• Tidak ada hasil yang ditemukan

SALURAN PEMASARAN USAHA PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI DESA PACIRAN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SALURAN PEMASARAN USAHA PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI DESA PACIRAN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

31

SALURAN PEMASARAN

USAHA PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI DESA PACIRAN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

WACHIDATUS SA’ADAH

Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Rajungan merupakan salah satu komoditi perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, karena komoditi ini sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun luar negeri. Selain rasanya yang lezat, juga karena kandungan gizinya yang cukup tinggi. hal tersebut secara tidak langsung merupakan salah satu motivasi nelayan di Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan rajungan.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran pemasaran dan harga rajungan pada masing-masing saluran pemasaran usaha pemasaran penangkapan rajungan di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran rajungan di Desa Paciran ada 3 yaitu Saluran pemasaran I (saluran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul/bakul, dan konsumen), saluran pemasaran II (saluran pemasaran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan konsumen), dan saluran pemasaran III (saluran pemasaran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul I, pengumpul II dan pabrik besar. Saluran III banyak digunakan pada proses pemasaran rajungan).

Kata kunci : Rajungan, Saluran pemasaran.

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai negara bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km,

sedangkan luas daratannya hanya mencapai 1,9 juta km2. Wilayah laut yang sangat luas

tersebut mengandung sumber daya alam perikanan yang sangat berlimpah, salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang ada di Perairan Indo Pasifik lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis ada di Perairan Indonesia. Jenis kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal adalah Scylla serrat dan jenis lain yang tidak kalah penting di pasaran adalah Portunus pelagicus yang biasa disebut rajungan. (Cholik, F., A.G. Jagatraya., R.P. Poernomo. dan A, Jauzi. 2005)

Disamping itu rajungan (Portunus pelagicus) merupakan kepiting laut yang banyak terdapat di Perairan Indonesia, usaha penangkapan rajungan ini merupakan salah satu komoditi perikanan yang telah lama diminati oleh masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri, oleh karena itu harganya relatif mahal. Maka dari itu masyarakat di Desa Paciran khususnya yang di pesisir kebanyakan melakukan usaha penangkapan rajungan karena rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke negara Amerika, yaitu mencapai 60% dari total hasil tangkapan rajungan. Komoditas ini merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan ikan. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan

(2)

32 mempengaruhi populasi di alam. Alternatif yang sangat bijaksana untuk menghindari kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan budi daya supaya rajungan di perairan Indonesia tidak punah.

Sistem pemasaran rajungan di Desa Paciran untuk memenuhi kebutuhan baik masyarakat lokal atau untuk memenuhi permintaan perusahaan eksportir rajungan untuk kegiatan pemasaran rajungan dimulai dari nelayan selaku produsen sampai dengan konsumen akhir/ekspor. Rajungan yang dibeli bakul untuk diolah dan hasil olahan yang lolos seleksi akan dijual pabrik pengolahan, tetapi yang tidak lolos akan dijual ke pasar lokal dalam bentuk segar atau daging rajungan. Pasar lokal yang biasa memesan produk rajungan seperti Tuban, Lamongan, Gresik, Jepara, Bandung, Jakarta, Tegal, dan lain-lain. Rajungan yang dibeli oleh pabrik pengolahan langsung diolah untuk tujuan ekspor ke negara Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Singapura dan Jepang.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana saluran pemasaran usaha penangkapan rajungan di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sampai ketangan konsumen.

2. Bagaimana harga pada masing-masing saluran pemasaran.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui saluran pemasaran usaha penangkapan rajungan di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sampai ketangan konsumen.

2. Mengetahui harga pada masing-masing saluran pemasaran.

1.4. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi pelengkap untuk pihak berwenang yang membutuhkan data hasil pemasaran produk rajungan.

2. Sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2013. Sedangkan lokasi tempat penelitian berada di Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

2.2. Metode Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penyelidikan yang menuturkan dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari berbagai teknik pengambilan data (Surakhman, 1994). Tujuan dari Metode Deskriptif adalah untuk memaparkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi tertentu, data dikumpulkan sesuai tujuan dan secara rasional kesimpulan diambil dari data-data tersebut (Suharjono, 1995). Adapun data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder.

