Seluruh kasus TB , Kasus TB pada anak dan CNR per 100.000 penduduk menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA+ menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB Paru BTA+ serta keberhasilan pengobatan menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Penemuan kasus Pneumoni balita menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan Siphilis menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase donor darah diskrining terhadap HIV-AIDS menurut jenis kelamin Kota Banda Aceh Tahun 2016

(9)

NO. TABEL JUDUL TABEL 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Tahun 2016

Kasus baru kusta 0 – 14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus AFP (Non Polio) menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin Kecamatan, Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut jenis kelamin Kecamatan, Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Penderia Filariasis ditangani menurut jenis kelamin Kecamatan, Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pengukuran tekanan darah menurut jenis kelamin Kecamatan, Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pemeriksaan Obesitas menurut jenis kelamin Kecamatan, Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dengan metode IVA & dan pemeriksaan Klinis Payudara (CBE) menurut jenis kelamin Kecamatan, Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

(10)

NO. TABEL JUDUL TABEL 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Jumlah penderita dan kematian pada KLB menurut jenis kelamin Kota Banda Aceh Tahun 2016

KLB yang ditangani < 24 jam menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut Kecamatan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase cakupan imunisasi TT pada Wanita Usia Subur menurut Kecamatan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah ibu hamil yang mendapat tablet Fe1 dan Fe3 menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan komplilkasi Neonatak menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Proporsi peserta KB Baru menurut jenis kontrasepsi Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh tahun 2016

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh tahun 2016

Cakupan kunjungan neonatus menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

(11)

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan desa / kelurahan UCI menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan imunisasi DPT, HB dan Campak pada bayi menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh tahun 2016

Cakupan imunisasi BCG dan Polio pada bayi menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh tahun 2016

Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut jenis kelamin Kecamatan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat menurut Kecamatan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat menurut jenis kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan jaminan kesehatan menurut jenis jaminan, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

(12)

56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70

Indikator kinerja pelayanan Rumah Sakit di Kota Banda Aceh Tahun 2016 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase rumah sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat menurut kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase tempat tempat umum memenuhi syarat kesehatan menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Tempat Pengelolaan Makam (TPM) menurut status hygiene sanitasi menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Tempat Pengelolaan Makanan dibina dan di uji petik menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase ketersediaan obat dan vaksin menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan Kota Banda Tahun 2016

Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (GADAR) level 1 Kota Banda Aceh tahun 2016

Jumlah posyandu menurut strata, Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut Kecamatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

(13)

71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86

Jumlah desa siaga menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016 Jumlah tenaga kefarmasian di sarana kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di sarana kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga gizi di sarana kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga keterapian fisik di fasilitas kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga keteknisian medis dan fisioterapis di fasilitas kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kota B.Aceh Tahun 2016 Jumlah tenaga penunjang/pendukung kesehatan di fasilitas kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Anggaran kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Daftar kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di fasilitas kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah dana non kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di fasilitas kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

Daftar realisasi pemanfaatan dana kapitasi per kegiatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kota Banda Aceh Tahun 2016

Daftar realisasi pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di fasilitas kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016

(14)

DAFTAR GRAFIK PROFIL KESEHATAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

NO. GRAFIK

JUDUL GRAFIK HAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Luas wilayah Kota Banda Aceh menurut Kecamatan Tahun 2016 Jumlah penduduk Kota Banda Aceh menurut Kecamatan Tahun 2016

Jumlah penduduk Kota Banda Aceh menurut kelompok umur Tahun 2016

Angka kematian bayi di Kota Banda Aceh Tahun 2012 - 2016 Jumlah kematian bayi menurut UPTD Puskesmas dalam wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kematian Balita menurut UPTD Puskesmas dalam wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2016

Angka kematian ibu di Kota Banda Aceh Tahun Tahun 2012 – 2016

Jumlah kasus Tuberculosis di Kota Banda Aceh menurut UPTD Puskesmas Tahun 2016

Jumlah kasus diare pada balita menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kasus DBD menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan K1 dan K4 ibu hamil di Kota Banda Aceh Tahun 2012 – 2016

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan kunjungan nifas di Kota Banda Aceh Tahun 2012 - 2016

Cakupan pemberian Fe1 dan Fe3 ibu hamil menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 18 19 20 21

(15)

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Jumlah akseptor KB aktif menurut metode kontrasepsi di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah akseptor KB baru menurut metode kontrasepsi di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah Gampong UCI menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase cakupan imunisasi pada bayi di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase pemberian ASI ekslusif di Kota Banda Aceh Tahun 2012-2016

Pelayanan kesehatan anak balita menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan penjaringan kesehatan peserta didik SD dan setingkat di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Cakupan pelayanan kesehatan usila menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap pada pelayanan dasar gigi di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kunjungan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah kunjungan jiwa menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase rumah tangga ber PHBS menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Persentase posyandu menurut strata di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlahm Poskesdes, Polindes, Posbindu desa menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016

22 23 25 25 26 27 28 30 31 32 33 34 36 40 41

(16)

30

31

Jumlah desa siaga per UPTD Puskesmas menurut strata di Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah tenaga kesehatan menurut jenis tenaga di Kota Banda Aceh Tahun 2016

41

43

(17)

BAB I PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manuasia dan merupakan modal setiap warga Negara dan setiap bangsa dalam mencapai tujuannya dan mencapai kemakmuran.

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali sehingga perlu dilakukan terobosan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan Program Keluarga Sehat melalui pendekatan keluarga.

GERMAS dilakukan sebagai penguatan upaya promotif dan prventif masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan angka penyakit menular dan penyakit tidak menular, menghindari terjadinya penurunan produktifitas penduduk, menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan penularan kesehatan.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Bentuk sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat (UU Nomor 36 tentang kesehatan Tahun 2009).

