KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL A. Produk Domestik Regional Bruto
KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
Triwulan III
2019
Penyusun:Penanggung Jawab: Tri Budhianto I Ketua Tim: Iwan Teguh Setiawan I Editor: I Anang R. I Haris Y. I Desain Grafis: Dandy I Anggota: Sunoto. I Ketut Arya U. I Tulus Eko W. I Tukima I
i
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Maluku Triwulan III Tahun 2019 dapat disusun dan diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan KFR ini adalah amanah yang harus dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan pada setiap triwulan, guna mengetahui kinerja sosial ekonomi masyarakat dan kinerja fiskal daerah untuk periode satu triwulan. Penyusunan KFR ini juga sebagai media pembelajaran yang sangat berharga bagi segenap insan Ditjen Perbendaharaan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya.
Proses penyusunan KFR ini, merupakan tantangan yang harus dilalui, khususnya dalam memaksimalkan pengumpulan data/informasi yang tersebar diberbagai instansi dan media massa untuk selanjutnya dianalisis, sehingga kajian yang dihasilkan dapat komprehensif dan aktual.
Kami menyadari bahwa hasil penyusunan KFR ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran, masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan KFR ini.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyususnan KFR ini sehingga dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah akan membalas semua pengorbanan dan kebaikannya Bapak/Ibu sekalian.
Kami berharap, semoga KFR ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lingkup Provinsi Maluku, akademisi dan pihak-pihak yang berkompeten dalam kegiatan ekonomi regional di provinsi maluku, serta masyarakat Maluku pada umumnya, guna meningkatkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat Maluku yang lebih baik.
Ambon, 11 November 2019 Plt. Kepala Kantor Wilayah
Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku
ii
KATA PENGANTAR……….. i
DAFTAR ISI………. ii
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1 A. Produk Domestik Regional Bruto………….………... 1
B. Inflasi ………..……….. 2
C. Indikator Kesejahteraan……….………... 3
II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI PELAKSANAAN APBN 7 A. Pendapatan Negara……….……….. 8
B. Belanja Negara……… 10
C. Prognosis Realisasi APBN……… 12
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI PELAKSANAAN APBD 13 A. Pendapatan Daerah……… 14
B. Belanja Daerah……… 17
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2019…………. 18
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASI (APBD DAN APBD 19 A. Laporan Pemerintah Konsolidasian………. 19
B. Pendapatan Konsolidasian……… 20
C. Belanja Konsolidasian……… 21
D. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap PDRB……… 22
V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH 23 Kemiskinan desa di Maluku:Optimalisasi Dana Desa……...……… 23
1
A. PRODUK DOMESTIK REGIONALBRUTO
Triwulan III Tahun 2019, PDRB Maluku dibawah target.
Perekonomian Maluku pada Triwulan III 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku mencapai Rp11,70 triliun dan atas harga konstan 2010 mencapai Rp7,85 triliun. Ekonomi Maluku triwulan III 2019 tumbuh 5,24% (yoy), lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tingkat nasional yang sebesar 5,02% (yoy).
Pertumbuhan perekonomian ini
didukung oleh hampir semua lapangan
usaha kecuali Pertambangan dan
Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 4,41% dan usaha pengadaan listrik dan gas yang mengalami kontraksi 7,47%. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kategori konstruksi sebesar 7,32%; diikuti oleh perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
sebesar 7,16% dan penyediaan
akomodasi makan dan minum sebesar
6,92%. Dari sisi Pengeluaran,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 12,99%.
Struktur PDRB Provinsi Maluku
menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun 2019 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan; Lapangan Usaha
Admintsrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; dan Lapangan Usaha Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil Sepeda-Motor masih mendominasi PDRB Provinsi Maluku di triwulan III tahun 2019.
Target dan Realisasi PDRB Maluku 2018 - 2019 (yoy)
Grafik I.1
Sumber: BPS Provinsi Maluku
PDRB Maluku dan Indonesia 2018 - 2019 (ytd)
Grafik I.2
2
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Maluku triwulan III tahun 2019 (yoy), Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,37%; diikuti Lapangan Usaha
Perdagangan sebesar 1,06%; dan
Lapangan Usaha Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 1,02%.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2019 terhadap triwulan III tahun 2018 (yoy) terjadi pada sebagian besar komponen pengeluaran.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 12,99%; diikuti oleh Pembentukan Modal tetap Bruto sebesar 7,94% dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,96%.
Struktur PDRB Provinsi Maluku menurut Pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan III tahun 2019 masih didominasi oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari
separuh PDRB Provinsi Maluku.
Komponen lainnya yang memberikan peran besar terhadap PDRB secara
berturut-turut adalah Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah, PMTB, Ekspor Luar Negeri dan Impor Luar Negeri.
Berdasarkan dokumen Kebijakan
Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) tahun 2019, Provinsi Maluku mempunyai target pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2019 sebesar 6,20%, sementara realisasi triwulan III tahun 2019
sebesar 5,24%. Artinya Pemerintah
Provinsi Maluku perlu mengambil langkah untuk mencapai target pertumbuhan yang diharapkan.
B. Inflasi
Inflasi di Provinsi Maluku diwakili oleh 2 kota yaitu Kota Ambon dan Kota Tual. Inflasi Maluku sampai dengan September 2019 (ytd) sebesar 2,94% lebih tinggi dari tingkat nasional sebesar 2,20%. Pada bulan September (mtm) terjadi inflasi sebesar 0,01% sementara di tingkat nasional terjadi deflasi sebesar 0,27%. Sedangkan inflasi tahunan (yoy)
Inflasi Maluku dan Indonesia 2018 - 2019 (mtm)
Grafik I.2
Sumber: BPS Provinsi Maluku
Inflasi Maluku dan Indonesia 2018 - 2019 (ytd)
Grafik I.3
3
mencapai 5.52% lebih tinggi dari inflasi nasional 3,39%.
Pada September 2019 terjadi deflasi di Kota Ambon sebesar 0,05% atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 134,17 pada Agustus 2019 menjadi 134,10 pada September 2019. Inflasi
tahun kalender Kota Ambon pada
September 2019 sebesar 2,97% dan inflasi tahun ke tahun (September 2019 terhadap September 2018) sebesar 5,57%.
Pada September 2019 di Kota Tual terjadi inflasi sebesar 0,65% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 158,88 pada Agustus 2019 menjadi 159,92 pada September 2019. Inflasi tahun kalender Kota Tual pada September 2019 sebesar 2,65% dan inflasi tahun ke tahun (September 2019 terhadap September 2018) sebesar 5,00%.
Inflasi Maluku ditahun 2019 diperkirakan tetap terkendali dan berada pada sasaran
inflasi. Kelompok bahan makanan
mengalami deflasi secara bulanan, namun masih mengalami inflasi secara tahun ke tahun sementara tarif angkutan udara
menunjukkan tren penurunan pada
triwulan ketiga tahun 2019 ini dan menjadi
penahan laju inflasi Maluku meski
perannya masih sedikit.
Target Inflasi Maluku (ytd) sesuai dengan dokumen KUA tahun 2019 sebesar 1,06-1,86%. Sedangkan TPID Maluku menargetkan inflasi Maluku (yoy) sebesar 3,5%±1%. Dari target tersebut, realisasi sampai dengan September 2019 sebesar 5.52% menunjukkan bahwa inflasi di Provinsi Maluku harus segera mendapatkan perhatian.
C. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Indikator Kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan tingkat kemiskinan, Sumber: BPS Provinsi Maluku
Untuk menjaga tingkat inflasi, Tim Pengendalai Inflasi Daerah (TPID) dan pemda harus
memperhatikan ketersediaan 2 kelompok
penyumbang inflasi yaitu bahan makanan dan transpor. Khusus bahan makanan, perlu diwaspadai terkait dengan kondisi cuaca yang kurang bersahabatdan juga mendekati hari raya natal dan tahun baru pada triwulan IV. Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada TPID antara lain: Mengatur stock barang khususnya bahan makanan terutama ikan akibat cuaca yang kurang bersahabat, memperlancar arus distribusi barang dengan memanfaatkan Tol Laut, membangun konektivitas antar daerah di
wilayah Maluku dengan memanfaatkan
berbagai moda transportasi (kapal laut dan pesawat udara), memperbanyak kerjasama dengan penyedia transportasi khususnya pada hari-hari besar keagamaan
4
tingkat ketimpangan (gini rasio) dan tingkat pengangguran terbuka pada suatu daerah.
1. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan di Maluku terus mengalami perbaikan. Tingkat Kemiskinan pada periode 2014-2019 di Provinsi Maluku menunjukkan trend yang semakin menurun dari waktu ke waktu. Apabila dibandingkan antara periode Maret 2019 yang tingkat kemiskinannya sebesar 17,69
% ke Maret 2018 yang tingkat
kemiskinannya 18,12 % terjadi penurunan
persentase kemiskinannya sebesar
0,43%. Dalam empat tahun terakhir (September 2015 sampai dengan Maret 2019), persentase penduduk miskin berkurang 1,67%.
Bila dibandingkan dengan nasional, kemiskinan di Provinsi Maluku masih cukup tinggi. Pada Maret 2019 jumlah
penduduk miskin sekitar tingkat
kemiskinan Maluku sebanyak 316.651 jiwa atau sebesar 17,69%, lebih tinggi dari tingkat nasional sebesar 9,41 %. Tingkat
Kemiskinan Maluku berada pada peringkat 4 dari 34 Provinsi di Indonesia. Penyebab tingginya kemiskinan di Provinsi Maluku antara lain karena perekonomian Maluku masih mengandalkan APBN dan APBD sebagai pendorong utama (Rijoly:2019),
infrastruktur yang belum memadai;
konektivitas antar pulau yang belum baik; tingkat pendidikan yang rendah, dan investasi yang rendah di Provinsi Maluku.
(Kaplale:2012) (Mahulauw, Santosa,
Mahardika: 2016). Sementara Dana Desa
belum dapat dimanfaatkan untuk menekan kemiskinan dengan melihat indikator penduduk miskin di desa yang mengalami kenaikan 0,19 % pada Bulan Maret 2019 dibandingkan Bulan Maret 2018.
Berdasarkan data Kebijakan Umum Anggaran 2019 Provinsi Maluku, angka kemiskinan Maluku dipatok pada 17,19%. Angka kemiskinan terakhir masih jauh dari target yang diharapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku.
2. Gini Ratio Kemiskinan Maluku – Indonesia
2018 - 2019
Grafik I.4
Gini Ratio Maluku – Indonesia 2018 - 2019
Grafik I.5
Sumber: BPS Provinsi Maluku Sumber: BPS Provinsi Maluku
5
Maluku mempunyai tingkat
ketimpangan yang lebih baik daripada tingkat nasional. Gini Ratio Provinsi Maluku pada Maret 2019 tercatat sebesar 0,324. Angka ini menurun sebesar 0,002 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Bulan September 2018. Gini Ratio Maluku lebih baik dari tingkat nasional yang sebesar 0,382. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan antara penduduk kaya dan penduduk miskin di wilayah Maluku lebih rendah dibandingkan dengan tingkat nasional.
Turunnya Gini Ratio Maluku
menunjukkan penguatan perekonomian
penduduk. Hal ini merefleksikan
peningkatan pendapatan kelompok
penduduk bawah hasil dari upaya
pemerintah dengan menggelontorkan
beragam skema perlindungan dan bantuan sosial di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan lainnya yang dijalankan oleh pemerintah.
Berdasarkan dokumen Kebijakan
Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) tahun 2019, Provinsi Maluku mempunyai target ketimpangan
regional sebesar 0,325. Diharapkan
dengan penguatan perekonomian
penduduk kelas menengah dan
peningkatan pendapatan kelompok
penduduk bawah yang lebih cepat dari kelompok penduduk berpedapatan 20%
teratas akan dapat memengaruhi
perbaikan tingkat ketimpagan pengeluaran di Maluku.
3. Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Maluku pada Agustus 2019 tercatat sebanyak 770.386 orang, bertambah sebanyak 15.352 orang atau terjadi peningkatan angkatan kerja sebesar 2,03 %. Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Maluku pada Agustus 2019 sebanyak 715.811 orang,
bertambah sebanyak 15.668 orang
dibanding keadaan Agustus 2018 yang tercatat sebanyak 700.143 orang.
Jumlah penganggur pada Agustus 2019 di Maluku tercatat sebanyak 54.575 orang mengalami penurunan sebanyak 316 orang atau sebesar 0,58
Komposisi Tenaga Kerja Maluku 2018 - 2019
Grafik I.6
Sumber: BPS Provinsi Maluku
Tingkat Pengangguran Terbuka Maluku – Indonesia 2018 - 2019
Grafik I.7
6
% dibanding keadaan Agustus 2018 yang tercatat sebanyak 54.891 orang. Dengan demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku mengalami penurunan dari 7,27 % pada Agustus 2018 menjadi 7,08% pada Agustus 2019.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Jika dilihat berdasarkan wilayah, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Pada Agustus 2019, TPT di
perkotaan sebesar 9,96 persen,
sedangkan TPT di perdesaan sebesar 4,93 persen. Dibanding setahun yang lalu, terjadi penurunan tingkat pengangguran di perkotaan dan di perdesaan, yaitu TPT di perkotaan turun sebesar 0,11 persen poin, dan TPT di perdesaan turun sebesar 0,23 persen poin.
Sesuai dokumen Kebijakan Umum
Anggaran 2019 Provinsi Maluku, angka pengangguran di Maluku diharapkan tidak lebih dari 7,16%. Angka pengangguran pada periode terakhir telah memenuhi target yang diharapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Melihat karakteristik Provinsi Maluku, pemerintah daerah perlu lebih mengembangkan sektor pertanian, lehitanan dan perikanan yang terbukti menyerap tenaga kerja dengan jumlah signifikan.
TPT Kota dan Desa di Maluku 2017 - 2019
Grafik I.8
Sumber: BPS Provinsi Maluku
Upaya awal yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan indeks kesejahteraan masyarakat Maluku adalah dengan merevitalisasi visi Maluku yang lebih mengarah kepada pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) (Tualeka,2019). Direkomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Maluku untuk:
a. Percepatan reformasi birokrasi dengan efisiensi dan peningkatan alokasi anggaran untuk pelayanan publik yang terkait langsung dengan pengembangan kualitas SDM yaitu bidang pendidikan dan kesehatan.
b. Mendorong investasi yang mengedepankan pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi kelestarian Maluku sebagai wilayah berciri kepulauan.
c. Peningkatan upaya untuk mengubah budaya konsumtif menjadi budaya produktif dan efisien terhadap waktu d. Pemberdayaan usaha kecil bagi wirausaha dari pemerintah dan kemudahan fasilitas yaitu akses modal kerja,
bimbingan teknis dan pendampingan dengan optimalisiasi program KUR dan Pembiayaan UMi.
7
Realisasi Belanja APBN wilayah MalukuTriwulan III Tahun 2019 belum optimal. Realisasi Pendapatan APBN di Provinsi Maluku sampai dengan triwulan III tahun 2019, mencapai Rp1.278,17 miliar atau 58,55% dari estimasi pendapatan 2019. Angka ini tumbuh 5,77% dari triwulan III tahun 2018. Sementara realisasi belanja
sebesar Rp14.364,78 miliar atau 67,21% dari pagu yang disediakan. Angka ini lebih tinggi dibanding triwulan III tahun 2018. Sehingga sampai akhir triwulan III tahun 2019 terjadi defisit sebesar Rp13.086,61 miliar meningkat dibanding triwulan III tahun 2018. (data 25 Oktober 2019).
