• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut. Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonaceae

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut. Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonaceae"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Taksonomi

Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut (Fabricius dan Alderslade, 2001):

Kingdom : Animalia

Filum : Coelenterata (Cnidaria) Kelas : Anthozoa

Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonaceae

Sub-ordo : Alcyoniina Famili : Alcyoniidae

Genus : Sarcophyton

2.1.2 Anatomi

Hewan kelompok Sarcophyton termasuk ke dalam Kelas Anthozoa dan hanya memiliki bentuk polip (menempel pada substrat dan tidak dapat bergerak bebas) yang membentuk berkoloni (membentuk kumpulan polip soliter) (Fabricius dan Alderslade, 2001). Tubuh koloni lunak dan lentur serta memiliki tangkai yang melekat pada substrat keras. Bagian atas tangkai disebut kapitulum dengan bentuk bervariasi, anatara lain seperti jamur, lobus, atau bercabang. Kapitulum

mengandung polip sehingga disebut bagian fertil sedangkan tangkainya lebih banyak mengandung spikula, yaitu duri-duri kecil dari karbonat kalsium yang berfungsi sebagai penyokong jaringan tubuh sehingga disebut bagian steril (Gambar 2) (Manuputty, 2002).

(2)

Polip dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu antokodia, kaliks dan antostela (Gambar 2). Antokodia merupakan bagian yang terdapat di permukaan koloni dan bersifat retraktil, yaitu dapat ditarik masuk ke dalam jaringan tubuh. Apabila antokodia ditarik ke dalam, maka yang nampak dari atas adalah pori-pori kecil seperti bintang. Bangunan luar yang dari pori-pori inilah yang disebut kaliks. Bagian antokodia memiliki tentakel yang berjumlah delapan dengan deretan duri-duri di sepanjang sisinya. Duri-duri-duri ini disebut pinnula dan berfungsi untuk membantu mengalirkan air dan zat makanan ke mulut. Antokodia juga mengandung spikula yang letaknya berderet sampai ke ujung masing-masing tentakel (Manuputty, 2002).

Terdapat mulut yang berbentuk kepingan pada pangkal tentakel yang disebut stomodeum. Lanjutan mulut berupa saluran pendek disebut farinks atau esofagus. Bagian dalam farinks disusun oleh sel-sel epitel kelenjar dan sel-sel epitel

kolumnar yang berflagel. Fungsi flagela untuk membantu mengalirkan air ke dalam rongga perut pada proses respirasi. Sel-sel epitel tadi tersusun sedemikian rupa sehingga bagian dalam farinks berbentuk alur-alur yang disebut sifonoglifa (Manuputty, 2002).

Bagian kaliks memiliki rongga gastrovaskuler atau rongga perut, terusan dari farinks (yang terbagi menjadi delapan yang disebut septa), benang-benang septa dan organ reproduksi atau gonad. Septa membagi rongga perut menjadi delapan ruangan. Dua diantara delapan septa tadi lebih panjang dan melebar ke bagian basal polip mengandung banyak falgela dan fungsinya untuk membantu

mengalirkan air dan sisa-sisa makanan ke atas untuk dibuang ke luar. Enam septa lainnya pendek-pendek, mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi membantu

(3)

proses pencernaan makanan. Masing-masing septa memiliki otot retractor yang fungsinya membantu kontraksi antokodia (Manuputty, 2002).

Sumber: (Bayer, 1956 dalam Manuputty, 2002) Gambar 2. Penampang polip melintang karang lunak

Sebagian besar karang lunak hanya memiliki satu tipe polip, yaitu autoozoid yang berperan dalam proses makan dan reproduksi. Autozooid umumnya

berbentuk bulat tabung dengan mulut dan tentakel pada satu sisi ujung yang sama. Istilah bagi hewan yang hanya memiliki satu tipe polip adalah monomorpik (monomorphic). Beberapa spesies, umumnya yang berukuran besar, disebut dimorpik (dimorphic) karena memiliki bentuk polip ke dua yang disebut siphonozooid yang ukurannya lebih kecil dibanding autozooid dan berfungsi untuk mengalirkan air laut beserta partikel-partikel tersuspensi ke seluruh koloni (Gambar 3). Hewan Sarcophyton sendiri termasuk tipe dimorpik (Fabricius dan Alderslade, 2001).

