STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016
BERJUDUL “TERORISME BERSEMAI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Ig. Ajie Pamungkas NIM. 121224005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
i
STRUKTUR DAN GAYA BAHASA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN LAMPUNG POST, 4 JANUARI 2016
BERJUDUL “TERORISME BERSEMAI”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Ig. Ajie Pamungkas NIM. 121224005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk:
1. Tri Tunggal Maha Kudus yang senantiasa memberi berkat-Nya. 2. Yesus Kristus Guru Sejati.
3. Kepada kedua orang tua tercinta V. Hadi Sumitro dan C. Sunarti Hadi yang tak pernah lelah berjuang memberi dorongan moral ataupun finansial sampai saat ini dengan penuh cinta kasih.
4. Kakakku Teguh Budi Santoso, Hari Nugroho, Agung Prastowo dan Yeni Anggarini yang selalu memberi semangat dan doa.
5. Keponakanku Stevani Alivia Caroline, Rusel Bimo Wicaksana, Patricia Maheswari dan Samara Anandayu yang selalu memberikan motivasi dan doa. 6. Para sahabatku yang saling memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
v MOTO
Masa depan itu nanti, sekarang dulu. (Paus Yohanes Paulus II)
Kegagalan terjadi ketika kita berhenti mencoba. (Tan Malaka)
Aku tidak bisa memperbaiki rem sepadaku, maka ku buat bunyi bel sepedaku dua kali lebih nyaring.
viii ABSTRAK
Pamungkas, Ig Ajie. 2017. Struktur dan Gaya Bahasa Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Lampung Post, 4 Januari 2016 Berjudul Terorisme Bersemai. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Pada penelitian ini dideskripsikan struktur dan gaya bahasa tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus. Sumber data penelitian adalah produk jurnalistik media cetak, yakni surat kabar harian Lampung Post. Data dalam penelitian diambil dari tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai” yang terbit pada 4 Januari 2016. Data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Prosedur analisis data dalam penelitian ini meliputi (1) tahap pengolahan data, (2) tahap pengorganisasian data, (3) tahap penemuan hasil, (4) teknik penyajian data.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) struktur pada tajuk rencana telah tersusun secara sistematis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya judul, informasi, opini dan uraian opini dalam tajuk rencana yang saling berhubungan; (2) gaya bahasa yang terdapat pada penelitian ini meliputi meliputi analogi, eufemismus, personifikasi, tautologi, hiperbola, apostrof, alusi, prolepsis atau antisipasi, klimaks, erotesis atau pernyataan retoris; (3) gaya bahasa analogi adalah jenis gaya bahasa yang dominan digunakan dalam tajuk rencana; (4) fungsi tajuk rencana untuk menjelaskan berita, sedangkan sifat tajuk rencana, yakni menjuruskan timbulnya aksi.
Secara keseluruhan tulisan tajuk rencana berjudul ”Terorisme Bersemai” ini dapat dijadikan acuan yang baik dalam menulis sebuah tajuk rencana. Khususnya dalam memaparkan struktur tajuk rencana dan pemakaian gaya bahasa. Hal tersebut dibuktikan dengan ketepatan struktur dan gaya bahasa dalam tajuk rencana tersebut. Pada akhirnya, seorang penulis akan mampu memiliki kemampuan dalam menyusun tulisan tajuk rencana dengan baik dan dapat diterima pembaca.
ix ABSTRACT
Pamungkas, Ig Ajie. 2017. Structure and Language Style of Editorial in Lampung Post daily news, January, 2016 Entitled Terorisme Bersemai (Terrorism in Growing). A Thesis. Yogyakarta: Indonesian literature and Language Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Dharma University.
This thesis describes structure and language style of editorial in Lampung Post daily news, January 4, 2016 entitled Terorisme Bersemai (Terrorism in Growing). The type of this research is a case study. The data source is a journalistic product which is printed media, Lampung Post daily news. The research data taken from editorial entitled “Terorisme Bersemai” (Terrorism in Growing) January 4, 2016. The data collection technique is using documentation technique. The produce to analyze the data in this thesis contains (1) data processing, (2) data organizing, (3) result finding, (4) data display technique.
The result of thesis can be concluded that (1) structure text in editorial covers the titled, information, opinions, and explanation of the opinion; (2) language style in editorial contains analogy, euphemism, personification, tautology, hyperbole, apostrophe, allusions, prolepsis or anticipation, climax, erotesis or a rhetorical statements; (3) analogy is dominant in the editorial; (4) the function of the editorial is to explain a news; (5) the characteristic of the editorial is to direct the action.
Overall, the editorial entitled “Terorisme Bersemai” (Terrorism in Growing) can be a good reference in writing a editorial. Especially, it can be used to explain structure editorial and the use of language style. It is proven with the precision of structure and language style in the editorial. In the end, a writer will have skills to write a good editorial and it can be accepted by the readers.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Skripsi yang berjudul Struktur dan Gaya Bahasa Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Lampung Post, 4 Januari 2016 Berjudul “Terorisme Bersemai” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini.
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang mendukung peneliti dalam proses mendapatkan gelar sarjana.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang dengan setia mendukung dan memberikan arahan mahasiswa PBSI selama proses studi.
3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M. Hum., selaku dosen pembimbing I yang dengan perhatian dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Septina Krismawati, S.S, M.A., selaku dosen pembimbing II yang dengan kesabaran dan perhatian, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan, bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Batasan Istilah ... 5
1.6 Sistematika Penyajian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Penelitian yang Relevan ... 7
2.2 Kajian Teori ... 9
2.2.1 Bahasa dalam Surat Kabar ... 10
2.2.2 Tajuk Rencana ... 11
2.2.3 Struktur Tajuk Rencana ... 15
xiii
2.2.5 Jenis-jenis Gaya Bahasa ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 24
3.2 Data dan Sumber Data ... 24
3.3 Instrumen Penelitian ... 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.5 Teknik Analisis Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Deskripsi Data ... 28
4.2 Analisis Data ... 29
4.2.1 Struktur Tajuk Rencana ... 29
4.2.1.1 Judul ... 30
4.2.1.2 Informasi ... 31
4.2.1.3 Opini ... 34
4.2.1.4 Uraian Opini ... 36
4.2.2 Gaya Bahasa ... 41
4.2.3 Peran Gaya Bahasa yang Paling Dominan ... 55
4.2.4 Fungsi dan Sifat Tajuk Rencana ... 60
BAB IV PENUTUP ... 62
5.1 Simpulan ... 62
5.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 69
WACANA TAJUK RENCANA ... 81
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi melalui bahasa membantu setiap orang untuk berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan pula untuk menyampaikan pikiran dan gagasan kepada orang lain. Maka dari itu, bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia.
Pemakaian bahasa dapat berwujud bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis sangat berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang secara langsung diutarakan penutur kepada lawan bicaranya sedangkan bahasa tulis membutuhkan media tulisan untuk berkomunikasi kepada lawan bicara. Melalui sebuah tulisan, penulis dapat menuangkan pikiran, kritik, dan gagasan kepada pembaca yang mencoba mengartikannya dari keseluruhan isi tulisan. Sebuah tulisan yang baik akan tercermin melalui sebuah struktur penyajian tulisan yang mudah dipahami.