Kesehatan merupakan instrumen strategi untuk mencapai kesejahteraan pada masyarakat dunia di tahun 2015 seperti dinyatakan dalam MGDs(Millenium Development

(18)

Goals). Ada empat sasaranMGDsmenyangkut pada intervensi dan pelaksanaan pelayanan

kesehatan meliputi: perbaikan gizi, penurunan angka kematian bayi, meningkatkan kesehatan ibudan mengeliminasi HIV/AIDS , malaria dan penyakit menular lainnya.Kerangka pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang dilanjutkan dengan Sustainable

Development Goals (SDGs)sehubungan dengan berakhirnyaMGDspada tahun 2015.

Upaya kesehatan yang dilakukan lebih diarahkan pada upaya promotif – preventif (untuk mencegah terjadinya sakit) dan upaya kuratif – rehabilitatif untuk penyembuhan dan peningkatan kemampuan diri sesudah sakit. Berbagai upaya pembangunan kesehatan yang telah dilakukan perlu dinilai atau dievaluasi sehingga efisiensi dan efektivitasnya bisa diketahui. Dasar-dasar pembangunan nasional di bagian kesehatan bertujuan untuk meningkatkan hak memperoleh derajat kesehatan yang maksimal agar bisas bekerja serta hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Pemerintah serta penduduk bertanggungjawab dalam memelihara serta mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan usaha kesehatan diatur oleh pemerintah serta dikerjakan dengan cara yang tepat serta seimbang oleh pemerintah serta penduduk.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang menyeluruh merupakan wujud nyata dari Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Adapun visi yang dicanangkan yaitu Gampong Sehat Banda Aceh Sehat sedangkan misi yang ingin dicapai adalah menggerakkan sektor kesehatan berdasarkan nilai-nilai islami, mendorong kesadaran masyarakat untuk selalu menciptakan dan menerapkan pola hidup sehat, meningkatkan mutu kapasitas SDM kesehatan dan pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Visi dan Misi ini akan terwujud jika berbagai pihak termasuk UPTD Puskesmas dan jaringannya ikut menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara proaktif dan responsif sehingga terlaksananya program kesehatan serta dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Banda Aceh dengan gaya hidup sehat.

Pembangunan kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai upaya dibidang kesehatan, salah satu upaya yang terdapat dalam rencana pembangunan jangka panjang dibidang kesehatan adalah manajemen usaha kesehatan. Sebagai syarat untuk melaksanakan suatu manajemen upaya kesehatan yang efektif diperlukan informasi yang baik, cukup, dan benar, dimana informasi tersebut diperoleh dari data yang akurat, relevan,

(19)

dan diolah secara profesional dan proporsional, salah satu sumber informasi tentang kesehatan adalah Profil Kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Banda Aceh merupakan salah satu produk penting dari Sistim Informasi Kesehatan Kota Banda Aceh. Profil ini adalah sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan di Kota Banda Aceh. Selain itu, profil ini juga bisa digunakan sebagai sarana evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Banda Aceh.

Secara umum penyusunan Profil kesehatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran perkembangan pembangunan kesehatan masyarakat dan mengevaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Banda Aceh selama Tahun 2016. Secara khusus penyusunan profil kesehatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi derajat kesehatan masyarakat Kota Banda Aceh, mengevaluasi upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah dan mengevaluasi sumber daya kesehatan yang tersedia pada Tahun 2016.

Profil Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun 2016 terdiri dari 6 (enam) bab dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan

Bab ini berisi tentang maksud dan tujuan penyusunan profil serta sistematika penyusunannya.

Bab II – Gambaran Umum

Bab ini berisi tentang gambaran umum Kota Banda Aceh serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat di Kota Banda Aceh.

Bab III – Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat Kota Banda Aceh.

Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini berisi tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.

(20)

Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

Bab VI – Kesimpulan

Bab ini berisi tentang uraian mengenai keberhasilan upaya pembangunan kesehatan yang telah dicapai oleh Kota Banda Aceh serta tentang hal-hal yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

Lampiran

Lampiran berisi 88 tabel data kesehatan, Standar Pelayanan Kesehatan (SPM) Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, jumlah kunjungan, 10 penyakit terbesar dan data sarana kesehatan dan jumlah desa di wilayah kerja Kota Banda Aceh.

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Geografis dan Administratif

Kota Banda Aceh memiliki 9 kecamatan dan 90 gampong dengan luas wilayah administratif adalah 61,36 km2. Wilayah

Kecamatan terluas adalah Kecamatan Syiah Kuala memiliki luas 14,24 km2 dan Kecamatan Jaya Baru merupakan wilayah terkecil di Kota Banda Aceh dengan luas 3,78 km2. Kota Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh terletak antara 05,30 – 05,35 Lintang Utara dan 95,30 – 99,16 Bujur Timur dengan ketinggian wilayah kota berkisar antara 0,80 m – 5,0 m di atas permukaan laut. Sebelah Utara Kota Banda Aceh berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Grafik 1

LUAS WILAYAH KOTA BANDA ACEH MENURUT KECAMATAN TAHUN 2016

(22)

B. Demografi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kota Banda Aceh Tahun 2016 Jumlah penduduk Kota Banda Aceh adalah 254.904 jiwa, jumlah laki-laki 131.010 jiwa dan perempuan 123.894 jiwa, dengan 62.774 rumah tangga.Tingkat kepadatan penduduk Tahun 2016 adalah 4.154 jiwa/km2 terjadi peningkatan dibandingkan Tahun 2015 yaitu 4.079 jiwa/km2, kepadatan tertinggi Tahun 2016 terdapat di Kecamatan Baiturrahman yaitu:7.932 jiwa/km2 sedangkan kepadatan yang terendah di Kecamatan Kuta Raja yaitu: 2.515 jiwa/km2.

