• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUNJUNGAN SUPERVISOR PENDIDIKAN TERHADAP INSPEKSI IMPLEMENTATIF PENGELOLAAN TATA RUANG KANTOR DI SD NEGERI 15 RIANIATE TAHUN PELAJARAN 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUNJUNGAN SUPERVISOR PENDIDIKAN TERHADAP INSPEKSI IMPLEMENTATIF PENGELOLAAN TATA RUANG KANTOR DI SD NEGERI 15 RIANIATE TAHUN PELAJARAN 2015/2016"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

141

KUNJUNGAN SUPERVISOR PENDIDIKAN TERHADAP INSPEKSI

IMPLEMENTATIF PENGELOLAAN TATA RUANG KANTOR DI

SD NEGERI 15 RIANIATE TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Rosni Manik

Dinas Pendidikan-Pemerintah Kabupaten Samosir

Jl. Kompleks Perkantoran Parbaba, Desa Siopat Sorsor, Kab. Samosir Abstrak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Kunjungan Supervisor Pendidikan Terhadap Inspeksi Implementatif Pengelolaan Tata Ruang Kantor Ada peningkatan motivasi mengajar oleh guru SD Negeri 15 Rianiate Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan adanya tata kantor yang teratur dan nyaman dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Adapun aspek yang dinilai antara lain : (1) semua guru yang mengajar di SD Negeri 15 Rianiate Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, (2) tata ruang kantor SD Negeri 15 Rianiate Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I dan siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Ada peningkatan kemampuan guru dalam menampilkan gagasan guna perbaikan tata ruang kantor dan memanfaatkan pertamanan di lingkungan sekitar sekolah sebagai motivasi guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 15 Rianiate Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

Kata kunci : Inspeksi, Implementatif, Pengelolaan, Tata_Ruang

I. PENDAHULUAN

Tata ruang kantor yang tidak baik akan memboroskan tenaga, waktu, menimbulkan rasa tidak tentram dan rasa tidak betah sehingga gairah dan semangat mengajar menurun. Guna menghindari hal tersebut maka penyusunan tata ruang kantor harus baik dan mampu menciptakan suasana mengajar yang nyaman dan menyenangkan diharapkan akan mendorong guru dalam mengajar untuk lebih semangat dalam menyelesaikan tugas pemengajar annya.

Semangat mengajar guru dalam mengajar sehari-hari dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kebutuhan nonmateri seperti kebutuhan rohani, perasaan aman pada saat dia mengajar dan dimasa yang akan datang, serta fasilitas yang cukup dan menyenangkan.

Tata ruang kantor yang baik sedikit banyak akan dapat membantu penyempurnaan tugas-tugas kantor sehingga mekanisme mengajar dapat berjalan lancar. Kondisi tempat mengajar menyenangkan dapat meningkatkan semangat mengajar, oleh karena itu perlu suatu rancangan penataan ruang yang baik.

II. TEORITIS

A. Tata Ruang Kantor

Dalam melaksanakan kegiatan atau pemengajar an kantor, suatu faktor yang penting yang turut menentukan kelancarannya adalah penyusunan tempat mengajar dan alat perlengkapan kantor dengan sebaik-baiknya. Menurut The Liang Gie (dalam Mulyadi dkk, 1981:60) menyatakan sebagai berikut: “Tata ruang kantor adalah penyusunan alat-alat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat mengajar yang memberikan kepuasan mengajar bagi para karyawan.

Tata ruang perkantoran yang baik akan bermanfaat bagi organisasi yang bersangkutan dalam menyelesaikan suatu pemengajar an Keuntungan tata ruang kantor yang baik antara lain: 1. Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para guru dalam mengajar karena berjalan mondar-mandir yang sebetulnya tidak perlu 2. Menjamin kelancaran proses pemengajar an

yang bersangkutan

3. Memungkinkan pemakaian ruang mengajar yang efisien

4. Mencegah para guru dalam mengajar di bagian lain terganggu oleh publik yang akan menemui suatu bagian tertentu.

B. Perencanaan dan Tujuan Tata Ruang Kantor

Dalam usaha menyusun tata ruang kantor yang baik perlu direncanakan dengan matang. Menurut Sapir (1993:46) masalah perencanaan tata ruang kantor berkaitan dengan lima faktor utama: 1. Bentuk organisasi

2. Sistem dan prosedur mengajar 3. Penempatan peralatan kantor 4. Penempatan perabotan kantor 5. Jumlah personalia

Penempatan meja, kursi, mesin kantor, peralatan kantor dan perlengkapan-perlengkapan lainnya dapat mempengaruhi prosedur dan sistem mengajar perkantoran.