Struktur tulisan merupakan faktor yang harus ada dalam suatu tulisan. Menurut KBBI (2008: 1314) struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun. Struktur adalah kerangka atau kesatuan yang tersusun secara sistematis. Suatu bangunan jika memiliki kerangka dan disusun secara sistematis, maka bangunan tersebut akan kokoh tanpa kurang satu bagian. Oleh sebab itu, bila suatu wacana tidak memiliki struktur tulisan, alur pemikirannya tidak jelas.
Surat kabar merupakan media cetak yang memuat berbagai macam informasi. Dalam dunia jurnalistik khususnya surat kabar terdapat rubrik berita utama, feature, opini, tajuk rencana, artikel dll. Rubrik-rubrik tersebut menggunakan bahasa tulis yang beragam. Bahasa dalam ragam jurnalistik bisanya disebut bahasa pers. Laksana (2010:1) menyebutkan bahwa bahasa pers memiliki gaya tersendiri dalam penulisannya. Bahasa pers mempunyai gaya penulisan yang berbeda dengan karangan ilmiah dan sastra.
Tajuk rencana dalam surat kabar mengandung gagasan-gagasan yang kritis dari penulis yang mewakili media. Penulis dituntut mampu membuat sebuah tajuk rencana yang tidak hanya kritis tetapi juga kreatif. Bentuk kekreatifan penulis atau jurnalis dalam membuat tulisan tercermin dengan adanya gaya bahasa yang digunakan. Sejalan dengan ungkapan tersebut, Laksana (2010:4) menegaskan bahwa dalam surat kabar, gaya bahasa menempati posisi yang cukup penting karena sifatnya yang berbeda dari kata-kata biasa dan mampu menimbulkan efek-efek tertentu kepada pembacanya.
Tarigan (2013:5) mengungkapkan gaya bahasa digunakan untuk memberikan efek tertentu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan gaya bahasa mampu membuat tulisan lebih menarik. Dengan adanya gaya bahasa, sebuah kata-kata dalam menyampaikan kritikan dan gagasan akan terlihat lebih menarik daripada menggunakan kata-kata biasa. Namun, seringkali pembaca masih mengalami kesulitan menangkap maksud dari penggunaan gaya bahasa. Gaya bahasa juga dapat menimbulkan salah tafsir jika pembaca tidak teliti dalam membaca tajuk rencana.
Berdasarkan beberapa hal di atas, pentingnya struktur dan gaya bahasa dalam tajuk rencana, perlu dibahas lebih lanjut. Pembahasan lebih lanjut tersebut dapat dilakukan melalui sebuah penelitian. Peneliti akan menganalisis struktur tajuk rencana dan pemakian gaya bahasa dalam surat kabar Lampung Post. Surat kabar Lampung Post dipilih sebagai objek penelitian karena surat kabar tersebut dapat
mewakili surat kabar yang ada di Provinsi Lampung. Dalam surat kabar harian Lampung Post, selain memuat berita-berita mengenai kondisi sosial di Lampung juga
berisi kritik dan gagasan media tehadap situasi di daerah Lampung. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan struktur dan gaya bahasa tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”. Judul tersebut dipilih karena cukup aktual jika melihat kondisi sosial yang terjadi di Indonesia, khususnya Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur tajuk rencana dalam surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”?
2. Bagaimana pemakaian gaya bahasa tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”?
3. Bagaimana peran gaya bahasa yang paling dominan pada tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”?
4. Apa fungsi dan sifat tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti menyusun tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur tajuk rencana dalam surat kabar Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”.
2. Mendeskripsikan pemakaian gaya bahasa tajuk rencana surat kabar Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”.
3. Mendeskripsikan peran gaya bahasa yang paling dominan pada tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”. 4. Mendeskripsikan fungsi dan sifat tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post,
4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat paktis dalam penelitian ini, yaitu diharapkan memberikan wawasan tentang struktur penulisan dan gaya bahasa dalam tajuk rencana. Bagi masyarakat dan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan belajar untuk menulis tajuk rencana dengan memperhatikan stuktur yang tepat dan pemakaian gaya bahasa yang baik. Bagi Prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, penelitian ini diharapkan
mampu menjadi sumbangan hasil karya ilmiah berupa penelitian karya jurnalistik. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian karya jurnalistik dari sudut pandang yang berbeda.
Manfaat teoretis dalam penelitian ini, yaitu diharapkan mampu memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang jurnalistik khususnya kajian terhadap tulisan tajuk rencana. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memacu perkembangan teori-teori baru terkait dengan struktur tajuk rencana dan gaya bahasa dalam tajuk rencana.
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat tiga batasan istilah. Batasan istilah digunakan supaya penelitian ini lebih terfokuskan. Batasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Struktur tajuk rencana
Struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun (KBBI, 2008: 1341). Menurut peneliti, struktur tajuk rencana adalah cara yang disusun atau dibangun dalam menyusun tajuk rencana.
2. Gaya bahasa
Keraf (dalam Tarigan 2013:5) menyatakan gaya bahasa yang baik harus mendukung tiga unsur, yaitu kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Tarigan (2013:4), memandang gaya bahasa adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau
pembaca. Menurut peneliti, gaya bahasa cara pengungkapan seseorang melalui bahasa baik lisan maupun tulisan untuk memberikan efek kepada pembacanya. 3. Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan kontroversial yang terdapat dalam masyarakat (Sumadiria, 2004:81). Opini resmi dari media yang berisikan informasi dan pendapat terkait suatu masalah yang fenomenal di masyarakat. Dalam tajuk rencana opini yang dibuat merupakan sikap resmi dari media sendiri.
1.6 Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disusun menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang mencakup penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang diberikan oleh peneliti kepada pembaca.
7 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan penelitian terdahulu yang relevan, dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian yang relevan berkaitan dengan struktur, gaya bahasa, dan surat kabar. Kajian teori berisikan uraian tentang bahasa dalam surat kabar, tajuk rencana, struktur tajuk rencana, fungsi tajuk rencana, sifat tajuk rencana, gaya bahasa dan jenis-jenis gaya bahasa.
2.1 Penelitian yang Relevan
Ada tiga penelitian yang relevan dan berkaitan dengan peneletian yang akan dilakukan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2005) mengenai struktur dan gaya bahasa dalam wacana feature pada harian Kompas. Dari hasil penelitian itu ditemukan struktur wacana yang terdiri atas empat bagian, yaitu judul (title), pembukaan (intro), isi (body), penutup (punch). Kemudian, dalam wacana feature tersebut menggunakan 20 gaya bahasa, yakni perumpamaan, personifikasi, koreksio, antiklimaks, klimaks, litotes, hiperbola, sinekdoke, alusi, eufemisme, erotesis, antonomasia, asindenton, tautologi, simploke, anadolopsis, epanortosis, periphrasis, ellipsis dan epizeukis. Gaya bahasa tersebut dikelompokan menjadi empat, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa perulangan, gaya bahasa pertautan.
Penelitian kedua, dilakukan oleh Maria (2014) mengenai pemakaian gaya bahasa dalam iklan kosmetik. Dalam penelitiannya, ia menekankan pada pemakaian
gaya bahasa dalam ikan produk kecantikan. Objek dalam penelitian tersebut, yaitu iklan yang ditayangkan pada televisi khususnya iklan kosmetik selama bulan Febuari sampai Maret 2013. Berdasarkan iklan yang ditemukan, kemudian dideskripsikan maksud dari penggunaan gaya bahasanya. Pemakaian gaya bahasa yang telah dianalisis bertujuan menarik perhatian konsumen agar menyimak iklan yang ditayangkan secara seksama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemakian gaya bahasa pada produk kecantikan secara umum bermaksud untuk mencapai efek positif terhadap produk yang diiklankan sehingga konsumen berminat untuk membeli.