8
A. Pendapatan Negara
Pendapatan Negara di Maluku Tumbuh 7,66%.
Pendapatan Negara di Provinsi Maluku sampai dengan triwulan III tahun 2019, mencapai Rp1.255,94 miliar. Sebagian besar pendapatan ini disumbang oleh Penerimaan Perpajakan yang sebesar 82,21% dari total pendapatan negara di triwulan III tahun 2019 ini.
1. Pendapatan Perpajakan
Sampai dengan akhir triwulan III 2019,
realisasi pendapatan pajak sebesar
Rp1.054,71 milyar atau 54,51% dari target yang ditetapkan. Angka ini lebih tinggi 2,68% dibanding triwulan yang sama tahun 2018. Pendapatan pajak sampai triwulan ini dipengaruhi oleh Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) yang tumbuh negatif 1,51% dan 10,86% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Realisasi PPh sampai dengan triwulan III tahun 2019 sebesar Rp590,60 miliar menurun 1,51% dari triwulan III tahun
2018. Penerimaan PPh di Provinsi Maluku memiliki trend yang relatif sama selama empat tahun terakhir. Kenaikan cukup tinggi terjadi pada tahun 2017 dimana terdapat kebijakan tax amnesty pada triwulan kedua tahun tersebut.
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Realisasi PPN di Provinsi Maluku pada triwulan III 2019 sebesar Rp435,82 miliar, atau menurun 10,86% dibanding dengan penerimaan triwulan III tahun 2018. Tren realisasi PPN di Provinsi Maluku tidak mengalami perubahan selama empat tahun terakhir. Penerimaan terbesar PPN tercatat terealisasi di wilayah Kota Ambon.
Kabupaten Maluku Tengah dan
Kabupaten Maluku Tenggara.
c) Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM)
Realisasi penerimaan PPnBM di
Maluku sampai dengan triwulan III tahun 2019 sebesar Rp892,92 juta merupakan peningkatan yang signifikan dibanding penerimaan sampai triwulan III tahun 2018 yang sampai triwulan tersebut belum ada Realisasi PPh di Provinsi Maluku
2017-2019 (akumulatif)
Grafik II.1
Sumber: spanint.kemenkeu.go.id
Realisasi PPN di Provinsi Maluku 2017-2019 (akumulatif)
Grafik II.2
9
realisasi. Kondisi ini mengindikasikanbahwa konsumsi barang yang termasuk dalam kategori barang mewah di Maluku berfluktuasi dari tahun ke tahun.
d) Penerimaan Cukai
Realisasi penerimaan Cukai di Provinsi Maluku sampai triwulan III 2019 sebesar Rp45,80 juta atau menurun sebesar 70,35% dibanding penerimaan pada triwulan II tahun 2018. Penerimaan Cukai selama empat tahun ini hanya berasal dari Kota Ambon sebagai pintu gerbang utama lalu lintas perdagangan barang di Provinsi Maluku.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Sampai dengan akhir triwulan III 2019, realisasi PNBP mencapai Rp223,46 miliar atau sudah mencapai 90,08% dari target yang diharapkan. Angka ini lebih tinggi 23,29% dibanding triwulan III tahun 2018. Peningkatan signifikan pada realisasi
PNBP ini disebabkan dicatatnya
Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) sebesar Rp64,40 miliar.
a) PNBP Pendapatan Kesehatan,
Perlindungan Sosial dan Keagamaan.
Realisasi PNBP Pendapatan
Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Keagamaan sampai dengan triwulan III 2019 sebesar Rp41,87 miliar, turun 12,36% dibanding triwulan III tahun 2018. Pendapatan terbesar berasal dari Pendapatan Kesehatan terutama dari pendapatan dari BPJS Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) sebesar Rp22,37 miliar.
Realisasi PPnBM di Provinsi Maluku 2017-2019 (akumulatif)
Grafik II.3
Sumber: spanint.kemenkeu.go.id
Realisasi Cukai di Provinsi Maluku 2017-2019 (akumulatif)
Grafik II.4
Sumber: spanint.kemenkeu.go.id
Untuk dapat memenuhi target Penerimaan Pajak di Maluku direkomendasikan :
1. Mengingat profil perpajakan di Maluku yang lebih dari 50% disumbangkan oleh pemungutan pajak belanja negara (APBN dan APBD), maka petugas pajak pajak dapat bekerjasama dengan Pengelola Keuangan APBN dan APBD untuk mematuhi kewajiban perpajakan,
2. Melakukan ekstensifikasi ke pusat-pusat ekonomi di luar kota Ambon yang belum tersentuh oleh petugas pajak.
3. Menggali potensi perpajakan dari dana desa yang jumlahnya lebih dari Rp1,12 triliun rupiah di tahun 2019.
10
b) PNBP Pendapatan Pendidikan,
Budaya, Riset dan Teknologi.
Realisasi PNBP Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi sampai dengan triwulan III 2019 sebesar Rp33,14 miliar turun 60,41% dari triwulan III 2018.
Hal ini dipengaruhi oleh turunnya
pendapatan biaya pendidikan yang turun dari Rp83,70 miliar pada Triwulan III 2018 menjadi Rp33,05 miliar pada Triwulan III 2019. PNBP Pendapatan Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi sebagian
besar disumbang oleh Pendapatan
Pendidikan terutamanya dari Kota Ambon dan Kota Tual.
B. Belanja Negara
Realisasi belanja negara di Maluku mencapai 67,21% dari Pagu.
Pagu untuk belanja negara di tahun 2019 sebesar Rp21,37 triliun. Realisasi sampai dengan triwulan III 2019 sebesar Rp14,36 triliun. Realisasi sampai dengan triwulan III 2019 ini meningkat 1,45% dibanding dengan triwulan yang sama tahun 2018.. Realisasi belanja negara sampai dengan triwulan III di Maluku tidak menunjukkan tren perubahan semenjak tahun 2016.
1. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja pemerintah pusat terealiasasi sebesar Rp5,01 triliun atau 59,51% dari pagu yang disediakan. Realisasi terbesar oleh belanja pegawai sebesar Rp2,17 triliun atau 73,74% dari pagu. Belanja barang terealisasi 59,12% atau Rp1,86 triliun sementara untuk belanja modal terealisasi 41,96% atau Rp0,97 triliun dari
pagu yang disediakan. Sedangkan
realisasi belanja bantuan sosial sampai akhir triwulan III tahun 2019 mencapai 55,88% atau Rp9,77 miliar.
Presentase belanja negara pada triwulan III diharapkan telah mencapai paling kurang 65% dari jumlah pagu yang disediakan. Hal ini untuk memastikan Realisasi PNBP 4253 di Maluku 2018-2019 (akumulatif) Grafik II.5 Realisasi PNBP 4254 di Maluku 2018-2019 (akumulatif) Grafik II.6 Sumber: spanint.kemenkeu.go.id
Realisasi Belanja Pusat di Maluku 2017-2019 Grafik II.7 k Sumber: spanint.kemenkeu.go.id Sumber: spanint.kemenkeu.go.id
11
bahwa seluruh kegiatan pemerintahantelah terbiayai dengan semestinya.
Dengan pelaksanaan anggaran yang terarah diharapkan pencapaian tujuan pembangunan dapat dibiayai dengan dana yang memadai disetiap tahap triwulannya.
Dengan melihat data realisasi belanja negara di Maluku selama empat tahun sebelumnya, diketahui bahwa realisasi belanja pegawai dan belanja barang
cenderung mengalami peningkatan,
sementara belanja modal memiliki
kecenderungan untuk menurun.