Grafik 2

JUMLAH PENDUDUK KOTA BANDA ACEH MENURUT KECAMATAN TAHUN 2016

Sumber: Badan Pusat statistik (BPS) Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah penduduk di Kota Banda Aceh berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada grafik 3, dimana proporsi jumlah penduduk yang paling tinggi berada pada kelompok umur 20 – 24 tahun dan yang paling rendah berada pada kelompok umur 70 – 74 tahun.

(23)

Grafik 3

JUMLAH PENDUDUK KOTA BANDA ACEH MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2016

Sumber: Badan Pusat statistik (BPS) Kota Banda Aceh Tahun 2016

C. Sosial Ekonomi

Angka Ketergantungan Penduduk (Dependensi Ratio) dan Rasio Jenis Kelamin

Angka ketergantungan penduduk yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0 - 14 tahun ditambah penduduk umur lebih dari 65 tahun dengan jumlah penduduk 15 - 64 tahun. Angka ini menunjukan besarnya beban yang harus ditanggung oleh golongan penduduk umur produktif dengan jumlah penduduk sebesar 186.238 jiwa. Dependensi ratio Tahun 2016 sebesar 37.00 dan rasio jenis kelamin 105.7, artinya terdapat 1/3 lebih sedikit penduduk di Kota Banda Aceh tidak produktif yang menjadi tanggungan penduduk yang masih produktif.

(24)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. MORTALITAS

Konsep SDGs (Sustainable Development Goals) melanjutkan konsep MDGs

(Millenium Development Goals) dimana konsep ini sudah berakhir pada tahun 2015.

Tujuan SDGs diantaranya diharapkan dapat mengakhiri segala bentuk kemiskinan disemua Negara manapun, mengakhiri segala bentuk kelaparan, memcapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi dan menjamin adanya kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan untuk semua orang di dunia pada semua usia.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Jumlah kematian bayi di Kota Banda Aceh Tahun 2016 berjumlah 24 kematian dari 5.468 kelahiran hidup, setelah dikonversikan Angka Kematian Bayi menjadi 4 per 1000 kelahiran hidup terjadi kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Tahun 2015 sebesar 3 per 1000 kelahiran hidup dan terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2014 sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup, Tahun 2013 sebesar 6 per 1000 kelahiran hidup sedangkan Tahun 2012 sebesar 2 per 1000 kelahiran hidup, untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4

ANGKA KEMATIAN BAYI DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 – 2016

(25)

Penyebab kematian diantaranya Asfiksia dan BBLR disamping itu juga terdapat penyebab lainnya, penyebab kematian lainnya tidak mudah untuk di identifikasi dan sulit menemukan faktor mana yang paling dominan. Berbagai faktor yang diidentifikasi tersebut diantaranya fasilitas kesehatan, aksesibilitas, pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil dan kesediaan masyarakat untuk merubah pola kehidupan tradisional ke norma kehidupan yang lebih modern dalam bidang kesehatan.

Jumlah kematian bayi di Kota Banda Aceh Tahun 2016 sebesar 24 kematian, dimana kematian bayi tertinggi di UPTD Puskesmas Baiturrahman sebesar 7 kematian, dan terdapat 3 UPTD Puskesmas yang melaporkan tidak ada kematian bayi pada Tahun 2016 yaitu UPTD Puskesmas Lampulo, Lampaseh dan Jeulingke.

Grafik 5

JUMLAH KEMATIAN BAYI MENURUT UPTD PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(26)

2. Angka Kematian Balita (AkBa)

Kematian balita (Akba) adalah jumlah kematian yang terjadi pada anak umur 1 sampai 5 tahun. Angka kematian balita di Kota Banda Aceh Tahun 2016 sejumlah 4 balita. Jumlah kematian balita di Kota Banda Aceh 24 orang, yang tertinggi terjadi di UPTD Puskesmas Baiturrahman dan terendah di UPTD Puskesmas Lampulo, Lampaseh dan Jeulingke dimana tidak ada kematian, untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 6

JUMLAH KEMATIAN BALITA MENURUT UPTD PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Kematian ibu maternal adalah kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses kejadian yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan abortus dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat gestasi.

Kematian ibu Tahun 2012 sejumlah 1 orang sedangkan pada Tahun 2013 meningkat sebesar 6 kematian, Tahun 2014 sebesar 5 kematian, Tahun 2015 sebesar 6 kematian dan Tahun 2016 kembali menurun sebesar 2 kematian dan dari kedua kematian ibu tersebut adalah kematian ibu nifas.

(27)

Angka Kematian Ibu di Kota Banda Aceh pada Tahun 2016 adalah 37 per 100.000 kelahiran hidup terjadi penurunan dibandingkan dengan Tahun 2015 sebesar 114 per 100.000 kelahiran hidup, Tahun 2014 sebesar 92 per 100.000 kelahiran hidup Tahun 2013 sebesar 119 per 100.000 kelahiran hidup dan Tahun 2012 sebesar 20 per 100.000 kelahiran hidup.

Grafik 7

ANGKA KEMATIAN IBU DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 - 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

B. MORBIDITAS

1. Acute Flaccid Paralysis

Penemuan Kasus AFP (Non Polio) di Kota Banda Aceh Tahun 2016 berjumlah

1 kasus, kasus ini terjadi diUPTD Puskesmas Baiturrahman sebesar 1 kasus sedangkan untuk Puskesmas yang lain tidak ditemukan kasus.

2. Tuberculosis

Jumlah seluruh kasus TBC di Kota Banda Aceh tahun 2016 sejumlah 581 kasus (laki laki 381 dan perempuan 200). Penemuan kasus terbanyak adalah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kuta Alam mencapai 408 kasus (laki laki 299 dan perempuan 109) dan paling rendah di wilayah UPTD Puskesmas Lampulo sebanyak 3 kasus (laki laki 1 dan perempuan 2). Jumlah kasus TBC Tahun 2016 menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

(28)

Grafik 8

JUMLAH KASUS TUBERCULOSIS DI KOTA BANDA ACEH MENURUT UPTD PUSKESMAS TAHUN 2016

Sumber Bidang P2PL Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, secara klinis ditandai dengan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan. Upaya pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita pnemonia balita yang ditemukan.