Manto (2013) meneliti gaya bahasa iklan produk kesehatan dan kosmetik pada harian pagi Posmetro. Objek penelitian tersebut, yaitu surat kabar harian pagi Postmetro Padang, dan menekankan pada bahasa iklan produk kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan dua hal. Pertama, gaya bahasa yang terdapat dalam bahasa iklan harian pagi Posmetro Padang adalah personifikasi, metafora, simile, hiperbola, paradoks, inuendo, sinisme, sarkasme, dan metonimia. Kedua, dari delapan gaya bahasa yang ditemukan dalam harian pagi Posmetro Padang, gaya bahasa yang dominan digunakan adalah gaya bahasa
personifikasi.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Suryadi (2005), Maria (2014), serta Manto (2013) memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis kali ini. Peneliti akan meneliti struktur dan gaya bahasa surat kabar harian Lampung Post, bukan wacana feature pada harian Kompas, surat kabar Postmetro,
iklan produk kecantikan. Penelitian yang dilakukan oleh Maria mengenai gaya bahasa bagasa pada iklan kosmetik hanya menggunakan televisi sebagai media untuk medapatkan data. Penelitian yang dilakukan Manto menggunakan iklan produk kesehatan dan kosmetik sebagai objek penelitiannya. Suryadi menggunakan surat kabar Kompas pada objek penelitiannya. Selain itu, perbedaan lain terlihat dari kajian penelitian. Peneliti kali ini ingin mengkaji secara mendalam struktur dan gaya bahasa tajuk rencana dalam surat kabar harian Lampung Post. Tajuk rencana belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Menurut peniliti, satu tajuk rencana cukup sebagai pembuktian akan kelengkapan serta ketepatan struktur dan gaya bahasa pada suatu tajuk. Jika kajian suatu wacana tajuk rencana sudah menggunakan struktur yang lengkap dan gaya bahasa tepat, tajuk tersebut dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam menulis tajuk rencana secara umum. Berdasarkan perbedaan yang sudah dijelaskan, penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini adalah penelitian yang baru untuk dilakukan.
2.2 Kajian Teori
Pada bagian ini akan diuraikan kerangka teori yang berfungsi sebagai bantuan peneliti dalam menjawab rumusan masalah. Teori-teori tersebut adalah teori tentang bahasa dalam surat kabar, tajuk rencana, struktur tajuk rencana, gaya bahasa dan jenis-jenis gaya bahasa. Teori-teori tersebut sebagai berikut.
2.2.1 Bahasa dalam Surat Kabar
Laksana (2010:1) mendefinisikan, bahasa pers atau bahasa jurnalistik memiliki gaya tersendiri dalam penulisan. Pertimbangan ruang yang tersedia dalam surat kabar, berita yang dimuat harus ringkas, padat, dan benar. Sebagai sarana informasi, pendidikan, kontrol sosial, dan hiburan, media massa cetak memang tidak mungkin melepaskan diri dari penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Menurut Wibowo (2003:99) sebagai sarana informasi, pendidikan, kontrol sosial, dan hiburan, media massa cetak memang tidak munkin melepaskan diri dari penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Laksana (2010:4) mengungkapkan dalam surat kabar, gaya bahasa menempati posisi yang cukup penting karena sifatnya yang berbeda dari kata-kata biasa. Pemakaian gaya bahasa dalam surat kabar tampak mencolok pada tajuk rencana dan kepala berita. Meskipun frekuensinya jauh di bawah pemakaian kata-kata yang bermakna denotatife (harafiah), kehadiran gaya bahasa dalam media massa tetap penting dan diperkirakan akan terus berlangsung. Meskipun bahasa jurnalistik harus singkat, padat, dan lugas, tetapi untuk mendapatkan bahasa yang menarik perlu digunakan ungkapan dan gaya bahasa.
Berdasarkan definisi para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa pers atau bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang memiliki gaya penulisan yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan pertimbangan ruang yang terbatas dalam surat kabar. Dalam bahasa pers, gaya juga bahasa menempati posisi yang cukup penting. Hal tersebut
digunakan untuk tujuan tertentu, salah satunya untuk menarik minat baca pubik atau memperindah pemakian katanya.
2.2.2 Tajuk Rencana
Di dalam setiap surat kabar umumnya ada satu halaman yang disediakan untuk pendapat atau opini. Lembaran ini disebut halaman pendapat atau opinion page. Yang termasuk halaman pendapat, yaitu tajuk rencana, surat pembaca, tulisan
esai, dan artikel-artikel dari tokoh-tokoh atau ilmuan (Karomani, 2011:33). Tajuk rencana atau tajuk merupakan tulisan yang penting pada surat kabar harian dan majalah mingguan.
Tajuk dapat diartikan sebagai berita umum yang mencerminkan pandangan media tersebut mengenai suatu masalah atau peristiwa penting dalam pers. Sumadiria (2004:81) menegaskan tajuk rencana adalah opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam pengertian umum, tajuk adalah penguraian fakta dan opini yang disusun secara ringkas, logis, menghibur, membentuk pendapat, atau menafsirkan suatu berita utama dengan cara menjelaskan pentingnya berita tersebut bagi pembaca umumnya. Suhandang (2010: 151) menjelaskan tajuk rencana merupakan karangan dalam surat kabar yang mengomentari masalah yang aktual, atau menyajikan kebijaksanaan suatu pemberitaan. Dalam tajuk rencana dapat diklasifikasikan berdasarkan dua bagain, yaitu fungsi dan sifat tajuk. Berikut uraian fungsi dan sifat tajuk rencana.
1. Fungsi Tajuk Rencana
William (dalam Sumadiria 2004:83) menjelaskan fungsi tajuk rencana terbagi menjadi empat fungsi, yaitu sebagai berikut.
a) Menjelaskan berita
Sumadiria (2004: 83) menjelaskan penulis tajuk rencana bertindak sebagai seorang guru yang menjelaskan suatu berita atau peristiwa penting. Dalam tajuk rencana ini menerangkan tenang suatu kejadian tertentu terjadi atau berlangsung. Faktor-faktor yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijikan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
b) Mengisi latar belakang
Tajuk rencana ini berfungsi memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, tajuk rencana dapat menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya (Sumadiria, 2004: 83).
c) Meramalkan masa depan
Sumadiria (2004: 84) menegaskan tajuk rencana ini berfungsi menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwasekaraang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.
d) Menyampaikan pertimbangan moral
Sumadiria (2004: 84) menjelaskan menurut tradisi lama para penulis, tajuk rencana diharapkan dapat mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka.