Mengingat pertumbuhan ekonomi di Maluku masih sangat tergantung dari pengeluaran APBN, maka rendahnya realisasi belanja modal perlu menjadi perhatian khusus untuk lebih mendorong perekonomian Maluku dimasa yang akan datang.
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sampai triwulan III 2019 terealisasi Rp8,68 triliun atau 73,41% dari total pagu yang disediakan. Dana Bagi Hasil tersalurkan 70,29% atau Rp189,26 miliar sedangkan realisasi DAU mencapai 83,21% atau
sebesar Rp6,82 triliun. Untuk Dana
Transfer Khusus, DAK Fisik telah
tersalurkan 35,83% atau Rp650,73 miliar sedangkan DAK Non Fisik mencapai
64,26% atau Rp941,84 miliar.Dana
Insentif Daerah (DID) telah tersalurkan 100%nya yaitu Rp82,27 miliar sedangkan Dana Desa telah tersalurkan sebesar Rp669,51 miliar atau 59,64% dari pagu yang tersedia.
3. Badan Layanan Umum
Pada tahun 2019 terdapat tiga satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yaitu Universitas Pattimura Ambon, Rumah Sakit Tk II dr. J.A. Latumeten Ambon dan
Rumah Sakit Bayangkara Ambon.
Diharapkan dengan menjadi satker BLU
akan dapat memberikan pelayanan
BLU 2017 2018 Pendapatan 122.654.307.619 118.943.662.528 Belanja 290.164.512.413 304.119.427.514 Aset 2.406.930.562.981 2.488.940.624.392 Pendapatan 35.627.145.808 44.367.281.833 Belanja 34.914.570.650 43.410.268.130 Aset 40.125.752.346 41.443.920.185 Pendapatan 16.637.966.300 14.518.082.733 Belanja 17.879.788.254 18.286.780.144 Aset 24.197.561.799 27.396.183.494
Sumbe r: Ka nwi l DJPb Provi ns i Ma l uku
Universitas Pattimura
RS dr JA Latumeten
RS Bhayangkara
Posisi Keuangan BLU di Provinsi Maluku
Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa di Provinsi Maluku 2017-2019
Grafik II.8
Sumber: spanint.simtrada.go.id
Meskipun secara realisasi, belanja pemerintah pusat Triwulan III 2019 mengalami peningkatan dari Triwulan III 2018, namun secara persentase masih dibawah target. Untuk itu direkomendasikan kepada satuan kerja untuk dapat meningkatkan realisasi belanja, terutama belanja barang dan belanja modal yang dapat menjadi pendorong perekonomian di Maluku.
12
kepada masyarakat dengan lebih baik,lebih bersaing namun tetap memegang prinsip efisiensi dan produktivitas.
Dengan melihat perkembangan asset, realisasi pendapatan dan belanja tahun
2017-2018 menunjukkan bahwa
penerapan pengelolaan keuangan
sebagai BLU akan memberikan peluang kepada satker-satker tersebut untuk lebih mengembangkan diri dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
4. Manajemen Investasi Pusat
Terdapat 2 pinjaman Pemerintah Provinsi Maluku yang merupakan hasil restrukturisasi telah lunas, sementara 2 pinjaman merupakan induk perjanjian
masih dalam proses restrukturisasi.
Sedangkan PDAM Kota Ambon memiliki 2 perjanjian dalam proses penghapusan.
C. Prognosis Realisasi APBN
Realisasi APBN di Maluku tahun 2019 diperkirakan optimal pada triwulan IV tahun 2019.
Jika dalam suatu deret terdapat gerakan naik ataupun turun dalam jangka panjang, maka deret tersebut deret yang
mengandung unsur kecenderungan
(Makridakis, dkk., 1999). Berdasarkan hal tersebut penyusunan prognosis realisasi APBN menggunakan aplikasi Minitab® dengan metode Holt Winter Multiplikatif Exponential Smoothing (hasil sebagaimana dalam lampiran) dengan hasil proyeksi sebagaimana tabel dibawah ini. Hasil proyeksi tersebut sejalan dengan kondisi penerimaan perpajakan sampai triwulan III 2019 dan tren selama 4 tahun, mengingat target yang cukup besar. Sementara dari sisi belanja, adanya
efisiensi dan penyelesaian kontrak,
diperkirakan belanja negara sampai dengan triwulan IV akan mencapai sekitar 99,61% atau Rp21.288,19 miliar. (miliar rupiah) Pagu Rp Rp % Rp % Pendapatan Negara 2.182,86 1.278,17 58,55% 1.677,54 76,85% Belanja Negara 21.372,27 14.364,78 67,21% 21.288,19 99,61% Surplus/Defisit (19.189,40) (13.086,61) 68,20% (19.610,65) 102,20%
Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Maluku; Minitab v14
Prognosis Realisasi APBN Lingkup Provinsi Maluku s.d Triwulan IV Tahun 2019
Uraian Realisasi s.d Triwulan III 2019 Perkiraaan Realisasi s.d Triwulan IV 2019
No Debitur Nomor Perjanjian Keterangan
1 Pemprov Maluku RDI-358/DP3/1999 Hak Tagih Pemerintah sebesar Rp59.017.326.533,02 (cut off date restrukturisasi sehingga dari semester sebelumnya hak tagih tetap) 2 Pemprov Maluku PRJ-139/MK.11/1983 Hak Tagih Pemerintah sebesar
Rp10.000.030,00 (cut off date restrukturisasi sehingga dari semester sebelumnya hak tagih tetap) 3 Pemprov Maluku AMA-155/PRJ-139B Hak Tagih Pemerintah sebesar Rp0,00 4 Pemprov Maluku AMA-164/RDI-358/2012 Hak Tagih Pemerintah sebesar Rp0,00 5 PDAM Kota Ambon 12/029/IBRD/PP Hak Tagih Pemerintah sebesar Rp0,00 6 PDAM Kota Ambon SLA-12/029/IBRD/PP Hak Tagih Pemerintah sebesar
Rp589.182.544,00 Sumber: Kanwil DJPb Provinsi Maluku
Daftar Penerusan Pinjaman di Wilayah Kerja Kanwil DJPb Provinsi Maluku 2019
Pemerintah Provinsi Maluku telah menyampaikan surat pengajuan kembali debt swap melalui surat Nomor 900/2646 tanggal 12 Agustus 2019 dan telah disetujui oleh Kementerian Keuangan melalui surat Nomor S-1204/PB/2019 tanggal 7 Oktober 2019
13
Realisasi Belanja APBD wilayah Maluku Triwulan III Tahun 2019 belum optimal. Wilayah Maluku terdiri atas dua belas
pemerintah daerah (pemda)
provinsi/kabupaten/kota. Secara umum
realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) pemda lingkup Provinsi Maluku mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Realisasi APBD agregat pemda di wilayah Maluku sampai dengan Triwulan III Tahun 2019, adalah sebagaimana tabel III.1 dibawah ini:
Realisasi pendapatan mengalami
penurunan 0,56%.
Pendapatan secara agregat sampai
dengan triwulan III tahun 2019 mencapai
Rp10,06 triliun (68% dari target),
mengalami kenaikan dibandingkan
triwulan III 2018 yang sebesar Rp10,00 triliun. Kenaikan realisasi pendapatan ini dipengaruhi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami kenaikan sebesar 22,86% dan Lain-lain pendapatan Daerah yang sah mengalami kenaikan sebesar 60,37%, meskipun pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat yang mengalami penurunan 2,09%.