2.2.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pelaku kegiatan, diamati

dan dicatat untuk pertama kali (Marzuki,1986). Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Marzuki, 1986). Dalam penelitian ini observasi berupa pengamatan terhadap proses saluran pemasaran penangkapan rajungan.

(3)

33 2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Marzuki,1986). 3. Partisipasi Aktif

Menurut Namawi (1983), partisipasi adalah ikut serta dan berperan aktif pada semua kegiatan yang berhubungan dengan proses saluran pemasaran penangkapan rajungan. 4. Dokumentasi

Menurut J. S. Badudu (1976), dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan (seperti kutipan-kutipan dari surat kabar dan gambar-gambar).

2.2.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang luar penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data yang asli (Surakhman, 1994). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, pustaka dan arsip daerah atau lokasi penelitian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Profil Desa

Desa Paciran Kecamatan Paciran ini berbatasan dengan wilayah-wilayah desa sebagai berikut :

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah selatan: Desa Sumur Gayam Sebelah timur : Desa Tunggul

Sebelah barat : Desa Kandang Semangkon

Luas wilayah Desa Paciran 488,100 Ha, yang terdiri dari pemukiman, pertanian sawah, lading/tegalan, bangunan (perkantoran, pertokoan, sekolah, pasar, jalan, tempat olahraga, dan tambak).

Desa ini memiliki tingkat kesuburan tanah seluas 488,100 Ha, untuk tanah subur 12, tanah tidak subur 476,100 Ha, dan tanah sangat subur 0 Ha dengan bentang wilayah dataran 300 Ha, perbukitan 113,100 Ha, dan pegunungan 75 Ha. Sedangkan dari ruang lingkup penduduk dari seluruh luas lahan Desa Paciran ,ada 273 Ha untuk luas lahan pekarangan tidak dimanfaatkan, 273 Ha luas lahan pekarangan, dan 5 Ha untuk luas lahan terlantar. Desa ini memiliki curah hujan 0,170 Mm dengan suhu rata-rata harian 32o C.

Desa Paciran kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi mata pencaharian penduduk setempat dimana rata-rata penduduk bekerja sebagai petani dan buruh tani, tetapi ada juga yang bekerja dalam sektor bidang industri.

3.1.1. Sumber Daya Alam Desa Paciran

Desa ini memiliki sumber daya alam yang dapat dikembangkan atau diusahakan penduduk setempat, sumber daya alam ini meliputi perikanan darat/air tawar (tambak, kolam), pertanian, dan peternakan.

Untuk mengetahui jumlah usaha dari masing-masing sumber daya alam di Desa Paciran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Usaha dari Masing-Masing Sumber Daya Alam

No Jenis Usaha Jumlah Anggota Unit

1. Usaha peternakan 56 18

2. Usaha perikanan 33 11

3. Usaha pertanian - -

Data Primer Profil Desa Paciran Tahun 2013

3.1.2. Sumber Daya Manusia di Desa Paciran

Desa Paciran memiliki 2.827 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk Desa Paciran 13.888 jiwa. Ada beberapa kelompok keluarga sejahtera penduduk Desa Paciran, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(4)

34 Tabel 3. Prosentase Bidang Kesejahteraan Penduduk Desa Paciran

No Kelompok Kesejahteran Jumlah (Kepala Keluarga)

Prosentase (%)

1. Prasejahtera 1742 46,1

2. Keluarga sejahtera I 987 26

3. Keluarga sejahtera II 578 15,2

4. Keluarga sejahtera III 276 7,3

5. Keluarga sejahtera III plus 202 5,4 Data Primer Profil Desa Paciran tahun 2013

Mata pencaharian penduduk Desa Paciran bermacam-macam, mulai dari berprofesi sebagai petani, pedagang, pegawai, TNI, guru hingga dokter. Untuk mengetahui mata pencaharian penduduk Desa Paciran dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Prosentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Paciran No Mata Pencaharian Jumlah