2. Sifat Tajuk Rencana
Tajuk rencana pada dasarnya adalah pernyataan tentang fakta dan opini secara singkat, logis, menarik. Karomani (2011:35) menjelaskan jika dilihat dari segi jenis atau sifatnya tajuk rencana dikasifikasikan sebagai berikut.
a) Bersifat memberikan informasi semata-mata
Karomani (2011:36) menjelaskan tajuk semacam ini agak jarang dijumpai dan umumnya jika ada karena penulis tajuk masih belum mengetahui kebijakan apa yang diambil oleh surat kabarnya sendiri (Karomani, 2011:36).
b) Bersifat menjelaskan
Jenis tajuk ini hampir serupa dengan interpretasi yang memberikan penjelasan kepada suatu peristiwa atau berita. Dalam tajuk ini media memberikan opini berdasarkan fakta suatu kejiadian.
c) Bersifat memberikan argumentasi
Karomani (2011:37) memaparkan jenis tajuk ini biasanya tajuk yang bersifat analitis dan kemudian memberikan argumentasi mengapa sampai terjadi suatu hal atau akibatnya kemudian.
d) Bersifat menjuruskan timbulnya aksi
Jenis tajuk semacam ini adalah tajuk yang mendorong timbulnya aksi dari masyarakat. Penulis tajuk ini dengan tajuk tersebut ingin memunculkan timbulnya tindakan secara cepat (Karomani, 2011:38).
e) Bersifat jihat
Karomani (2011:38) memaparkan tajuk semacam ini umumnya datang berturut-turut dan dengan sikap yang jelas terhadap suatu masalah. Tujuannya juga jelas untuk mengadakan perubahan. Contoh tajuk rencana yang terus menerus anti judi dan kemudian menghapuskan judi.
f) Tajuk yang bersifat membujuk
Karomani (2011:39) menjelaskan jenis tajuk yang bersifat membujuk ditujukan secara halus kepada masyarakat pembaca untuk mengambil tindakan atau membentuk pendapat umum.
g) Bersifat memuji
Karomani (2011:40) mengatakan jika ada tajuk yang mendorong aksi, maka sudah wajar juga jika ada tajuk yang ditujukan untuk memuji atau memberikan pujian atas suatu prestasi yang terjadi dalam masyarakat.
h) Tajuk yang bersifat menghibur
Tajuk jenis ini sering terdapat dalam suatu surat kabar yang isinya semata-mata suatu hiburan dan sering dikaitkan dengan human interest story. Misalnya, tajuk duka cita karena meninggalnya gajah tertua di kebun binatang (Karomani, 2011:41).
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa tajuk renaca merupakan opini resmi dari media yang memuat informasi aktual di masyarakat. Tajuk rencana dapat dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu fungsi dan sifat tajuk rencana. Fungsi tajuk akan menjelaskan kedudukan dari tajuk rencana, sedangkan sifat akan menjelaskan ciri khas dari tajuk rencana. Dilihat secara keseluruhan berdasarkan sifat dan fungsi dari sebuah tajuk rencana dapat dikatakan bahwa dalam penulisan sebuah tajuk rencana memiliki sebuah tujuan yang ingin disampaikan melalui sebuah tulisannya. Tulisan tajuk yang memiliki ciri khas dalam penulisannya, dan sebuah tulisan yang menjelaskan kedudukan sebuah tajuk rencana itu dibuat.
2.2.3 Struktur Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah opini resmi dari media yang memiliki struktur penyajian yang sama dengan rubrik lain dalam surat kabar. Suhandang (2010: 155) memaparkan struktur tajuk terdiri atas beberapa bagian, yakni caption atau headline atau judul, news peg atau informasi yang mendasari, opini yang timbul atas news peg, dan beberap uraian yang menjelaskan timbulnya opini. Secara sederhana, struktur tajuk dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu uraian yang bersifat informatif, reaksional, dan mendalam. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan struktur tajuk rencana yang terbagi atas empat bagian. Bagian-bagian tersebut, yakni judul, informasi, opini, dan uraian opini.
1. Judul
Dalam KBBI (2008: 325) dijelaskan bahwa judul merupakan nama yang dipakai untuk suatu tulisan. Keraf (2004: 320) memaparkan bahwa judul merupakan semacam slogan. Judul merupakan pokok pembahasan yang diurai dalam satu kalimat untuk menggambarkan keseluruhan isi tulisan. Oleh karena itu, judul harus dibuat semenarik mungkin untuk memicu minat dari pembaca. Sumadiria (2014:195) menjelaskan syarat-syarat dalam membuat judul, yakni provokatif, singkat-padat, relevan, fungsional, informal, representatife, spesifik, merujuk bahasa baku.
2. Informasi
Sebagai salah satu penyalur informasi, surat kabar bertugas memberikan informasi atau berita kepada masyarakat. Tajuk rencana berisikan berita aktual yang terjadi di masyarakat. Menurut KBBI (2008: 302) informasi adalah keterangan yang disampaikan oleh seseorang atau badan. Dalam hal ini keterangan tersebut terdapat pada tajuk rencana, yang berisikan informasi kepada pembaca.
3. Opini
Selain memberikan informasi, tajuk rencana juga berisikan opini terkait dengan masalah yang terjadi di masyarakat. Opini tersebut merupakan pandangan resmi dari media yang terkait suatu masalah di masyarakat. Dalam KBBI (2008: 476), dipaparkan bahwa opini adalah pendapat seseorang tentang suatu masalah. Setelah memberikan informasi terkait masalah yang terjadi, tajuk rencana juga memberikan pendapat atau penilaian resminya. Hal tersebut sejalan dengan Sumadiria (2004:81) yang menegaskan bahwa tajuk rencana adalah opini redaksi yang berisi aspirasi,
pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan kontroversial yang terdapat dalam masyarakat.
4. Uraian opini
Uraian opini dalam tajuk rencana merupakan hasil kesimpulan berdasarkan informasi dan opini yang dituliskan sebelumnya. Hal tersebut dibutuhkan supaya opini yang dibuat tidak sekadar omong kosong dan benar-benar dapat diterima masyarakat. Suhandang (2010: 152) menegaskan bahwa mereka yang menulis tajuk rencana memikul tanggung jawab yang berat terhadap publiknya, sehingga uraian opini yang dibuat benar-benar menyajikan fakta yang jujur dan lengkap.
Struktur tajuk yang dijelaskan di atas merupakan struktur yang akan digunakan dalam menganalisis tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post berjudul “Terorisme Bersemai”. Struktur tersebut adalah bagian yang harus terdapat dalam setiap tajuk rencana. Adanya setiap bagian pada tajuk rencana, yaitu, judul, informasi, opini, dan uraian opini akan membantu penulis dalam membuat informasi dan opini dalam tajuk yang baik dan terstruktur. Selain itu, adanya setiap bagian dalam struktur tajuk juga akan membantu pembaca memahami maksud dari tajuk rencana.
2.2.4 Gaya Bahasa
Menurut Keraf (2001:111), gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Retorika dari kata stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan
melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Keraf (2001: 112) memandang gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Sejalan dengan Keraf, Pradopo (2012:93) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu di hati pembaca. Tarigan (2013:4) memandang gaya bahasa adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara pengungkapan seseorang malalui bahasa baik secara lisan maupun tulisan untuk memberikan efek-efek tertentu kepada pembaca atau pendengarnya. Gaya bahasa memang menjadi salah satu unsur yang menarik dalam sebuah tulisan khususnya surat kabar. Maka dari itu, dalam dunia jurnalistik seorang penulis akan berusaha membuat tulisan semenarik mungkin untuk menarik minat pembaca.