ALOKASI REALISASI ALOKASI REALISASI 14,440.33
10,008.14 14,771.17 10,064.35
1,508.69
545.59 1,324.26 670.31 Pendapatan Transf er 12,529.99 9,318.38 12,845.84 9,249.95 Transf er Pemerintah Pusat 12,361.40 9,254.10 12,644.98 9,060.33 Dana Bagi Hasil Pajak 243.47 118.15 185.84 120.17 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 98.36 47.30 98.75 64.52 Dana Alokasi Umum 7,958.69 6,620.67 8,197.34 6,725.15 Dana Alokasi Khusus 3,192.76 1,951.28 3,276.51 1,568.29 Dana Insentif Daerah 868.12 516.70 886.54 582.20 Transf er Pemerintah Provinsi 168.19 64.27 200.46 189.62 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 401.65 89.84 601.07 144.08
13,518.84 7,141.93 13,066.48 6,917.23 Belanja Pegaw ai 4,570.46 3,134.64 4,791.56 3,212.24 Belanja Barang 4,075.42 1,801.53 3,905.98 1,957.45 Belanja Bunga 1.50 - 4.47 2.91 Belanja Subsidi 17.55 9.88 23.92 16.87 Belanja Hibah 980.18 681.93 808.55 523.60 Belanja Bantuan Sosial 65.93 39.59 78.12 39.46
3,764.67 1,453.05 3,398.25 1,144.89 43.14 21.30 55.63 19.80 1,841.14 967.15 2,025.82 1,121.14 Jum lah Be lanja Dan Trans fe r 15,359.98 8,109.08 15,092.30 8,038.37 Surplus /De fis it (919.65) 1,899.06 (321.13) 2,025.98
896.63
458.67 383.53 329.18 (23.03)
2,357.73 62.41 2,355.16
Tabel III.1
(dalam milar rupiah)
Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku sd. Triw ulan III
Sumber : BPKAD/DPPKAD pemda lingkup Provinsi Maluku, SIKD (diolah)
URAIAN 2018 2019 Pe ndapatan
PAD
Belanja Tak Terduga
Trans fe r Pe m e rintah Dae rah
Belanja Modal
Be lanja
SILPA
14
Realisasi Belanja dan Transfer mengalami penurunan 0,87%.
Capaian Belanja dan Transfer secara agregat sampai dengan akhir triwulan III tahun 2019 sebesar Rp8,03 triliun (53,26%
dari pagu) mengalami penurunan
dibandingkan triwulan III 2018 yang
sebesar Rp8,11 triliun. Penurunan
realisasi belanja dan transfer ini antara lain dipengaruhi oleh Belanja Hibah yang mengalami turun sebesar 23,22% dan Belanja Modal yang turun sebesar 21,21%,
meskipun Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Transfer Pemerintah Daerah mengalami kenaikan.
A. PENDAPATAN DAERAH
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sampai dengan akhir triwulan III 2019, realisasi PAD pemda lingkup Maluku adalah sebesar Rp670,31 miliar atau 50,62% dari target yang telah ditetapkan. Dari total realisasi PAD, porsi terbesar berasal dari pendapatan pajak daerah yaitu sebesar 57,89%, diikuti Lain-lain PAD yang sah dengan porsi sebesar 22,24%.
Sedangkan porsi terkecil adalah
pendapatan restribusi dengan porsi
sebesar 19,87%. Sampai dengan triwulan III 2019 belum terdapat realisasi untuk PAD yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Jika dilihat realisasi per pemda, realisasi PAD terbesar adalah pada Pemerintah Provinsi Maluku dengan realisasi PAD sebesar Rp339,03 miliar atau 50,58% dari total PAD seluruh pemda lingkup Maluku. Realisasi PAD tersebut jauh lebih tinggi dari Kota Ambon yang sebesar Rp129,58 miliar atau 19,33% dari total PAD seluruh Pemda. Dengan demikian, total realisasi pada 10 pemda yang lain hanya 30,09% dari total PAD. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan
yang cukup besar dalam realisasi
pendapatan PAD antara Pemprov Maluku dan Kota Ambon dengan pemda-pemda yang lain.
Kemandirian Fiskal Maluku menunjukkan perbaikan
Kemandirian fiskal tercermin dari
perbandingan antara PAD dengan total pendapatan. Perbandingan PAD dan Total Pendapatan Agregat Pemda di Maluku pada Triwulan III Tahun 2019 sebesar 6,66% atau naik dari triwulan III 2018 yang sebesar 5,45%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun masih rendah namun kemandirian fiskal pemda di Maluku telah menunjukkan perbaikan. Rendahnya PAD disebabkan oleh Pemda-Pemda di Maluku belum sepenuhnya menggali secara
Realisasi PAD Per Pemda dan Komposisi PAD di Provinsi Maluku Triwulan III 2019
Grafik III.1
15
maksimal sumber-sumber PAD. Kekayaan yang melimpah di Maluku tidak menjamin PAD yang diterima menjadi lebih baik.
Infrastruktur yang masih kurang,
konektivitas antar pulau yang belum baik dan kualitas SDM menjadi salah satu
penyebab investor tidak mau
menanamkan modalnya di Maluku
(Kaplale;2012).
a. Penerimaan Pajak Daerah
Realisasi Pajak Daerah Mengalami
Kenaikan 19,62%
Realisasi pajak daerah pemda lingkup Provinsi Maluku sampai dengan triwulan III 2019 adalah sebesar Rp381,43 miliar (64,24% dari target), mengalami kenaikan 19,62% dibandingkan realisasi triwulan III 2018 yang tercatat sebesar Rp318,86 miliar. Jika dilihat per pemda, realisasi terbesar adalah pada Pemerintah Provinsi Maluku sebesar Rp225,79 miliar yang mengalami kenaikan 12,1% dibandingkan
triwulan III 2018. Sedangkan pemda dengan kenaikan realisasi pajak daerah terbesar dibandingkan dengan periode triwulan III 2018 adalah Pemda Maluku Barat Daya dengan kenaikan 293,5%, diikuti oleh Pemda Maluku Tenggara
dengan kenaikan 83,0%. Kenaikan
penerimaan pajak daerah di Pemda Maluku Barat Daya sebagian besar merupakan kontribusi dari Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang tumbuh sebesar 497,6%.
b. Penerimaan Restribusi Daerah
Realisasi Restribusi Daerah Mengalami Kenaikan 18,38%
Realisasi restribusi daerah pemda lingkup Provinsi Maluku sampai dengan triwulan III 2019 adalah sebesar Rp130,93 miliar (54,08% dari target), mengalami kenaikan 18,38% dibandingkan realisasi triwulan III 2018. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan restribusi daerah pada beberapa pemda seperti pada Provinsi Maluku yang naik sebesar 13,2%, meskipun pada beberapa pemda mengalami penurunan yang signifikan seperti pada Pemda
6 Pemda dengan Realisasi Pajak Daerah Terbesar Triwulan III Tahun 2019 (miliar)
Grafik III.2
6 Pemda dengan Realisasi Restribusi Daerah Terbesar Triwulan III Tahun 2019 (miliar)
Grafik III.3
Untuk dapat meningkatkan kemandirian fiskal dan mengatasi kesenjangan PAD antar pemda, Pemda di Maluku harus dapat memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah dengan menarik investor-investor agar dapat menanamkan modalnya, yang diiringi dengan perbaikan infrastruktur dan peningkatan SDM yang ada di Maluku.