Jumlah balita penderita pnemonia yang dilaporkan di Kota Banda Aceh pada Tahun 2016 sebanyak 87 penderita dan semuanya dapat ditangani. Kasus balita pneumonia yang paling banyak terdapat di UPTD Puskesmas Banda Raya sebesar 87 kasus dan tidak ditemukan kasus pneumonia di 8 UPTD Puskesmas( UPTD Puskesmas Meuraxa, Jaya Baru, Baiturrahman, Batoh, Kuta Alam, Lampulo, Lampaseh, dan Jeulingke) dalam kurun waktu Tahun 2016.

(29)

4. HIV/AIDS

Di Kota Banda Aceh pada Tahun 2016 ditemukan 3 kasus HIV pada kelompok umur 20 – 24 tahun (1 kasus) dan 25 – 49 tahun (2 kasus) serta 5 kasus AIDS yang terjadi pada kelompok umur 25 – 49 tahun (5 kasus).

Berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan untuk menurunkan jumlah kasus HIV/AIDS, adanya peningkatan jumlah kasus tersebut disebabkan karena tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS.

5. Diare

Pada Tahun 2016 jumlah kasus diare di Kota Banda Aceh dilaporkan adalah sebanyak 3.653 kasus terdiri dari 1.781 kasus pada laki – laki dan 1.872 kasus pada perempuan. Penderita diare terbanyak terdapat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Meuraxa yaitu sebanyak 653 kasus (kasus pada laki – laki 333 dan perempuan 320) dan paling rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kuta Alam sebanyak 143 kasus (kasus pada laki – laki 74 dan perempuan 69), jumlah kasus diare per UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 9

JUMLAH KASUS DIARE MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(30)

6. Kusta

Jumlah penderita kusta di Kota Banda Aceh pada Tahun 2016 dijumpai sebanyak 17 penderita kusta yang terdiri dari 1 penderita kusta kering (penderita laki – laki 1 kasus dan perempuan 0) dan 16 penderita kusta basah (penderita laki – laki 14 kasus dan perempuan 2 kasus), dengan jumlah prevalensi 0,67 per 10.000 penduduk.

7. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan program imunisasi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus non neonatorum, tetanus neonatorum, campak, polio dan hepatitis B.

a. Difteri

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae dengan bentuk basil Gram positif. Kuman ini menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring. Difteri mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Pada Tahun 2016 tidak didapatkan kasus difteri di Kota Banda Aceh.

b. Pertusis

Pertusis atau disebut juga dengan batuk rejan adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking). Penyakit pertusis tidak dijumpai terjadi di Kota Banda Aceh pada Tahun 2016.

c. Tetanus

Pada Tahun 2016 tidak ditemukan kasus tetanus dan tetanus neonatorum di Kota Banda Aceh. Upaya pencegahannya terutama untuk tetanus neonatorum melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu

(31)

d. Campak

Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Sepanjang Tahun 2016 di Kota Banda Aceh ditemukan 373 kasus dengan kasus tertinggi di UPTD Puskesmas Lampaseh yaitu 76 kasus dan yang terendah di UPTD Puskesmas Baiturrahman dan Jeulingke yaitu masing – masing Puskesmas 8 kasus dan tidak ada yang meninggal.

8. Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aides aigepty. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah kasus DBD di Kota Banda Aceh selama kurun waktu 2016 adalah sebanyak 152 kasus (laki-laki 77 kasus dan perempuan 75 kasus). Kasus terbanyak dijumpai di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jaya Baru yaitu sebesar 21 kasus (laki-laki 10 kasus dan perempuan 11 kasus) dan yang terendah dijumpai di wilayah kerja UPTD Puskesmas Meuraxa sebesar 5 kasus (laki-laki 3 kasus dan perempuan 2 kasus) dan tidak ada kematian akibat kasus DBD. Jumlah kasus DBD menurut UPTD Puskesmas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik10

JUMLAH KASUS DBD MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(32)

Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Kegiatan lain dalam upaya pemberantasan DBD adalah pengasapan (fogging).

9. Malaria

Selama Tahun 2016 di Kota Banda Aceh dilaporkan ada 735 suspek malaria dan dilakukan pemeriksaan sedian darah, ditemukan 1 kasus positif di UPTD Puskesmas Batoh.

C. STATUS GIZI

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain Bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR), status gizi balita dan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah (TB-ABS).

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena

intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi

berat badannya kurang. Hasil pantauan selama kurun waktu 2016, dilaporkan ada 23 bayi yang lahir dengan kasus BBLR di Kota Banda Aceh, dengan BBLR tertinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ulee Kareng 6 bayi, dan tidak ditemukan kasus di UPTD Puskesmas Jaya Baru, Banda Raya, Lampulo, Kopelma Darussalam dan Jeulingke.

2. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat, salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Berdasarkan penimbangan balita yang dilakukan selama Tahun 2016, ada 5 balita gizi buruk terdiri dari 3 laki – laki dan 2 perempuan dimana jumlah kasusnya terdapat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ulee Kareng 2 kasus,

(33)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan

Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehatan diutamakan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Menghadapi tantangan dan tuntutan pembangunan kesehatan, perlu dilakukan reorientasi upaya kesehatan, yaitu berorientasi pada desentralisasi, globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi keadaan bencana. Saat ini upaya kesehatan difokuskan pada preventif dan promotif untuk mengurangi angka kesakitan dan tercapainya masyarakat sehat, indikator pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas saat ini adalah :

1. Pelayanan Ibu Hamil K-1 dan K-4

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama kefasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit empat kali kunjungan (sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga). Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil.