Orang Prosentase ( %) 1. Buruh Tani/Buruh tani 4.688 25 2. Dokter/Bidan 12 2,3 3. Pedagang/Wirasw asta/Pengusaha 271 6 4. Pengrajin 472 8 5. PNS 204 6 6. TNI/POLRI 21 2 7. Penjahit 19 1 8. Montir 7 0,4 9. Supir 67 4 10. Karyawan Swasta 592 11 11. Kontraktor 2 0,3 12. Tukang Kayu 482 8 13. Tukang Batu 592 11 14. Guru swasta 998 15 Data Primer Desa Paciran Tahun 2013

3.2. Kerangka Usaha 3.2.1. Nelayan

Nelayan menjual hasil tangkapan pada pedagang pengumpul/bakul. Perahu yang beroperasi di Desa Paciran umumnya terbuat dari kayu jati, perahu dibuat di daerah asal nelayan maupun dari luar daerah. Perahu yang digunakan pada penangkapan rajungan dengan menggunakan perahu berukuran 30 GT. Harga jual perahu rata-rata berkisar antara 20.000.000-40.000.000. Mesin yang digunakan pada nelayan adalah mesin diesel dengan harga berkisar 5.000.000/unit.

Alat yang digunakan pada penangkapan rajungan adalah bubu dengan harga berkisar 150.000-250.000/pis. Alat untuk menyimpan ikan pada nelayan adalah basket/keranjang dengan harga 50.000-75.000/buah. Bahan bakar yang digunakan pada penangkapan adalah solar dengan jumlah 15 liter dalam satu kali penangkapan, bbm dengan harga 7600/liter. Makanan atau ransum yang dibawa seperti nasi, rokok, air minum. Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari hasil tangkapan yang diperoleh. Jika hasil tangkapan mendapatkan 500.000, anak buah nelayan mendapat 150.000. Pemilik kapal/perahu mendapat 350.000.1 bagian untuk anak buah nelayan dan 2 bagian untuk pemilik kapal/perahu.

(5)

35

3.2.2. Pengumpul/Bakul

Pedagang pengumpul atau bakul menerima rajungan segar dan rajungan yang sudah di rebus dari nelayan. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi rajungan kupas adalah keranjang, box, kursi, meja, dan timbangan. Keranjang digunakan untuk menyimpan bahan baku rajungan yang telah dipisahkan dari cangkangnya, box digunakan untuk menyimpan hasil kupasan rajungan yang sudah dikemas dalam toples, meja digunakan untuk tempat memproses rajungan kupas, kursi digunakan sebagai tempat duduk para pekerja rajungan kupas, timbangan digunakan sebagai alat untuk mengetahui hasil kupasan.

Alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan rajungan adalah toples, nampan, pisau dan es giling. Toples yang digunakan pada proses pengolahan rajungan sebanyak 20 buah toples setiap kali produksi, nampan yang digunakan pada proses pengolahan sebanyak 6 buah, pisau dan gunting digunakan dalam proses pengolahan rajungan untuk mengambil daging yang sulit diambil dengan tangan dan untuk mematahkan capit rajungan agar dapat diambil dengan mudah. Tenaga kerja dalam proses pengupasan berjumlah 5-11 orang, dengan upah/kg Rp. 10.000 tergantung dengan hasil kupasan. Biasanya pedagang pengumpul mendapatkan rajungan 50 kg-90 kg perhari, tergantung perolehan rajungan dari nelayan dan pada musim-musim.

3.3. Jenis Alat-Alat

3.3.1. Alat Penangkap Rajungan

Peralatan yang digunakan oleh penangkap nelayan rajungan peralatan yang digunakan untuk penggolahan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Jenis Alat Peanangkap Rajungan No Jenis Alat Fungsi

1. Perahu Kendaarn yang di buat untuk menenkap rajungan 2. Mesin Sebagai mempercepat laju

perahu nelayan 3. Bubu Menangkap rajungan 4. BBM Bahan bakar minyak 5. Basket/

Keranjang

Tempat rajungan yang diperoleh

6. Pelampung Mengetahui bubu yang di jatuh kedalam laut

7. Tali ris Untuk mengikat bubu 1 dengan yang lain

8. Pemberat Penangkal arus 9. GPS Remot control

Sumber: Data Primer Nelayan Tahun 2013

3.3.2. Alat Pengolah Rajungan

Dalam proses pengolahan rajungan ada beberapa alat yang di gunakan, adapun alat-alat itu dapat di lihat pada tabel berikut.