2.2.5 Jenis-jenis Gaya Bahasa
Keraf (2009: 115-145) membagi jenis gaya bahasa berdasarkan (1) pilihan kata yang terdiri atas: gaya bahasa resmi tak resmi, dan percakapan, (2) gaya bahasa berdasarkan nada yang terdisi atas: gaya sederhana, mulia dan bertenaga, dan menengah, (3) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdiri atas klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis dan repetisi, (4) gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna yang terbagi menjadi dua yakni gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris terdiri atas: gaya bahasa aliterasi, asonansi, anastrof, aposasif atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, ellipsis, eufemismus, litotes, histeron atau proteron, pleonasme atau tautologi, periphrasis, prolepsis atau antisipasi, eroteris atau pernyataan retoris, silepsis atau zeugma, koreksio, epanortesis, hiperbola, paradoks, oksimoron. Gaya bahasa kiasan terdiri dari simile atau persamaan, metafora, alegori, parable, fable, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, innuendo, antifrasis, dan pun atau paronomasia. Berikut akan dijelasan gaya bahasa yang digunakan dalam tajuk rencana.
1. Klimaks
Keraf (2009: 124) menjelaskan gaya bahasa klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Contoh gaya bahasa klimkas adalah “kesengsaraan membuat kesabaran, kesabaran, pengalaman, dan pengalaman harapan.”
2. Analogi
Dalam KBBI (2008: 48) dipaparkan bahwa gaya bahasa analogi adalah semacam gaya bahasa berupa persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan. Dalam istilah lain analogi juga berarti kesamaan sebagian ciri antara dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk dasar perbandingan terjadinya bentuk lain (KBBI, 2008:59). Contoh gaya bahasa analogi adalah “warga mengaku
mengikuti ajaran keras karena keinginannya sendiri”. Kata “ajaran keras”
diibaratkan dengan “batu keras” untuk membandingkan sesuatu hal yang berlainan. 3. Apostrof
Keraf (2009: 131) menjelaskan gaya bahasa apostrof adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Contoh gaya bahasa apostrof adalah” hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.”
4. Eufemismus
Menurut Keraf (2009: 132), eufemismus adalah semacam acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang dirasa menghina, menyinggung perasaan, mensugesti sesuatu yang tidak menyenangkan. Contoh gaya bahasa eufemismus adalah ayahnya sudah tidak ada di tengah-tengah mereka (=mati)
5. Prolepsis atau Antisipasi
Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata-kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi (Keraf, 2009: 134). Contoh gaya bahasa polepsis atau antisipasi adalah “pada pagi yang naas itu, ia mengandarai sebuah sedan biru.” 6. Eroteris atau Pernyataan Retoris
Gaya bahasa rotesis atau pernyataan retoris adalah semacam pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan memberikan efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar (Keraf, 2009: 134). Contoh gaya bahasa
erotesis adalah “rakyat yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi di Negara ini?”
7. Hiperbola
Keraf (2009: 135) menjelaskan bahwa gaya bahasa hiperbola secamam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contoh gaya bahasa hiperbola yang mengandung pernyataan berlebihan yaitu, “kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku.”
8. Personifikasi atau Prosopopoeia
Keraf (2009: 140) memaparkan bahwa gaya bahasa personifikasi ialah seacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Contoh gaya bahasa personifikasi ialah “angin meraung ditengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.”
9. Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha menyugesti kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa (Keraf, 2009: 141). Contoh gaya bahasa alusi adalah “kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya. Bandung adalah Paris Jawa.” 10. Tautologi
Keraf (2009: 133) mengungkapkan gaya bahasa Tautologi adalah acuan yang menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan. Tautologi digunakan
jika kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata lain. Contoh gaya bahasa tautologi adalah “Paris Van Java, Bandung.”
23 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Ada beberapa macam jenis dalam suatu kegiatan penelitian. Dari bermacam jenis penelitian, penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian studi kasus. Berikut penjelasan dari beberapa ahli mengenai penelitian studi kasus.
Sudarmayanti (2011:35) memparkan penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Darmadi (2014:291) menjelaskan studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai macam sumber informasi. Dalam penelitian studi kasus akan membahas suatu masalah dengan pengkajian yang mendalam dari data yang didapatkan.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan mengindentifikasi seluruh aspek dalam subjek yang akan diteliti. Hal tersebut dilakukan supaya mendapatkan hasil secara terperinci dan secara mendalam terhadap struktur dan gaya bahasa tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post, 4 Januari 2016 berjudul “Terorisme Bersemai”.
3.2 Data dan Sumber Data
Menurut KBBI (2008: 296), data merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data dalam penelitian ini adalah wacana tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai” yang terbit pada 4 januari 2016. Tajuk rencana merupakan opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media terkait fenomena, persoalan yang terdapat dalam masyarakat.
Sumber data adalah subjek tempat data diperoleh (Arikunto 2013:129). Sumber data ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang akan diteliti. Sumber data sekunder yaitu sumber data pendukung berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Lampung Post. Dalam surat kabar Lampung Post, peneliti mengarah pada tajuk rencana yang terbit pada 4 Januari 2016. Sumber data sekunder dalam penelitian diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media. Media perantara tersebut berbentuk dokumentasi atau catatan yang menjadi sumber data, contohnya buku-buku yang mendukung teori penelitian.
3.3 Instrumen Penelitian
Setiap jenis penelitian memiliki instrumen penelitian yang berbeda. Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan peneliti dalam proses pengumpulan data. Menurut Moleong (2006: 9), instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data utama. Sejalan dengan hal tersebut, Sangadji (2010:46) memaparkan bahwa instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian. Arikunto (2013: 203) memaparkan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data. Hal ini bermaksud supaya pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Pada penelitian yang dilakukan peneliti melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut, yakni merencanakan, memilih data dan sumber data, mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, melakukan analisis data, serta membuat kesimpulan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiono, 2010:308). Menurut Arikunto (2013:134), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Basrowi dan Suwandi (2008:158) menjelaskan bahwa teknik dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan penting yang berhubungan dengan struktur tajuk rencana, dan gaya bahasa. Metode dokumentasi memerlukan teknik baca untuk memperoleh data yang dicari. Sumber yang akan dibaca adalah bahasa tulis tajuk rencana dalam surat kabar harian Lampung Post.
Setelah melakukan teknik baca, selanjutnya akan dilakukan teknik lanjutan. Teknik lanjutan yang akan dilakukan dalam penelitiaan ini adalah teknik catat. Basrowi dan Suwandi (2008:158) mendefinisikan pencatatan dokumen dilakukan agar data dari sumber dapat dikumpulkan secara terseleksi sesuai keperluan penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah teknik analisis data kualitatif. Sangadji (2010:49) memaparkan bahwa teknik analisis data berhubungan dengan prosedur analisis data. Prosedur analisis data terbagi menjadi tiga tahapan, yakni tahap pengolahan data, tahap pengorganisasiaan data, dan tahap penemuan hasil. Berikut tahapan prosedur teknik analisis data dalam penelitian ini. 1) Tahap pengolahan data
Teknik ini meliputi kegiatan pencocokan dan pembenahan. Dalam penelitian ini, kegiatan pencocokan dilakukan dengan melihat data yang terkumpul dalam tabel. Kegiatan pencocokan dan pembenahan dilakukan dengan melihat data yang telah diperoleh. Data yang diperoleh ditindak lanjut dengan melihat dari segi makna, keseragaman, kesesuaian, dan hubungan dengan jawaban lain.