(34)

Salah satu indikator dalam standar pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kota Banda Aceh adalah K4. Hasil pemantauan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dari Tahun 2012 – 2016 dimana K4 ibu hamil cenderung meningkat, pada tahun 2012 mencapai angka 92,66 % dan meningkat mencapai 94,70 % pada Tahun 2016. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat perlindungan terhadap ibu hamil dan kelangsungan program KIA di Kota Banda Aceh sudah meningkat dan berada pada taraf yang diharapkan.

Grafik 11

CAKUPAN K1 DAN K4 IBU HAMIL DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 – 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kunjungan Nifas

Kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan persalinan di Kota Banda Aceh pada tahun dari Tahun 2012 - 2016 menunjukkan bahwa persentase pertolongan persalinan tenaga kesehatan mengalami peningkatan yaitu dari 92,03 % tahun 2012 menjadi 93,20% pada Tahun 2016.

(35)

Pelayanan nifas di Kota Banda Aceh Tahun 2016 sebesar 93,18% sedangkan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan yaitu sebesar 93,20%. Perbandingan antara pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kunjungan ibu nifas dari Tahun 2012– 2016 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 12

CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 – 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

3. TT (Tetanus Toxoid) Pada Wanita Usia Subur (WUS)

Manfaat pemberian Imunisai TT atau Tetanus Toxoid pada ibu hamil yaitu mencegah tetanus bagi ibu dan bayinya. Tetanus adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh toksin dari bakteri yang disebut Clostridium tetani. Persentase pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada Wanita Usia Subur (WUS) mulai dari TT1 sampai dengan TT5 Tahun 2016 adalah TT1 : 6,23%, TT2 : 5,26%, TT3 : 0,92%, TT4 : 0,66% dan TT5 : 0,80%.

4. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe

Zat besi adalah zat penting untuk pembentukan dan mempertahankan kesehatan sel darah merah, sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan ibu hamil. Kebutuhan tubuh akan zat besi selama hamil ini terutama harus terpenuhi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Jumlah ibu hamil pada Tahun 2015 adalah 6.132 orang ibu hamil dan yang

(36)

mendapatkan Fe1 (30 tablet besi) adalah 6.224 (101,50%), Fe3 (90 tablet besi) adalah 5.799 (94,57%) bumil.

Cakupan pemberian Fe1 dan Fe3 ibu hamil menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh Tahun 2016 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 13

CAKUPAN PEMBERIAN Fe1 DAN Fe3 IBU HAMIL MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

5. Komplikasi Kebidanan dan Neonatus yang Ditangani

Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan bagi si anak yang dikandungnya, menjaga kesehatan dan asupan makanan bergizi adalah suatu keharusan yang tidak boleh dilupakan oleh ibu hamil. Berbagai masalah kesehatan dapat dialami oleh ibu hamil, dan jika tidak ditangani dengan baik maka dapat saja hal tersebut mengganggu kesehatan baik si ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Beberapa ibu hamil dapat tergolong dalam kasus risiko tinggi (risti) atau mengalami komplikasi dalam kehamilan sehingga memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah ibu hamil yang diperkirakan mengalami komplikasi kebidanan di Kota Banda Aceh Tahun 2016 sebanyak 1.226 orang, dengan

(37)

diperkirakan mengalami komplikasi sebanyak 820 neonatus dan terdapat 527 neonatus yang ditangani oleh tenaga kesehatan.

6. Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas

Balita yang mendapat Vitamin A dosis tinggi ada tiga kelompok, kelompok pertama adalah bayi yang berumur 6 – 11 bulan mendapat kapsul Vitamin A satu kali dosis 100.000 SI. Kelompok kedua yaitu anak Balita berumur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI

Pemberian berkala vitamin A dosis tinggi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan terhadap vitamin A, mencegah defisiensi vitamin A, dan untuk membangun cadangan vitamin A dalam hati. Pemberian vitamin A kepada anak usia 6 - 59 bulan akan memberikan pengaruh pencegahan selama 3 hingga 6 bulan atau bergantung pada ketergantungan vitamin A dalam bahan pangan dan kecepatan dalam menggunakan vitamin tersebut. Selain itu pemberian vitamin A pada anak memberikan berbagai manfaat, diantaranya mengurangi angka kesakitan, mengurangi angka kematian akibat infeksi campak, diare, mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan, meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi, serta mencegah anemia.

Pemberian Vitamin A pada Tahun 2016 untuk bayi 6 - 11 bulan adalah 2.460 bayi (78,64 %) sedangkan untuk Balita 12 – 59 bulan yang mendapat vitamin A adalah 17.560 anak balita (85,02%). Hasil pelaksanaan kegiatan pemberian vitamin A dosis tinggi pada Balita dari Tahun 2016 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 14

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(38)

Jumlah ibu nifas yang mendapat Vitamin A tahun 2016 adalah 5.438 orang ibu atau 92,89% dari jumlah keseluruhan ibu hamil 6.132 orang.

7. Pelayanan Keluarga Berencana

a. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Pasangan Usia Subur (PUS) dapat menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Tahun 2016 sebesar 43.334 sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 32.380 orang (74,72%). Untuk jenis kontrasepsi yang digunakan dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 15

JUMLAH AKSEPTOR KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

(39)

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa metode kontrasepsi yang paling diminati oleh peserta KB aktif adalah metode suntik dengan akseptornya mencapai 18.796 (58,05%) yang kemudian disusul dengan pil sebesar 10.426 (32.20%). Hal ini menggambarkan bahwa metode konsepsi jangka panjang (MKJP) belum banyak yang diminati oleh PUS yang sedang menggunakan kontrasepsi.

b. Peserta KB Baru menurut Metode Kontrasepsi

Akseptor KB baru pada Tahun 2016 di Kota Banda Aceh berjumlah 7.369 orang (17,01%), menurut metode kontrasepsi yang dipilih oleh peserta KB baru dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 16

JUMLAH AKSEPTOR KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa metode kontrasepsi yang paling diminati oleh akseptor KB baru adalah metode kontrasepsi suntik yang akseptornya mencapai 4.279 (58,07%) dan metode pil sejumlah 2.175 (29,52%). Dengan demikian peserta KB baru juga belum memiliki minat yang tinggi untuk menggunakan MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang) seperti IUD dan Implan.