(6)

36

Tabel 6. Jenis Alat Pengolah Rajungan

No Jenis Alat Fungsi

1. Pisau dan gunting

untuk memisahkan

daging dari kulit

rajungan. 2. Meja Pengolahan untuk proses pengupasan, sortir, penimbangan dan pengemasan daging rajungan. 3. Ember plastik

sebagai tempat air untuk

mencuci tangan

karyawan sebelum

melakukan proses

produksi.

4. Bak air sebagai tempat air yang digunakan untuk mencuci rajungan segar sebelum ditimbang dan masuk dalam proses perebusan, agar terhindar dari bahaya fisik seperti kerikil dan kotoran-kotoran lain yang menempel, serta

mengurangi jumlah

bakteri alami pada

permukaaan tubuh rajungan. 5. Timbangan a. Besar b. Kecil a. digunakan untuk menimbang bahan baku yang baru datang dan yang akan diproses. b. digunakan untuk

menimbang hasil daging rajungan yang telah dikupas ataupun yang telah disortir.

Sumber: Data Primer Pengolah Tahun 2013

3.4. Pola Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran hasil perikanan di Desa Paciran adalah jalur-jalur pergerakan yang terjadi pada proses pemasaran hasil perikanan dari nelayan yang menangkap rajungan hingga sampai ke tangan konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan produk rajungan dari nelayan rajungan sampai ke tangan konsumen adalah nelayan, pengumpul I, pengumpul I I, pabrik besar dan restoran.

Saluran pemasaran di Desa Paciran Kabupaten Lamongan terdiri dari 3 saluran pemasaran, diantaranya sebagai berikut.

1. Saluran Pemasaran I

Nelayan Pengumpul Konsumen - Segar - Rebus - Rebus

- Kupas - Kupas

Gambar 11. Saluran Pemasaran I

Saluran pemasaran I merupakan saluran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul/bakul, dan konsumen. Saluran ini merupakan saluran pemasaran yang memiliki

(7)

37 saluran pemasaran paling pendek. Pada saluran I tidak ada ikatan piutang antara nelayan dan bakul, sehingga nelayan bebas menjual langsung pada konsumen. Harga mempengaruhi karena membeli pada nelayan jauh lebih murah dibandingkan membeli pada pedagang pengumpul. Jarak waktu tempuh pada saluran pemasaran I ini juga lebih dekat jadi tidak mengeluarkan biaya transportasi.

2. Saluran pemasaran II

Nelayan Pengumpul Restoran Konsumen - Segar - Segar - Segar - Olahan - Kupas - Rebus - Rebus

- Kupas - Kupas

Gambar 12. Saluran Pemasaran II

Saluran Pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan konsumen. Pada saluran II tidak ada ikatan piutang antara nelayan dan pedagang pengumpul, tetapi pada pedagang pengumpul dan restoran sudah ada kerjasama dalam penjualan produk rajungan. Harga dari nelayan pada pedagang pengumpul lebih rendah, dibandingkan harga pedagang pengumpul/bakul pada restoran. Jarak tempuh antara nelayan dan bakul lebih dekat, di bandingkan dengan jarak tempuh pada restoran.

3. Saluran pemasaran III

Nelayan Pengumpul I Pengumpul II Pabrik - Segar - Rebus - Kupas - Kupas - Kupas - Kupas

Gambar 13. Saluran Pemasaran III

Saluran Pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul I, pengumpul II dan pabrik besar. Saluran III banyak digunakan pada proses pemasaran rajungan. Pada saluran III lebih menguntungkan dibandingkan dengan saluran I dan saluran II. Nelayan terdapat ikatan piutang pada pedagang pengumpul I, sehingga hasil tangkapannya tidak bebas di jual pada pedagang pengumpul, lainnya.

Jika nelayan memilik piutang pada pedagang pengumpul 1 maka harga jual rajungan lebih rendah pengumpul II terdapat ikatan kontrak dengan pabrik besar, sehingga pengusaha pengumpul II harus menjual rajungan kupas pada pabrik besar. Jarak tempuh nelayan dengan bakul dekat sehingga tidak mengeluarkan biaya transportasi dan jarak antara pengumpul II pada pabrik jauh, sehingga mengeluarkan biaya transportasi.