Tujuan perencanaan kantor sebagai berikut : 1. Menghasilkan lebih banyak dan lebih baik

pemengajar an dengan biaya yang sama atau lebih rendah.

2. Mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pemengajar an

3. Memperbaiki moral mengajar guru dalam mengajar dengan cara menyiapkan kondisi dan

(2)

142 tempat mengajar yang lebih memuaskan

4. Luas ruangan yang tersedia akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya

5. Memudahkan jalannya pengawasan

6. Kesan yang baik para langganan dan para tamu

C. Sistem Pengaturan Tempat Kerja

Penyelesaian pemengajar an kantor dapat berjalan dengan baik jika ruangan ditata menurut kebutuhan dan persyaratan mengajar . Luas lantai yang diperlukan untuk dua orang guru dalam mengajar apabila masing-masing memakai meja biasa adalah sekitar 6-6,5 meter persegi, dengan meja bentur Z cukup disediakan ruang seluas 4,2 meter persegi. Ini merupakan penghematan luas lantai sekitar 30 %.

D. Pedoman Penyusunan Tata Ruang Kantor

Dalam menyusun ruang untuk mengajar perkantoran, ada beberapa tujuan yang perlu dicapai. Tujuan itu merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam setiap tata ruang kantor.

Pedoman penyusunan tata ruang kantor adalah sebagai berikut:

1. Pemengajar an kantor dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak yang sependek mungkin

2. Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar

3. Segenap ruangan dapat digunakan secara efisien untuk keperluan pemengajar an

4. Kesehatan dan kepuasan mengajar para guru dalam mengajar dapat terpelihara

5. Pengawasan terhadap pemengajar an dapat berlangsung secara memuaskan

6. Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapat kesan yang baik tentang organisasi tersebut

7. Susunan tempat mengajar dapat dipergunakan untuk berbagai pemengajar an dan mudah untuk diubah

Pendapat The Liang Gie (1983:163) asas tata ruang kantor yang baik ada 4 asas yaitu:

1. Asas mengenai jarak terpendek. Dengan asas ini maka tata ruang kantor yang baik adalah memungkinkan proses penyelesaian pemengajar an kantor menempuh jarak yang sependek-pendeknya

2. Asas mengenai rangkaian pemengajar an. Dengan asas ini berarti tata ruang kantor yang bila menempatkan para guru dalam mengajar dan alat-alat kantor menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pemengajaran

3. Asas mengenai penggunaan ruangan. Dengan asas ini maka tata ruang kantor menggunakan sepenuhnya semua ruangan yang ada

4. Asas mengenai perubahan susunan tempat mengajar

III. METODOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di SD Negeri 15 Rianiate Kec. Pangururan Kabupaten Samosir, yang ditujukan pada guru-guru.

Adapun alasan utamanya adalah dari hasil pengamatan dan informasi dari guru, bahwa hampir semua guru jarang dan bahkan kurang memperhatikan tata ruang kantor demi kenyamanan selama kegiatan proses belajar mengajar.

B. Perencanaan Tindakan

Bentuk tindakan berupa supervisi bimbingan secara kolektif kepada guru-guru melalui Rapat

Guru di SD Negeri 15

Rianiate Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir, agar mampu menata ruang kantor guna efektivitas belajar mengajar. Secara rinci bentuk tindakan dalam penelitian ini adalah : 1. Menyampaikan informasi teknik menata ruang

kantor yang bersih, rapi dan kondusif.

2. Membimbing dan mengarahkan guru agar selalu memperhatilkan sarana dan prasarana tata ruang kantor yang nyaman.

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah menggunakan model penelitian tindakan sekolah yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart (2000), dimana pada prinsipnya ada empat tahap kegiatan yaitu, perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and evaluation) dan melakukan refleksi (reflecting).

Alur penelitian secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian

Secara rinci prosedur tindakan yang dilakukan adalah :

1. Membagi guru dalam dua kelompok kecil bersama komite sekolah dan wakil wali murid. 2. Peneliti memberi penjelasan tentang bagaimana

menata meja dan kursi kantor ruang sidang/rapat guru termasuk kantor Saptam di gerbang pintu masuk dan lain sebagainya 3. Guru bersama komite sekolah serta beberapa

(3)

143 pembangunan prasarana belajar di sekolah

dalam diskusi kelompok. C. Observasi dan Evaluasi

Rincian prosedur tindakan yang dilakukan adalah :

1. Membagi guru dalam dua kelompok kecil bersama komite sekolah dan wakil wali murid. 2. Peneliti memberi penjelasan tentang bagaimana

menata meja dan kursi kantor ruang sidang/rapat guru termasuk kantor Saptam di gerbang pintu masuk dan lain sebagainya. 3. Guru bersama komite sekolah serta beberapa

wakil wali murid menyusun program pembangunan prasarana belajar di sekolah dalam diskusi kelompok.

Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi :

Tabel 1. Format Observasi

Adapun skala penilaian yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 katagori sikap yaitu : sangat tinggi, tinggi, rendah, sedang dan sangat rendah. Penilaian dilakukan dengan memberi skor pada kolom yang tesedia dengan ketentuan sebagai berikut : skor 5=sangat tinggi, skor 4=tinggi, skor 3=sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1=sangat rendah.

Setelah diperoleh nilai,maka nilai tersebut ditransfer ke dalam bentuk kualitatif untuk memberikan komentar bagaimana kualitas sikap guru yang diamati dalam diskusi / rapat sekolah yang diwakili dari beberapa elemen pendidikan, penyusunan skenario teknik tata ruang kantor dan penilaian pelaksanaan dengan kriteria penilaian acuan patokan skala lima sebagai berikut :

Tabel 2. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Skala 5

Tahap evaluasi dilakukan pada akhir tindakan yang bertujan untuk mengetahui tingkat kemampuan kepala sekolah dan guru serta komite sekolah dalam mengelola tata ruang kantor sebagai ruang guru dan rapat kerja guru di SDNegeri 15 Rianiate Kecamatan Pangururan KabupatenSamosir.

D. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan dan hasil evaluasi pada akhir pertemuan siklus dilakukan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk merencanakan penyempurnaan dan perbaikan siklus berikutnya.

Semua tahap kegiatan tersebut mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun observasi dan evaluasi dilakukan secara berulang-ulang melalui siklus–siklus sampai ada peningkatan sesuai yang diharapkan yaitu mencapai angka katagori”baik” dengan rentang skor 80 - 89. Jika skor yang diperoleh kurang dari 80-89, berarti belum memenuhi target yang ditetapkan, maka perlu bimbingan pada siklus II.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Siklus 1

Kegiatan dalam siklus I ini, diawali dengan kegiatan diskusi atau rapat kerja guru bersama komite sekolah tentang permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan pertamanan di lingkungan sekitar sekolah sebagai penunjang prasarana tata ruang kantor yang sejuk, bersih dan rapi yang hasilnya sebagai berikut :

Tabel 3. Data Hasil Observasi

Penilaian terhadap kooperasi antar guru

dalam bentuk program perencanaan

pelaksanaan tata ruang kantor yang disusun Kepala Sekolah dan guru dalam siklus I, didapatkan hasil sebagai berikut :

(4)

144 Sedangkan penilaian implementasi

pemanfaatan pertamanan di sekitar lingkungan sekolah sebagai prasarana penunjang teknik tata ruang kantor guru yang sejuk dan asri di siklus I didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Penilaian Pelaksanaan Rapat Kerja Guru

hasilnya termasuk katagori “cukup” dengan rata-rata nilai 79,38. Sementara itu, penilaian implementasi terhadap pemanfaatan pertamanan di lingkungan sekitar sekolah sebagai prasarana tambahan atau penunjang kesejukan suasana dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, hasilnya katagori “cukup” dengan rata-rata nilai 78.33. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengimplementasikan kegiatan penelitian belum optimal, sehingga perlu peningkatan.

B. Siklus 2

Sebagaimana kegiatan peneliti pada siklus I, maka kegiatan pada siklus keduapun dilakukan observasi, evaluasi dan penilaian. Hasil observasi terhadap sikap guru dalam berdiskusi pada siklus II dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 6. Data Hasil Observasi

Penilaian terhadap kooperasi antar guru

dalam bentuk program perencanaan

pelaksanaan tata ruang kantor yang disusun Kepala Sekolah dan guru dalam siklus II, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Data Hasil Penilaian Rapat Kerja Guru

Hasil penilaian terhadap Pelaksanaan gagasan tentang tata ruang kantor dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 8. Penilaian Pelaksanaan gagasan dalam RKG

Data yang diperoleh dari observasi sikap guru pada siklus II, setelah dianalisis ada peningkatan ke arah perbaikan yaitu berada pada katagori “baik”, dengan rata-rata nilai 84.88. Sedangkan

penilaian gagasan dan

penilaian pelaksanaan gagasan, masing-masing juga ada peningkatan yang lebih baik yaitu: untuk pembelajaran berada pada katagori “sangat baik” dengan nilai rata-rata 90 dan untuk penilaian pelaksanaan gagasan di SDNegeri 15 Rianiate Kecamatan Pangururan Kabuapten Samosir berada pada katagori “baik” dengan nilai rata-rata 82.668.

Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan kemampuan guru dalam membuat tata ruang kantor yang asri, rapi bersih dan nyaman dengan memanfaatkan pertamanan di lingkungan sekitar sekolah sebagai motivasi guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam memprogramkan gagasan serta dalam implementasinya di sekolah yang sudah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. C. Pembahasan

Dari 5 orang guru yang terlibat, 1 orang mendapat skor sangat baik 3 orang sudah mendapat skor dengan katagori “baik” sedangkan 1 orang dengan katagori “cukup”.Oleh karena itu dilanjutkan dengan tindakan siklus II yang hasilnya secara umum ada peningkatan ke arah yang lebih baik yaitu 75% guru sudah mendapatkan katagori baik dengan skor rata-rata 80 – 90.Hal ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Secara rinci perolehan nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru dalam menampilkan gagasan guna perbaikan tata ruang kantor dan memanfaatkan pertamanan di lingkungan sekitar sekolah sebagai motivasi guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi 79,38 di siklus I menjadi 84,88 di siklus II ada

(5)

145 peningkatan 5,5. kegiatan penyusunan

skenario pembelajaran nilai rata-rata 78,75 di siklus I menjadi 82,50 di siklus II ada peningkatan 3,75, kegiatan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata 78,33 di sklus I menjadi 82,08 di siklus II, ada peningkatan 3,75. V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan:

1. Perubahan tata ruang yang dilakukan pada SD N 5 Rianiate sangat besar pengaruh pada proses pembelajaran

2. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya kemampuan Kepala Sekolah dan Guru dalam menata ruang kantor guru dan ruang kepala sekolah.

REFERENCES

Cooper, cary L. 2004. Psikologi Untuk Manajer. Jakarta: Arcan. Gie, Liang The. 2003. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Komaruddin. 2005. Manajemen Kantor Teori dan Praktek. Bandung: SinarBaru.

Moekijat. 2000. Manajemen Keguruan dalam mengajar (Personal Manajemen). Bandung: Alimni.

Sapir. 2001. Manajemen Perkantoran. Malang: IKIP MALANG

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tedjasutisna, Ating dkk. 2004. Administrasi Kantor. Bandung: Armico.

Arifin Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Remaja Karya.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara.

Bahri, Syaiful. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, M, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

De Porter, Bobbi. Reardon, M. Singer-Nourine, S. 2001. Quantum Teaching Mempraktikan Quantum Learning Di Ruang-ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: Kaifa. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Lie, Anita. 2003. Cooperatif Learning Mempraktikan Cooperatif Learning Di Ruang ruang Kelas . Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Prayitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Syafriani, Dewi. 2002. Pembelajaran “Cooperatif Learning” Alternatif Metode Dalam KBK. http://www.google.com. (12 Des. 2002).

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitian
Tabel 2. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Skala 5
Tabel 6. Data Hasil Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti kanker ekstrak ethanol propolis (EEP) yang berasal dari Kerjo, Karanganyar pada kultur sel kanker payudara

Pada bagian ini akan dilakukan analisis dan perbandingan rancangan dari penggunaan lori dan conveyor dari aspek teknis, beban kerja, pengukuran risiko, serta

Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa, sedangkan teknik non tes dalam bentuk observasi untuuk memperoleh data kegiatan guru dn peserta

Dengan menggunakan aplikasi mudah alih pengiraan sasaran CGPA (e-KIRA CGPA) yang dibangunkan, pelajar dapat menetapkan matlamat pencapaian akademik di setiap semester

Untuk melihat mengapa sistem presidensial multipartai di Indonesia dapat bekerja dengan relatif baik, Hanan menggunakan rancang bangun konseptual yang lebih menyeluruh

Sehingga, stabilisasi tanah lempung bukit Rawi memenuhi syarat untuk Lapis Pondasi Bawah Jalan Raya karena nilai UCS 9.06 kg/cm 2 > UCS 6 kg/cm 2 Naiknya nilai

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.6 No.1, Februari 2018 14 EFEKTIFITAS PEMBERIAN HEALTH EDUCATION (HE) TENTANG BAHAYA MEROKOK ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN

Bagi melindungi waktu pembelajaran murid dan tidak menjejaskan waktu dan tempoh masa yang telah diperuntukkan bagi satu-satu mata pelajaran pada jadual murid di