(40)

c. Peserta KB Baru dan KB Aktif

Kinerja program KB dapat menggunakan indikator cakupan KB baru yaitu PUS (Pasangan Usia Subur) yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan atau pasca istirahat minimal 3 bulan. Indikator selanjutnya yang dinilai untuk mengetahui besarnya kemungkinan PUS yang berpotensi hamil terlindungi dari kejadian kehamilan adalah cakupan KB aktif.

Cakupan KB aktif lebih tinggi dari cakupan KB Baru dimana dari 43.334 jumlah PUS yang ada pada Tahun 2016 peserta KB baru hanya 7.369 (17,01%) dan peserta KB aktif sebesar 32.380 (74,72 %).

8. Kunjungan Neonatus (KN) dan Kunjungan Bayi

Cakupan KN1 di Kota Banda Aceh pada Tahun 2016 adalah sebesar 5.467 (84,83%), sementara KN3 atau KN lengkap sebesar 5.400 (83,79%) artinya tidak semua neonatus dikunjungi oleh petugas kesehatan.

9. Pemberantasan Penyakit Menular

a. Gampong UCI (Universal Child Imunization).

Pencapaian Universal ChildImunization (UCI) pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Jumlah gampong yang telah mencapai UCI Tahun 2016 adalah 74 gampong dari 90 gampong yang ada (82,22%). Jumlah gampong UCI menurut UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada grafik berikut ini :

(41)

Grafik 17

JUMLAH GAMPONG UCI MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang P2PL Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

Apabila diperhatikan dari grafik diatas ada 5 (lima) UPTD Puskesmas yang memiliki gampong UCI 100% yaitu UPTD Puskesmas Baiturrahman, Batoh, Kuta Alam, Lampulo,dan Kopelma Darussalam sementara yang gampong UCI paling rendah UPTD Puskesmas Lampaseh dengan 1 gampong UCI dari 6 gampong (16,67%).

b. Imunisasi Bayi

Jumlah bayi pada Tahun 2016 di Kota Banda Aceh adalah 6.448 bayi, Cakupan pelayanan imunisasi bayi Tahun 2016 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 18

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(42)

10. Perbaikan Gizi Masyarakat a. Pemberian ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) terbukti memberikan manfaat bagi bayi dari aspek gizi, imunologik, psikologik, kecerdasan dan neurologik, ASI juga dapat melindungi bayi dari sindroma kematianmendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS). Dari sisi lain ASI juga bermanfaat sebagai salah satu cara menunda kehamilan, serta memiliki aspek ekonomis. ASI ekslusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral.

Grafik 19

PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012 – 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa pencapaian pemberian ASI ekslusif belum mencapai target yang telah ditetapkan. Target pemberian ASI ekslusif 6 bulan adalah sebesar 80% sedangkan pencapaian di Kota Banda Aceh masih rendah, akan tetapi apabila dilihat pada Tahun 2012 terjadi kenaikan dari 66,08% menjadi 70,11% pada Tahun 2013 namun terjadi penurunan pada 2014 sampai dengan Tahun 2016. Jumlah bayi di bawah 0 - 6 bulan Tahun 2016 berjumlah 3.315 bayi dan yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 1.829 bayi (55,17%) .

(43)

b. Baduta usia 0 – 23 bulan yang ditimbang

Jumlah anak usia 0 – 23 bulan (baduta) yang ditimbang berjumlah 6.136 baduta dari jumlah keseluruhan 17.590 baduta, persentase jumlah baduta yang ditimbang (D/S) adalah 34,88 %.

c. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan.

Gizi buruk atau malnutrisi adalah suatu bentuk terparah akibat kurang gizi menahun. Balita gizi buruk yang dimaksud disini adalah balita yang memiliki nilai berat badan <-3 melalui pemeriksaan antropometri, data ini diperoleh dari laporan penimbangan bulanan di posyandu.

Pada Tahun 2016 diketahui terdapat 5 balita gizi buruk terdiri dari 3 laki – laki dan 2 perempuan, dimana jumlah kasusnya terdapat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ulee Kareng 2 kasus, Meuraxa 1 kasus, Lampaseh 1 kasus dan Jeulingke 1 kasus. Semua anak balita gizi buruk tersebut telah ditangani oleh UPTD Puskesmas masing – masing dan hasilnya sudah dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh untuk ditindaklanjuti.

11. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Grafik 20

PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(44)

Jumlah anak Balita (12 - 59 Bulan ) di Kota Banda Aceh Tahun 2016 adalah 20.653 anak balita dan yang mendapat pelayanan kesehatan minimal 8 kali sebesar 10.348 (50,10%). Cakupan tertinggi ada di UPTD Puskesmas Kopelma Darussalam mencapai 106,32% dan cakupan yang terendah di UPTD Puskesmas Batoh sebesar 13,13%.

12. Penjaringan dan Pelayanan Kesehatan Anak SD dan Setingkat

Pelayanan kesehatan anak SD dan setingkat merupakan bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat umumnya. Umumnya peserta didik SD dan setingkatnya lebih banyak terkait dengan masalah perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan sekolah lanjutan lebih difokuskan pada perilaku berisiko. Untuk itu, diperlukan pelayanan kesehatan di sekolah yang diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan promotif dan preventif.

Grafik 21

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN PESERTA DIDIK SD DAN SETINGKAT DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(45)

Pada grafik diatas terlihat bahwa penjaringan kesehatan peserta didik SD yang dilakukan di Kota Banda Aceh sebesar 96,06% dari 11 UPTD Puskesmas di Kota Banda Aceh terdapat 1 (satu) UPTD Puskesmas yang telah mencapai target 100% yaitu UPTD Puskesmas Lampaeh.

13. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kesehatan pada Usila merupakan masalah yang terjadi di masyarakat dan masih membutuhkan upaya pelayanan kesehatan yang optimal. Pelayanan kesehatan Usila dipandang perlu karena padamasa Usila terjadi penurunan kemampuan fisik dan psikologis, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti jantung, diabetes, kekurangan gizi, kelebihan gizi, gangguan reproduksi, depresi dan lain – lain.

Upaya kesehatan Usila paripurna dasar meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Pelayanan kesehatan Usila di tingkat UPTD Puskesmas secara khusus adalah penyuluhan, deteksi dan diagnosa dini pada Usila. Pelayanan kesehatan Usila di UPTD Puskesmas meliputi pengobatan, pemeriksaan Lab, Penyuluhan dan konsultasi pelayanan kesehatan Usila di luar gedung mengacu pada upaya promotif dan preventif.

Usila Di Kota Banda Aceh Tahun 2016 berjumlah 30.334 orang yang mendapatkan pelayanan kesehatan Usila berjumlah 23.781 orang dengan persentase 78,40% Jumlah Usila per UPTD Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dapat dilihat pada grafik berikut :

(46)

Grafik 22

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

Pada grafik diatas dapat dilihat jumlah cakupan pelayanan Usila yang paling tinggi ada di UPTD Puskesmas Banda Raya sebesar 95,02% dan jumlah yang paling rendah berada di UPTD Puskesmas Kuta Alam sebesar 54,87%.

14. Pelayanan Gawat Darurat Level 1

Pelayanan gawat darurat level 1 adalah pelayanan yang diberikan di UPTD Puskesmas yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan kesehatan agar tidak menjadi lebih parah. Pelayanan gawat darurat level 1 meliputi bantuan pernafasan (pemberian oksigen) menghentikan pendarahan dan lain sebagainya yang dilakukan oleh petugas yang telah memiliki sertifikat untuk melakukan pelayanan gawat darurat.

Fasilitas yang mempunyai kemampuan gawat darurat pada 2016 di Kota Banda Aceh masih terbatas di tingkat rumah sakit. Sarana kesehatan di Kota Banda Aceh terdiri dari 13 Rumah Sakit Umum, 3 Rumah Sakit khusus, 11 UPTD Puskesmas non perawatan, 26 Pustu, 27 Polindes, 7 Poskesdes, 114 Posyandu, 31 Balai Pengobatan Sementara ini fasilitas gawat darurat hanya tersedia di rumah

(47)

sakit yang berjumlah 14 rumah sakit dengan rincian 10 umah sakit umum dan 3 rumah sakit khusus.

15. Tambal/Cabut Gigi tetap

Upaya pelayanan gigi dasar yang dilakukan di UPTD Puskesmas meliputi tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Pada grafik dibawah dapat dilihat bahwa rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap dalam wilayah Kota Banda Aceh adalah sebesar 0.90 dengan rasio tertinggi terdapat di UPTD Puskesmas Baiturrahman 1,66% sedangkan rasio 0 % di UPTD Puskesmas Batoh, rasio tumpatan/pencabutan gigi tetap per UPTD Puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik23

RASIO TUMPATAN/PENCABUTAN GIGI TETAP PADA PELAYANAN DASAR GIGI DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

(48)

16. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat

Pada anak usia 6 – 7 tahun (usia kelas 1 SD) memiliki masalah pergantian gigi susu menjadi gigi tetap dan ini membutuhkan pelayanan kesehatan gigi mulut. Pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD dan setingkat selain dilakukan di UPTD Puskesmas juga dilakukan pada saat penjaringan kesehatan. Hasil pemeriksaan pada kegiatan UKGS menunjukkan bahwa dari 4.723 orang murid SD yang diperiksa 4.523 (96,06%) yang memerlukan perawatan 2.980 dan yang mendapatkan perawatan sebanyak 868 orang (29,13%).

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional

Grafik 24

JUMLAH PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Litbang & SDK Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

Jumlah penduduk Tahun 2016 adalah 254.904 jiwa dari jumlah penduduk tersebut jumlah peserta Jaminan Nesehatan Nasional (JKN) sebesar 197.664 yang terdiri dari PBI sebesar 134.287 (terdiri dari PBI APBN : 31.942 dan PBI APBD : 102.345) dan Non PBI sebanyak 63.377 .

(49)

2. Cakupan Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat melalui program JKN yang mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2014 mencakup jumlah kunjungan pasien yang berobat ke 11 UPTD Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Jumlah kunjungan JKN per UPTD Puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 25

JUMLAH KUNJUNGAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Litbang & SDK Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016

3. Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Kunjungan masyarakat di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Pada Tahun 2016 jumlah kunjungan masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan (UPTD Puskesmas, Pustu, Polindes/Poskesdes) sejumlah 419.450 kali kunjungan (laki – laki 169.538 dan perempuan 249.912). Sementara untuk kunjungan rawat jalan di BLUD RSUD Meuraxa berjumlah

(50)

178.626 kali kunjungan (laki – laki 94.464 dan perempuan 84.162) dan untuk kunjungan rawat inap berjumlah 19.536 kali kunjungan (laki – laki 8.624 dan perempuan 10.912).

4. Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

Pada 2016 terdapat 5.345 kunjungan jiwa di UPTD Puskesmas dalam Wilayah Kota Banda Aceh. Kunjungan tertinggi terdapat di UPTD Puskesmas Meuraxa sebesar 720 kunjungan dan kunjungan paling rendah terdapat di UPTD Puskesmas Jeulingke 195 kunjungan. Jumlah semua kunjungan jiwa di UPTD Puskesmas dalam wilayah Kota Banda Aceh dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 26

JUMLAH KUNJUNGAN JIWA MENURUT UPTD PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Sumber Bidang Yankesfar Dinkes Kota Banda Aceh Tahun 2016 5. Kematian Pasien di Rumah Sakit

Data kematian pasien di rumah sakit diperoleh dari laporan kematian yang terjadi di rumah sakit. Pada 2016 dari jumlah 16 Rumah Sakit di Kota Banda Aceh hanya 5 rumah sakit yang melaporkan kematian pasiennya >48 jam dirawat yaitu BLUD RSUD Meuraxa berjumlah 152 kematian, RS.Prince Nayef 1 kematian, BLUD Ibu & Anak 51 kematian, Rumkit Tk.II IM 42 kematian dan RSU.Zainoel Abidin 1.639 kematian.