3.5. Harga Rajungan

.Harga rajungan biasanya pengaruh pada musim, bagaimanapun tingkat variasi dalam harga dari setiap musim produk rajungan menunjukkan perdedaan dari musim satu ke musim lainya, dan hal itu memberi kemungkinan untuk naik turunya harga rajungan, dan harga rajungan dipengaruhi oleh kondisi baik segar, rebus, kupas dan juga jarak antara produsen ke konsumen.

Berikut harga rajungan dari masing-masing saluran pemasaran berdasarkan musim dan kondisi.

1. Saluran Pemasaran I

Saluran pemasaran I terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul dan konsumen, Pada saluran I ini menunjukan harga jual konsumen lebih tinggi dibandingkan

(8)

38 dengan harga jual nelayan/produsen. Harga rajungan pada saluran pemasaran I ini bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Saluran Pemasaran I

Lembaga Pemasaran I

Musim Kondisi Harga / kg

Nelayan - Barat - Timur - Paceklik - Segar - Segar - Segar Rp. 70.000,- Rp. 65.000,- Rp. 85.000,- Pengumpul - Barat - Timur - Paceklik - Rebus - Kupas - Rebus - Kupas - Rebus - Kupas Rp. 80.000,- Rp. 175.000,- Rp. 70.000,- Rp. 160.000,- Rp. 90.000,- Rp. 180.000,- Konsumen - Barat - Timur - Paceklik - Kupas - Rebus - Kupas - Rebus - Kupas - Rebus Rp. 95.000,- Rp. 190.000,- Rp. 80.000,- Rp. 170.000,- Rp. 100.000,- Rp. 190.000,- Sumber: Data Primer

2. Saluran Pemasaran II

Saluran II terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan konsumen, ini menunjukan bahwa harga jual rajungan pada restoran lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual nelayan/produsen. Harga rajungan pada saluran pemasaran I ini bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Saluran Pemasaran II

Lembaga Pemasaran II

Musim Kondisi Harga Nelayan - Barat - Timur - Paceklik - Segar - Kupas - Segar - Kupas - Segar - Kupas Rp. 70.000,- Rp. 170.000,- Rp. 65.000,- Rp. 160.000,- Rp. 85.000,- Rp. 185.000,- Pengumpul - Barat - Timur - Paceklik - Segar - Rebus - Kupas - Segar - Rebus - Kupas - Segar - Rebus - Kupas Rp. 80.000,- Rp. 90.000,- Rp. 175.000,- Rp. 70.000,- Rp. 80.000,- Rp. 160.000,- Rp. 90.000,- Rp. 100.000,- Rp. 180.000,- Restoran - Barat - Timur - Paceklik - Segar - Rebus - Kupas - Segar - Rebus - Kupas - Segar - Rebus - Kupas Rp. 90.000,- Rp. 100.000,- Rp. 200.000,- Rp. 80.000,- Rp. 120.000,- Rp. 220.000,- Rp 110.000,- Rp. 140.000,- Rp. 240.000,- Konsumen - Barat - Timur - Paceklik - Olahan - Olahan - Olahan Rp. 430.000,- Rp. 400.000,- Rp. 500.000,-

Sumber: Data Primer 3. Saluran Pemasaran III

Saluran III terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul I, pedagang pengumpul dan pabrik besar, ini menunjukan harga jual pada pabrik besar lebih tinggi dibandingkan harga nelayan/produsen. Harga rajungan pada saluran pemasaran I ini bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Saluran Pemasaran III Lembaga

Pemasaran III

Musim Kondisi Harga Nelayan - Barat - Timur - Segar - Kupas Rp. 70.000,- Rp. 170.000,-

(9)

39 - Paceklik - Segar - Kupas - Segar - Kupas Rp. 65.000,- Rp. 160.000,- Rp. 85.000,- Rp. 185.000,- Pengumpul I - Barat - Timur - Paceklik - Rebus - Kupas - Rebus - Kupas - Rebus - Kupas Rp. 80.000,- Rp. 175.000,- Rp. 70.000,- Rp. 160.000,- Rp. 90.000,- Rp. 180.000,- Pengumpul II - Barat - Timur - Paceklik - Kupas - Kupas - Kupas Rp. 190.000,- Rp. 180.000,- Rp. 200.000,- Pabrik Besar - Barat