16
Kepulauan Tanimbar yang turun sebesar 41,85%. Kenaikan restribusi yang sangat signifikan pada Kabupaten Maluku Tengah sebagian besar merupakan kontribusi dari Restribusi Pelayanan Kesehatan RSUD yang mengalami kenaikan dari Rp2,44 miliar pada Triwulan III 2018 menjadi Rp10,29 miliar pada Triwulan III 2019.
c. Lain-Lain PAD yang Sah
Realisasi Lain-Lain PAD Yang Sah
Mengalami Kenaikan 26,38%
Realisasi Lain-Lain PAD Yang Sah sampai dengan triwulan III 2019 adalah sebesar Rp146,56 miliar, mengalami kenaikan 26,38% dibandingkan realisasi triwulan III 2018. Jika dilihat per pemda, realisasi terbesar adalah pada Provinsi Maluku sebesar Rp29,94 miliar dan
mengalami kenaikan yang sangat
signifikan sebesar 107,1% dibandingkan triwulan III 2018. Realisasi Lain-Lain PAD yang sah terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Maluku Tenggara sebesar Rp29,74 miliar yang mengalami kenaikan sebesar 81,8% dibandingkan triwulan III 2018. Kenaikan Realisasi Lain-Lain PAD yang sah yang sangat signifikan pada
Provinsi Maluku sebagian besar
merupakan kontribusi dari Pendapatan Dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan dengan realisasi Triwulan III 2019 sebesar Rp8,24 miliar, sedangkan pada Triwulan III 2019 tidak terdapat realisasi.
2. Pendapatan Transfer
Realisasi Pendapatan Transfer Mengalami
Penurunan 0,73%
Realisasi pendapatan transfer sampai dengan triwulan III 2019 adalah sebesar Rp9,24 Triliun yang terdiri dari Transfer Pemerintah Pusat sebesar Rp9,06 Triliun dan Transfer Pemerintah Provinsi sebesar Rp189,62 miliar. Dari grafik di atas dapat dilihat, hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 19,63%. Penurunan
DAK ini disebabkan oleh adanya
perubahan mekanisme penyaluran Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) yang semula disalurkan sekaligus menjadi 2 tahap (semesteran). Sementara pada
DAK Fisik disebabkan adanya
6 Pemda dengan Realisasi Lain-Lain PAD Yang Sah Terbesar Triwulan III Tahun 2019 (miliar)
Grafik III.4
Transfer Pemerintah Pusat Triwulan III Tahun 2018-2019 (miliar)
Grafik III.5
17
penambahan dokumen persyaratan
penyaluran yaitu review APIP yang menyebabkan pemda baru melengkapi dokumen persyaratan menjelang batas akhir upload dokumen ke OMSPAN, sehingga realisasi DAK Fisik Tahap II tidak termasuk dalam realisasi Triwulan III 2019.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah Mengalami Kenaikan 60,37%
Dari 12 pemda, hanya 6 pemda yang terdapat realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Realisasi terbesar adalah pada Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebesar Rp104,45 miliar atau 43,66% dari target. Secara total, realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah lingkup Provinsi Maluku Triwulan III 2019 yaitu sebesar Rp144,07 miliar mengalami
kenaikan dibandingkan Triwulan III 2018 sebesar Rp89,84miliar. Namun demikian, realisasi tersebut masih rendah jika dibandingkan target yang telah ditetapkan.
B. BELANJA DAERAH
1. Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja
Realisasi Belanja Daerah Mengalami
Penurunan 3,15%
Secara total realisasi belanja daerah Triwulan III 2019 adalah sebesar Rp6,91 Triliun atau 52,94% dari pagu. Realisasi
tersebut lebih rendah dibandingkan
Triwulan III 2018 sebesar Rp7,14 Triliun. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja penyerapan APBD pemda di Maluku belum optimal, mengingat realisasi pada beberapa belanja dibawah target realisasi triwulan III yaitu 40%. Realisasi pada belanja barang mencapai 50,11% dan sedangkan belanja modal baru mencapai 33,69%. Rendahnya realisasi Belanja Barang dan Belanja Modal dipengaruhi oleh proses pengadaan barang dan jasa
1. Untuk mencegah terjadinya penundaan DAU, pemda harus menyampaikan laporan realisasi anggaran secara tepat waktu yaitu maksimal tanggal 20 setiap bulannya melalui Sistem Informasi Keuangan Daerah SIKD)
2. Agar DAK Fisik dapat disalurkan, pemda segera merealisasikan DAK Fisik Tahap II yang telah disalurkan dan segera meng-upload dokumen persyaratan dalam aplikasi OMSPAN.
Target & Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Per Pemda 2019 (miliar)
Grafik III.6
Realisasi Belanja Daerah Per Jenis Triwulan III 2018-2019 (miliar)
Grafik III.7
18
yang lambat termasuk barangnya belum tersedia dalam e-katalog.
2. Belanja Daerah Berdasarkan Fungsi
Realisasi Belanja Fungsi Pendidikan dan Fungsi Kesehatan mengalami kenaikan, sementara fungsi yang lain mengalami penurunan
Dalam struktur realisasi belanja daerah lingkup Provinsi Maluku, proporsi terbesar jika diuraikan per fungsi adalah Fungsi Pelayanan Umum (38,27%), diikuti Fungsi
Pendidikan (21,67%) dan Fungsi
Perumahan dan Permukiman (14,71%). Dari tabel diatas dapat dilihat, jika dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya, realisasi belanja pada
sebagian besar fungsi mengalami
penurunan kecuali Fungsi Pendikan dan Fungsi Kesehatan. Realisasi belanja
Fungsi Pendidikan sampai dengan
Triwulan III 2019 mencapai Rp1,74 Triliun,
mengalami kenaikan 17,92%
dibandingkan Triwulan III 2018. Hal ini menunjukkan pemda-pemda di Maluku
memfokuskan belanja daerah pada
pengembangan sumber daya manusia.
C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN 2019
Realisasi Pendapatan diproyeksikan
sebesar 94,16%, sementara Belanja
diproyeksikan sebesar 91,91%
Seperti tahun-tahun sebelumnya,
kemungkinan target PAD tidak dapat tercapai, namun demikian hal tersebut dapat ditutup dari realisasi pendapatan transfer. Sementara itu, adanya efisiensi dan penghematan alamiah dari sisa kontrak serta kendala dalam proses pengadaan barang dan jasa, kemungkinan
menyebabkan belanja daerah tidak
terserap seluruhnya. Hal ini sejalan dengan perhitungan forecasting dengan aplikasi MiniTab® menggunakan metode Hot Winter Multiplikatif Exponential Smoothing (hasil sebagaimana dalam
lampiran) dengan hasil proyeksi
sebagaimana tabel dibawah ini.
Terkait dengan belanja daerah, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1.Proses pembayaran hak-hak ASN , terutama gaji dan tunjangan dapat dilakukan secara tepat waktu. 2.Percepatan proses pengadaan barang dan jasa
serta koordinasi dengan LKPP terkait permasalahan pengadaan dengan e-katalog
Realisasi Belanja Daerah Per Fungsi Triwulan II 2018-2019 (miliar) Grafik III.8 Pagu Rp Rp % Rp % Pendapatan 14,771.17 10,064.35 68.14% 13,908.01 94.16% Belanja 15,092.30 8,038.37 53.26% 13,871.80 91.91% Surplus/Defisit (321.13) 2,025.98 -630.89% 36.21 -11.28%
Sumber : BPKAD/DPPKAD pemda lingkup Provinsi Maluku, SIKD (diolah)
Uraian Realisasi sd. Triwulan III 2019 Realisasi sd. Triwulan IV 2019
Tabel III.2
Proyeksi Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku sd. Triwulan IV 2019
19
A. LAPORAN KEUANGANPEMERINTAH KONSOLIDASIAN
Pendapatan Konsolidasian Mengalamai Kenaikan 5,88% dan Belanja Konsolidasian Mengalami Penurunan 5,79%
Realisasi Pendapatan Pemerintah
Konsolidasian Provinsi Maluku Triwulan III 2019 adalah sebesar Rp1,75 Triliun, naik 5,88% dibandingkan dengan triwulan III 2018 yang sebesar Rp1,65 Triliun.