(4)

Sumber: (Fabricius dan Alderslade, 2001) Gambar 3. Representasi autozooid dan siphonozooid

2.1.3 Sistem Pencernaan dan Makanan

Kebanyakan anggota Cnidaria adalah karnivora. Sebagian besar dari karang lunak, salah satunya Sarcophyton bersifat suspension feeder yang menangkap partikel-partikel kecil dari air laut untuk mendapatkan makanan. Makanannya merupakan partikel organik kecil termasuk fitoplanton, siliata, zooplankton kecil, dan bakterioplankton. Partikel organik besar yang bersentuhan dengan tentakel atau pinulle akan terperangkap, diperiksa, kemudian ditelan bila sesuai. Mangsa akan dilepas bila yang terperangkap terlalu besar (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Mulut pada Sarcophyton dikelilingi oleh tentakel-tentakel. Tentakel-tentakel ini diselimuti oleh ribuan sel yang terspesialisasi disebut knidosit (cnidocytes) yang merupakan ciri khas dari Cnidaria. Knidosit memiliki tiga bentuk dasar, yaitu glutinant, volvant, dan penetrant. Sel tipe volvant dan glutinant digunakan

(5)

untuk mengacaukan orientasi gerak mangsa dan dapat pula membantu

penempelan pada substrat. Tipe penetrant mirip harpun kecil yang beracun dan sering disebut nematokis (nematocysts). Sel ini dapat menembakan racun ke predator sebagai bentuk pertahanan atau menyerang mangsa untuk ditangkap (Fatherree, 1998).

Epidermis Sarcophyton ditutupi dengan rapat oleh mikrofili (microvilli) yang berperan dalam penyerapan material organik terlarut. Meski demikian, konsentrasi nutrient terlarut yang dapat digunakan dan tersedia di sebagian besar perairan tropis masih rendah serta belum diketahui sejauh apa perannya terhadap pola makan karang lunak (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Konsentrasi pakan dan kecepatan arus mempengaruhi rata-rata makanan yang dikonsumsi dan rata-rata pertumbuhan. Rata-rata pengkonsumsian pakan yang tertinggi terjadi pada kecepataan arus yang berkisar antara 8 – 15 cm/s. Arus yang terlalu pelan akan mengurangi transport dan konsumsi makanan sedangkan arus yang terlalu kencang mengakibatkan polip bengkok, tekanan atau tarikan yang kencang sehingga mengurangi kemampuan mengkonsumsi pakan (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Organisme Sarcophyton tidak memiliki sistem pencernaan sebenarnya (lengkap), tetapi memiliki rongga tubuh yang berperan layaknya perut yang disebut enteron atau rongga gastrovaskuler (gastrovascular cavity). Makanan yang masuk lewat mulut atau kulit dan tiba di rongga ini akan dicerna dengan memanfaatkan sejumlah enzim. Makanan kemudian diserap oleh sel-sel gastrodermis (dinding perut) dan disebarkan ke seluruh sel-sel tubuh. Hewan Cnidaria ini juga tidak memiliki sistem ekskresi. Sisa-sisa makanan yang telah

(6)

dicerna dibuang lewat mulut atau dikeluarkan melalui sel-sel ektodermis (Fatherree, 1998).

Terkadang, konsentrasi makanan di perairan tropis rendah dan banyak karang-karang di perairan dangkal yang bersimbiosis dengan alga dari kelompok

dinoflagelata untuk mendukung pola makannya, alga ini disebut zooxanthellae. Alga Zooxanthella terdapat di bagian sel gastrodemal karang lunak atau di bagian membran yang membungkus vakuola dalam rongga gastrovaskular (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Karang lunak seperti Sarcophyton bisa mendapatkan nutrien dari alga zooxanthella selain dari mangsanya. Simbiosis yang terjadi antara Sarcophyton dan beberapa hewan Cnidaria lain dengan zooxanthellae bersifat mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Alga zooxanthellae

menyediakan oksigen, karbohidrat, dan beberapa nutrisi penting hasil fotosintesis secara berkelanjutan bagi sel-sel inangnya (hewan Cnidaria). Alga zooxathellae juga menerima karbondioksida buangan dari inangnya selama proses

metabolismenya (Fatherree, 1998).