- Timur - Paceklik - Kupas - Kupas - Kupas Rp. 250.000,- Rp. 210.000,- Rp. 300.000,-

Sumber: Data Primer

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Penangkapan Rajungan Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur pada bulan Agustus 2013. Usaha ini merupakan salah satu komoditi perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, karena komoditi ini sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun luar negeri. Selain rasanya yang lezat, juga karena kandungan gizinya yang cukup tinggi. Seluruh kebutuhan ekspor rajungan di Indonesia banyak yang masih mengandalkan hasil tangkapan nelayan di laut. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil pada pelaksanaan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Saluran pemasaran rajungan di Desa Paciran ada 3 yaitu saluran pemasaran I (saluran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul/bakul, dan konsumen), saluran pemasaran II (saluran pemasaran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan konsumen), dan saluran pemasaran III (saluran pemasaran yang melibatkan nelayan, pedagang pengumpul I, pengumpul II dan pabrik besar. Saluran III banyak digunakan pada proses pemasaran rajungan).

2. Telah mengetahui semua harga pada setiap lembaga-lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran, dari mulai saluran pemasaran I,II,III dengan selisih harga yang berbeda-beda.

4.2. Saran

1. Perlu pengadaan sarana dan prasarana dalam pemasaran rajungan yang cukup dan memadai untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu rajungan yang diperlukan dalam menunjang kegiatan pemasaran rajungan.

2. Memperluas jaringan pemasaran agar usaha tersebut lebih berkembang.

3. Perlu adanya keseimbangan harga pada nelayan supaya harga di nelayan tidak rendah. 4. Sebaiknya nelayan menjual rajungan dengan keadaan kupas karena harganya relatif

lebih mahal.

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Cholik, F., A.G. Jagatraya., R.P. Poernomo. dan A, Jauzi. 2005. Akuakultur: Tumpuan

Harapan Masa Depan Bangsa. Penerbit Masyarakat Perikanan Nusantara dengan

Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini ”Indonesia Indah”. Jakarta. 415 h.

Marzuki. 1986. Metodologi Riset. Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Suharjono. 1995. Pengetahuan, Ilmu, Filsafat, dan Penelitian. Universitas Brawijaya. Malang Surakhman, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung

Gambar

Tabel 2. Usaha dari Masing-Masing Sumber Daya Alam
Tabel 4. Prosentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Paciran
Tabel 5. Jenis Alat Peanangkap Rajungan
Tabel 8. Saluran Pemasaran II

Referensi

Dokumen terkait

Adapun RW/RT yang paling banyak terdapat nelayan kecilnya adalah RW 1 RT 2 Desa Paciran Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang jumlah populasi sebanyak 37 orang nelayan kecil

Saran yang dapat diberikan a untuk petani yaitu sebaiknya memilih saluran pemasaran I (petani – pedagang pengumpul desa – pedagang besar Pasar

Saluran pemasaran jagung manis yang dilakukan oleh petani di Desa Rasau Jaya I Kecamatan Rasau Jaya dalam memasarkan hasil produksinya dengan menjual kepada pedagang

Pada saluran pemasaran I, pedagang pengumpul menjual berasnya ke pedagang pengepul besar (gudang) di Desa Pegayut. Selanjutnya pedagang pengepul besar menjual beras sebagian

Model saluran pemasaran yang dilalui oleh bunga hortensia dari produsen (petani) ke konsumen akhir ada empat model yaitu Saluran I: Petani  Pedagang Pengumpul  Pedagang kecil

Pada saluran pemasaran ini terdapat pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul, dengan cara pedagang pengumpul mendatangi langsung rumah petani kemudian menjualnya

Aktor yang terlibat dalam pemasaran ikan rucah ini dimulai dari nelayan sebagai produsen, kemudian dijual ke pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar selanjutnya

Saran yang dapat diberikan a untuk petani yaitu sebaiknya memilih saluran pemasaran I (petani – pedagang pengumpul desa – pedagang besar Pasar