(51)

6. Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

Kinerja pelayanan di rumah sakit yang akan disajikan dalam profil kesehatan ini meliputi BOR (Bed Occupancy Ratio), BTO (Bed Turn Over), ALOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval), GDR (Gross Death Rate), NDR (Net Death Rate). BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Semakin tinggi angka BOR berarti semakin sering sebuah tempat tidur di rumah sakit digunakan pasien. Menurut Departemen Kesehatan (2005), Angka BOR yang ideal adalah 60 – 85%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa di Kota Banda Aceh telah mencapai angka BOR ideal.

BOR di rumah sakit BLUD RSUD Meuraxa berjumlah 82,0 %, RS.Prince Nayef 6,7%, BLUD Ibu & Anak 43,4%, Rumkit Tk.II IM 34,8% dan RSU.Zainoel Abidin 73,4%.

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (satu tahun) berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu. Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur. BTO di rumah sakit BLUD RSUD Meuraxa berjumlah 74,3 kali, RS.Prince Nayef 11,9 kali, BLUD Ibu & Anak 50,3 kali, Rumkit Tk.II IM 40 kali dan RSU.Zainoel Abidin 52,4 kali.

TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati, indikator ini menggambarkan efisiensi penggunaan tempat tidur di sebuah rumah sakit. angka TOI BLUD RSUD Meuraxa berjumlah 0,9 hari, RS.Prince Nayef 28,6 hari, BLUD Ibu & Anak 4,1 hari, Rumkit Tk.II IM 5,9 hari dan RSU.Zainoel Abidin 1,9 hari.

ALOS adalah angka yang menggambarkan lamanya pasien di rawat di rumah sakit. Semakin besar angka ini berarti seorang pasien semakin lama dirawat disebuah rumah sakit. Menurut Depkes RI (2005) angka ALOS yang ideal adalah 6 – 9 hari. Indikator ini memberikan gambaran tentang efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit. ALOS BLUD RSUD Meuraxa berjumlah 3,8 hari, RS.Prince Nayef 3,1 hari, BLUD Ibu & Anak 3,6 hari, Rumkit Tk.II IM 0 hari dan RSU.Zainoel Abidin 1,9 hari.

Angka kematian yang dilaporkan rumah sakit adalah GDR dan NDR. GDR adalah angka kematian umum untuk 1000 penderita yang keluar dari rumah sakit. NDR adalah angka kematian setelah 48 jam dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini menggambarkan mutu pelayanan di sebuah rumah sakit. Semakin tingi kedua angka ini berarti semakin rendah mutu pelayanan kesehatan di

(52)

sebuah rumah sakit. Jumlah GDR BLUD RSUD Meuraxa berjumlah 16,5, RS.Prince Nayef 4,8, BLUD Ibu & Anak 15,5 dan RSU.Zainoel Abidin 62,3.

C. Perilaku Hidup Masyarakat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruhterhadap derajat kesehatan masyarakat digunakan indikator PHBS.

D. Rumah Tangga Ber-PHBS

Jumlah Rumah Tangga di Kota Banda Aceh Tahun 2016 berjumlah 44.657 terdapat Rumah Tangga Sehat ber-PHBS sebesar 1.992 (54,23% ) dari 3.673 rumah tangga yang dipantau. Persentase rumah tangga ber-PHBS tertinggi terdapat di Puskesmas Kuta Alam yaitu sebesar 70,20% dan terendah di Puskesmas Jeulingke yaitu sebesar 16,67%.

Grafik 27

PERSENTASE RUMAH TANGGA BER-PHBS MENURUT PUSKESMAS DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2016

Gambar

TABEL  11 TAHUN 2016 L P L+P PROPORSI  KELOMPOK  UMUR L P L+P PROPORSI  KELOMPOK UMUR L P L+P L P L+P PROPORSI  KELOMPOK UMUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 ≤ 4 TAHUN 0 0 0 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 2 5 - 14 TAHUN 0 0 0 0.00 0 0 0 0.

Referensi

Dokumen terkait

Ibrahim Anis keluar dari konsensus para pakar nahwu klasik dan modern, dan beliau membantah argumentasi harakat al-i'rab serta memberikan interpretasi secara fonetik

Praktikum fitokimia merupakan kegiatan yang dilakukan dimana mahasiswa dapat belajar mempraktekkan cara penyiapan bahan baku yang berasal dari bahan alam (simplisia),

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dyahnita Adiningsih (2012) dimana beliau melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Persepsi

Keterampilan dalam penulisan karya ilmiah merupakan salah tuntutan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu persyaratan bahwa

Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata tertinggi pada beton S2 (90,265 MPa), beton dengan bahan tambahan additive superplasticizer sebesar 1%. Beton S3 dengan

Berdasarkan permasalahan diatas, maka didapat rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut berapa besar kerusakan jalan yang ditimbulkan oleh

Nilai X 1 = -1.269.10 -8 menunjukkan adanya kenaikan variabel realisasi pembiayaan sebelum pembatasan jaminan yang dapat mengakibatkan kenaikan tingkat profitabilitas

Jika kamu mengerti bahwa berbagai nubuatan yang diberikan kepada dunia dari Surga, berpuncak disini, untuk meningkatkan imanmu dan memastikan bahwa kamu tetap setia kepada