2.1.4 Sistem Reproduksi

Hewan kelompok Cnidaria dapat bereproduksi, baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi seksual melibatkan pertemuan sel gamet jantan (sperma) dan betina (ovum) sedangkan reproduksi aseksual tidak (Fatherree, 1998). Secara aseksual, Sarcophyton dapat bereproduksi dengan cara fragmentasi koloni

maupun budding (berpucuk). Metode fragmentasi berarti pembelahan atau pemisahan suatu koloni Sarcophyton menjadi dua atau lebih koloni. Metode

(7)

budding terjadi dengan cara pembentukan pucuk (bud) berbentuk seperti piringan di sekitar (di pinggiran) koloni yang nantinya pucuk tersebut akan lepas dan tumbuh menjadi koloni baru di tempat yang baru (Fabricius dan Alderslade, 2001).

2.1.5 Ekologi

Habitat Sarcophyton berada di daerah intertidal hingga kedalaman tertentu, dari pesisir berlumpur sampai lepas pantai. Sebarannya melingkupi timur Afrika dan Laut Merah di bagian barat hingga Polinesia di bagian timur (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Pertumbuhan Sarcophyton secara alami menuntut kondisi lingkungan dengan beberapa parameter yang sesuai. Parameter-parameter tersebut meliputi suhu, salinitas, pH, kecerahan, nutrient, arus, dan sedimentasi.

1 Suhu

Temperatur berpengaruh terhadap kadar oksigen di perairan (Fatherree, 1998) dan proses fotosintesis oleh zooxanthellae (Fabricius dan Alderslade, 2001). Suhu yang tidak sesuai, misalnya terlalu tinggi, bisa mengakibatkan karang berubah menjadi pucat dan memutih yang disebut coral bleaching karena zooxanthellae simbionnya tidak dapat bertahan dan mati. Kondisi suhu yang sesuai menurut Fabricius (2001) berfariasi menurut wilayahnya, tetapi umumnya dapat bertahan hingga suhu 31oC bahkan 35 oC. Menurut Fatherree (1998), suhu yang ideal untuk pertumbuhan karang adalah berkisar pada 75 oF.

(8)

2 Salinitas

Salinitas merupakan salah satu ciri khas dari kondisi laut. Perbedaan toleransi sainitas antara satu spesies dengan spesies lainnya masih belum diketahui. Salinitas normal di perairan Indo-Pasifik adalah 35 ppt (part per thousand (‰))

dan 45 ppt di Utara Laut Merah dan teluk Arab. Salinitas di bawah 30 ppt dapat mengganggu siklus hidup karang lunak dan pada salinitas <25 ppt mengakibatkan kematian (Fabricius dan Alderslade, 2001).

3 pH

Kondisi pH laut normal sudah cukup untuk pertumbuhan karang lunak. Nilai pH yang ideal untuk pertumbuhan berkisar antara 8,0 – 8,4. Perubahan pH biasanya tidak terlalu signifikan dan fluktuatif. Perubahan nilainya lebih dipengaruhi oleh kadar CO2 terlarut (Fatherree 1998).

4 Kecerahan

Hamparan dari ratusan koloni dapat ditemukan di daerah pantai atau substrat dasar yang keruh. Hal ini menggambarkan rata-rata pertumbuhan yang cepat dan reproduksi aseksual. Kondisi ini berlawanan dengan perairan yang jernih, dimana rata-rata pertumbuhannya lambat. Organisme Sarcophyton sendiri dapat hidup dengan baik pada kedalaman dengan nilai visibilitas 2-5 meter. Cahaya juga mendukung kehidupan dan fotosintesis zooxanthellae. Intensitas cahaya

mempengaruhi kedalaman, dimana kedalaman maksimal tumbuhnya karang lunak umumnya berkisar pada jarak 10 meter meski ada kalanya zooxanthellae mulai dijumpai di kedalaman 25 meter. Bila kondisi perairan jernih, beberapa jenis karang dapat tumbuh pada kedalaman hingga 40 meter (Fabricius dan Alderslade, 2001).