2) Tahap pengorganisasian data
Teknik pengorganisasian mencangkup kegiatan mengelompokkan, menyederhanakan, menyajikan data, dan menerapkan analisis. Dalam penelitian, setiap bagian dalam tajuk rencana dikelompokan menurut kajian penelitian, yakni
berkaitan dengan struktur dan gaya bahasa. Tahap pengorganisasian data pada penelitian ini menggunakan tabel untuk mempermudah pengorganisasiannya. Tabel berisikan daftar deskriptif. Daftar deskriptif digunakan untuk menghimpun data atau memaparkan dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya.
3) Tahap penemuan hasil
Tahap penemuan hasil merupakan kegiatan untuk memberikan interpretasi terhadap data yang telah didapat. Pada tahapan interpretasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menghubungkan data yang didapat dengan teori-teori yang digunakan.
4) Teknik penyajian data
Pada teknik ini dilakukan pada akhir sebuah penelitian. Teknik penyajian data digunakan supaya pembaca mudah memahami hasil penelitian. Dalam penyajian data, peneliti menyajikan data dalam bentuk kalimat yang memaparkan secara jelas dan terperinci data yang telah diperoleh.
28 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan menyangkut struktur dan gaya tajuk rencana. Selain itu akan disimpulkan pula sfungsi dan sifat dari tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai”. Secara khusus hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini berkaitan dengan tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post. Hal tersebut ditemukan dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai” yang terbit pada tanggal 4 Januari 2016.
4.1 Deskripsi Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini diperoleh dari surat kabar Lampung Post berjudul “Terorisme Bersemai” yang terbit pada tanggal 4 Januari 2016. Secara
khusus peneliti memilih bagian tajuk rencana untuk diteliti. Struktur tajuk rencana dianalisis untuk mengetahui struktur bagian penulisannya dalam tajuk rencana. Dari 13 paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai” sudah memenuhi struktur penulisan yang tepat. Hal tersebut ditunjukan dengan empat bagian yang harus ada dalam tajuk, yakni judul, informasi, opini, dan uraian opini. Sejalan dengan ungkapan tersebut, Suhandang (2010: 155) memaparkan struktur tajuk terdiri atas beberapa bagian, yakni caption atau headline atau judul, news peg atau informasi yang mendasari, opini yang timbul atas news peg, dan beberapa uraian yang menjelaskan timbulnya opini.
Gaya bahasa dalam tajuk rencana dibutuhkan supaya tulisan lebih menarik dan mampu menumbuhkan minat baca dari publik. Hal tersebut sejalan dengan Tarigan (2013:4) yang menyatakan bahwa gaya bahasa adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimakan atau pembaca. Tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post berjudul “Terorisme Bersemai” menggunakan 10 gaya bahasa. Gaya
bahasa dalam tajuk tersebut meliputi analogi, eufemismus, alusi, klimaks, prolepsis atau antisipasi, hiperbola, tautologi, personifikasi, erotesis atau pernyataan retoris, dan apostrof. Gaya bahasa analogi merupakan gaya bahasa yang paling banyak digunakan oleh penulis.
4.2 Analisis Data
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil dari analisis data. Hasil analisis data dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yaitu struktur tajuk rencana dan bagian kedua gaya bahasa.
4.2.1 Struktur Tajuk Rencana
Pada tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post struktur dianalisis untuk mengetahui ketepatan struktur penulisan tajuk rencana. Suhandang (2010: 155) menjelaskan struktur dalam tajuk rencana terdiri atas judul, informasi, opini, dan uraian opini. Berikut penjelasan struktur tajuk rencana.
4.2.1.1 Judul
Judul merupakan pengantar cerita yang memiliki peranan penting. Dalam tajuk rencana ini berjudul “Terorisme Bersemai”. Menurut KBBI terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan demi mencapai tujuan, sedangkan bersemai adalah tumbuh atau berkembang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa maksud dari judul tajuk, yakni tindak kekerasan yang menimbulkan ketakutan berkembang.
Sumadiria (2014:195) menjelaskan syarat-syarat dalam membuat judul, yakni provokatif, singkat-padat, relevan, fungsional, informal, representatife, spesifik dan merujuk bahasa baku. melihat teori tersebut, dalam tajuk rencana sudah cukup memenuhi persyaratan yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan (1) judul ini provokatif karena mampu menarik minat baca publik untuk menelusuri isi dari keseluruhan tajuk rencana, (2) judul yang dituliskan terdiri atas dua kata saja. Hal ini menunjukan bahwa judul singkat-padat untuk menggambarkan isi keseluruhan tulisan, (3) judul sangat relevansi dengan keadaan di Indonesia, khususnya Lampung karena di Indonesia tindakan terorisme sering terjadi dan semakin berkembang, (4) judul yang dibuat sangat fungsional karena setiap bagiannya memiliki arti yang berbeda. Kata “Terorisme” berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan demi mencapai tujuan, sedangkan “Bersemai” berarti berkembang atau tumbuh. Walaupun memiliki arti yang berbeda, jika melihat keseluruhan judul akan memberikan makna yang utuh, yakni tindak kekerasan yang menimbulkan ketakutan
berkembang. (5) judul dalam tajuk sangat menunjukan sisi representatife dari keseluruhan struktur yang akan terurai pada setiap bagian dalam tajuk rencana.
4.2.1.2 Informasi
Tajuk rencana tidak hanya berisikan opini dari media, namun memberikan pula informasi aktual tentang fenomena yang terjadi di masyarakat. Menurut KBBI (2008: 302) informasi adalah keterangan yang disampaikan oleh seseorang atau badan. Dalam hal ini keterangan tersebut berupa informasi yang disampaikan kepada pembaca. Informasi yang terdapat dalam tajuk rencana terdapat pada paragraf pertama sampai paragraf delapan. Hal tersebut dibuktikan dengan gagasan utama di setiap paragrafnya. Berikut uraian informasi yang terdapat dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai”.
Gagasan utama yang ingin disampaikan pada paragraf pertama adalah mengawali tahun 2016, Kapolda Lampung memperingatkan keberadaan kelompok militan di 44 titik di Lampung. Paragraf pertama berkesinambungan dengan paragraf dua. Gagasan utama pada paragraf dua yaitu dari 44 titik yang terditeksi keberadaan kelompok militan, tersebar 200 anggota di Lampung, luar Lampung, bahkan luar negri yang tujuan dan aktivitasnya belum dapat dipastikan.
Kedua paragraf tersebut memiliki hubungan kelanjutan. Hubungan berkelanjutan tersebut tersebut terlihat dari pengulangan kata, yakni 44 titik, dan kelompok milita. Adanya pengulangan kata tersebut menjelaskan bahwa dua paragraf tersebut memiliki hubungan berkelanjutan. Selain itu, paragraf dua lebih
melanjutkan penjelaskan dari gagasan utama yang terdapat pada paragraf pertama. Oleh karena itu, dua paragraf ini memiliki hubungan berkesinambungan kelanjutan.
Gagasan utama yang ingin disampaikan pada paragraf tiga yaitu menurut Kapolda di awal tahun radikalisme masih menjadi ancaman serius, sangat serius, yang terus mengintai. Pada paragraf tiga berkesinambungan kelanjutan, sekaligus menegaskan paragraf pertama. Berkesinambungan kelanjutan terlihat dengan adanya pengulangan kata menurut Kapolda di awal tahun pada paragraf tiga. Pengulangan kata tersebut menunjukan bahwa paraagraf tiga memiliki hubungan dengan paragraf pertama. Selain itu, pada gagasan utama paragraf tiga lebih menegaskan kembali pernyataan Kapolda di paragraf pertama. Oleh karena itu, paragraf tiga dan paragraf dua saling berkesinambungan kelanjutan.