Sementara itu, realisasi Belanja
Pemerintah Konsolidasian Provinsi Maluku Triwulan III 2019 adalah sebesar Rp12,87 Triliun turun 5,79% dibandingkan dengan triwulan III tahun 2018 yang sebesar
Rp13,66 Triliun. Naiknya pendapatan pemerintah konsolidasian dipengaruhi oleh pendapatan bukan pajak yang tumbuh
sebesar 30,65% dan pendapatan
perpajakan mengalami kenaikan sebesar 0,65%. Sementara itu turunnya Belanja Negara Konsolidasian dipengaruhi oleh penurunan Belanja Pemerintah sebesar 5,92%, dan Transfer yang juga turun
sebesar 4,15%. Penurunan Belanja
Pemerintah dipengaruhi oleh turunnya
realisasi Belanja Daerah khususnya
Belanja Hibah yang turun sebesar 23,22% dan Belanja Modal yang turun sebesar 21,21%.
Triwulan III 2018 Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan % Realisasi 1,216.71 9,759.92 1,754.58 5.88% 1,657.21 993.26 381.43 1,374.69 0.60% 1,366.44 223.46 156.43 379.89 30.65% 290.77 161.72 - - 9,060.33 - - -14,364.73 7,866.39 12,876.61 -5.79% 13,667.65 5,010.22 6,917.23 11,927.45 -5.92% 12,677.35 9,354.50 949.16 949.16 -4.15% 990.30 (13,148.01) 1,893.53 (11,122.04) -7.40% (12,010.44) 329.18 329.18 -29.91% 469.63
Penerimaan Pembiayaan Daerah - 360.19 360.19 -26.31% 488.78 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 31.02 31.02 61.96% 19.15
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran (13,148.01) 2,222.70 (10,792.86) -6.48% (11,540.81) Sumber : LKPK Tingkat Provinsi Maluku
Belanja Negara
Belanja Pemerintah Transfer
Surplus/Defisit Pembiayaan
URAIAN Triwulan III 2019
Pendapatan Negara
Tabel IV.1
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Maluku s.d. Triwulan III Tahun 2019
(dalam miliar rupiah)
Transfer
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak Hibah
20
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi Pendapatan Perpajakan
Mengalami Penurunan 4,10%
Dalam pembentukan pendapatan
pemerintah konsolidasian, proporsi
pendapatan perpajakan pada Triwulan III 2019 adalah sebesar 78,35%, mengalami penurunan 4,10% dibandingkan proporsi Triwulan III 2018 yang sebesar 82,45%. Sebaliknya, proporsi pendapatan bukan pajak mengalami kenaikan sebesar 4,10% dari Triwulan III 2018 yang sebesar 17,55% menjadi 21,65% pada Triwulan III 2019.
Proporsi pendapatan bukan pajak yang mengalami kenaikan, di tengah kenaikan
realisasi pendapatan perpajakan,
mengindikasikan pendapatan
konsolidasian di Provinsi Maluku semakin membaik. Hal ini menunjukkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah berhasil menggali pendapatan selain perpajakan yang selama ini menjadi sumber utama pendapatan pemerintah.
2. Analisis Perubahan
Realisasi Pendapatan Perpajakan tumbuh 0,60% sama halnya dengan Pendapatan Bukan Pajak yang tumbuh 30,65%
Pendapatan perpajakan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar Rp1,37 triliun, mengalami kenaikan sebesar 0,60% dibandingkan triwulan II tahun 2018 yang
tercatat sebesar Rp854,21 miliar.
Kenaikan pendapatan perpajakan
konsolidasian dipengaruhi oleh kenaikan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pemerintah Daerah yang naik sebesar 22,86%. Sementara itu pendapatan bukan pajak triwulan III 2019 tercatat sebesar Rp379,89 miliar, mengalami kenaikan sebesar 30,65% dibandingkan triwulan III 2018 yang sebesar Rp290,77 miliar.
Kenaikan pendapatan bukan pajak
konsolidasian dipengaruhi oleh
pendapatan PNBP pemerintah pusat yaitu
dari pencatatan pendapatan BLU.
Kenaikan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang sebesar 60,37% pada pemerintah daerah juga memberikan kontribusi pada
kenaikan pendapatan bukan pajak
tersebut.
Proporsi Pendapatan Konsolidasian Maluku Triwulan III 2018- 2019
Grafik IV.1
Sumber: LKPK Provinsi Maluku (diolah)
go.id
Perubahan Pendapatan Konsolidasian Maluku Triwulan III 2018- 2019
Grafik IV.2
21
C. BELANJA KONSOLIDASIAN1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Proporsi Belanja Konsolidasian Terbesar adalah Belanja Pegawai yaitu sebesar 45,13%
Proporsi belanja konsolidasian triwulan III 2019 terbesar adalah belanja pegawai dengan porsi sebesar 45,13%, diiukuti oleh belanja barang sebesar 32,00%, kemudian belanja modal dengan porsi sebesar 17,73%. Jenis belanja dengan porsi terkecil adalah belanja pembayaran bunga yaitu sebesar 0,02%. Jika dibandingkan Triwulan III 2018, proporsi belanja pegawai Triwulan III 2019 mengalami peningkatan, sedangkan proporsi belanja barang dan belanja modal mengalami penurunan. Kenaikan proporsi belanja pegawai antara disebabkan oleh kenaikan gaji pokok PNS/TNI/Polri.
Dari grafik IV.4 dibawah ini dapat dilihat, belanja pegawai terdiri dari 40,33% belanja pemerintah pusat dan 59,67% belanja pemerintah daerah, belanja barang terdiri dari 45,86% belanja pemerintah pusat dan
54,14% belanja pemerintah daerah.
Sementara itu, proporsi belanja modal adalah 45,86% belanja pemerintah pusat
dan 54,14% belanja pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan belanja pemerintah memiliki kontribusi yang besar dalam
pembentukan belanja konsolidasian.
Namun demikian pemerintah daerah
cenderung lebih lambat dalam
merealisasikan belanja modal. Realisasi belanja modal pemerintah pusat sampai dengan Triwulan III 2019 adalah sebesar 41,96%, sedangkan Realisasi belanja modal pemerintah daerah adalah sebesar 33,69%.
2. Analisis Perubahan
Belanja Pegawai, Belanja Subsidi, Belanja Bantuan Sosial mengalami kenaikan, sementara Belanja Barang, Belanja Modal, Belanja Hibah dan Belanja Tak Terduga mengalami penurunan.
Belanja Pemerintah Konsolidasian
Triwulan III 2019 secara agregat
mengalami penurunan 5,92%, meskipun
Perbandingan Belanja Konsolidasian Maluku Triwulan III 2019
Grafik IV.4
Proporsi Belanja Konsolidasian Maluku Triwulan III 2019
Grafik IV.3
Untuk meningkatkan pendapatan konsolidasian, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Koordinasi yang intensif antara aparat pajak dan pengelola keuangan APBN dan APBD.
2. Mendorong para pengusaha dimanapun domisilinya sepanjang melaksanakan kegiatan sektor riil di Maluku, maka harus memiliki NPWP Maluku. 3. Melakukan ekstensifikasi ke pusat-pusat ekonomi di
luar kota Ambon yang belum tersentuh oleh aparat pajak
22
belanja pegawai, Belanja Subsidi, Belanja Bantuan Sosial mengalami kenaikan. Penurunan realisasi belanja pemerintah tersebut sebagian besar dipengaruhi
penurunan realisasi belanja barang
konsolidasian yang turun sebesar 8,03% dari belanja modal konsolidasian yang turun sebesar 21,14%.