(9)

5 Nutrien dan elemen-elemen penting

Partikel dan nutrisi terlarut berasal dari sumber yang beragam baik di laut maupun perairan pantai. Nutrien di laut tropis biasanya lebih banyak dihabiskan untuk proses pertumbuhan plankton dan proses-proses makan organism laut. Penyebaran nutrien di laut dipengaruhi oleh arus. Salah satu contohnya adalah upwelling yang mengakibatkan pengkayaan materi dan nutrien di permukaan. Nutrien umumnya lebih beragam dan melimpah di daerah pesisir pantai di bandingkan dengan perairan laut lepas. Hal ini dapat dikarenakan adanya

terrestrial run-off (massa air yang mengalir dari daratan) dan resuspensi dari dasar perairan (Fabricius dan Alderslade, 2001).

6 Arus

Daerah sapuan arus dan penahan gelombang atau daerah seperti saluran antara terumbu-terumbu dengan pulau banyak dihuni oleh karang lunak. Sebagian besar karang lunak lebih senang dengan kondisi arus yang konstan dengan terkadang kuat dan tidak mengarah langsung agar mendapat suplai makanan yang

maksimum. Arus dapat membawa (mengalirkan) makanan ke kolini atau

menyapunya menjauh dari koloni. Arus dapat pula mensintesis proses fotosintesis. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata pengkonsumsian pakan yang tertinggi terjadi pada kecepataan arus yang berkisar antara 8 – 15 cm/s (Fabricius dan Alderslade, 2001).

7 Sedimentasi

Peningkatan sedimentasi dicurigai dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan karang, terlebih bila disertai dengan peningkatan konsentrasi nutrient. Pengemdapan sedimen yang tebal bisa ‘mencekik’ kolini karang dan menghambat

(10)

sirkulasi udara dari kolom perairan. Sedimentasi juga bisa mengganggu proses fotosintesis (Fabricius dan Alderslade, 2001).

2.2 Artemia

Artemia merupakan jenis zooplankton dari bangsa udang-udangan yang diklasifikasikan sebagia berikut (Bougis, 1979 dalam Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995): Phylum : Arthropoda Kelas : Crustacea Sub-kelas : Brachiopoda Ordo : Anostrace Familia : Artemida Genus : Artemia

Artemia dijualbelikan dalam bentuk telur istirahat yang disebut dengan kista. Kista ini, apabila dilihat dengan mata telanjang,berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kelabu kecoklatan dengan diameter berkisar antara 200 – 350 mikron. Satu gram kista Artemia kering rata-rata terdiri atas 200.000 – 300.000 butir kista. Kista berkualitas baik akan metas pada salinitas antara 5 – 70 ppt. Artemia yang baru menetas disebut nauplius. Nauplius berwarna oranye, berbentuk bulat

lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron, lebar 170 mikron, dan berat 0,002 mg (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995).

(11)

2.3 Transplantasi Karang

Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman dan pertumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi dimana benih karang diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007). Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan (Hariot dan Fisk,1998 dalam Soedharma dan Arafat, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anggota TNI di Pengadilan Militer I-03 Padang dipengaruhi oleh

Hal ini terjadi karena tubuh tidak memiliki faktor pembeku darah, seperti AHG (Anti Hemophilic Globulin) atau PTC (Plasma Thromboplastin Component).Hemofili dapat diatasi dengan

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat

(;ON T AIL SYUKUR HARAHAP GUNUNG TUA JAE JLJNIYANTY SIREGAR GUNUNG TUA JAE NISROYANI SIREGAR GUNUNG TUA JAE NINI SARTIKA HARAHAP GUNUNG TUA JAE ALL BORKAT HARAHAP GUNUNG

Endometriosis adalah jaringan ektopik yang mempunyai susunan histologis, kelenjar stroma atau kedua-duanya, dengan lesi/susukan yang dapat dengan atau tidak termuati hemosiderin,

Menurut Hawthorne (1987) seleksi yang dilakukan secara efektif akan sangat membantu lembaga pendidikan untuk menghemat dana karena: (a) dicapai hasil (SDM) yang

Adat babilang hari dalam kematian di Lagan Mudik Punggasan merupakan upacara selamatan bagi orang yang sudah meninggal yang dilakukan di rumah keluarga orang

Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis tanpa terkecuali pada psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan pada plak