Gagasan utama dalam paragraf empat adalah Maret tahun lalu publik Lampung geger dengan perekrutan ISIS. Paragraf empat berkesinambungan waktu dan tempat dengan sebelum paragraf pertama (tahun lalu, 2015). Selain itu, dua paragraf ini masih sama-sama membahas tempat yang sama, yakni di Lampung. Adanya geger perekrutan ISIS yang terdapat pada gagasan utama paragraf empat, memunculkan gagasan utama di paragraf pertama yakni Kapolda Lampung memperingatkan keberadaan kelompok militan. Oleh karena itu, dua paragraf ini masih berkesinambungan waktu dan twmpat.
Gagasan utama yang ingin disampaikan dalam paragraf lima adalah Penangkapan terduga jaringan ISIS yang terjadi pada bulan Juni dan Agustus tahun 2015 di Lampung Utara dan Lampung Tengah. Paragraf lima juga
berkesinambungan waktu dan tempat dengan paragraf empat. Hal tersebut dibuktikan dengan masih membahas waktu (2015) dan tempat yang sama, yakni di Lampung. Dua hal tersebut, yakni waktu yang sama dan tempat yang samsa menjelaskan bahwa dua paragraf tersebut memiliki suatu hubungan.
Gagasan utama pada paragraf enam adalah Polda Lampung juga berhasil menggagalkan lima warga desa Mulyosari,Way Ratai, Kabupaten Pesawaran, yang diduga hendak berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS. Paragraf enam berkesinambungan kelanjutan dengan paragraf lima. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan kata Kapolda Lampung juga berhasil menggagalkan lima warga desa. Pada paragraf lima dan paragraf enam sama-sama masih membahas tentang penangkapan warga lampung yang diduda ISIS pada waktu dan tempat yang sama. Maka dari itu, dua paragraf ini masih berkesinambungan.
Gagasan utama pada paragraf tujuh adalah Kasus terakhir yang sempat menyita perhatian di provinsi Lampung adalah penangkapan tiga warga desa Sidorahayu, Kecamatan Abungsemuli, Kabupaten Lampung Utara yang ditangkap karena diduga terlibat ISIS. Paragraf tujuh berhubungan klimaks dengan paragraf empat, paragraf lima, dan paragraf enam. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan kasus terakhir di gagasan utama paragraf tujuh. Hal tersebut menunjukan bahwa pada paragraf tujuh merupakan puncak dari serentetan kasus yang sudah dituliskan sebelumnya di paragraf empat, paragraf lima, dan paragraf enam.
Gagasan utama yang ingin disampaikan pada paragraf delapan adalah bahkan tiga orang yang tertangkap dari desa Sidorahayu, Kecamatan Abungsemuli,
Kabupaten Lampung Utara, yaitu Trimanto (29), Sofiatun (37), dan Kasiati Warkam (50), sudah setempat menginjakan kaki di Istambul, Turki. Paragraf delapan berkesinambungan kelanjutan dengan dengan paragraf tujuh. Hal tersebut dibuktikan dengan kata bahkan yang terdapat pada awal paragraf delapan. Pada paragraf tujuh memberikan informasi terkait penangkan 3 warga desa kemudian pada paragraf delapan diperjelas dengan nama-nama tiga warga yang ditangkap. Hal tersebut menggambarkan bahwa paragraf tujuh dan paragraf delapan memiliki hubungan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa struktur informasi pada tajuk rencana ditunjukan pada paragraf pertama hingga paragraf delapan. Informasi yang diberikan terkait pernyataan Kapolda di awal tahun dan kasus-kasus yang sudah terjadi. Surat kabar sebagai penyalur informasi kepada masyarakat sudah seharusnya memberikan informasi kepada pembaca. Dalam hal ini tajuk rencana ini sudah memenuhi kewajibannya sebagai penyalur informasi kepada pembacanya.
4.2.1.3 Opini
Tajuk rencana merupakan tulisan yang berisikan opini atau pendapat dari media terkait masalah di masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Sumadiria (2004:81) menegaskan bahwa tajuk rencana adalah opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Pada tajuk rencana ini opini yang dituliskan terkait dengan bagian sebelumnya, yakni bagian informasi
terkait pernyataan Kapolda tentang bahaya radikalisme dan terorisme di Lampung. Dalam bagian ini, media memberikan pandangan bahwa keberadaan paham radikalisme dan terorisme nyata terjadi. Selain itu, media juga berpendapat mengenai program radikalisasi. Hal ini menunjukan bahwa media setuju terhadap pernyataan Kapolda terkait keberadaan terorisme dan radikalisme di Lampung yang menjadi ancaman. Menyikapi pernyataan Kapolda terkait radikalisme dan terorisme, media sendiri memiliki sikap lebih menagih janji terhadap program radikalisasi yang pernah di janjikan. Dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Beraemai” Struktur opini dalam tajuk ini terdapat pada pargaraf sembilan dan paragraf sepuluh. Berikut opini yang terdapat dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai”.
Gagasan utama pada paragraf sembilan adalah keberadaan paham radikalisme, terorisme, hingga terbentuknya kelompok militan di provinsi ini bukan omong kosong. Pada paragraf sembilan berkesinambungan dengan paragraf satu sampai paragraf delapan. Pada paragraf sembilan memberikan kesimpulan mengenai pernyataan Kapolda dan kasus-kusus yang terjadi di paragraf pertama sampai paragraf delapan. Hal tersebut dibuktikan dengan ungkapan “berbagai catatan itu” pada gagasan utama paragraf sembilan. Pada paragraf sembilan juga berkesinambungan dengan paragraf pertama, paragraf kedua dan paragraf tiga. Hal tersebut dibuktikan melalui gagasan utama paragraf sembilan yang mencoba menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada paragraf pertama dan paragraf tiga mengenai pernyataan Kapolda.
Gagasan utama dalam paragraf sepuluh adalah kejadian tersebut menimbulkan (pernyataan Kapolda dan kasus-kasus penangkapan) pertanyaan terutama mengenai program radikalisasi. Pada paragraf sepuluh berkesinambungan sebab-akibat dengan paragraf empat sampai paragraf sembilan. Hal tersebut dibuktikan melalui gagasan utama pada paragraf sepuluh yang memberikan akibat berupa pertanyaan menyangkut pernyataan Kapolda dan kasus-kasus. Selain itu, ungkapan kata kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan pada gagasan utama paragraf sepuluh juga memperkuat hubungan sebab-akibat dengan bagian sebelumnya.
4.2.1.4 Uraian Opini
Struktur pada bagian ini akan menjelaskan secara lebih jelas opini media yang sudah dituliskan sebelumnya. Uraian opini dalam tajuk rencana merupakan hasil kesimpulan berdasarkan informasi dan opini yang dituliskan sebelumnya. Suhandang (2010: 152) menegaskan bahwa mereka yang menulis tajuk rencana memikul tanggung jawab yang berat terhadap publiknya, sehingga uraian opini yang dibuat benar-benar menyajikan fakta yang jujur dan lengkap. Dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai” menguraikan opini mengenai perlunya penanganan, penindakan, dan pencegahan terhadapat terorisme dan radikalisme, karena Lampung telah ditetapkan sebagai daerah rawan radikalisme. Selain itu, media juga menguraikan bahwa masyarakan jangan lalai dalam menangkal terorisme. Pada tajuk rencana uraian opini terdapat pada paragraf sebelas, dua belas dan tiga belas. Berikut uraian opini yang terdapat dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai”.