Penurunan realisasi belanja modal
konsolidasian yang cukup signifikan
dipengaruhi oleh turunnya realisasi belanja modal pada pemerintah daerah. Realisasi belanja modal yang rendah terjadi pada
sebagian besar pemerintah daerah.
Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki realisasi belanja modal yang paling rendah. Dari pagu sebesar Rp241,59 miliar, yang terealisasi sampai dengan Triwulan III Tahun 2019 adalah sebesar Rp35,54 miliar atau 14,71% dari pagu.
D. ANALISIS KONTRIBUSI BELANJA PEMERINTAH TERHADAP PDRB
Rasio Kontribusi Belanja Pemerintah Konsolidasian terhadap PDRB Mengalami Penurunan
Pada triwulan III 2019, rasio belanja pemerintah konsolidasian terhadap PDRB
Maluku adalah sebesar 48,32%,
mengalami penurunan 10,65% jika
dibandingkan dengan rasio pada triwulan III 2018 yang sebesar 58,96%. Disisi lain PDRB Maluku Triwulan III 2019 justru mengalami pertumbuhan sebesar 5,24%. Hal ini menunjukkan bahwa pada triwulan
III tahun 2019 terdapat komponen
pengeluaran lain yang lebih
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Maluku. Berdasarkan data BPS Maluku, pada Triwulan III 2019 pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh komponen
Pengeluaran Konsumsi LNPRT dan
Pengeluaran Konsumsi rumah tangga.
Namun demikian, rasio belanja
konsolidasian terhadap PDRB yang cukup besar menunjukkan ekonomi di Maluku
sebagian besar digerakkan oleh
pengeluaran pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Perbandingan Belanja Konsolidasian Maluku Triwulan III 2018- 2019
Grafik IV.5
Untuk mengoptimalkan realisasi APBN dan APBD perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.Mempercepat proses pengadaan barang/jasa dan
koordinasi dengan LKPP jika terdapat permasalahan. 2.Segera melakukan reviu terhadap dokumen
pelaksanaan anggaran untuk mengetahui hal-hal yang perlu disesuaikan.
3.Jika diperlukan segera melakukan revisi dokumen pelaksanaan anggaran.
Uraian Triwulan III 2018 Triwulan III 2019 Belanja Konsolidasi Triwulan III (Tidak Akumulatif) 6,442.92 5,651.88 PDRB (Harga Berlaku) 10,927.41 11,697.88
Rasio Belanja Konsilidasi Terhadap PDRB (%) 58.96% 48.32% Sumber : LKPK Tingkat Provinsi Maluku dan BPS Maluku (diolah)
Tabel IV.2
Rasio Belanja Konsolidasi Terhadap PDRB Provinsi Maluku Triwulan III Tahun 2018-2019
23
Kemiskinan desa di Maluku: Optimalisasi Dana Desa
Semenjak 2015 desa di Indonesia memperoleh alokasi uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Porsi APBN yang dialokasikan ke desa tiap tahunnya tersebut mengalami tren kenaikan dalam empat tahun ini. Cita-citanya, satu desa minimal memperoleh dana satu miliar rupiah, angka yang fantastis. Di Maluku sendiri pada tahun 2015 dijatah dana desa sebesar Rp334,00 miliar. Angka tersebut naik terus hingga mencapai Rp1,12 triliun pada tahun 2019 ini. Dengan proiritas untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Dana Desa bertujuan salah satunya untuk mengentaskan kemiskinan dan memajukan perekonomian desa. Semua termaktub dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menggariskan bahwa pada dasarnya pengalokasian Dana Desa
bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Tujuan tersebut antara lain diwujudkan melalui earmarking tehadap penggunaan dana desa yang dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari APBN, diprioritaskan untuk
pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut,
maka dalam implementasinya kegiatan dana desa diarahkan dilaksanakan dengan cara swakelola. Lewat cara ini pemerintah
berupaya mengentaskan kemiskinan
melalui penurunan angka pengangguran dan peningkatan kemampuan daya beli.
Presentase penduduk miskin di Maluku secara agregat mengalami penurunan, namun perkembangannya berfluktuasi dan
untuk angka kemiskinan di desa
menunjukkan perkembangan yang tidak
terlalu menggembirakan. Jumlah
penduduk miskin di desa dan
persentasenya cenderung mengalami
kenaikan. Berdasarkan data BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan di desa di Maluku
tahun 2018 tercatat sebesar 5,37,
mengalami kenaikan dibandingkan tahun
2014 yang tercatat sebesar 5,22.
Sedangkan indeks keparahan kemiskinan di desa di Maluku tahun 2018 tercatat
sebesar 1,56, mengalami kenaikan
dibandingkan tahun 2014 yang tercatat Jumlah dan Persentase kemiskinan desa di Maluku 2014-2019
Grafik V.I
24
sebesar 1,49. Angka-angka ini tersebutjauh lebih tinggi dari indeks kedalaman
kemiskinan dan indeks keparahan
kemiskinan pada perkotaan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak dari garis kemiskinan semakin besar sehingga semakin sulit untuk penduduk desa keluar dari kemiskinan. Selain itu kesenjangan diantara penduduk miskin juga masih tinggi. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemda dan aparatur desa yang dapat ditempuh dengan pemanfaatan dana desa untuk bantuan sosial bagi penduduk miskin dan peningkatan kegiatan ekonomi produktif yang dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat desa.
Dengan melihat kondisi sampai saat ini, perlu dilakukan evaluasi atas pengelolaan Dana Desa oleh aparatur desa di Maluku. Sesuai dengan peruntukannya bahwa Dana Desa menurut Peraturan Menteri Desa Nomor 19 Tahun 2017 bahwa Dan desa diprioritaskan untuk Pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat maka ada kemungkinan sebagian besar
dana desa di Maluku adalah untuk kegiatan fisik yang tidak berlangsung secara terus menerus.
Terdapat pula kemungkinan bahwa pengelolaan Dana Desa terutama pada proses pengadaan barang dan jasa tidak mengutamakan tata cara swakelola.
Peningkatan upaya pengentasan
kemiskinan di Desa dapat pula diperkuat
dengan mengutamakan penggunaan
sumberdaya ataupun bahan baku lokal
dan menyerap tenaga kerja dari
masyarakat desa setempat. Dengan optimalisasi seperti ini maka dana yang akan mengalir ke masyarakat desa akan
lebih banyak dan memperkuat
kemampuan ekonomi masyarakat desa. Dengan melihat kondisi saat ini Pemerintah daerah bersama aparat desa harus mulai menata kembali pengelolaan
Dana Desa di Maluku. Dengan
memperbaiki tata kelola Dana Desa
diharapkan tujuan utama untuk
mengentaskan kemiskinan dan
memajukan perekonomian desa serta mengatasi kesenjangan antar desa akan lebih segera tercapai. Aparat pemerintah
desa harus mampu membuat
perencanaan dan melakukan eksekusi pelaksanaan anggaran Dana Desa sesuai prioritasnya
Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan desa di Maluku 2014-2019
2018 - 2019 (ytd)
Grafik V.II
Sumber: BPS Provinsi Maluku
Sektor UMKM bisa menjadi salah satu prioritas dana desa dalam pemberdayaan masyarakat. Secara mikro sektor ini dapat menggali potensi desa dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa setempat, sedangkan secara makro dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
26
1. Hasil proyeksi Pendapatan APBD dengan Hot Winter Multiplikatif Exponential
Smoothing menggunakan aplikasi Minitab®
2. Hasil proyeksi Belanja APBD Hot Winter Multiplikatif Exponential Smoothing menggunakan aplikasi Minitab®
27
3. Hasil proyeksi Pendapatan APBN dengan Hot Winter Multiplikatif Exponential
Smoothing menggunakan aplikasi Minitab®
4. Hasil proyeksi Belanja APBN dengan Hot Winter Multiplikatif Exponential