Gagasan utama dalam paragraf ini adalah Terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa, maka perlu upaya penanganan, penindakan, dan pencegahannya yang luar biasa pula. Pada Paragraf sebelas berkesinambungan sebab-akibat dengan paragraf tiga belas. Sebab pada paragraf sebelas terlihat dari gagasan utama yang disampaikan.
Gagasan utama yang ingin disampaikan pada paragraf dua belas adalah Lampung telah ditetapkan sebagai daerah rawan radikalisme. Pada paragraf dua belas berkesinambungan sebab-akibat dengan paragraf empat sampai sembilan. Hal tersebut dibuktikan dalam gagasan utama paragraf dua belas yang mencoba memberikan akibat atau dampak dari kasus yang diungkapkan dalam pargaraf empat sampai paragraf sembilan. Akibat yang coba diungkapkan dalam gagasan utama paragraf dua belas yakni adalah Lampung telah ditetapkan sebagai daerah rawan radikalisme.
Gagasan utama yang ingin disampaikan dalam paragraf tiga belas adalah lalai menangkal terorisme adalah pangkal dari lahirnya tragedi dan kejahatan kemanusiaan. Paragraf tiga belas berkesinambungan sebab-akibat dengan pargaraf sebelas. Hal tersebut dibuktikan karena pada paragraf tiga belas mengungkapkan akibat dari sebab yang terjadi pada paragraf sebelas mengenai terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa. Akibat yang coba diungkapkan pada paragraf tiga belas terlihat melalui gagasan utamanya. Berikut mind maap yang berisi hubungan antar bagian dalam tajuk rencana.
Struktur Hubungan Antar Bagian Tajuk Rencana
JUDUL
INFORMASI
URAIAN OPINI OPINI
Tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai” merupakan sebuah opini dari media terkait maraknya kasus radikalisme dan terorisme di Provinsi Lampung. Pada tajuk rencana tersebut terdiri atas 13 paragraf. Berdasarkan hasil analisis, dari tiga belas paragraf yang terdapat dalam tajuk sudah memenuhi syarat dalam struktur penulisannya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya judul, informasi, opini dan uraian opini.
Bagian judul sudah memenuhi beberapa persyaratan dalam pembuatnnya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya delapan syarat pembuatan judul, yakni provokatif, singkat-padat, relevan, fungsional, informal, representatife, spesifik dan merujuk bahasa baku. Pada bagian judul juga sudah menggambarkan isi dari setiap bagiannya, yakni informasi, opini, dan uraian opini. Judul yang coba dibuat penulis dapat menarik minat pembaca untuk mengetahui isi keseluruhan tulisan.
Bagian informasi terdiri atas paragraf satu sampai paragraf delapan. Paragraf pertama berisikan imbauan dari Kapolda kepada masyarakat di awal tahun 2016 untuk mewaspadai radikalisme. Hal tersebut dilanjutkan pada paragraf dua yang menyatakan bahwa Kapolda menditeksi 44 titik keberadaan kelompok militan di Lampung, luar Lampung, bahkan luar negeri yang tujuan dan aktivitasnya belum dapat dipastikan. Paragraf tiga menegaskan kembali bahwa pernyataan Kapolda di awal tahun radikalisme masih menjadi ancaman serius, sangat serius, yang terus mengintai. Tiga paragraf tersebut membuka tajuk rencana secara jelas tentang isu yang sedang dibicarakan masyarakat terkait dengan radikalisme yang terjadi di awal tahun. Selanjutnya, pada paragraf empat, lima, enam, tujuh, dan paragraf delapan.
Merupakan informasi yang ditulisakan dengan kasus-kasus yang sudah terjadi di Lampung. Contoh kasus tersebut, yakni tentang perekrutan ISIS yang terjadi pada bulan Maret, penangkapan warga pada bulan Juni yang terlibat jaringan ISIS, dan penggagalan lima warga yang hendak berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS. Adanya kasus-kasus yang dituliskan dilakukan penulis untuk menyakinkan tulisannya sekaligus meyakinkan pembaca terhadap isu yang sedang dibicarakkan di masyarakat. Informasi berupa kasus-kasus yang dituliskan oleh penulis dilakukan pula untuk memberikan alasan kepada publik mengenai pernyataan Kapolda yang terdapat pada pembukaan tajuk rencana.
Tajuk rencana bagian opini terdapat pada paragraf sembilan dan paragraf sepuluh. Opini yang dituliskan pada tajuk dapat dikatakan juga berisi kesimpulan. Hal tersebut karena opini yang dibuat berdasarkan informasi yang dituliskan pada bagian sebelumnya. Opini yang terdapat pada paragraf sembilan mengenai keberadaan paham radikalisme, terorisme, hingga terbentuknya kelompok militan di provinsi ini bukan omong kosong. Paragraf sepuluh penulis memberikan opininya dengan menyimpulkan bahwa adanya kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan terutama mengenai program deradikalisasi. Dua paragraf ini jelas memberikan opini berupa kesimpulan berdasarkan bagian informasi dari tajuk rencana yang berisikan pernyataan Kapolda tentang bahaya radikalisme dan serentetan kasus yang telah terjadi di Lampung. Hal tersebut dibutuhkan agar pembaca lebih mudah memahami maksud yang ingin disampaikan.
Bagain uraian opini terdapat pada paragraf sebelas, dua belas, dan tiga belas. Paragraf sebelas berisikan uraian berupa pernyataan bahwa terorisme merupakan kejahatan yang luar biasa, maka perlu upaya penanganan, penindakan, dan pencegahannya yang luar biasa pula. Paragraf dua belas berisi uraian bahwa Lampung telah ditetapkan sebagai daerah rawan radikalisme. Selain itu, paragraf tiga belas, berisi lalai menangkal terorisme adalah pangkal dari lahirnya tragedi dan kejahatan kemanusiaan. Pada bagian uraian tersebut penulis yang mewakili media menguraikan opini yang sudah dibuat pada bagian sebelumnya untuk memperjelas pendapatnya.
Dalam tajuk rencana berjudul “Terorisme Bersemai”, penulis yang mewakili media memberikan gambaran terkait radikalisme dan terorisme di Lampung. Selain memberikan informasi, penulis yang mewakili media memberikan opini dan uraian terhadap opini yang sudah dibuat. Dalam tajuk rencana tersebut struktur penyajian tajuk sudah memenuhi kriteria dan ketepannya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya judul, informasi, opini, dan uraian opini. Setiap bagian dalam struktur saling berhubungan dan memperjelas setiap bagiannya. Hal ini memberikan gambaran bahwa tajuk rencana tersebut mempermudah pembaca memahami setiap bagiannya.
4.2.2 Gaya Bahasa
Pada tajuk rencana surat kabar harian Lampung Post berjudul “Terorisme Bersemai” pemakaian gaya bahasa dianalisis menggunakan teori dari Keraf mengenai jenis-jenis gaya bahasa (2001: 115-145). Gaya bahasa yang digunakan pada tajuk